Tabel 1 Persyaratan Arang Aktif Standar Nasional Indonesia SNI 06 – 3730-
1995
Jenis Persyaratan Parameter Kadar Air Maksimum 15
Kadar Abu Maksimum 10 Kadar Zat Menguap Maksimum 25
Kadar Karbon Terikat Minimum 65 Daya Serap Terhadap Yodium Minimum 750 mgg
Daya Serap Terhadap Benzena Minimum 25
Sumber : Anonim 1995
2.2.3 Daya serap arang aktif
Daya serap adalah peristiwa terjadinya perubahan kepekatan dari molekul, ion atau atom antar permukaan dalam dua fasa Pari et al. 2000. Hal ini terjadi
bila dua fasa saling bertemu, sehingga di antara kedua fasa tersebut terbentuk daerah antar muka yang sifatnya berbeda dengan fasa ruah kedua fasa tersebut.
Pada kondisi tertentu atom, ion atau molekul dalam daerah ini mengalami ketidakseimbangan gaya sehingga mampu menarik molekul lain sampai
keseimbangan gaya tercapai. Zat yang terserap biasanya terkonsentrasi pada permukaan. Bahan yang yang terserap dinamakan adsorbat adsorbate, biasanya
berupa cairan atau gas, sedangkan yang menyerap disebut adsorben adsorbent.
BAB III BAHAN DAN METODE
3.1 Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian dilaksanakan selama bulan November 2008 di Laboratorium kimia dan energi Pusat Penelitian Hasil Hutan Bogor Puslitbang.
3.2 Bahan dan Alat Penelitian 3.2.1 Bahan
Bahan baku yang digunakan adalah limbah kulit kayu akasia yang berasal dari tegakan Acacia mangium berumur 7 tahun, diperoleh dari PT Musi Hutan
Persada MHP Palembang. Bahan kimia yang digunakan yaitu thio, yodium, kloroform, benzena, dan arang aktif komersial yang telah dipasarkan norit
sebagai pembanding arang aktif.
3.2.2 Alat
Alat yang digunakan adalah tungku yang dilengkapi dengan pemanas listrik dan termokopel, tanur, oven, cawan penghalus, penyaring serbuk, wadah
plastik, timbangan, cawan porselin, cawan Petri, desikator, penyerap kloroform, penyerap benzena, dan x
– ray difractometer XRD.
3.3 Metode Penelitian 3.3.1 Persiapan sampel
Limbah kulit kayu akasia dikeringudarakan terlebih dahulu. Setelah mencapai kadar air ± 12 , limbah tersebut diarangkan.
3.3.2 Pengarangan Pengarangan dilakukan dengan cara pirolisis. Pirolisis dilakukan dalam
tungku baja tahan karat selama 5 jam pada suhu 200
o
C, 300
o
C, 400
o
C, 500
o
C, 700
o
C, dan 800°C. Pada setiap tingkat suhu digunakan sebanyak 270 g kulit akasia.
3.3.3 Pembuatan arang aktif
Pembuatan arang aktif dilakukan di dalam retor arang yang terbuat dari baja tahan karat dengan alat pemanas listrik pada suhu optimum. Tungku
dipanaskan dengan jalan mengalirkan arus listrik, kenaikan suhu diatur dengan cara mengatur termokopel sampai dicapai suhu yang diinginkan. Jika telah
mencapai suhu tersebut dilakukan aktivasi dengan mengalirkan uap H
2
O selama
90 menit dengan suhu uap 800 °C serta tekanan sebesar 1000 atm.
3.3.4 Pengujian kualitas arang dan arang aktif
Pengujian sifat arang dan arang aktif dilakukan untuk mengetahui sifat fisis dan sifat kimianya, sehingga dapat diketahui mutu dan kualitas arang
tersebut.
3.3.4.1 Pengujian sifat fisika a. Penetapan kadar air
Prosedur penetapan kadar air mengacu pada Standar Nasional Indonesia SNI 06
–3730-1995 tentang syarat mutu dan pengujian arang aktif. Contoh uji arang sebanyak 1 g dikeringkan dalam oven pada suhu 103±2
o
C sampai beratnya konstan. Kemudian dimasukkan ke dalam desikator sampai bobotnya
tetap dan ditentukan kadar airnya dalam persen . Kadar air arang dihitung dengan rumus sebagai berikut :
Kadar air =
gTanur BeratKerin
g gTanur
BeratKerin g
hAwal BeratConto
x 100 3.3.4.2 Pengujian sifat kimia
b. Penetapan kadar zat menguap
Prosedur penetapan Kadar Zat Menguap mengacu pada Standar Nasional Indonesia SNI 06
–3730-1995 tentang syarat mutu dan pengujian arang aktif. Cawan porselin yang berisi contoh dari penentuan kadar air, ditutup dan diikat
dengan kawat nichrome. Cawan dimasukkan kedalam tanur listrik pada suhu 950
o
C selama 6 menit. Sebelumnya dilakukan terlebih dahulu pemanasan pendahuluan pada bagian datar selama 2 menit dan pada pangkal tanur selama 3
menit. Setelah penguapan selesai cawan dimasukkan kedalam desikator sampai