27
1. Frustrasi Frustration
Yaitu konflik muncul sebagai hasil dari persepsi suatu pihak bahwa pihak lainnya menyebabkan frustrasi dalam pemenuhan kepentingannya. Kata
”kepentingan” di sini dimaksudkan sebagai konsep yang lebih spesifik, seperti kebutuhan-kebutuhanan, keinginan-keinginan, objek formal, standar perilaku,
promosi, keterbatasan sumber daya ekonomi, norma-norma perilaku dan pengharapan, kepatuhan terhadap peraturan dan perjanjian, nilai-nilai, serta
kebutuhan-kebutuhan interpersonal.
2. Konseptualisasi Conceptualization
Yaitu mendefinisikan masalah dari konflik dalam kaitannya dengan kepentingan kedua pihak serta beberapa pemahaman mengenai kemungkinan
tindakan alternatif serta akibat-akibatnya. Konseptualisasi ini mempengaruhi perilaku penanganan konflik dan bagaimana peningkatan serta perubahan-
perubahan lainnya dalam perilaku bersumber dari perubahan dalam konseptualisasi suatu pihak. Adapun aspek dari konseptualisasi ini adalah:
a. Penentuan Masalah Defining the Issue, yaitu melibatkan penilaian
kepentingan utama kedua belah pihak, yaitu kepentingan pihak yang mengalami frustrasi beserta persepsinya terhadap kepentingan pihak lainnya
yang menampilkan tindakan yang menyebabkan frustrasi. Sebagai contoh, ”Saya menginginkan kenaikan gaji sebesar Rp 500.000,-, namun pihak
manajemen hanya ingin memberikan saya gaji sebesar Rp 200.000,-.”
Universitas Sumatera Utara
28 b.
Alternatif-Alternatif Terbaik Salient Alternatives, yaitu kesadaran akan tindakan-tindakan alternatif serta akibat-akibat yang akan ditimbulkannya,
yaitu kemungkinan tindakan alternatif terakhir yang menggambarkan penempatan permasalah dari konflik. Alternatif terbaik ini bersama dengan
kemungkinan hasil yang akan dicapai bagi kedua pihak akan menentukan pandangan suatu pihak atas konflik kepentingan antara dirinya dengan pihak
lainnya.
3. Perilaku Behavior
Di dalam tahap ketiga ini terdapat tiga komponen utama dari perilaku. Komponen-komponen tersebut yaitu:
a. Orientasi Orientation, yaitu tingkat dimana suatu pihak akan memenuhi
kepentingannya sendiri dan kepentingan pihak lainnya. Terdapat lima perilaku yang bisa ditempuh menurut Blake dkk. 1964, yaitu:
1. Kompetitif Dominasi Competitive Domination: Yaitu keinginan suatu
pihak untuk memenangkan kepentingannya sendiri atas kerugian pihak lainnya, atau dengan kata lainnya mendominasi. Blake dkk. 1964
menyebut hubungan demikian sebagai ”win-lose power struggles.” 2.
Akomodatif Berdamai Accomodative Appeasement: Yaitu suatu pihak memuaskan kepentingan pihak yang lain tanpa memuaskan
kepentingannya sendiri. Blake dkk. 1964 menyebut hubungan demikian sebagai ”peaceful coexistence.”
Universitas Sumatera Utara
29 3.
Berbagi Berkompromi Sharing Compromise: Perilaku ini merupakan intermediasi antara mendominasi dan mendamaikan. Perilaku ini adalah
pilihan yang moderat tetapi tidak memberikan kepuasan yang sepenuhnya bagi kedua belah pihak.
Di sini suatu pihak memberikan sesuatu secara sebagian kepada pihak lainnya dan menyimpan sebagian lainnya. Blake dkk, 1964
menyebut hubungan demikian sebagai ”splitting the difference”, karena suatu pihak mencari suatu hasil yang menjadi hasil tengah yang
diinginkan kedua belah pihak. 4.
