juga nilai-nilai yang terkandung dalam hikayat dapat bermanfaat bagi pembentukan karakter peserta didik. Oleh karena itu, pendidik harus
pandai-pandai dalam memilih hikayat untuk dijadikan bahan pembelajaran sastra di sekolah. Penelitian ini diharapkan dapat memperkaya bahan ajar
pembelajaran sastra, khususnya sastra lama di sekolah. Jurang yang telah tumbuh antara sastra lama dan manusia modern akan bertambah besar bila
tidak ada pemeliharaan yang terarah dalam bentuk pelajaran sekolah dan pengadaan buku mengenai sastra itu sendiri. Keasingan ini menyebabkan
pula orang enggan mempelajarinya, yang mengakibatkan karya-karya sastra lama tidak dipelihara dan akhirnya punah.
2
Hal inilah yang menggerakkan hati penulis untuk meneliti dan mengungkap nilai-nilai moral yang terdapat di dalamnya serta
mengungkap implikasi nilai-nilai moral tersebut dalam bidang pendidikan. Selain itu hal ini juga merupakan suatu upaya untuk melestarikan nilai-
nilai yang terdapat di dalam naskah lama agar masih dapat dibaca dan dihayati oleh manusia di masa kini, khususnya dalam bidang pendidikan
yang merupakan benteng pertahanan untuk menyelamatkan tradisi, identitas, dan jati diri bangsa yang sedang dikepung arus modernisasi dan
globalisasi. Berdasarkan latar belakang tersebut, maka penulis mengangkat
skripsi dengan judul “Hikayat Jaya Lengkara: Suntingan Teks dan Analisis Nilai-nilai Moral serta Implikasinya dalam Pembelajaran
Sastra di Sekolah” B.
Identifikasi Masalah
1. Naskah lama merupakan salah satu bentuk warisan kebudayaan Indonesia yang kurang mendapat perhatian dari masyarakat
dibandingkan dengan peninggalan-peninggalan klasik lainnya, seperti candi dan prasasti.
2. Di dalam naskah lama banyak terdapat nilai-nilai moral, bersifat didaktis, penuh dengan keteladanan dan kearifan hidup namun tidak
2
Achdiati Ikram, Filologia Nusantara, Jakarta: Pustaka Jaya, 1997, h. 32.
semua orang dapat membaca dan mengkaji isi naskah lama karena untuk dapat membaca dan mengkajinya diperlukan ilmu khusus di
antaranya filologi. 3. Hikayat Jaya Lengkara merupakan salah satu dari sekian banyak
naskah lama yang belum disunting dan ditransliterasikan ke dalam Bahasa Indonesia agar dapat dibaca, dikaji, dan dihayati nilai-nilai
moral dan kearifan hidup yang terdapat di dalamnya oleh pembaca di masa kini.
4. Derasnya arus modernisasi, globalisasi, dan westernisasi yang datang bertubi-tubi berdampak serius bagi kelangsungan tradisi yang telah
lama ada di bumi nusantara ini. Hal ini secara tidak langsung mempengaruhi identitas dan jati diri bangsa ini. Oleh karenanya harus
ada upaya dari berbagai pihak terutama di bidang pendidikan untuk mempertahankan dan melestarikan tradisi lama yang baik serta
mengambil nilai-nilai baru yang lebih baik. Hal ini dapat dilakukan salah satunya dengan cara mempelajari hikayat-hikayat serta
mengambil dan mengaplikasikan nilai-nilai yang terdapat di dalamnya.
C. Pembatasan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka pembatasan masalah dapat difokuskan pada suntingan teks, analisis nilai-nilai moral
yang terdapat dalam Hikayat Jaya Lengkara dan implikasinya dalam pembelajaran sastra di Sekolah.
D. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini dapat diuraikan sebagai berikut:
1. Bagaimana suntingan teks Hikayat Jaya Lengkara agar dapat dimanfaatkan oleh kalangan pembaca yang lebih luas.
2. Bagaimana nilai-nilai moral yang terkandung dalam Hikayat Jaya
Lengkara?
3. Bagaimana implikasi nilai-nilai moral Hikayat Jaya Lengkara dalam pembelajaran sastra di sekolah?
E. Tujuan Penelitian
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini dapat diuraikan sebagai berikut:
1. Menyajikan suntingan teks Hikayat Jaya Lengkara agar dapat
dimanfaatkan oleh kalangan pembaca yang lebih luas.
2. Menjelaskan nilai-nilai moral yang terkandung dalam Hikayat Jaya Lengkara.
3. Menjelaskan implikasi nilai-nilai moral Hikayat Jaya Lengkara dalam
pembelajaran sastra di sekolah.
F. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoretis Manfaat yang dapat diambil dalam penelitian ini secara teoretis
dapat menjadi masukan dalam memberikan informasi mengenai hakikat Hikayat Jaya Lengkara terutama nilai moral yang terdapat di
dalamnya. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat dan menambah sumber pengetahuan khususnya pada jurusan Pendidikan
Bahasa dan Sastra Indonesia UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Penelitian ini juga diharapakan dapat dipakai sebagai sumber referensi
dan informasi bagi disiplin ilmu lainnya, misalnya bidang ilmu linguistik, sastra, budaya, dan lain sebagainya.
