Tabel 13 Hasil panenan jernang per tahun pada setiap lokasi pencarian di hutan Desa Lamban Sigatal kg.
Musim Hasil panen per lokasi pencarian jernang kg
1 2
3 4
5 6
7 8
u n
k 30
35 50
50 50
10 10
10 Sela
75 100
175 175
175 18
18 18
- Pertama 25
30 45
45 40
7 7
7 - Kedua
20 25
40 40
40 5
5 5
- Ketiga 15
20 35
35 35
3 3
3 - Keempat
10 15
30 30
30 2
2 2
- Kelima 5
10 25
25 25
1 1
1 Total setahun
105 135
225 225
225 28
28 28
Produksi per hektar 0,115
Sumber: Data primer, diolah 2010 Keterangan:
Lokasi pencarian jernang: 1 = Sei Ibul-Bukit Wayan; 2 = Sei Badak; 3 = Dam Nawai-Sei Nawai; 4 = Dam Perekat-Sei Nangoi; 5 = Sei Manggul; 6 = Sei Puting Beliung Kecil-Sei Meranti; 7 =
Anak Sei Meranti- Bukit Selong; 8 = Sei Tambun Tulang. Produksi per hektar diperoleh dari jumlah total produksi seluruh lokasi dibagi luas hutan Desa
Lamban Sigatal 8.663 hektar.
Jernang sebagai sumber daya hutan yang dimanfaatkan oleh masyarakat merupakan tanaman yang dapat dimanfaatkan oleh siapapun. Karakter sumber daya
ini mengacu pada pendapat Berge 2004 merupakan barang milik bersama common pool goods, karena sumber daya tersebut apabila dimanfaatkan pihak
tertentu maka pihak lain tidak dapat memperolehnya substractable dan sifat penggunanya tidak dapat dipisahkan satu dari yang lainnya non-excludable.
Pengaturan pemanfaatannya diatur dengan ketentuan adat yang berlaku di Desa Lamban Sigatal.
Sumber daya lainnya bagi masyarakat Desa Lamban Sigatal adalah tanaman karet sebagai tanaman utama. Selain karet, tanaman lainnya adalah durian, duku,
bedarokelengkeng, petai, pinang, jengkol, serdanglontar, kabau, gaharu, nangka dan kemiri. Semua jenis tanaman ini biasanya ditanam dengan sistem tumpang sari
diantara tanaman karet. Kepemilikan atas sumber daya perkebunan ini merupakan pemilikan pribadi private property baik itu tanah sebagai lahan usaha maupun
segala yang berada diatasnya. Penegasan pemilikan ini berdasarkan kesepahaman bersama terhadap siapa yang memanfaatkan terlebih dahulu lahan merupakan
pemiliknya.
5.2 Karakteristik Kelompok Masyarakat Pemanfaat Rotan Jernang
Berdasarkan monografi Desa Lamban Sigatal 2007 dapat dinyatakan bahwa Desa Lamban Sigatal memiliki penduduk sebanyak 843 jiwa terdiri atas 435 jiwa
laki-laki dan 408 jiwa perempuan. Jumlah Kepala Keluarga KK sebanyak 180 KK atau rata-rata setiap keluarga beranggotakan 4-5 jiwa. Pertumbuhan penduduk Desa
Lamban Sigatal menunjukkan kecenderungan yang semakin meningkat. Komposisi penduduk berdasarkan etnis menunjukkan dominan etnis lokal atau Bathin IX
97.4, sisanya sebanyak 2 KK berasal dari etnis Batak, 15 KK etnis Jawa, dan 5 KK dari etnis Palembang. Berdasarkan agama danatau kepercayaan penduduk Desa
Lamban Sigatal mayoritas menganut agama Islam 836 jiwa dan sisanya adalah menganut agama Kristen sebanyak 7 jiwa.
Tingkat pendidikan masyarakat Desa Lamban Sigatal relatif rendah, walaupun tidak didapatkan data secara kuantitatif untuk mendukung hal ini, namun
secara kualitatif yang dilihat dari cara masyarakat mengemukakan pendapat, dan menjawab beberapa persoalan dalam diskusi bersama menunjukkan kondisi tersebut.
Berdasarkan hasil wawancara dengan 50 orang masyarakat pemanfaat jernang didapatkan bahwa sebanyak 25 orang memiliki pendidikan lulusan sekolah dasar
SD, 24 orang tidak lulus SD dan seorang yang menamatkan SMP. Dengan kata lain 98 masyarakat tersebut memiliki pendidikan rendah. Namun demikian dari
hasil diskusi dengan masyarakat diketahui sudah ada beberapa orang pemuda desa yang sudah menamatkan dan sedang menjalani pendidikan pada jenjang yang lebih
baik yang berada di Pauh, Mandiangin dan Sarolangun maupun kabupaten lain, seperti di Muaro Bulian Kabupaten Batang Hari.
