Prinsip dan sasaran Kebijakan Hutan Tanaman Rakyat

letaknya diutamakan dekat dengan industri hasil hutan dan telah ditetapkan pencadangannya sebagai lokasi HTR oleh Menteri Kehutanan. Dalam hal ini tidak dibenarkan adanya kegiatan Izin Pemanfaatan Kayu IPK dari hutan alam dan atau IPK dari hasil reboisasi; 3 Kegiatan yang menjadi sasaran program HTR berupa fasilitasi yang dilakukan oleh pemerintah dan pemerintah daerah sesuai dengan kewenangannya antara lain melakukan pengakuan status legalitas, penguatan kelembagaan institusi, bimbingan dan penyuluhan teknis, pendidikan dan latihan, akses ke pembiayaan, akses terhadap pasar; 4 Kegiatan IUPHHK-HTR adalah pemanfaatan hasil hutan kayu pada hutan tanaman yang meliputi tahapan kegiatan penyiapan lahan, pembibitan, penanaman, pemeliharaan, pemanenan dan pemasaran hasil hutan kayu dari hutan tanaman rakyat.

5.4.2 Mekanisme pencadangan areal hutan tanaman rakyat

Pencadangan areal HTR merupakan langkah awal di dalam implikasi kebijakan pembangunan HTR. Peraturan Direktur Jenderal Bina Produksi Kehutanan No. P.06VI-BPHT2007 yang sudah dirubah dengan Peraturan Direktur Jenderal Bina Produksi Kehutanan No. P.06VI-BPHT2008 tentang Petunjuk Teknis Pembangunan Hutan Tanaman Rakyat Lampiran 1 – Bab III, secara detil menjelaskan prosedur pencadangan lokasi HTR sebagai berikut: 1 Pemberian Izin UPHHK-HTR hanya dapat dilakukan pada kawasan hutan produksi yang telah ditetapkan Menteri Kehutanan melalui pencadangan areal HTR. 2 Dalam rangka percepatan proses pencadangan areal HTR, Badan Planologi Kehutanan saat ini Direktorat Jenderal Planologi Kehutanan atas nama Menteri Kehutanan menyerahkan peta arahan indikatif lokasi HTR berikut menyampaikan sosialisasi program HPH kepada gubernur dan bupatiwalikota dengan tembusan disampaikan antara lain kepada Dinas Provinsi dan Dinas KabupatenKota yang membidangi Kehutanan; 3 Kesesuaian informasi dalam Peta Arahan Indikatif Lokasi HTR masih perlu dikonfirmasi lebih lanjut di tingkat kabupatenkota, oleh karena itu pemerintah daerah melalui Dinas Provinsi dan Dinas KabupatenKota yang membidangi kehutanan melakukan koordinasi dengan UPT Departemen Kehutanan khususnya Balai Pemantauan Pemanfaatan Hutan Produksi BPPHP dan Balai Pemantapan Kawasan Hutan BPKH untuk melakukan klarifikasi melalui pemeriksaan lapangan terhadap Peta Arahan Indikatif Lokasi HTR. 4 Klarifikasi dilakukan khususnya terhadap kesesuaian informasi kondisi areal, keberadaan masyarakat calon peserta HTR, tumpang tindih perizinan, tanaman reboisasi dan rehabilitasi serta program pembangunan daerah kabupatenkota. 5 Hasil klarifikasi peta arahan indikatif lokasi HTR skala 1:50.000 digunakan untuk penyusunan pertimbangan teknis kepala dinas kehutanan kabupatenkota yang selanjutnya disampaikan kepada bupatiwalikota guna pengusulan pencadangan areal HTR kepada Menteri Kehutanan. 6 Kelengkapan usulan pencadangan areal HTR dimaksud terdiri atas surat pertimbangan teknis dari kepala dinas kabupatenkota yang membidangi kehutanan dan peta usulan lokasi HTR yang ditandatangani bupatiwalikota dan atau kepala dinas kabupatenkota yang membidangi kehutanan. 7 Kawasan hutan produksi yang berada di luar peta arahan indikatif sepanjang telah memenuhi persyaratan areal untuk HTR, dapat diusulkan oleh BupatiWalikota kepada Menteri Kehutanan untuk dicadangkan sebagai areal HTR.

5.4.3 Mekanisme dan verifikasi pemberian izin

Langkah setelah diterbitkan peta pencadangan areal untuk pembangunan HTR adalah permohonan izin dari masyarakat untuk dapat melakukan usaha pemanfaatan hasil hutan kayu pada hutan tanaman rakyat dalam hutan tanaman. Adapun tata cara permohonan izin tersebut berdasarkan Permenhut No. P.23Menhut-II2007 dan dijelaskan dalam Peraturan Direktur Jenderal Bina Produksi Kehutanan No. P.06VI-BPHT2008 tentang Petunjuk Teknis Pembangunan Hutan Tanaman Rakyat Lampiran 1 – Bab V dapat diuraikan sebagai berikut: A. Mekanisme pemberian izin UPHHK-HTR pada dasarnya mengikuti ketentuan sebagai berikut: 1. Permohonan IUPHHK-HTR dari perorangan diajukan kepada BupatiWalikota melalui Kepala Desa, sedangkan permohonan dari Koperasi diajukan kepada BupatiWalikota dengan tembusan kepada Kepala Desa. 2. Berdasarkan permohonan dari perorangan dan tembusan dari Koperasi, Kepala Desa melakukan verifikasi atas keabsahan persyaratan permohonan. 3. Kepala Desa menyampaikan rekomendasi hasil verifikasi keabsahan persyaratan permohonan kepada BupatiWalikota sekaligus menyampaikan berkas permohonan untuk pemohon perseorangan. Tembusan rekomendasi Kepala Desa disampaikan kepada Camat dan BPPHP dilampiri salinan berkas permohonan. 4. Berdasarkan tembusan rekomendasi dari Kepala Desa, Kepala BPPHP berkoordinasi dengan Kepala BPKH melakukan verifikasi atas persyaratan administrasi dan sketsapeta areal yang dimohon dan hasilnya disampaikan kepada BupatiWalikota sebagai pertimbangan teknis. 5. Berdasarkan rekomendasi dari Kepala Desa dan pertimbangan teknis dari Kepala BPPHP, Kepala Dinas KabupatenKota yang membidangi kehutanan melakukan penilaian atas permohonan IUPHHK-HTR. 6. Hasil penilaian atas permohonan IUPHHK-HTR disampaikan oleh Kepala Dinas KabupatenKota kepada BupatiWalikota. 7. Dalam hal BupatiWalikota menyetujui permohonan IUPHHK-HTR, Kepala Dinas KabupatenKota yang membidangi kehutanan menyiapkan konsep Keputusan BupatiWalikota dan konsep Peta Areal Kerja IUPHHK-HTR. 8. BupatiWalikota menerbitkan keputusan IUPHHK-HTR kepada perorangan atau koperasi dengan format yang telah ditetapkan oleh Kementerian Kehutanan. B. Verifikasi pemberian izin 1. Berdasarkan usulan permohonan IUPHHK-HTR, Kepala Desa :