Balai Informasi Pertanian 1982 membagi bentuk hutan rakyat berdasarkan jenis tanaman menjadi tiga yaitu :
a. Hutan rakyat murni, hutan rakyat yang hanya terdiri dari satu jenis tanaman
pohon berkayu yang ditanam dan diusahakan secara homogen atau monokultur. b.
Hutan rakyat campuran, huyan rakyat yang terdiri dari berbagai jenis pohon- pohonan yang ditanam secara campuran.
c. Hutan rakyat Agroforestry, hutan rakyat yang memiliki bentuk usaha
kombinasi kehutanan dengan cabang usaha tani lainnya, seperti perkebunan, pertanian tanaman pangan, peternakan dan lain-lain secara terpadu.
Menurut Djajapertjunda 2003, karena hutan rakyat adalah hutan, sama halnya hutan-hutan lainnya yang tanamannya terdiri atas pohon sebagai jenis
utamanya, maka peranannya pun tidak banyak berbeda, yaitu : a.
Ekonomi, untuk memproduksi kayu dan meningkatkan industri kecil sebagai upaya untuk meningkatkan peranan dan jaringan ekonomi rakyat.
b. Sosial, dalam membuka lapangan pekerjaan.
c. Ekologi, sebagai penyangga kehidupan masyarakat dalam mengatur tata
air, mencegah bencana banjir, erosi dan sebagai prasarana untuk memelihara kualitas lingkungan hidup penyerap Carbon Dioksida dan
produsen Oksigen. d.
Estetika, berupa keindahan alam. e.
Sumberdaya alam untuk ilmu pengetahuan, antara lain ilmu biologi, ilmu lingkungan, dll.
Hutan rakyat di Desa Legokhuni tidak begitu mementingkan aspek ekologi, estetika, sosial dan sumberdaya alam. Pengelolaan hutan rakyat hanya berorientasi
pada keuntungan semata.
2.5 Agroforestry
Menurut Nair dalam Hairiah, et al. 2003 agroforestry adalah sistem penggunaan terpadu, yang memiliki aspek sosial ekologi, dilaksanakan melalui
pengkombinasian pepohonan dengan tanaman pertanian dan atau ternak hewan, baik secara bersama-sama atau bergilir, sehingga dari satu unit lahan tercapai hasil
total nabati atau hewani yang optimal dalam arti berkesinambungan. Agroforestry
pada prinsipnya dikembangkan untuk memecahkan permasalahan pemanfaatan lahan dan pengembangan pedesaan, serta memanfaatkan potensi-potensi dan
peluang yang ada untuk kesejahteraan manusia dengan dukungan kelestarian sumberdaya deserta lingkungannya. Agroforestry diharapkan dapat memecahkan
berbagai masalah pengembangan pedesaan dan seringkali sifatnya mendesak. Agroforestry utamanya diharapkan dapat membantu mengoptimalkan hasil suatu
bentuk penggunaan lahan secara berkelanjutan guna menjamin dan memperbaiki kebutuhan hidup masyarakat. Sistem berkelanjutan ini dicirikan antara lain oleh
tidak adanya penurunan produksi tanaman dari waktu ke waktu dan tidak adanya pencemaran lingkungan.
Apabila digambarkan pada lahan miring yang menggunakan sistem agroforestry, maka secara umum pohon-pohon akan menyediakan struktur
permanen di atas dan di bawah tanah bagi sistem pertanaman. Pergerakan air dan tanah akan dihambat dan kehilangan akibat erosi tanah dapat berkurang banyak
dengan strara ini. Agroforestry juga merupakan salah satu sarana penting untuk merehabilitasi lahan kritis, terutama di daerah hulu DAS. Sistem agroforestry
yang mengkombinasikan dengan tanaman herba, ternak dan pepohonan telah digunakan untuk menstabilkan ekosistem lahan kritis. Pepohonan menciptakan
struktur permanen yang menstabilkan tanah dan neraca hidrologi. Aneka tanaman parennial digunakan untuk mereduksi gangguan hama dan iklim.
Wiersum 1987 dalam Departemen Kehutanan 1989 mengatakan, kebun campuran adalah bagian dari agroforestry yang banyak diusahakan oleh
masayarakat untuk meningkatkan pendapatan. Bentuk-bentuk kebun campuran dapat berbeda tergantung pada kondisi biofisik, lokasi, budaya, politik, psikologi,
dan keadaan sosial ekonomi. Fungsi utama dari kebun campuran adalah memenuhi sampai setengah dari kebutuhan dasar keluarga terutama pada masa
kekeringan atau kekurangan. Sebagai contoh 25,5 dari rata-rata pendapatan keluarga di Jawa Barat adalah berasal dari kebun campuran.
Menurut Andayani 2005 agroforestry dapat diartikan juga sebagai sebuah bentuk nama kolektif collective name dari sistem nilai masyarakat
berkaitan dengan model-model penggunaan lahan lestari. Oleh karena itu, agroforestry dalam bentuk implementasinya dapat berbentuk sebagai berikut :
a. Agrisivikultur yaitu penggunaan lahan secara sadar dan dengan pertimbangan
yang masak untuk memproduksi sekaligus hasil-hasil pertanian dari hasil hutan.
b. Sylvopastural, yaitu sistem pengelolaan hutan dimana hutan dikelola untuk
menghasilkan kayu dan juga memelihara ternak. c.
Agrosylvo-pastoral, yaitu sistem dimana lahan dikelola untuk memproduksi hasil pertanian dan hasil kehutanan secara bersamaan dan sekaligus
memelihara hewan ternak. d.
Multipurpose forest tree production system, yaitu sistem dimana berbagai jenis kayu ditanam dan dikelola, tidak saja untuk menghasilkan kayu tetapi juga
daun-daunan dan buah-buahan yang dapat digunakan sebagai bahan makanan manusia maupun dijadikan makanan ternak.
2.3 Pengelolaan Hutan Rakyat