Tinjauan Naskah HIKAYAT JAYA LENGKARA:

Arab Melayu Arab Melayu Arab Melayu ١ A ﺱ S ﻝ L ﺏ B ﺵ SY ﻡ M ﺕ T ﺹ SH ﻥ N ﺙ S ﺽ DH ﻭ W ﺝ J ﻁ TH ﻩ H ﺡ H ﻅ ZH ﻱ Y ﺥ KH ﻉ ‘ ﻙ G ﺩ D ﻍ GH ﻉ NG ﺫ Z ﻑ P ﻱ NY ﺭ R ﻕ Q ﭺ C ﺯ Z ﻙ K ١ ﻭ OU ١ ﻯ E ١ ﻱ I C. Teks Hikayat Jaya Lengkara 1 Wa bihi nasta’inu bi ‘l-lahi ‘ala ini hikayat menyatakan cerita orang yang dahulu kala ada seorang raja terlalu besar kerajaannya lengkap dengan hulu balang menterinya segala menghadap raja Saiful Muluk muda negerinya dan nama negerinya Ajam Saukat. Maka sudah daripada itu maka negeri itupun terlalu juga ramai negerinya akan orang lah, segenap negeri sangat adil hukumnya dan daripada fakir dan miskin. Maka tiada juga berapa lamanya baginda diyasa 3 tahta kerajaan. Maka baginda pun baharu juga beristri seorang bernama Tuan Putri Sakanda Cahaya Rum, baginda itu raja meski akan tetapi baginda itu tiada beranak barang seorang maka itu sebab baginda terlalu masygul rasa hatinya hendak beranak, maka tiada juga diberi Allah subhanahu wata’ala dengan anak maka raja itu pun pikir dalam hatinya hendak2 beristri seorang lagi bernama Tuan Putri Sakanda Cahaya Bayang-bayang. Maka dengan takdir Allah wa ta’ala maka tuan putri pun hamillah maka dengan beberapa lamanya tuan putri itu pun beranaklah dua orang 3 Di-ya-sa, kata yang sulit ditemukan artinya di dalam kamus. Oleh karena itu, untuk menghindari kekeliruan membaca, peneliti menulis kata tersebut sesuai dengan aslinya. laki-laki dinamai baginda Makdim kemudian Makdam dan yang muda itu dikasih baginda anak dua lagi istri, dan istri baginda yang lama itu tiada dikasihani seperti dahulu kala lagi, 4 maka tuan putri pun pikir dalam hatinya Tuan Putri Sakanda Cahaya Rum tahulah akan dirinya sebab tiada beranak maka tiada lagi dikasihani baginda seperti dahulu, maka tuan putri Sakanda 5 Cahaya bermohon doa kepada Allah subhanahu wata’ala demikian bunyinya “Ya Rabbi Yaa Sayyidi Ya Maulaaya Tuhanku berapalah kiranya hambamu beranak barang seorang saja”, demikianlah pintanya kepada Allah subhanahu wa ta’ala. Maka tiada juga beberapa lamanya tuan putri meminta doa kepada Allah subhanahu 3 wata’ala, dia pun hamillah. Setelah genap bulannya tuan Putri Sakanda Cahaya Rum beranak pula seorang laki-laki yang elo rupanya kikang 6 gemilang seperti bulan purnama empat belas kepada goa tiga cuci 7 cahaya muka, dan lagi suatu alamat pada mukanya seperti kandil yang terang kepada malam, demikianlah alamat yang di kepalanya itu. Tatkala baginda itu jadi, bulan dan mataharipun berdekat, kemudian lagi buah-buahan pun terlalu jadi, dan padi beras pun terlalu murahnya. Daripada barakat baginda itu juga dan segala dagang pun terlalu banyak pergi datang terlalu lebih daripada dahulu maka terlalu sekali indah-indah dilihat sebelum anakda baginda pun jaya. Belum pernah daripada zaman dahulu kala tiada demikian itu adanya seperti zaman baharu ini. Dan tuan- tuan pun terlalu banyak dan barang yang fakir dan miskin banyak mengambil sedekah. 4 gi  lagi Penambahan huruf agar kata menjadi utuh, bermakna dan tidak rancu. 5 Sanda  Sakanda ‘sanda’ merupakan kata yang tidak mempunyai makna, kata ini terjadi karena kekeliruan penyalin naskah. Kata ini seharusnya adalah ‘Sakanda’ karena melihat kata-kata yang terdapat sebelumnya. 6 Ki-ka-ng, kata yang sulit ditemukan artinya di dalam kamus. Oleh karena itu, untuk menghindari kekeliruan membaca, peneliti menulis kata tersebut sesuai dengan aslinya. 7 Go-a-ti-ga-cu-ci, kata yang sulit ditemukan artinya di dalam kamus. Oleh karena itu, untuk menghindari kekeliruan membaca, peneliti menulis kata tersebut sesuai dengan aslinya.