2. Manfaat Praktis Adapun manfaat secara praktis diharapkan dapat membantu
pembaca yang belum mengerti dan memahami naskah lama yang ditulis dengan menggunakan aksara Arab Jawi dalam membaca,
memahami dan mengkaji naskah lama tersebut yang sarat akan kearifan dan nilai-nilai kehidupan.
G. Metode Penelitian
Metode merupakan cara atau sistem kerja, sedangkan metodologi dapat dikatakan pula sebagai pengetahuan tentang apa saja yang
merupakan cara untuk menerangkan atau meramalkan variabel konsep maupun definisi konsep yang bersangkutan dan mencari konsep tersebut
secara empiris. Untuk itu metode filologi berarti pengetahuan tentang cara, teknik, atau instrumen yang dilakukan dalam penelitian filologi.
3
Terdapat beberapa tahapan dalam melakukan penelitian filologi antara lain: inventarisasi naskah, deskripsi naskah, suntingan teks, dan
interpretasi. Tahap Pertama: Inventarisasi naskah yaitu suatu usaha dalam
mencari sejumlah naskah dengan judul yang sama di tempat-tempat koleksi naskah. Inventarisasi naskah dilakukan dengan melihat judul-judul
naskah yang sama dengan naskah yang akan diteliti di katalog-katalog yang berbeda.
Tahap Kedua: Deskripsi naskah yaitu menyajikan gambaran secara objektif dan sejujur-jujurnya terhadap identitas naskah yang meliputi
aspek-aspek antara lain: judul naskah, nomor naskah, nama pengarang, tarikh penyusunan, tempat penyusunan, nama penyalin, aksarahuruf,
bahasa, ukuran, jumlah baris setiap halaman, bahan naskah, jenis kertas, cap kertas, tebal naskah, jilid, penomoran halaman, pemilik naskah, dan
lain sebagainya. Tahap Ketiga: Suntingan Teks. Hikayat Jaya Lengkara merupakan
naskah salinan dari Singapura. Ini berarti naskah bukanlah naskah tunggal. Namun setelah ditelusuri, ternyata di Indonesia hanya terdapat satu naskah
yang bertempat di Perpustakaan Nasional Republik Indonesia. Sementara itu, berdasarkan kolofon yang terdapat dalam teks, naskah induk terdapat
di Singapura. Mengingat jarak, tenaga, dan waktu yang terbatas, serta
3
Nabilah Lubis, Naskah, Teks, dan Metode Penelitian Filologi, Jakarta: Forum Kajian Bahasa dan Sastra Arab Fakultas Adab UIN Syarif Hidayatullah, 1996, h. 70.
keterjangkauan naskah ini maka peneliti akhirnya memutuskan untuk menggunakan metode naskah tunggal dalam penelitian ini. Sebab, naskah
yang terjangkau oleh peneliti hanya terdapat satu naskah saja di Indonesia, sehingga perbandingan naskah tidak mungkin dilakukan.
Dalam menyunting naskah Hikayat Jaya Lengkara digunakan metode edisi naskah tunggal. Menurut Djamaris, penggarapan naskah
dengan metode naskah tunggal dapat dilakukan melalui dua cara, yakni edisi diplomatik dan edisi standar.
4
Edisi standar dianggap peneliti paling sesuai dengan naskah Hikayat Jaya Lengkara ini. Hal ini sesuai dengan isi
dari naskah sendiri dan juga analisis yang hendak dilakukan peneliti yakni menggali nilai-nilai moral dan implikasinya dalam dalam pembelajaran
sastra di sekolah. Edisi Standar atau edisi kritis yaitu suatu usaha perbaikan dan
penelusuran teks sehingga terhindar dari berbagai kesalahan dan penyimpangan-penyimpangan yang timbul ketika proses penelitian.
Tujuan edisi ini adalah untuk menghasilkan suatu edisi teks baru yang sesuai dengan kemajuan dan perkembangan masyarakat, misalnya dengan
mengadakan pembagian alinea-alinea, huruf besar dan kecil, penambahan dan pengurangan kata sesuai EYD, membuat penafsiran atau interpretasi
setiap bagian atau kata-kata yang perlu penjelasan sehingga teks dapat mudah dibaca dan dipahami oleh pembaca sebagai masyarakat modern.
5
Edisi standar digunakan apabila isi naskah dianggap sebagai cerita biasa bukan cerita suci. Meskipun demikian, penggarapan naskah dengan
edisi standar juga membutuhkan ketelitian dan kejelian.
6
Adapun hal-hal yang perlu dilakukan dalam edisi standar menurut Djamaris adalah sebagai
berikut: mentransliterasikan teks, membetulkan kesalahan teks, membuat catatan perbaikan atau perubahan, memberi komentar atau tafsiran
4
Edwar Djamaris, Metode Penelitian Filologi, Jakarta: Balai Pustaka, 1990, h. 11.
5
Djamaris, op. cit., h. 15.
6
Ibid., h. 15.