18
2. Dasar Hukum Khitbah
Adapun landasan hukum Khitbah dalam al- Qur’an diantaranya terdapat di
dalam surat Al-Baqarah 235.
رق لا 2:532
Artinya: ”Dan tidak ada dosa bagi kamu meminang wanita-wanita itu dengan
sindiran atau kamu menyembunyikan keinginan mengawini mereka dalam hatimu. Allah mengetahui bahwa kamu akan menyebut-nyebut mereka, dalam
pada itu janganlah kamu mengadakan janji kawin dengan mereka secara rahasia, kecuali sekedar mengucapkan kepada mereka perkataan yang makruf. Dan
janganlah kamu berazam bertetap hati untuk berakad nikah, sebelum habis idahnya. Dan ketahuilah bahwasanya Allah mengetahui apa yang ada dalam
hatimu; maka takutlah kepada-Nya, dan ketahuilah bahwa Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyantun
.”Al-Baqarah: 235. Ayat diatas menjelaskan bahwa mengkhitbah secara sharih jelas atau
membuat janji menikah dengan perempuan yang masih berada dalam masa iddah dari suami sebelumnya, menurut para ulama ahli fiqih telah bersepakat hukumnya
haram. Sebab diharamkannya khitbah secara tashrih adalah boleh jadi si perempuan akan berbohong bahwa iddahnya telah usai dan juga dikarenakan
khitbah dalam masa iddah dapat menyakiti hati laki-laki yang telah mentalaq si perempuan. Oleh karena itu, Menurut Wahbah Az-Zuhaili khitbah ada
kalanyadilakukan dengan mengungkapkan perasaan cinta secara terang-terangan. Ada kalanya juga khitbah dilakukan secara implisit atau dengan sindiran.
8
8
Wahbah Az-Zuhaili, Fiqih Islam Wa Adillatuhu: Pernikahan, Talak, Khulu, Meng- Iila’
Is tri, Li’an, Zhihar, Masa Iddah, h.26.
19
Jumhur ulama mengatakan bahwa khitbah itu tidak wajib, sedangkan Daud Az-Zhahiri mengatakan bahwa pinangan itu wajib, sebab meminang adalah suatu
tindakan yang menuju kebaikan.
9
Disamping itu, juga banyak hadis Nabi yang membicarakan tentang peminangan. Salah satunya tentang anjuran kepada seorang laki-laki yang sholeh
untuk mencari perempuan sholehah, demikian pula dengan wali kaum perempuan juga berkewajiban mencari laki-laki sholeh yang akan dinikahkan dengan
anaknya. Rasulullah SAW bersabda:
وُجِوَزَ ف َُقُلُخَو َُيِد َنْوَضْرَ ت ْنَم ْمُكْيَلِإ َبَطَخ اَذِإ َمَلَسَو ِْيَلَع َُللا ىَلَص َِللا ُلوُسَر َلاَق
اوُلَعْفَ ت ََِإ ُ ٌضيِرَع ٌداَسَفَو ِضْرَْْا ِِ ٌةَْ تِف ْنُكَت
م تلا اور يذ
10
Artinya: “Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda: Jika seseorang melamar anak perempuan dan kerabat kalian, sedangkan kalian ridha agama
dan akhlaknya pelamar tersebut, maka nikahkanlah dia dengan anak perempuan atau kerabat kalian. Jika tidak, niscaya akan terjadi fitnah di muka
bumi dan kerusakan yang besar.” H.R.Tirmidzi Hadist Nabi:
ْنِم َناَكَو ِيِمْهَسلا َةَفاَذُح ِنْب ِسْيَ ُخ ْنِم َرَمُع ُتِْب ُةَصْفَح ْتََََأَت َنِح ِباَطَْْا َنْب َرَمُع َنَأ ْيَ تَأ ِباَطَْْا ُنْب ُرَمُع َلاَقَ ف ِةَيِدَمْلاِب َُِِوُ تَ ف َمَلَسَو ِْيَلَع َُللا ىَلَص َِللا ِلوُسَر ِباَحْصَأ
ُع ُت َنْب َناَمْث
اَدَب ْدَق َلاَقَ ف َِِيِقَل َُُ َِِاَيَل ُتْثِبَلَ ف يِرْمَأ ِِ ُرُظْنَأَس َلاَقَ ف َةَصْفَح ِْيَلَع ُتْضَرَعَ ف َناَفَع َجَوَزَ تَأ ََ ْنَأ ِِ
َكُتْجَوَز َتْئِش ْنِإ ُتْلُقَ ف َقيِدِصلا ٍرْكَب اَبَأ ُتيِقَلَ ف ُرَمُع َلاَق اَذَ يِمْوَ ي َتَمَصَف َرَمُع َتِْب َةَصْفَح
َطَخ َُُ َِِاَيَل ُتْثِبَلَ ف َناَمْثُع ىَلَع ِِِم ِْيَلَع َدَجْوَأ ُتُْكَو اًئْيَش ََِِإ ْعِجْرَ ي ْمَلَ ف ٍرْكَب وُبَأ َِللا ُلوُسَر اَهَ ب
ُبَأ َِِيِقَلَ ف ُاَيِإ اَهُ تْحَكْنَأَف َمَلَسَو ِْيَلَع َُللا ىَلَص َيَلَع َتْضَرَع َنِح َيَلَع َتْدَجَو َكَلَعَل َلاَقَ ف ٍرْكَب و
ِجْرَأ ْنَأ ِِْعَ ََْ ََْ َُنِإَف ٍرْكَب وُبَأ َلاَق ْمَعَ ن ُتْلُ ق ُرَمُع َلاَق اًئْيَش َكْيَلِإ ْعِجْرَأ ْمَلَ ف َةَصْفَح اَميِف َكْيَلِإ َع
ْمِلَع ُتُْك َِِأ ََِإ َيَلَع َتْضَرَع َيِشْفُِْ ْنُكَأ ْمَلَ ف اََرَكَذ ْدَق َمَلَسَو ِْيَلَع َُللا ىَلَص َِللا َلوُسَر َنَأ ُت
9
Mustofa Hasan, Pengantar Hukum Keluarga, h.70.
