4.3.2 Daya serap terhadap benzena
Daya serap arang aktif komersial terhadap benzena sedikit lebih tinggi dibandingkan arang aktif kulit akasia Tabel 4. Nilai daya serap keduanya
terhadap benzena kurang dari 25 sehingga belum memenuhi persyaratan Standar Nasional Indonesia Anonim 1995. Rendahnya daya serap ini disebabkan karena
proses karbonisasi yang tidak sempurna sehingga menghasilkan senyawa bersifat polar seperti fenol, aldehid, dan karboksilat yang menutupi permukaan arang.
Hasil ini sesuai dengan hasil penelitian Pari et al. 1996, yaitu hasil analisis gugus fungsi arang aktif menunjukkan masih adanya senyawaan fenol,
karboksilat, dan hidroksida.
4.3.3 Daya serap terhadap kloroform
Menurut Pari et al. 2006 dari besarnya daya serap arang aktif terhadap benzena mencerminkan permukaan arang aktif lebih bersifat non polar sehingga
dapat digunakan untuk menyerap polutan yang bersifat non polar seperti kloroform. Oleh karena itu di dalam penelitian ini juga dilakukan pengujian daya
serap arang aktif terhadap kloroform dan hasil pengujian menunjukkan arang aktif kulit akasia dan arang aktif komersial mampu menyerap kloroform sebesar 6,96
dan 7,66 Tabel 4. Hal ini sangat berbeda dengan hasil pengujian yang dilakukan Pari et al. 2000 yaitu sebesar ± 30. Perbedaan yang cukup
signifikan tersebut disebabkan perbedaan cara pembuatan arang aktif dan suhu aktivasi yaitu dengan cara kimia dan suhu 900°C.
Keseluruhan nilai daya serap arang aktif kulit akasia dan arang aktif komersial belum memenuhi standar yang ditetapkan. Meskipun demikian arang
aktif komersial telah banyak dikonsumsi manusia dan terbukti memiliki banyak manfaat yaitu salah satunya sebagai bahan penyerap dalam industri obat
– obatan, makanan, pertambangan, kimia, air minum dan sebagainya Anonim 2008. Daya
serap arang aktif kulit akasia yang tidak jauh berbeda dengan arang aktif komersial dalam penelitian ini menggambarkan bahwa arang aktif kulit akasia
diduga mempunyai manfaat yang tidak jauh berbeda pula dengan arang aktif komersial yaitu sebagai penyerap bahan
– bahan pencemar seperti yodium, kloroform, dan benzena walaupun dengan daya serap yang belum memenuhi
persyaratan SNI.
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian pembuatan dan pengujian sifat fisika dan kimia arang aktif kulit akasia sebagai bahan penyerap dapat disimpulkan bahwa
1. Suhu optimum karbonisasi untuk menghasilkan arang dari kulit akasia yang memenuhi standar SNI arang aktif adalah 700
– 800 °C. 2. Sifat fisika dan kimia kadar air, kadar zat menguap, kadar abu, kadar karbon
terikat arang aktif yang diproduksi dari kulit akasia dengan suhu aktivasi 750 °C memenuhi standar SNI, namun daya serap terhadap kloroform, benzena,
dan yodium belum memenuhi standar SNI meskipun derajat kristalinitas arang aktif cukup tinggi.
3. Meskipun daya serap arang aktif kulit akasia belum memenuhi persyaratan SNI, namun memiliki daya serap yang relatif sama dengan daya serap arang
aktif komersial sehingga kulit akasia memiliki potensi untuk dikembangkan sebagai bahan baku arang aktif.
5.2 Saran
1. Perlu diadakan penelitian lebih lanjut tentang pembuatan arang kulit Acacia mangium pada tingkat variabel suhu yang lebih tinggi untuk melihat apakah
dengan suhu yang semakin tinggi akan semakin meningkatkan kualitas arang tersebut.
2. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai pemanfaatan arang aktif kulit Acacia mangium sebagai bahan penyerap senyawa kimia lainnya selain
yodium, kloroform, dan benzena.