dikurangi dengan jumlah buah yang rusak z
jt
. Penentuan jumlah bahan baku yang rusak memperhitungkan laju kerusakan buah z
j
. IB
jt
= IS
jt
– Σ zjt
57 Σ z
jt
=
j
x FP
jt
+ SAB
jt
58 Pasokan bahan baku buah segar diutamakan langsung diproduksi menjadi
jus JS
j
, sedangkan sisa bahan baku diproduksi menjadi puree PR
j
. Produksi jus dapat diproduksi langsung dari buah segar JSB
jt
dan diproduksi dari puree JSP
jt
. Kekurangan bahan baku akan diatasi dengan menggunakan persediaan puree
pada periode sebelumnya I
1jt-1
. Kebijakan perusahaan untuk menetapkan persediaan akhir periode adalah 10 persen dari prakiraan penjualan 0,1 F
jt
. Jika kelebihan persediaan bahan baku buah segar yang layak digunakan maka
penentuan jumlah produksi jus berdasarkan pada jumlah penjualan dan jumlah persediaan akhir periode yaitu 10 persen dari prakiraan penjualan jus dikurangkan
dengan jumlah stok awal jus SAJ
jt
. Faktor koreksi yang harus diperhatikan dalam pembuatan puree adalah jumlah puree yang dihasilkan oleh 1 satu kg
buah segar k
j
. Sedangkan pada produksi jus faktor koreksinya adalah jumlah jus yang dihasilkan dari 1 satu kg buah segar d
j
Jika
d
j
. IB
jt
F
jt
59
maka akan diproduksi jus
dari buah : JSB
jt
= IB
jt
x d
j
dan
60 dari pure : JSP
jt
= F
jt
– JSB
jt
+ 0,1 F
jt
61
jika d
j
. IB
jt
= F
jt
62
maka akan diproduksi jus
dari buah : JSB
jt
= IB
jt
x d
j
dan
63 dari puree : JSP
jt
= 0,1 Fjt 64
jika d
j
. IB
jt
F
jt
65
maka akan diproduksi jus dan puree
jus dari buah : JSBj = F
jt
– SAJ
jt
+ 0,1Ft dan 66
produksi puree : PR
j
= d
j
. IB
jt
– JSB
jt
x k
j
67
Jumlah persediaan jus I
2jt
adalah jumlah produksi jus baik yang berasal dari bahan baku buah segar JSB
jt
maupun yang berasal dari bahan baku puree JSP
jt
serta stok awal jus SAJ
jt
. Stok awal jus merupakan stok sisa jus periode sebelumnya SSJ
jt-1
. I
2jt
= JSB
jt
+ JSP
jt
+ SAJ
jt
68 SAJ
jt
= SSJ
jt-1
69 Jumlah persediaan puree I
1jt
adalah jumlah produksi puree dan stok awal puree
SAP
jt
. Stok awal jus adalah stok sisa jus periode sebelumnya SSP
jt-1
. I
1jt
= PR
jt
+ SAP
jt
70 SAP
jt
= SSP
jt-1
71 Stok sisa buah segar SSB
jt
adalah persediaan buah segar yang layak digunakan IB
jt
dikurangi jumlah jus yang diproduksi dari buah segar JSB
jt
dan jumlah produksi puree PR
jt
. Faktor koreksi yang perlu diperhatikan adalah kg buah yang dibutuhkan untuk memproduksi 1 satu liter jus v
j
dan kg buah segar yang dibutuhkan untuk menghasilkan 1 satu kg puree w
j
. SSBjt = IBjt –{ JSBjt x vj + PRjt x wj}
72 Stok sisa puree SSP
jt
adalah persediaan puree dikurangi dengan jumlah puree
yang digunakan untuk memproduksi jus dengan fator koreksi jumlah puree yang dihasilkan oleh 1 satu kg buah segar k
j
. Sedangkan stok sisa jus SSJ
jt
merupakan persediaan jus dikurangi dengan prakiraan penjualan jus F
jt
pada periode tersebut.
SSP
jt
={ I
1jt
– JSP
jt
x k
j
} 73
SSJ
jt
= I
2jt
– F
jt
74 Diagram alir model ketersediaan bahan baku buah yang layak diproduksi
dapat dilihat
pada Gambar
15.
