Model Laju Kerusakan Bahan Baku Buah

43 Karena Ft dan Rt bersifat mutually exclusive, maka berlaku persamaan berikut: Ft = 1 – Rt 44 Fungsi laju kerusakan θt menyatakan peluang bahwa produk akan rusak sesaat setelah t dengan syarat produk tetap baik sampai t yang dinyatakan dengan persamaan: 45 Berdasarkan uji distribusi, diperoleh laju kerusakan buah jambu, sirsak, nenas, apel dan strawberi mengikuti laju distribusi eksponensial. Maka perhitungan laju kerusakan masing-masing buah adalah sebagai berikut: 46 47 48 49 Fungsi distribusi masing-masing buah adalah sebagai berikut: f t jambu = 0,0598 е -0,0598 t 50 f t sirsak = 0,112 е -0,112 t 51 f t nenas = 0,0427 е -0,0427 t 52 f t apel = 0,0323 е -0,0323 t 53 f t strawberi = 0,251 е -0,251 t 54 Berdasarkan fungsi ditribusi tersebut diatas, maka nilai tengah laju kerusakan buah jambu adalah 0,0598; sirsak adalah 0,112; nenas adalah 0,0427; apel adalah 0,0323; dan buah strawberi adalah 0,251.

d. Model Ketersediaan Bahan Baku Buah yang Layak di Produksi

Manajemen persedian bahan baku buah segar mempunyai peranan penting dalam keberlangsungan proses produksi jus. Sifat bahan baku buah segar yang mudah rusak dan bersifat musiman dan permintaan terhadap produk terus berlangsung sehingga penanganan persediaan bahan baku buah segar harus diperhatikan dengan baik. Bahan baku buah segar yang dipasok diproduksi menjadi jus dan sebagian lagi diproduksi sebagai puree. Produksi puree merupakan salah satu cara untuk mengatasi ketidakpastian bahan baku buah segar yang disebabkan oleh faktor musiman dari buah segar dan sifatnya yang mudah rusak peishable. Puree digunakan digunakan pada saat pasokan buah segar tidak mencukupi jumlahnya dan bukan musim panen buah . Pasokan bahan baku buah segar diperoleh langsung dari petani yang sudah terikat kontrak kerjasama dengan perusahaan. Hal ini memudahkan dalam pengawasan mutu bahan baku, sehingga bahan baku buah segar yang sudah sampai di gudang persediaan merupakan bahan baku yang bermutu baik dan siap untuk diproses selanjutnya. Penentuan jumlah produksi jus dan puree berdasarkan pada prakiraan jumlah pasokan buah segar FP jt dan prakiraan penjualan jus F jt . Persediaan buah segar IS jt berasal dari prakiraan pasokan buah segar FP jt dan stok awal buah segar SAB jt . Stok awal buah segar diperoleh dari jumlah stok sisa buah segar periode sebelumnya SSB jt-1 . Jika t adalah periode bulan dan j adalah jenis produk maka j = 1 adalah jambu; j = 2 adalah sirsak; j = 3 adalah nenas; j=4 adalah apel, dan j= 5 adalah strawberi. IS jt = SAB jt + FP jt 55 SAB jt = SSB jt-1 56 Persediaan bahan baku buah segar tidak semuanya dapat digunakan sebagai bahan baku pembuatan jus dan puree. Hal ini disebabkan adanya faktor kerusakan dari buah segar itu sendiri. Penentuan jumlah bahan baku buah segar yang layak digunakan IB jt adalah jumlah persediaan bahan baku buah segar dikurangi dengan jumlah buah yang rusak z jt . Penentuan jumlah bahan baku yang rusak memperhitungkan laju kerusakan buah z j . IB jt = IS jt – Σ zjt 57 Σ z jt = j x FP jt + SAB jt 58 Pasokan bahan baku buah segar diutamakan langsung diproduksi menjadi jus JS j , sedangkan sisa bahan baku diproduksi menjadi puree PR j . Produksi jus dapat diproduksi langsung dari buah segar JSB jt dan diproduksi dari puree JSP jt . Kekurangan bahan baku akan diatasi dengan menggunakan persediaan puree pada periode sebelumnya I 1jt-1 . Kebijakan perusahaan untuk menetapkan persediaan akhir periode adalah 10 persen dari prakiraan penjualan 0,1 F jt . Jika kelebihan persediaan bahan baku buah segar yang layak digunakan maka penentuan jumlah produksi jus berdasarkan pada jumlah penjualan dan jumlah persediaan akhir periode yaitu 10 persen dari prakiraan penjualan jus dikurangkan dengan jumlah stok awal jus SAJ jt . Faktor koreksi yang harus diperhatikan dalam pembuatan puree adalah jumlah puree yang dihasilkan oleh 1 satu kg buah segar k j . Sedangkan pada produksi jus faktor koreksinya adalah jumlah jus yang dihasilkan dari 1 satu kg buah segar d j Jika d j . IB jt F jt 59 maka akan diproduksi jus dari buah : JSB jt = IB jt x d j dan 60 dari pure : JSP jt = F jt – JSB jt + 0,1 F jt 61 jika d j . IB jt = F jt 62 maka akan diproduksi jus dari buah : JSB jt = IB jt x d j dan 63 dari puree : JSP jt = 0,1 Fjt 64 jika d j . IB jt F jt 65 maka akan diproduksi jus dan puree jus dari buah : JSBj = F jt – SAJ jt + 0,1Ft dan 66 produksi puree : PR j = d j . IB jt – JSB jt x k j 67