10
Muhammad bin Isa at-Tirmidzi, Sunan at-Tirmidzi, Jil. 2, Beirut: Dar al-Garb al- Islami, 1998, h. 385.
20
َق َمَلَسَو ِْيَلَع َُللا ىَلَص َِللا ُلوُسَر اَهَكَرَ ت ْوَلَو َمَلَسَو ِْيَلَع َُللا ىَلَص َِللا ِلوُسَر َرِس اَهُ تْلِب
اور يراخبلا
11
Artinya: “Ketika Hafshah binti Umar menjadi janda lantaran wafatnya Khunais bin Hudzafah As Sahmi -termasuk salah seorang sahabat Rasulullah shallallahu
alaihi wasallam, dan ia wafat di Madinah, Maka Umar bin Al Khaththab berkata; Aku mendatangi Utsman bin Affan dan menawarkan Hafshah padanya,
maka ia pun berkata, Aku akan berfikir terlebih dahulu. Lalu aku pun menunggu beberapa malam, kemudian ia menemuiku dan berkata, Aku telah
mengambil keputusan, bahwa aku tidak akan menikah untuk hari-hari ini. Lalu aku pun menemui Abu Bakar Ash Shiddiq dan berkata padanya, Jika kamu mau,
maka aku akan menikahkanmu dengan Hafshah. Namun ia tidak memberi jawaban apa pun padaku. Maka aku menunggu selama beberapa malam, dan
akhirnya ia pun dikhithbah oleh Rasulullah shallallahu alaihi wasallam, maka aku menikahkannya dengan beliau. Kemudian Abu Bakar menemuiku dan
berkata, Sepertinya kamu merasa kecewa saat menawarkan Hafshah padaku. Umar berkata; Aku berkata, Ya. Abu Bakar berkata, Sesungguhnya tidak ada
yang menghalangiku untuk menerima tawaranmu, kecuali bahwa aku tahu Rasulullah shallallahu alaihi wasallam telah menyebutnya. Dan aku tidak mau
membuka rahasia Rasulullah shallallahu alaihi wasallam. Dan sekiranya Rasulullah shallallahu alaihi wasallam meninggalkannya, niscaya aku akan
menerimanya.H.R. Bukhari
Menurut Kompilasi Hukum Islam Intruksi Presiden Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 1991:
Pasal 11: Peminangan dapat langsung dilakukan oleh orang yang berkehendak mencari pasangan jodoh, tapi dapat pula dilakukan oleh perantara yang
dapat dipercaya. Pasal 12: 1 Peminangan dapat dilakukan terhadap wanita yang masih perawan
atau terhadap janda yang telah habis masa iddahnya, 2 wanita yang ditalak suami yang masih berada dalam masa iddah raj’iyyah haram dan
dilarang untuk dipinang, 3 dilarang juga meminang seorang wanita yang sedang dipinang pria lain, selama pinangan pria tersebut belum
11
Muhammad bin Ismail al-Bukhari, Shahih al-Bukhari, Jil. 5, Beirut: Dar Thaug al- Najah, 1422 H, h. 85.
21
putusatau belum ada penolakan dari pihak wanita, 4 putusnya pinangan pihak pria, karena adanya pernyataan tentang putusnya
hubungan pinangan atau secara diam-diam pria yang meminang telah menjauhi dan meninggalkan wanita yang dipinang.
Pasal 13: 1 Pinangan belum menimbulkan akibat hukum dan para pihak bebas memutuskan hubungan pinangan, 2 kebebasan memutuskan hubungan
pinangan dilakukan dengan cara yang baik sesuai dengan tuntunan agama dan kebiasaan setempat, sehingga tetap terbina kerukunan dan
saling menghargai.
3. Khitbah dalam Konsep Urf