Nilai Guna Use Value

46 atau kehijauan, melengkung. Daun mahkota berwarna putih dan berambut sedikit kekuningan.

6.2 Nilai Ekonomi Total Hutan Mangrove

6.2.1 Nilai Guna Use Value

6.2.1.1 Nilai Guna Langsung Direct Use Value

Nilai guna langsung dari sumberdaya hutan mangrove ini dapat diestimasi dari potensi kayunya, hasil tangkapan ikan, udang, dan kepiting. a. Nilai Ekonomi Kayu Mangrove Nilai Ekonomi pohon mangrove berdasarkan potensi kayunya bisa diperoleh dengan menganalisis volume tegakannya. Hasil pengambilan data menunjukkan bahwa diameter rata-rata pohon mangrove di Pesisir Pantai Tlanakan sebesar 0,064 m, tinggi rata-rata sebesar 5,3 m, dan kerapatan rata- rata per ha adalah sebesar 77,67. Berdasarkan data tersebut maka didapat potensi dari volume kayu mangrove sebesar 2,65 m 3 per ha. Nilai ekonomi dari potensi kayu mangrove di Pesisir Pantai Tlanakan adalah sebesar Rp. 127 066,00 per ha per tahun. Nilai ini didapat dari perkalian antara volume kayu mangrove dengan harga kayu mangrove di tempat penelitian peneliti per meter kubik yaitu sebesar Rp. 48 000,00. Biaya yang dikeluarkan untuk pengambilan kayu mangrove diperoleh dari hasil penelitian LPP Mangrove 2000 dalam Aprilwati 2001 yaitu berkisar antara 30 -35 dari nilai ekonomi potensi kayu per ha. Berdasarkan perhitungan tersebut akhirnya diperoleh nilai ekonomi bersih dari potensi kayu mangrove adalah sebesar Rp 82 593,00 per ha per tahun Tabel 2. 47 Tabel 2. Nilai Ekonomi Bersih Potensi Kayu Mangrove Per Ha Keterangan Nilai Kerapatan rata-rata per ha 77,67 Diameter pohon rata-rata m 0,064 Tinggi pohon rata-rata m 5,3 ∏ 3,14 Volume kayu 2,65 Harga kayu 48.000 Nilai manfaat kayu mangrove per ha Rp 127.066 Biaya pengambilan kayu Rp 44.473 Nilai Manfaat Bersih Kayu Mangrove Per Ha Rp 82.593 Sumber: Data Primer yang Diolah 2012 Nilai ekonomi total dari kayu mangrove tergantung dari luas hutan mangrovenya. Sebelum dan setelah rehabilitasi luas hutan mangrove adalah 15,78 DKP, 2008 dan 58 ha DKP, 2012. Dengan demikian nilai ekonomi total potensi kayu mangrove sebelum dan sesudah rehabilitasi adalah sebesar Rp. 1 625 574,70 dan Rp. 5 068 238,00. Nilai ini diperoleh dengan mendiskontokan nilai ekonomi kayu mangrove pada tahun 2008 dan tahun 2011 ke tahun 2012 dengan suku bunga 5,8 Pada Maret 2012. Suku bunga yang dipakai berdasarkan suku bunga Bank Indonesia. Perbandingan nilai ekonomi total kayu mangrove pada tahun 2008 dengan tahun 2011 dapat dilihat pada Tabel 3 dibawah ini. Tabel 3. Nilai Ekonomi Kayu Mangrove Sebelum dan Setelah Rehabilitasi Keterangan Sebelum Rehabilitasi Tahun 2008 Setelah Rehabilitasi Tahun 2011 Nilai Manfaat Bersih Kayu Mangrove per ha Rp 82.593 Luas Hutan Mangrove Ha 15,708 58 Nilai Ekonomi Kayu Mangrove Sebelum Diskonto Rp 1.297.371 4.790.395 Nilai Ekonomi Kayu Mangrove Setelah Diskonto Tahun 2012 Rp 1.625.574,7 5.068.238 Sumber: Data Primer yang Diolah 2012 48 Berdasarkan perhitungan tersebut diketahui bahwa luas hutan mangrove berpengaruh terhadap nilai total kayu mangrove. Tabel 3 diatas menunjukkan bahwa nilai ekonomi total potensi kayu mangrove setelah rehabilitasi lebih tinggi jika dibandingkan dengan nilai kayu mangrove sebelum direhabilitasi. Hal ini menunjukkan bahwa semakin banyaknya rehabilitasi maka semakin luas pula area hutan mangrove yang berimplikasi kepada tingginya nilai ekonomi kayu mangrove di tempat tersebut. Selain itu, berdasarkan hasil wawancara dengan masyarakat, masyarakat sendiri juga melakukan penanaman pohon mangrove. Mereka tidak hanya menunggu program rehabilitasi dari pemerintah, dengan demikian luas hutan mangrove bertambah. Motivasi dari masyarakat sekitar Pesisir Pantai Tlanakan yang melakukan penanaman sendiri adalah untuk menghindari rumah mereka dari hempasan gelombang air