32 e.
Mencapai keyakinan akan kemandirian secara ekonomi pada masa mendatang.
f. Memilih dan mempersiapkan diri untuk menjalankan suatu pekerjaan
tertentu. g.
Menyiapkan diri untuk perkawinan dan berkeluarga. h.
Mengembangkan keterampilan dan konsep intelektual sebagai warga masyarakat.
i. Menginginkan dan melakukan tindakan-tindakan yang secara sosial
bertanggung-jawab. j.
Memilih seperangkat sistem tata nilai dan tata krama yang menuntun perilakunya.
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa tugas perkembangan
masa remaja yaitu memilih seperangkat sistem tata nilai dan tata krama yang menuntun perilaku remaja, dimana pada masa tersebut remaja harus
menyesuaikan diri dengan tugas perkembangan yang dilaluinya yaitu remaja harus memiliki tata krama yang sesuai norma atau aturan yang benar yang menjadikan
remaja menjadi individu dengan perilaku tidak menyimpang karena pada masa remaja, emosinya masih labil sehingga dapat memicu munculnya perilaku agresi.
D. Pengaruh Emosi Dasar Negatif terhadap Perilaku Agresi Remaja
Goleman 2002 mengatakan ciri utama pikiran emosional sebagai bukti bahwa emosi memainkan peranan penting dalam pola berfikir maupun perilaku
individu. Ciri utama pikiran emosional tersebut yaitu respon yang cepat tetapi
Universitas Sumatera Utara
33 ceroboh, mendahulukan perasaan kemudian pikiran. Goleman mengemukakan
bahwa emosi dasar individu terbagi atas dua yaitu emosi dasar positif dan emosi dasar negatif. Emosi dasar positif merupakan perasaan yang membawa
kenyamanan atau kesenangan bagi individu sedangkan emosi dasar negatif merupakan perasaan yang tidak menyenangkan yang membawa ketidaknyamanan
pada individu, seperti marah, jijik atau muak, malu, rasa bersalah, sedih, takut yang dapat memunculkan perilaku agresi.
Yusuf 2006 mengatakan bahwa emosi merupakan warna afektif atau warna dari perasaan yang menyertai setiap keadaan atau perilaku individu. Warna afektif
adalah perasaan-perasaan tertentu yang dialami individu pada saat menghadapi suatu situasi tertentu, misalnya, gembira, bahagia, putus asa, terkejut, benci tidak
senang, dan sebagainya, misalnya melemahkan semangat, apabila timbul rasa kecewa karena kegagalan dan sebagai puncak dari kegagalan ini adalah timbulnya
rasa putus asa frustrasi, menghambat atau menggangu konsentrasi belajar, apabila sedang mengalami ketegangan emosi dan bisa juga menimbulkan sikap
gugup nervous dan gagap dalam berbicara, terganggu penyesuaian sosial bahkan dapat memicu munculnya perilaku agresi terhadap orang lain.
E. Hipotesa Penelitian
Berdasarkan uraian teoritis di atas, maka hipotesa yang diajukan dalam penelitian ini adalah: “ada pengaruh emosi dasar negatif terhadap perilaku agresi
remaja”. Hipotesis ini mengandung pengertian bahwa apabila emosi dasar negatif
Universitas Sumatera Utara
34 yang dimiliki remaja semakin tinggi, akan menyebabkan perilaku agresi remaja
semakin tinggi, dan begitu sebaliknya.
Universitas Sumatera Utara
35
BAB III METODE PENELITIAN
Metode penelitian sangat menentukan suatu penelitian karena menyangkut cara yang benar dalam pengumpulan data, analisa data dan pengambilan
kesimpulan hasil penelitian Hadi, 2000. Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif yang bersifat korelasional. Penelitian korelasional bertujuan
menyelidiki sejauh mana variasi pada satu variabel berkaitan dengan variasi pada satu atau lebih variabel lain. Peneliti dapat memperoleh informasi mengenai taraf
hubungan yang terjadi melalui studi korelasional ini. Pembahasan dalam metode penelitian ini meliputi: identifikasi variabel penelitian, definisi operasional,
populasi dan teknik pengambilan sampel, metode pengumpulan data, daya beda aitem, validitas dan reliabilitas serta metode analisa data.
A. Identifikasi Variabel Penelitian
Masalah yang dipecahkan harus diidentifikasi, dipilih dan dirumuskan dengan tepat, untuk menguji hipotesis penelitian. Identifikasi variabel utama yang
digunakan dalam penelitian ini adalah: a.
Variabel bebas : emosi dasar negatif
b. Variabel tergantung : perilaku agresi
Universitas Sumatera Utara