Analisis Deskriptif Identifikasi Manfaat dan Fungsi Hutan Mangrove

21 dengan hutan mangrove serta kuantifikasi nilai manfaat tersebut ke dalam nilai uang.

4.4.1 Analisis Deskriptif

Analisis deskriptif adalah suatu analisis yang digunakan untuk menggambarkan perkembangan karakteristik kondisi sosial dan ekonomi tertentu dari suatu daerah. Beberapa kondisi sosial dan ekonomi yang perlu dideskripsikan misalnya, laju pertumbuhan ekonomi, pertumbuhan penduduk, dan sebagainya. Analisis deskriptif bertujuan untuk memberikan gambaran atau deskripsi suatu populasi. Misalnya populasi pohon mangrove di Pesisir Pantai Tlanakan yang dilihat dari nilai rata-rata diameter pohon dan tingginya serta kerapatannya. Deskripsi dari kondisi sosial dan ekonomi suatu daerah bisa beragam bentuknya, yaitu berupa tabulasi silang, grafik histogram dan sebagainya. Bentuk deskripsi ini dipilih sesuai dengan keperluan analisis agar tujuan penelitian bisa dicapai.

4.4.2 Identifikasi Manfaat dan Fungsi Hutan Mangrove

Nilai ekonomi suatu sumberdaya pada dasarnya dibedakan menjadi dua, yaitu nilai kegunaan use value dan nilai non-guna non-use value nilai keguanaan meliputi nilai guna langsung, nilai guna tidak langsung, dan nilai guna pilihan. Nilai non-guna terdiri dari nilai warisan dan nilai keberadaan. 1. Nilai Guna Langsung Direct Use Value Nilai guna langsung dihasilkan dari pemanfaatan secara langsung dari suatu sumberdaya, dalam hal ini adalah hutan mangrove yang terehabilitasi. Nilai manfaat langsung tersebut dihitung dari jenis manfaat yang biasa dimanfaatkan oleh masyarakat Pesisir Pantai Tlanakan. Nilai manfaat langsung ini diidentifikasi dari hasil tangkapan kepiting, udang, ikan, dan nilai potensi kayu mangrove. 22 Nilai manfaat langsung dari hutan mangrove dari produktivitas ikan, udang, dan kepitingnya dapat diperoleh dengan menggunakan Productivity Method. Nilai tersebut diperoleh dari Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Pamekasan. Sementara nilai potensi kayu mangrove diperoleh dengan menggunakan Analysis of Standing Volume Analisis Volume Tegakan pada pohon mangrove dengan menentukan tiga titik contoh sampel. Menurut Nilwan et al 2003 dalam Santoso 2005 rumus umum yang digunakan pada Analysis of Standing Volume Analisis Volume Tegakan adalah: Vha= 0, 5x Π x D 2 x T x K Keterangan: D: Diameter rata-rata m T: Tinggi rata-rata m K: Kerapatan rata-rata per ha Π: 3,14 Analisis volume tegakan ini dapat menggambarkan kondisi dari hutan mangrove pada tiap hektar. Selain itu juga dapat dijadikan perhitungan awal dari nilai ekonomi potensi kayu mangrove. 2. Nilai Guna Tidak Langsung Indirect Use Value Nilai guna tidak langsung dari hutan mangrove dapat diidentifikasi dari manfaat fisik dan biologisnya serta dari potensi kawasan hutan mangrove sebagai tujuan ekowisata. Manfaat fisik dari hutan mangrove yaitu sebagai penahan abrasi air laut. Manfaat biologisnya yaitu sebagai tempat pemijahan ikan, daerah asuhan ikan dan sebagai penyedia makanan bagi ikan. Penilaian hutan mangrove secara fisik diestimasi dari fungsi hutan mangrove sebagai penahan abrasi. Nilai ekonomi hutan mangrove sebagai penahan abrasi ini diperoleh berdasarkan pendekatan biaya pengganti 23 Replacement cost pembuatan penahan abrasi. Hutan mangrove ini diibaratkan sebagai bangunan dari beton yang berfungsi sebagai pemecah gelombang breakwater. Pengestimasian nilai ekonominya dilakukan dengan cara mengukur panjang garis pantai yang dilindungi oleh hutan mangrove, kemudian biaya pembuatan breakwater yang diperoleh dikalikan satu per tiga dari panjang garis pantai yang dilindungi hutan mangrove. Hal ini dikarenakan manfaat hutan mangrove tersebut dapat tergantikan dengan membangun breakwater sepanjang satu per tiga dari panjang garis pantai Santoso, 2005. Penilaian ekonomi secara biologi berbeda dengan penilaian ekonomi secara fisik. Penilaian ekonomi secara biologi didekati secara tidak langsung melalui Productivity Method. Produktivitas yang digunakan untuk mengetahui nilai tidak langsung dari hutan mangrove sebagai penyedia pakan yaitu produktivitas hasil tangkapan udang. Nilai ini diestimasi setara dengan hasil tangkapan udang disekitar hutan mangrove dikali dengan jumlah pakan yang dibutuhkan untuk setiap kilogram udang yang diperoleh dikali harga pakan udang didaerah penelitian Sribianti, 2008. Nilai ekonomi ekowisata hutan mangrove diestimasi melalui pendekatan biaya perjalanan. Menurut Hufschmidt et al 1987 dalam Darmawan 2011 pendekatan biaya perjalanan dikembangkan untuk menilai manfaat barang lingkungan. Konsep ini dapat digunakan untuk memperoleh besarnya nilai tidak langsung hutan mangrove sebagai tujuan ekowisata terutama untuk kawasan yang belum memiliki harga tiket masuk. Biaya perjalanan pengunjung ini akan diperoleh melalui wawancara langsung dengan menggunakan panduan kuesioner. 