12
kebiasaan hidup pasangan. Sikap saling menghargai perbedaan dengan jiwa toleransi adalah syarat penting untuk menjaga dan memelihara keutuhan dan
keharmonisan keluarga. Pembinaan kehidupan keluarga juga terjadi dalam suatu proses yang
bertahap dan berlanjut dari proses pernikahan sampai punya anak dan akhirnya memasuki usia lanjut tanpa kenal berhenti. Landasan dari upaya
untuk membangun kehidupan suatu keluarga adalah saling memberikan kasih sayang, jujur, dan adil dengan berusaha untuk saling isi mengisi satu sama
lain dengan penuh jiwa toleransi dan kasih sayang serta saling menghargai perbedaan satu sama lain. Karena itu, keharmonisan adalah landasan untuk
memciptakan suasana kehdupan suatu keluarga yang aman, damai, dan tenteram serta bahagia dan sejahtera.
B. Kesiapan Perkawinan
1. Pengertian Kesiapan Perkawinan
Perkawinan menurut Koentjaraningrat 1994:92-93 adalah sebagai pengatur tingkah laku manusia yang berkaitan dengan kehidupan
seksnya. Perkawinan disebutkan membatasi seseorang untuk bersetubuh dengan lawan jenisnya yang lain. Selain pengatur kehidupan seksnya,
perkawinan mempunyai berbagai fungsi dalam kehidupan bermasyarakat seperti memenuhi kebutuhan manusia akan teman hidup, memenuhi
kebutuhan akan harta dan gengsi, selain itu juga untuk memelihara hubungan dengan kelompok kerabat tertentu. Melalui perkawinan, status
sosial seorang manusia dalam masyarakat tempat dia berada juga akan
13
beralih dari seorang remaja menjadi seorang dewasa bahkan dia kemudian akan mendapat pengakuan akan status yang lebih di tengah
masyarakat tersebut. Perkawinan adalah suatu peristiwa dipertemukannya sepasang
calon suami-isteri secara formal di hadapan kepala agama tertentu, para saksi dan hadirin yang kemudian disyahkan secara resmi sebagai suami
dan isteri dengan ucapan tertentu. Perkawinan merupakan suatu bentuk proklamasi yaitu secara resmi suami dan istri dinyatakan “saling
memiliki satu dengan yang lain”; dan dua pribadi yang berlainan jenis dipatrikan untuk menjadi dwitunggal Kartono, 2006.
Perkawinan sejatinya ialah ikatan lahir dan batin antara seorang wanita dan seorang pria sebagai suami istri dengan hidup bersama
membentuk sebuah keluarga. Tujuannya ialah untuk pengembangan dan pemurnian cinta kasih suami-istri, kelahiran dan pendidikan anak, serta
pemenuhan kebutuhan seksual. Dalam Undang-Undang No 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan pasal 1 perkawinan didefinisikan sebagai
ikatan lahir batin antara seorang pria dengan seorang wanita sebagai suami istri dengan tujuan membentuk keluarga rumah tangga yang
bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa. Berdasarkan penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa
pernikahan merupakan disatukannya dalam ikatan yang kudus atau suci dua pribadi yang berbeda yaitu pria dan wanita menjadi satu kesatuan
suami dan istri dengan tujuan untuk membentuk keluarga, memperoleh
14
kebahagiaan, kepuasan, cinta kasih, dan keturunan yang diakui secara agama, hukum, dan masyarakat serta perlu dilandasi oleh cinta, kasih
sayang, dan pengorbanan serta sikap saling menghargai.
2. Aspek-aspek Kesiapan Perkawinan