Fasilitas pendidikan yang tersedia di desa ini hanyalah pada tingkat Sekolah Dasar SD. Sedangkan untuk kegiatan madrasah para murid sebelumnya
menumpang di bangunan Sekolah Dasar dan sekarang menempati kantor Kepala Desa dan sebuah mushala. Sedangkan untuk melanjutkan ke jenjang sekolah
menengah atau yang lebih tinggi mereka harus meninggalkan desa mereka untuk pergi ke ibu kota kecamatan bahkan ke ibu kota kabupaten.
Tingkat kesejahteraan masyarakat masih tergolong rendah, dari 180 Kepala Keluarga terdapat 55 kepala keluarga yang tergolong masyarakat pra sejahtera
Bappeda Sarolangun 2007. Artinya 30 masyarakat desa Lamban Sigatal
merupakan golongan masyarakat pra sejahtera. Pada umumnya masyarakat desa merupakan petani, yaitu menanam padi ladang untuk memenuhi kebutuhan
pangannya dan berkebun karet. Selain itu juga ada yang memanfaatkan hasil sumber daya hutan seperti madu dan jernang. Masyarakat yang melakukan pencarian
jernang pada umumnya adalah masyarakat asli Desa Lamban Sigatal. Berdasarkan hasil wawancara dengan pencari jernang lampiran 1 diketahui bahwa pencarian
buah rotan jernang biasanya dilakukan berkelompok. Jumlah anggota satu kelompok umumnya terdiri dari 3 sampai 7 orang. Di desa Lamban Sigatal terdapat sebanyak
9 kelompok pencari Jernang. Di Desa Lamban Sigatal terdapat 4 empat orang anggota masyarakat yang
mengumpulkan jernang dengan cara membeli atau sering disebut dengan “t
u ke
” dengan lafal penyebutan “toke”. Jernang yang dibeli biasanya berasal dari
masyarakat pengumpul Jernang yang bermukim di Desa Lamban Sigatal maupun dari warga masyarakat sekitar desa seperti Desa Lubuk Napal dan Desa Sepintun.
Pada umumnya para tauke baik yang ada di desa Lamban Sigatal maupun desa-desa lain memiliki koneksi dengan tauke yang berada di kabupaten. Saat ini terdapat 2
pedagang pengumpul besar di Kabupaten Sarolangun yaitu Emen dan Fatma istri pak Idris.
Hasil analisis tentang saluran pemasaran Jernang yang berlaku di Lamban Sigatal yang didasarkan pada hasil wawancara dengan informan Lampiran 2
adalah sebagaimana yang disajikan pada Gambar 7. Tidak jauh berbeda dengan hasil penelitian ini, menurut Yayasan Gita Buana 2007 saluran tata niaga yang
berlaku di provinsi Jambi adalah sebagaimana disajikan pada Gambar 8.
Gambar 7 Saluran tata niaga Jernang di Lamban Sigatal Kabupaten Sarolangun
Gambar 8 Saluran tata niaga jernang secara umum di Provinsi Jambi Sumber; Yayasan Gita Buana 2007
Berdasarkan Gambar 8 di atas dapat dijelaskan bahwa lembaga tata niaga jernang di Provinsi Jambi terdiri atas pengumpul jernang, pedagang pengumpul
desa, pedagang pengumpul kecamatan, pedagang pengumpul kabupaten dan pedagang besar di provinsi yang kemudian disalurkan ke pedagang ekspor,
sedangkan lembaga tata niaga jernang dari Desa Lamban Sigatal Gambar 7 adalah kelompok masyarakat pengumpul jernang, pedagang pengumpul desa tauke desa,
kabupaten tauke kabupaten dan pedagang besar di provinsi. Kelompok masyarakat pengumpul Jernang merupakan produsen, sedangkan pedagang pengumpul tauke
desa, kecamatan, kabupaten, provinsi merupakan pedagang agen perantara, karena menurut menurut Hanafiah dan Saefuddin 2006 perkataan distribusi m
rke tin
g dipakai sebagai tindakan yang bertalian dengan pergerakan barang-barang dan jasa
dari produsen ke pihak konsumen. Badan-badan yang berusaha dalam bidang tata niaga, menggerakkan barang dari produsen sampai ke konsumen melalui jual beli,
dikenal sebagai perantara in term
ed i
ry . Badan-badan ini dapat dalam bentuk
perseorangan, perserikatan ataupun perseroan. Berkenaan dengan saluran pemasaran Jernang di Lamban Sigatal Kabupaten
Sarolangun, mengacu pada hasil wawancara Lampiran 2 dapat dijelaskan hal-hal sebagai berikut:
1 Produsen tidak menanggung biaya penyaluran barang karena produknya
langsung diambil di tempat oleh para pembelinya. Tauke lokal di daerah