a. Faktor internal.
Faktor internal yang turut berperan dalam kontrol diri adalah usia. Semakin bertambahnya usia individu maka akan semakin baik
memampuan dalam mengontrol dirinya. b.
Faktor eksternal. Faktor eksternal yang mempengaruhi adalah lingkungan keluarga.
Kontrol diri individu dipengaruhi oleh lingkungan keluarga, terutama orang tua. Apabila orang tua menerapkan kepada anaknya sikap disiplin
secara intens sejak dini, dan orang tua bersikap konsisten terhadap semua konsekuensi yang dilakukan anak apabila tindakannnya
menyimpang dari peraturan, maka sikap konsisten ini akan diinternalisasi oleh anak dan kemudian akan menjadi kontrol diri
baginya.
D. Hubungan antara
Secure Attachment
dengan Orang Tua dan Kontrol Diri dengan
Bullying
1. Hubungan antara
Secure Attachment
dengan Orang Tua dan Kontrol Diri dengan
Bullying
Olweus 1999
bullying
merupakan tindakan negatif atau agresif yang disengaja, dilakukan berulang-ulang dan dari waktu ke waktu, serta
terdapat ketidakseimbangan kekuasaan atau kekuatan. Siswa akan menjadi korban
bullying
apabila dia tidak bisa membela dirinya sendiri dari perilaku agresif pelaku. Bentuk
bullying
dapat bersifat fisik, verbal, dan
psikologis.
Bullying
fisik seperti memukul, menampar, dan memalak.
Bullying
verbal seperti memaki, menggosip, dan mengejek.
Bullying
psikologis seperti mengintimidasi, mengucilkan, mengabaikan, dan mendiskriminasi. Dalam kejadian
bullying
biasanya terdapat pelaku, korban, dan penonton
bystander
. Bagi sebagian orang
bullying
mungkin hanya dianggap sebagai sebuah candaan dan bersifat wajar. Padahal
bullying
merupakan masalah yang dampaknya harus ditanggung oleh semua pihak, pelaku, korban,
maupun penonton
bystander
. Anak-anak yang terlibat dalam
bullying
baik menjadi korban maupun pelaku memiliki risiko lebih tinggi secara signifikan terhadap masalah psikosomatis dan psikososial daripada anak-
anak yang tidak terlibat Gini, 2008. Sedangkan bagi
bystander
, gangguan yang muncul adalah kecemasan dan penurunan kadar kortisol Carney
et al
., 2010. Penyebab seseorang menjadi pelaku
bullying
tidak dapat dilepaskan dari konteks lingkungan, salah satunya orang tua. Orang tua menjadi sosok
utama dalam interaksi sosial anak. Dari orang tua seorang anak pertama kali merasakan kasih sayang. Adanya a
ttachment
antara anak dengan orang tua akan membawa dampak jangka panjang pada kehidupan.
Secure attachment
kelekatan aman menghasilkan dampak jangka panjang yang positif pada kognitif, sosial, dan perilaku, sementara
insecure attachment
kelekatan tidak aman akan memberikan akibat yang merugikan Flaherty Sadler, 2011.
Secure attachment
di masa anak-
anak merupakan pusat pengembangan kompetensi sosial Santrock, 2014. Semakin
secure attachment
seorang anak terhadap orang dewasa yang bersifat mengasuh akan membuat anak semakin mudah untuk
mengembangkan hubungan yang baik dengan orang lain Papalia, 2013. Anak dengan
secure attachment
yang mendapatkan pengasuhan hangat, konsisten, dan keterikatan secara emosional, kemungkinan akan
mengembangkan hubungan sosial menjadi positif dan produktif Weinfield
et al.,
1999. Salah satu hasil paling konsisten dari penelitian
attachment
pada masa remaja adalah temuan bahwa
secure attachment
dengan orang tua terkait dengan hubungan pertemanan yang positif Allen Miga, 2010. Dengan demikian, mereka tidak mungkin untuk
melakukan
bullying
terhadap orang lain karena pelecehan memiliki dampak negatif dan kontraproduktif pada hubungan dengan orang lain
Troy Sroufe, 1987. Bahkan, penelitian menunjukkan bahwa mereka sebenarnya bisa cenderung untuk membela korban
bullying
Nickerson
et al.,
2008. Selain itu, karena orang tua mereka telah menunjukkan model empati, kebaikan, dan kasih sayang, anak-anak dengan
secure attachment
cenderung menampilkan perilaku serupa dalam interaksi mereka dengan teman sebaya.
Anak-anak yang tidak mendapatkan
secure attachment
akan mengalami
insecure attachment
. Anak dengan
insecure attachment
membawa harapan bahwa orang lain tidak ada ketika dibutuhkan dan pertukaran sosial yang negatif atau tidak bermanfaat Renken
et al.,
1989.
Bias negatif tentang interaksi sosial ini cenderung mengakibatkan interpretasi bermusuhan terhadap perilaku orang lain dan melakukan
reaksi agresif terhadap teman-temannya. Dampak negatif dari tidak diperolehnya
secure attachment
inilah yang menyebabkan timbulnya perilaku agresif seperti
bullying
. Selain faktor eksternal, terdapat faktor internal dari diri remaja yang
diduga turut berperan dalam
bullying
, yaitu kontrol diri. Tangney
et.al.,
2004 menyatakan bahwa kontrol diri adalah kemampuan seseorang untuk mengontrol atau mengubah respon dari dalam dirinya untuk
menghindarkan diri dari perilaku yang tidak diharapkan. Gottfredson dan Hirschi dalam Gibson, 2010 menyatakan bahwa
kontrol diri merupakan blokade yang menjembatani individu dengan aktivitas yang menyimpang. Kontrol diri menunjukkan kemampuan untuk
meninggalkan kesenangan jangka pendek yang berpotensi menimbulkan konsekuensi jangka panjang yang negatif. Gottfredson dan Hirsch dalam
Gibson, 2010 menyatakan bahwa kontrol diri yang rendah meningkatkan kemungkinan pada hampir semua jenis tindakan kejahatan dan
penyimpangan yang membawa kesenangan, kepuasan, dan pemenuhan dalam jangka pendek. Seperti kenakalan remaja, tindakan kriminal, dan
penyimpangan umum sepanjang kehidupan. Seseorang yang memiliki kontrol diri yang baik akan melakukan
pengendalian diri dari dorongan untuk melakukan perilaku yang menimbulkan dampak negatif, seperti
bullying.
Sehingga, dengan adanya
kontrol diri yang baik pada diri seseorang akan berpengaruh negatif pada
bullying.
Berdasarkan uraian yang telah dipaparkan, bahwa
bullying
yang dilakukan remaja dimungkinkan terkait dengan
secure attachment
dengan orang tua dan kontrol diri. Remaja yang memiliki
secure attachment
dengan orang tua dan kontrol diri yang baik akan memiliki interaksi sosial yang baik dengan teman-temannya dan mampu mengendalikan diri dari
perilaku negatif. Dengan demikian,
secure attachment
dengan orang tua dan kontrol diri akan mengurangi kemungkinan terjadinya
bullying
.
2. Hubungan antara