Gambar 15 Diagram alir model ketersediaan bahan baku buah yang layak diproduksi
e. Model Perencanaan Produksi Agregat
Pemenuhan permintaan konsumen terhadap jus harus direncanakan dengan baik. Hal ini dikarenakan sifat bahan baku jus yang tidak pasti. Pada perencanaan
produksi agregat bertujuan untuk meminimumkan biaya produksi. Jumlah jus yang diproduksi lebih dari satu jenis, jumlah penjualan terhadap masing-masing
produk berbeda dan sumberdaya yang digunakan untuk proses produksi adalah sama, sehingga perencanaan produksi harus dilakukan untuk mengoptimalkan
penggunaan sumberdaya dan biaya produksi. Model matematika perencanaan produksi agregat dikembangkan dari model programa linier.
Fungsi objektif dari model perencanaan produksi agregat adalah meminimumkan total biaya proses produksi masing-masing produk baik produksi
jus, produksi puree dan jumlah persediaan jus dan puree. Jika i adalah jenis proses, j adalah jenis produk dan t adalah periode dan variabel-variabel keputusan
Xijt adalah jumlah liter jus yang diproduksi dari buah segar dan puree pada jam kerja regular, Yijt jumlah liter jus yang diproduksi dari buah segar dan puree pada
jam kerja lembur, Iijt adalah jumlah persediaan jus dan puree, C
ij
, A
ij
, B
ij
adalah biaya-biaya produksi jus dan puree pada jam kerja regular, jam kerja lembur dan
biaya persediaan jus dan puree, maka fungsi tujuan dirumuskan sebagai berikut: Minimasi TC
jambu
= 75
Minimasi TC
sirsak
= 76
Minimasi TC
nenas
= 77
Minimasi TC
apel
= 78
Minimasi TC
strawberi
= 79
Kendala yang harus diperhatikan adalah kendala persediaan. Persediaan pada tahap proses pembuatan jus dan tahap pembuatan puree dengan
memperhatikan jumlah penjualan jus F
jt
. Jumlah persediaan puree adalah jumlah persediaan puree periode sebelumnya I
1jt-1
, jumlah produksi puree pada jam produksi regular X
1jt
dan jam produksi lembur Y
1jt
dikurangi jumlah puree yang digunakan untuk pembuatan jus baik yang diproduksi pada jam kerja regular
X
3jt
maupun jam kerja lembur Y
3jt
. Jumlah persediaan jus secara keseluruhan
IJ
jt
adalah hasil penjumlahan dari persediaan jus dari buah segar I
2j
t dan persediaan jus dari puree I
3j
t. Penentuan jumlah persediaan jus pada akhir periode IJ
jt
adalah jumlah persediaan jus pada periode sebelumnya IJ
jt-1
dan jumlah produksi jus dari buah segar pada jam kerja regular X
2jt
maupun jam kerja lembur Y
2jt
, selain itu jumlah produksi jus yang menggunakan puree pada jam produksi regular X
3jt
dan jam produksi lembur Y
3jt
dikurangi dengan prakiraan jumlah penjualan jus pada periode tersebut F
jt
. ; untuk setiap j = 1, 2, 3, 4, 5 80
; untuk setiap j = 1, 2, 3, 4, 581 ; untuk setiap j = 1, 2, 3, 4, 5 82
Jumlah produksi puree dan jus, serta jumlah persediaannya dibatasi oleh kapasitas gudang produk jadi G dan kapasitas gudang produk antara puree K.
Selain itu terdapat kebijakan perusahaan yaitu untuk mengantisipasi permintaan jus ditetapkan persediaan penyangga sebanyak 10 persen dari prakiraan jumlah
penjualan jus. ; untuk setiap j = 1, 2, 3, 4, 5
83 ; untuk setiap j = 1, 2, 3, 4, 5
84 ; untuk setiap j = 1, 2, 3, 4, 5
85 Jumlah prakiraan penjualan jus pada setiap periode menjadi kendala dalam
penentuan jumlah perencanaan produksi. Jumlah produksi jus baik yang diproduksi dari bahan baku buah segar yang diproduksi pada jam kerja regular
X
2jt
, jam kerja lembur Y
2jt
, dan jumlah produksi jus dari bahan baku puree yang diproduksi pada jam kerja regular X
3jt
dan jam kerja lembur Y
3jt
serta jumlah persediaan jus pada periode sebelumnya IJ
jt-1
lebih dari atau sama dengan prakiraan penjualan F
jt
. ; untuk setiap j = 1, 2, 3, 4, 5
86 Selain itu, penentuan jumlah produksi dibatasi oleh jumlah ketersediaan
buah yang layak IB
jt
. Jumlah produksi puree dan jumlah produksi jus dari bahan