Kepastian Hak Kepemilikan Terhadap Sumber Daya Hutan
atas pengelolaan sumber daya tersebut. Hal ini menimbulkan situasi o p
en
®
cc e
¯ ¯ °
yang memicu terjadinya degradasi sumber daya hutan desa Lamban Sigatal. Periode setelah adanya kebijakan pembangunan HTR
diharapkan masyarakat dapat memanfaatkan sumber daya melalui izin yang akan diberikan
berupa IUPHHK-HTR. Memperhatikan substansi isi kebijakan pembangunan HTR, khususnya yang berkenaan dengan prinsip dan sasaran pembangunan HTR
dapat dinyatakan bahwa kebijakan pembangunan HTR merupakan sebuah institusi pengelolaan hutan berbasis masyarakat. Kebijakan ini mengarahkan masyarakat
untuk mengorganisasikan dirinya berdasarkan kebutuhannya, melibatkan banyak anggotanya berdasarkan legalitas dari pemerintah. Masyarakat yang dimaksud
adalah masyarakat yang berada di dalam dan di sekitar hutan yang merupakan kesatuan komunitas sosial yang didasarkan pada persamaan mata pencaharian
yang bergantung pada hutan, sejarah, keterikatan tempat domisili, serta pengaturan tata tertib kehidupan bersama dalam wadah kelembagaan. Kawasan
hutan yang dikelola merupakan hutan produksi yang tidak produktif, tidak dibebani izin atau hak lain. Di sisi lain, pemerintah merupakan pihak yang
memberikan izin kepada masyarakat untuk membangun HTR, melaksanakan fasilitasi, melakukan pengakuan status legalitas, penguatan kelembagaan
institusi, memberikan bimbingan dan penyuluhan teknis, melakukan pendidikan dan latihan, mengupayakan akses ke pembiayaan dan akses terhadap pasar.
Mengacu pada penjaminan kepastian hak kepemiikan terhadap sumber daya hutan berupa lahan melalui kontrak antara p
rin cip
®
ls dan
®
g en
t Richter
2000 dalam Yustika 2008, secara prinsip kebijakan pembangunan HTR yang diberlakukan sudah mendukung terjadinya situasi tersebut bagi masyarakat Desa
Lamban Sigatal. Meskipun demikian, kondisi ideal institusi yang dibentuk melalui kebijakan pembangunan HTR tersebut belum terwujud. Dalam hal ini, transfer
hak dari pemerintah p rin
cip
®
l kepada masyarakat
®
g en
t belum dapat
dipenuhi, dibuktikan oleh belum ada satupun masyarakat mampu mendapatkan IUPHHK-HTR. Di sisi lain, dapat dikatakan p
rin cip
®
ls belum mampu
memfasilitasi keberhasilan pengurusan perizinan sebagaimana yang didelegasikan kepada pihak
®
g en
t
±