Khitbah dalam Konsep Urf Perempuan Yang Tidak Boleh di Khitbah

21 putusatau belum ada penolakan dari pihak wanita, 4 putusnya pinangan pihak pria, karena adanya pernyataan tentang putusnya hubungan pinangan atau secara diam-diam pria yang meminang telah menjauhi dan meninggalkan wanita yang dipinang. Pasal 13: 1 Pinangan belum menimbulkan akibat hukum dan para pihak bebas memutuskan hubungan pinangan, 2 kebebasan memutuskan hubungan pinangan dilakukan dengan cara yang baik sesuai dengan tuntunan agama dan kebiasaan setempat, sehingga tetap terbina kerukunan dan saling menghargai.

3. Khitbah dalam Konsep Urf

Dalam nash tidak dijelaskan secara rinci terkait dengan tata cara pelaksanaan khitbah. Tidak ada ketentuan, siapakah yang harus mengkhitbah terlebih dahulu baik laki-laki maupun perempuan semuanya bisa mengawali khitbah. Maka dari itu hukum Islam menyerahkan kepada urf kebiasaan yang di lakukan di suatu tempat atau disesuaikan dengan tradisi yang berlaku di daerah tersebut. Dalam kajian usul fiqh kajian tentang hukum adat yang terpadu dalam materi al-urf. Dalam buku Ilmu Ushul Fiqh Abdul Wahab Khalaf menjelaskan pengertian al-urf adalah apa yang saling diketahui dan saling dijalankan orang berupa perkataan, perbuatan ataupun meninggalkan kebiasaan dan dinamakan adat. 12 12 Abdul Wahab Khallaf, Ilmu Ushul Fiqh, Kairo: Dar al-kautyatiyah, 1959, h. 89 22 Al-urf dibedakan menjadi dua bentuk yaitu al-urf sahih yang berarti kebiasaan di masyarakat yang tidak bertentangan dengan syariat Islam dan membawa mashlahat bagi umat, dan al-urf fasid yaitu kebiasaan di masyarakat yang bertentangan dengan syariat Islam yang menimbulkan mufsadat kerusakan bagi umat. 13 Urf merupakan salah satu sumber dalam istinbath hukum, ia bisa menjadi dalil sekiranya tidak ditemukan dalam nash. Apabila urfsuatu masyarakatbertentangan dengan nash makaurf tersebut ditolak. Ulama Mazhab Hanafy fan Maliky mengatakan bahwa hukum yang ditetapkan berdasarkan urf yang sahih benar, bukan yang fasid rusakcacat. 14

4. Perempuan Yang Tidak Boleh di Khitbah

Seorang laki-laki dilarang mengajukan pinangan kepada perempuan, kecuali perempuan yang akan dipinangnya memenuhi empat syarat berikut ini, yaitu: a. Perempuan yang akan dipinang tidak mendapati sesuatu yang menghalanginya untuk dinikahi secara syarak. b. Perempuang yang akan dipinang tidak sedang dilamar laki-laki lain yang dilakukan secara syar’i. 15 c. Perempuan yang tidak sedang masa iddah raj’iyah. d. Perempuan yang sedang masa iddah ba’in, sebaiknya dipinang secara rahasia. 16 13 Muhammad Abu Zahrah,Ushul Al-Fiqh,Cet. Ke-16, penerjemah, Saefullah Mashum dkk, Jakarta: PT. Pustaka Firdaus, 2012, h. 418. 14 Muhammad Abu Zahrah,Ushul Al-Fiqh, h. 417-418. 15 Sayyid Sabiq, Fikih Sunnah, Jil.3,Penerjemah, Abdurrahim dan Masrukhin, Jakarta: Cakrawala Publishing, 2011, h.225. 16 Mustofa Hasan, Pengantar Hukum Keluarga, h.71. 23 Perempuan yang dimaksud poin a yaitu perempuan-perempuan mahram yang haram untuk dinikahi selamanya, seperti saudara perempuan, bibi dari ayah dan ibu. Atau yang haram secara temporal, seperti saudara perempuan istri, istri orang lain perempuan yang masih berada dalam masa iddah. 17

5. Hikmah khitbah