laut. b. Nilai Ekonomi Kayu Bakar Berdasarkan hasil wawancara, diketahui bahwa sebanyak 30 responden mengambil ranting pohon mangrove untuk dijadikan kayu bakar. Jumlah kayu bakar yang diambil masyarakat berkisar antara 26-35 ikat setiap bulannya atau jika dirata-rata hampir setiap hari mereka mengambil kayu bakar mangrove 30 ikatbulan Lampiran 5. Masyarakat mengaku bahwa dengan menggunakan kayu bakar dari ranting mangrove akan menghemat pemakaian gas selama seminggu. Harga gas LPG di daerah penelitian adalah sebesar Rp. 13 500,00. Harga kayu bakar per ikatnya adalah sebesar Rp. 1 929,00. Harga ini diperoleh dari pembagian antara harga gas LPG dengan banyaknya hari dalam seminggu. Berdasarkan hasil perhitungan 49 diketahui bahwa selama setahun nilai ekonomi kayu bakar pohon mangrove pasca rehabilitasi adalah sebesar Rp. 20 902 644,00Tahun. Nilai ini diperoleh dari penjumlahan hasil perkalian antara jumlah kayu bakar mangrove yang diambil masyarakat per ikat dengan harganya. Masyarakat pengguna kayu bakar mangrove diasumsikan sebagai masyarakat miskin yang berada di tujuh desa sekitar Pesisir Pantai Tlanakan. Menurut Badan Pusat Statistik Kabupaten Pamekasan 2011 jumlah penduduk miskin di Desa Bandaran, Kramat, Ambat, Tlanakan, Branta Pesisir, Branta Tinggi, dan Tlesa masing- masing sebesar 1 620, 1 236, 1 399, 864, 1 322, 1 322, dan 281 jiwa. Jadi, nilai ekonomi total kayu bakar mangrove yang digunakan masyarakat pasca rehabilitasi adalah sebesar Rp. 168 140 868 336,00 . Nilai ini diperoleh dari hasil perkalian nilai ekonomi kayu bakar mangrove per tahun dengan 8 044 masyarakat miskin di sekitar Pesisir Pantai Tlanakan. c. Nilai Ekonomi Produktivitas Perikanan Ikan, Udang, dan Kepiting Produktivitas komoditas ikan, udang, dan kepiting diperoleh melalui data sekunder yang ada di Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Pamekasan. Data sekunder yang ada menunjukkan bahwa produktivitas ikan sebelum dan setelah rehabilitasi hutan mangrove adalah Rp. 32 973 950 000,00 dan Rp. 76 615 004 000,00. Produktivitas udang sebelum dan setelah rehabilitasi hutan mangrove adalah Rp. 4 980 000 000,00 dan Rp. 11 414 000 000,00. Produktivitas kepiting sebelum dan setelah rehabilitasi hutan mangrove adalah Rp. 2 740 500 000,00 dan Rp. 1 908 900 000,00 seperti yang terlihat pada Tabel 4 dibawah ini. 50 Tabel 4. Produktivitas Ikan, Udang, dan Kepiting Sebelum dan Setelah Rehabilitasi Jenis Komoditas Produktivitas Perikanan Rp Sebelum Rehabilitasi Tahun 2008 Setelah Rehabilitasi Tahun 2011 Ikan 32.973.950.000,- 76.615.004.000,- Udang 4.980.000.000,- 11.414.000.000,- Kepiting 2.740.500.000,- 1.908.900.000,- Sumber: Data Sekunder yang Diolah 2012 Produktivitas perikanan ikan, udang, dan kepiting secara keseluruhan sebelum dan setelah rehabilitasi adalah sebesar Rp 40 694 450 000,00 Lampiran 6 dan Rp. 89 937 904 000,00 Lampiran 7. Nilai produktivitas perikanan sebelum dan setelah rehabilitasi setelah diskonto adalah sebesar Rp 50 989 160 000,00 dan Rp. 95 154 304 000,00 seperti yang terlihat pada Tabel 5 dibawah ini. Tabel 5. Nilai Produktivitas Perikananan Sebelum dan Setelah Rehabilitasi Keterangan Sebelum Rehabilitasi Tahun 2008 Setelah Rehabilitasi Tahun 2011 Nilai Produktivitas Perikanan Sebelum Diskonto Rp 40.694.450.000 89.937.904.000 Nilai Produktivitas Perikanan Setelah Diskonto Tahun 2012 Rp 50.989.160.000 95.154.302.000 Sumber: Data Sekunder yang Diolah 2012 Nilai produktivitas perikanan pasca rehabilitasi terlihat dua kali lebih besar dibandingkan sebelum adanya rehabilitasi. Hal tersebut menunjukkan bahwa secara keseluruhan semakin banyak kegiatan penanaman pohon mangrove seperti rehabilitasi hutan mangrove pada tahun 2009 maka semakin banyak pula hasil tangkapan komoditas perikanan pasca rehabilitasi tersebut.

