Penelitian yang Relevan LANDASAN TEORETIS

penulisan teks yang menggunakan bahasa Melayu ini, kadang-kadang penerapan EYD secara sempurna sulit dilaksanakan. Kesulitan terutama karena konvensi bahasanya yang tidak dapat disamakan begitu saja dengan bahasa Indonesia. Oleh karena itu, dalam tulisan ini untuk beberapa hal EYD tidak dapat dilaksanakan, misalnya penulisan huruf besar pada kata-kata tertentu yang mengawali kalimat yang dalam bahasa Indonesia hal ini tidak dibenarkan. Contoh: “dan”, “sehingga”, “maka”, “sedang” dan sebagainya yang merupakan kata-kata dalam bahasa Indonesia tidak dibenarkan menjadi pembuka kalimat. Selain itu, penulis juga memberikan tanda hubung - untuk kata-kata ulang repetition yang biasanya dalam penulisan naskah ditulis dengan angka 2. Contoh: “kira2” menjadi “kira-kira”, “kuma2” menjadi “kuma-kuma”, “mengguling2kan” menjadi “mengguling- gulingkan”, dan sebagainya. 3. Pedoman Penulisan Kata-Kata Arab Teks Hikayat Jaya Lengkara menggunakan aksara Arab. Aksara Arab menurut Pigeaud 1967 sudah dipakai untuk menulis bahasa Melayu untuk segala macam keperluan praktis di Nusantara sejak abad ke-16. Aksara Arab yang digunakan untuk menuliskan bahasa suku- suku bangsa saat ini biasa disebut aksara Jawi, Pegon, atau aksara Arab Gundul. Aksara Arab yang digunakan sebelumnya disesuaikan dengan tata fonem masing-masing bahasa. 2 Kata-kata arab yang sudah dipandang umum dalam naskah ditulis mengikuti pedoman ejaannya dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia KBBI. Contoh: “masygul”, “barakat”, “fikih”, dan sebagainya. Pedoman transliterasi Arab yang penulis gunakan sebagai berikut: 2 Elis Suryani, Filologi, Bogor: Ghalia Indonesia, 2012, h. 127. Arab Melayu Arab Melayu Arab Melayu ١ A ﺱ S ﻝ L ﺏ B ﺵ SY ﻡ M ﺕ T ﺹ SH ﻥ N ﺙ S ﺽ DH ﻭ W ﺝ J ﻁ TH ﻩ H ﺡ H ﻅ ZH ﻱ Y ﺥ KH ﻉ ‘ ﻙ G ﺩ D ﻍ GH ﻉ NG ﺫ Z ﻑ P ﻱ NY ﺭ R ﻕ Q ﭺ C ﺯ Z ﻙ K ١ ﻭ OU ١ ﻯ E ١ ﻱ I C. Teks Hikayat Jaya Lengkara 1 Wa bihi nasta’inu bi ‘l-lahi ‘ala ini hikayat menyatakan cerita orang yang dahulu kala ada seorang raja terlalu besar kerajaannya lengkap dengan hulu balang menterinya segala menghadap raja Saiful Muluk muda negerinya dan nama negerinya Ajam Saukat. Maka sudah daripada itu maka negeri itupun terlalu juga ramai negerinya akan orang lah, segenap negeri sangat adil hukumnya dan daripada fakir dan miskin. Maka tiada juga berapa lamanya baginda diyasa 3 tahta kerajaan. Maka baginda pun baharu juga beristri seorang bernama Tuan Putri Sakanda Cahaya Rum, baginda itu raja meski akan tetapi baginda itu tiada beranak barang seorang maka itu sebab baginda terlalu masygul rasa hatinya hendak beranak, maka tiada juga diberi Allah subhanahu wata’ala dengan anak maka raja itu pun pikir dalam hatinya hendak2 beristri seorang lagi bernama Tuan Putri Sakanda Cahaya Bayang-bayang. Maka dengan takdir Allah wa ta’ala maka tuan putri pun hamillah maka dengan beberapa lamanya tuan putri itu pun beranaklah dua orang 3 Di-ya-sa, kata yang sulit ditemukan artinya di dalam kamus. Oleh karena itu, untuk menghindari kekeliruan membaca, peneliti menulis kata tersebut sesuai dengan aslinya.