Kolaborasi Integrasi Collaborative Integration: Perilaku ini berusaha memuaskan kepentingan kedua belah pihak secara penuh, yaitu untuk
mengintegrasikan kepentingan-kepentingan mereka. Blake dkk. 1964 serta Walton dan McKersie 1965 menyebut hubungan demikian sebagai
perilaku ”problem solving.” 5.
Menghindar Membiarkan Avoidant Neglect: Perilaku ini merefleksikan ketidakpedulian terhadap kepentingan pihak manapun.
Blake dkk. 1964 menggambarkan perilaku ini sebagai contoh penarikan diri, isolasi, ketidakpedulian, tidak mau tahu, atau keyakinan terhadap
takdir nasib.
b. Sasaran Strategis Strategic Objectives, yaitu penilaian akan kekuatan dan
komitmen dari pihak yang lainnya akan mempengaruhi apa yang bisa
Universitas Sumatera Utara
30 diharapkan suatu pihak melalui dimensi distributif Donelly, 1971. Dimensi
distributif yaitu proporsi kepuasan yang akan diterima kedua pihak. Sebagai contoh, jika suatu pihak menginginkan dominasi tetapi
menemui pihak lawan yang kuat, maka ia kemungkinan akan memutuskan untuk berkompromi dalam beberapa hal. Jika suatu pihak
mengkonseptualisasikan masalah sebagai sesuatu yang tidak dapat dipecahkan, maka ia hampir dipastikan akan tetap tidak memiliki keputusan.
Jika suatu pihak menginginkan integrasi dan memiliki konseptualisasi masalah yang tidak jelas, maka ia akan mencari solusi integratif, dan demikian
seterusnya.
c. Perilaku Taktik Tactical Behavior, yaitu terdiri dari Taktik Kompetitif
Competitive Tactics dan Taktik Kolaboratif Colaborative Tactics. Taktik Kompetitif ini terbagi ke dalam enam taktik berdasarkan kekuatan yang
digunakan menurut French dan Raven 1959: 1.
Kekuatan Informasi Information Power: Kekuatan ini digunakan secara kompetitif oleh suatu pihak dengan melengkapi informasi untuk
meyakinkan pihak lainnya bahwa alternatif yang dinginkan oleh pihak tersebut adalah yang harus dipilih.
2. Kekuatan Acuan Referent Power: Suatu pihak menggunakan kekuatan
ini dengan memanfaatkan ketertarikan pihak lain terhadap pihak tersebut.
Universitas Sumatera Utara
31 3.
Kekuatan Legitimasi Legitimate Power: Kekuatan ini tergantung pada aturan-aturan yang disepakati atau prinsip-prinsip perilaku yang
seharusnya, biasanya terjadi dalam organisasi formal. 4.
Kekuatan Ahli Expert Power: Kekuatan ini digunakan ketika suatu pihak menggunakan pengetahuan superior yang bisa membuat pihak lainnya
mengikuti pihak tersebut. 5.
Kekuatan Paksaan Coercive Power: Kekuatan ini berdasarkan kepada ancaman hukuman, seperti serangan, mogok, sabotase, penarikan diri dari
kerjasama, dan lain-lain dari suatu pihak kepada pihak yang lain. 6.
Kekuatan Imbalan Reward Power: Kekuatan ini digunakan oleh suatu pihak dengan menjanjikan imbalan-imbalan jika pihak yang lain
menyetujui pihaknya. Sedangkan Taktik Kolaboratif atau yang disebut juga taktik
”Pemecahan Masalah” Problem Solving oleh Walton dan McKersie 1965 dirancang untuk meningkatkan hasil bersama dengan mencari alternatif-
alternatif yang bisa memuaskan kepentingan kedua belah pihak. Walten dan McKersie 1965 mengidentifikasikan tiga langkah dalam proses pemecahan
masalah ini: 1 Mengidentifikasi kepentingan esensial atau mendasar dari kedua belah pihak; 2 Mencari alternatif-alternatif dan mengidentifikasi
konsekuensinya bagi kedua belah pihak; dan 3 Mengidentifikasi alternatif yang paling memuaskan kedua belah pihak.
Universitas Sumatera Utara
32
4. Interaksi Interaction