6.2.1.2 Nilai Guna Tidak Langsung Indirect Use Value

Nilai guna tidak langsung dari hutan mangrove di Pesisir Pantai Tlanakan diestimasi dari fungsi fisiknya sebagai penahan abrasi dan fungsi biologisnya 51 sebagai penyedia pakan alami udang serta potensi ekowisatanya. Nilai ekonomi hutan mangrove sebagai penahan abrasi diperoleh dengan menggunakan pendekatan biaya pengganti dan sebagai penyedia pakan alami udang diperoleh melalui Produktivity Method serta nilai potensi ekowisatanya diperoleh dengan menggunakan Travel Cost Method. a. Nilai Ekonomi Hutan Mangrove Sebagai Penahan Abrasi Manfaat hutan mangrove sebagai pemecah gelombang dapat tergantikan dengan membangun breakwater sepanjang satu per tiga dari panjang garis pantai. Berdasarkan data yang diperoleh dari Dinas Perikanan dan Kelautan Kabupaten Pamekasan, panjang garis pantai untuk Kecamatan Tlanakan yaitu 7 550 m. Berdasarkan hasil penelitian, untuk membangun pemecah gelombang di Pesisir Pantai Tlanakan biasanya dibangun bangunan penahan abrasi ukuran 1,5 m x 0,4 m x 2,5 p x l x t dengan harga penahan abrasi sebesar Rp. 575 500,00. Dengan demikian total biaya pengganti pembuatan abrasi adalah sebesar Rp 1 448 341 667,00 Lampiran 8. Nilai tersebut merupakan nilai tidak langsung dari hutan mangrove sebagai penahan abrasi. b. Nilai Ekonomi Hutan Mangrove Sebagai Penyedia Pakan Alami Udang Nilai ini diestimasi setara dengan hasil tangkapan udang disekitar hutan mangrove dikali dengan jumlah pakan yang dibutuhkan untuk setiap kilogram udang yang diperoleh dikali harga pakan udang di daerah penelitian. Berdasarkan data yang ada Lampiran 6, produksi udang di Kecamatan Tlanakan sebelum rehabilitasi hutan mangrove sebesar 99 600 Kgtahun dan pasca rehabilitasi hutan mangrove sebesar 215 700 kgtahun Lampiran 7. Petambak udang di daerah penelitian peneliti mengatakan bahwa harga pakan 52 udang adalah Rp. 12 000,00kg dan dibutuhkan pakan udang sebesar 1,5 kg untuk satu kilogram hasil tangkapan udang. Berdasarkan data tersebut, maka nilai ekonomi hutan mangrove sebagai penyedia pakan alami udang sebelum dan setelah rehabilitasi adalah sebesar Rp. 2 178 674 259,00 dan Rp. 4 107 790 800,00 Tabel 6. Tabel 6. Nilai Ekonomi Hutan Mangrove sebagai Penyedia Pakan Alami Udang feeding ground Sebelum dan Setelah Rehabilitasi Keterangan Sebelum Rehabilitasi Tahun 2008 Setelah Rehabilitasi Tahun 2011 Produktivitas Udang KgTahun 96.600 215.700 Jumlah Pakan Udang Kg 1,5 1,5 Harga Pakan Udang per Kg Rp 12.000 12.000 Nilai Feeding Ground Sebelum Diskonto Rp 1.738.800.000 3.882.600.000 Nilai Feeding Ground Setelah Diskonto Tahun 2012 Rp 2.178.674.259 4.107.790.800 Sumber: Data Primer yang Diolah 2012 Berdasarkan perhitungan tersebut maka dapat diketahui bahwa nilai ekonomi hutan mangrove sebagai penyedia pakan alami udang pasca rehabilitasi tahun 2011 lebih tinggi daripada sebelum direhabilitasi tahun 2008. Hal ini menunjukkan bahwa rehabilitasi hutan mangrove pada tahun 2009 memberikan dampak postitif terhadap nilai ekonomi hutan mangrove di Pesisir Pantai Tlanakan. c. Nilai Ekonomi Hutan Magrove sebagai Tujuan Ekowisata Nilai ekonomi hutan mangrove sebagai tujuan ekowisata diestimasi berdasarkan biaya perjalanan menuju lokasi wisata. Biaya tersebut meliputi biaya transportasi, biaya dokumentasi, dan biaya lain-lain. Berdasarkan hasil wawancara dengan 35 responden maka diperoleh total biaya perjalanan per orang kemudian dikalikan dengan jumlah kunjungan rata-rata yang akan mereka lakukan dalam setahun ke tempat tersebut. Jadi, berdasarkan 53 perhitungan tersebut diperoleh nilai ekonomi hutan mangrove sebagai tujuan ekowisata sebesar Rp. 2 422 000,00 Lampiran 9.