24 Biaya perjalanan merupakan biaya yang dikeluarkan untuk perjalanan menuju lokasi wisata. Biaya tersebut meliputi biaya transportasi, biaya konsumsi, biaya dokumentasi, dan biaya-biaya lainnya. Adapun fungsi dari biaya perjalanan tersebut dapat dirumuskan sebagai berikut: C = B t + B k + B d + Bl………………………………….....................................1 Keterangan: C : Biaya perjalanan Rporang B t : Biaya transportasi Rporang B k : Biaya konsumsi Rporanghari Bd : Biaya dokumentasi Rporang Bl : Biaya lain-lain Rp 3. Nilai Pilihan Option Value Nilai pilihan untuk hutan mangrove biasanya didekati dengan menggunakan metode Benefit Transfer. Metode ini menggunakan sistem penilaian benefit dari tempat lain, dimana sumberdaya tersedia, kemudian benefit tersebut ditransfer untuk memperoleh perkiraan kasar mengenai manfaat lingkungan Tuwo, 2011. Metode tersebut didekati dengan cara menghitung besarnya nilai keanekaragaman hayati biodiversitas yang ada di ekosistem hutan mangrove tersebut. Menurut Ruitenbeek 1991 dalam Fahrudin 1996 hutan mangrove Indonesia memiliki nilai biodiversitas sebesar US 1 500 per km 2 atau US 15 per ha. Nilai ini dapat digunakan untuk seluruh Hutan mangrove yang ada di Indonesia. Nilai manfaat pilihan dapat dirumuskan sebagai berikut: OV = US15 pe r ha x Luas hutan mangrove………..........................2 Dimana: OV = Option Value 4. Nilai Warisan Bequest Value Hutan mangrove memiliki nilai warisan dari masyarakat sekarang ke generasi yang akan datang jika bisa terpelihara dengan baik. Oleh sebab itu nilai 25 manfaat warisan tersebut perlu diestimasi. Metode yang digunakan adalah Contingent Valuation Method CVM. Metode ini didasarkan pada kesediaan membayar seseorang Willingness To Pay untuk memelihara hutan mangrove agar bisa diwariskan pada generasi yang akan datang seperti saat menilai nilai keberadaan hutan mangrove. Pencarian data dalam metode ini dilakukan dengan wawancara dengan mengunakan panduan kuesioner. Teknik CVM ini memerlukan analisis survei yang kompeten untuk mencapai perkiraan yang bisa dipertahankan, akan tetapi sifat studi dan hasil penelitian dari CVM tidak sulit untuk menganalisis dan menjelaskan permasalahan. CVM telah banyak digunakan, serta banyak penelitian yang dilakukan untuk meningkatkan metodelogi, membuat hasil lebih valid dan dapat diandalkan Fadhli, 2011. Tahap-tahap dalam melakukan penelitian untuk menentukan Willingness To Pay WTP dengan menggunakan CVM dalam penelitian ini meliputi: a. Membentuk Pasar Hipotetik Pasar hipotetik yang dibentuk adalah suatu pasar dengan kualitas hutan mangrove yang berbeda dengan kondisi sekarang. Responden sebelumya telah menjawab pertanyaan-pertanyaan mengenai persepsi terhadap kondisi hutan mangrove. Pasar hipotetik dibentuk setelah responden diminta untuk mendengarkan atau membaca suatu pernyataan mengenai kondisi hutan mangrove saat ini pasca rehabilitasi. Dijelaskan pula bahwa kondisi ini terjadi karena adanya rehabilitasi oleh pemerintah pada tahun 2009 yang bekerjasama dengan masyarakat setempat. Selanjutnya pasar hipotetik CVM yang ditawarkan, dibentuk dalam sebuah skenario sebagai berikut: 26 Skenario ini memberikan gambaran kepada responden mengenai situasi hipotetik rencana pengelolaan dan pembayaran jasa SDAL sebagai upaya konservasi untuk kelesarian hutan mangrove di Pesisir Pantai Tlanakan. Nilai sumberdaya alam tersebut akan diberlakukan dan ditanyakan kepada responden mengenai WTP per bulan untuk masyarakat sekitar hutan mangrove di Pesisir Pantai Tlanakan. b. Mendapatkan Penawaran Besarnya Nilai WTP Apabila alat survei telah dibuat, maka survei tersebut dapat dilakukan dengan wawancara langsung. Teknik yang digunakan dengan menggunakan metode referendum