6.2.1.3 Nilai Pilihan Hutan Mangrove Option Value

Nilai pilihan hutan mangrove diestimasi dengan menggunakan metode Benefit Transfer . Metode tersebut didekati dengan cara menghitung besarnya nilai keanekaragaman hayati biodiversity yang ada di ekosistem hutan mangrove. Menurut Ruitenbeek 1991 dalam Fahruddin 1996 nilai keanekaragaman hayati biodiversity hutan mangrove di Indonesia, yaitu US 1 500km 2 atau US 15hatahun. Estimasi nilai guna pilihan dari hutan mangrove yaitu dengan mengalikan nilai biodiversitas dengan luas hutan mangrove di Pesisir Pantai Tlanakan. Nilai tukar dolar AS terhadap rupiah sebesar Rp. 9 200,00 pada Maret 2012. Nilai pilihan hutan mangrove tahun 2008 dan 2011 dapat dilihat pada Tabel 7. Tabel 7. Nilai Pilihan Hutan Mangrove di Pesisir Pantai Tlanakan Sebelum dan Setelah Rehabilitasi Keterangan Sebelum Rehabilitasi Tahun 2008 Setelah Rehabilitasi Tahun 2011 Nilai Biodiversitas US 15 15 Luas Hutan Mangrove ha 15,708 58 Nilai Pilihan Sebelum Diskonto US 235,62 870 Nilai Pilihan Setelah Diskonto US 295,23 920,46 Nilai Pilihan Setelah Diskonto Rp 2.716.116 8.468.232 Sumber: Data Sekunder yang Diolah Keterangan : Nilai biodiversitas hutan mangrove di Indonesia menurut Ruitenbekk Tabel nilai pilihan hutan mangrove di atas menunjukkan bahwa nilai pilihan hutan mangrove pasca rehabilitasi tahun 2011 lebih tinggi daripada nilai pilihan hutan mangrove sebelum adanya rehabilitasi tahun 2008. Hal tersebut disebabkan oleh perubahan luas hutan mangrove sebagai akibat dari banyaknya 54 rehabilitasi berupa penanaman pohon mangrove baik dari pemerintah maupun dari masyarakat setempat. Estimasi nilai guna langsung, tidak langsung, dan pilihan tersebut di atas kemudian dikuantifikasi untuk memperoleh nilai guna hutan mangrove di Pesisir Pantai Tlanakan. Nilai guna dari sumberdaya hutan mangrove di Pesisir Pantai Tlanakan Tahun 2012 adalah sebesar Rp. 268 867 261 273,00 Gambar 15. Gambar 15. Nilai Guna Hutan Mangrove Pasca Rehabilitasi di Pesisir Pantai Tlanakan

6.2.2 Nilai Non-Guna Non-Use Value