atau discrete choise dichotomous choise. Responden diberi suatu nilai rupiah kemudian diberi pertanyaan setuju atau tidak. Metode lebih memudahkan responden dalam memahami maksud dan tujuan dari penelitian dibanding dengan metode lain. c. Memperkirakan Dugaan Rataan WTP WTP i dapat diduga dengan menggunakan nilai tengah dari kelas atau interval kelas WTP i. Berdasarkan jawaban responden dapat diketahui bahwa WTP i yang benar berada antara jawaban yang dipilih batas bawah kelas WTP dengan WTP berikutnya batas atas kelas WTP. Dugaan rataan WTP dihitung dengan rumus: ∑ “Pihak pengelola berencana akan bekerjasama dengan masyarakat untuk terus merehabilitasi hutan mangrove. Hal tersebut memerlukan partisipasi aktif masyarakat melalui penarikan dana sumbangan. Selanjutnya dana tersebut akan digunakan untuk biaya pembelian bibit mangrove, pancang tegakan bibit mangrove, dan upah bagi masyarakat yang menanam pohon mangrove. Apakah anda bersedia untuk ikut berpartisipasi aktif ?. Berapa jumlah yang bersedia anda bayarkan untuk itu ? ” 27 Keterangan: EWTP : Dugaan rataan WTP Wi : Nilai WTP ke-i Pfi : Frekuensi relatif N : Jumlah responden i : Responden ke-i yang bersedia melakukan pembayaran nilai SDA d. Penjumlahan Data Penjumlahan data merupakan proses dimana nilai tengah penawaran dikonversikan terhadap total populasi yang dimaksud. Setelah menduga nilai tengah WTP maka dapat diduga nilai WTP dari rumah tangga dengan menggunakan rumus: ∑ Keterangan TWTP : Total WTP WTPI : WTP individu sampai ke-i n i : Jumlah sampel ke-i yang bersedia membayar sebesar WTP N : Jumlah sampel P : Jumlah populasi i : Responden ke-i yang bersedia membayar jasa sumberdaya alam dan lingkungan e. Mengevaluasi Penggunaan CVM Evaluasi ini merupakan penilaian sejauh mana penggunaan CVM telah berhasil dilakukan. Pada tahap ini memerlukan pendekatan seberapa besar tingkat keberhasilan dalam pengaplikasian CVM. Apakah hasil survei mengandung tingkat penalaran sanggahan yang tinggi. Apakah ada bukti bahwa responden benar-benar mengerti mengenai pasar hipotetik. Seberapa besar tingkat kesalahan responden dalam menjawab pertanyaan yang diajukan. Seberapa baik pasar hipotetik yang digunakan dapat menangkap 28 setiap aspek dalam barang lingkungan. Seberapa baik permasalahan yang terjadi diasosiasikan dengan CVM. 5. Nilai Manfaat Keberadaan Existence Value Keberadaan hutan mangrove dalam kehidupan masyarakat tentu akan dirasakan oleh mereka apalagi jika hutan mangrove itu mengalami perubahan. Oleh sebab itu nilai manfaat keberadaan tersebut perlu diestimasi. Metode yang digunakan adalah Contingent Valuation Method CVM. Metode ini didasarkan pada kesediaan membayar seseorang Willingness to pay terhadap keberadaan sumberdaya mangrove sehingga manfaat dan fungsi hutan mangrove tetap dirasakan oleh masyarakat. Tahap-tahap dalam melakukan penelitian untuk menentukan Willingness to pay WTP nilai keberadan dengan menggunakan CVM sama halnya dengan tahap-tahap untuk memperoleh nilai warisan. Hal yang membedakan adalah responden dan pasar hipotetiknya. Responden yang diperlukan untuk menilai keberadaan hutan mangrove adalah masyarakat yang mengetahui tentang hutan mangrove di Pesisir Pantai Tlanakan dan mereka bukan masyarakat sekitar hutan mangrove. Pasar hipotetik yang dibentuk untuk memperoleh nilai keberadaan hutan mangrove adalah suatu pasar dengan kualitas hutan mangrove yang berbeda dengan kondisi sekarang. Pasar hipotetik dibentuk setelah responden diminta untuk mendengarkan atau membaca suatu pernyataan mengenai kondisi hutan mangrove saat ini pasca rehabilitasi. Dijelaskan pula bahwa kondisi ini terjadi karena adanya rehabilitasi oleh pemerintah sebelumnya pada tahun 2009 yang 29 bekerjasama dengan masyarakat setempat. Selanjutnya pasar hipotetik CVM yang ditawarkan, dibentuk dalam sebuah skenario sebagai berikut: Skenario ini memberikan gambaran kepada responden mengenai situasi hipotetik mengenai rencana pengelolaan dan pembayaran jasa SDAL sebagai upaya konservasi untuk kelestarian hutan mangrove di Pesisir Pantai Tlanakan. Nilai sumberdaya alam tersebut akan diberlakukan dan ditanyakan kepada responden mengenai WTP per bulan untuk masyarakat yang mengetahui hutan mangrove di Pesisir Pantai Tlanakan.

4.4.3 Analisis Regresi Linear Berganda