Hubungan Masa Kerja dengan Gejala Photokeratitis Hubungan Penggunaan APD dengan Gejala Photokeratitis

52 pekerja Iyan Dharmawan, 1977. Semakin lama paparan maka efek yang diterima semakin banyak maka kerusakan jaringan semakin berat Daniel Vaughan, 1996. Dimana pernyataan ini juga didukung penelitian yang dilakukan di Taiwan rata-rata periode laten awal paparan timbulnya rasa sakit setelah paparan 389,1 menit pada paparan proses pengelasan sekitar 5,8 jam Yuang Lung, Yen, et.al 2004.

5.3 Hubungan Masa Kerja dengan Gejala Photokeratitis

Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa masa kerja 2 tahun terdapat 25 orang 75,8 pekerja las yang mengalami gejala photokeratitis dan 8 orang 24,2 yang tidak mengalami gejala photokeratitis. Sedangkan pada masa kerja ≥ 2 tahun terdapat sebanyak 9 orang 75 pekerja yang mengalami gejala photokeratitis dan 3 orang 25 yang tidak mengalami gejala photokeratitis. Selanjutnya pada hasil uji fisher menunjukkan nilai p= 0,621 dimana nilai p 0,05 maka tidak ada hubungan yang bermakna antara masa kerja dengan gejala photokeratitis. Hal ini bertentangan dengan hasil penelitian yang dilakukan Wahyuni 2012 yang menyatakan bahwa masa kerja merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi kejadian konjungtivitas fotoelektrik dengan nilai p= 0,013. Begitu juga dengan hasil penelitian Susanto 2015, dilakukan pada operator las di bengkel las kecamatan Biringkanaya kota Makasar menunjunkkan terdapat hubungan yang signifikan atara masa kerja dengan keluhan photokeratokonjungtivitis pada operator las. Masa kerja 5 tahun yang mengalami keluhan photokeratokonjungtivitis lebih banyak dibandingkan dengan masa kerja ≥5 tahun. Universitas Sumatera Utara 53 Tidak adanya hubungan yang signifikan antara masa kerja dengan gejala photokeratitis diasumsikan karena pada distribusi pekerja juga hampir tidak ada perbedaan, selain itu gejala photokeratitis ini merupakan gejala yang bereaksi secara akut sehingga dapat muncul pada pekerja apabila pekerja sudah terpapar oleh radiasi UV yang dihasilkan pada proses pengelasan.

5.4 Hubungan Penggunaan APD dengan Gejala Photokeratitis

Pada hasil penelitian menunjukkan terdapat sebanyak 29 orang 72,5 pekerja las yang menggunakan APD yang sesuai yaitu welding shield topeng las mengalami gejala photokeratitis dan 11 orang 27,5 yang tidak mengalami gejala photokeratitis. Selain itu terdapat 5 orang 100 pekerja yang menggunakan APD tidak sesuai yaitu kacamata gelap biasa yang mengalami gejala photokeratitis. Pada uji Fisher didapatkan hasil p= 0,228 dimana p 0,05 maka tidak ada hubungan yang bermakna antara penggunaan APD dengan gejala photokeratitis. Hal ini tidak sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Wahyuni 2012 yang menyatakan bahwa ada hubungan yang bermakna antara penggunaan APD dengan keluhan subjektif photokeratitis. Begitu juga dengan hasil penelitian yang dilakukan Susanto 2016 di bengkel las kecamatan Biringkanaya kota Makasar menunjukkan nilai p=0,017 yang artinya terdapat hubungan antara penggunaan alat pelindung diri dengan keluhan photokeratokonjungtivitis pada operator las. Begitu juga dengan penelitian Yuan, et.al 2004 yang menyatakan bahwa terdapat hubungan yang erat antara penggunaan alat pelindung diri dengan kejadian photokeratokonjungtivitis. Universitas Sumatera Utara 54 Penggunaan alat pelindung diri yang tepat dan sesuai sebenarnya akan mengurangi intensitas radiasi yang akan diterima oleh mata pekerja sehingga seharusnya pada pekerja yang telah menggunakan APD yang sesuai hanya kecil kemungkinan untuk mengalami gejala photokeratitis. Dalam penelitian ini dari perusahaan sendiri sudah memberikan APD yang sesuai standar dan lengkap yaitu welding shield topeng las, kaca mata gelap biasa, face shield topeng las bening untuk proses penggerindaan, apron, sarung tangan, helmet, sepatu. Alat pelindung mata yang banyak digunakan oleh pekerja pada penelitian ini adalah welding shield topeng las. Akan tetapi, pada hasil penelitian ini menunjukkan gejala photokeratitis banyak juga dialami oleh pekerja yang menggunakan APD yang sesuai standar. Tidak adanya hubungan yang signifikan antara penggunaan APD dan keluhan photokeratitis hal ini dapat diasumsikan karena responden tidak menggunakan APD tersebut dengan baik dan benar selama dilakukan pengelasan ataupun pada saat berada dilokasi dilakukannya pengelasan. Pada saat melakukan pengelasan terkadang responden menutup atau membuka kaca filter pada topeng las tersebut sehingga sinar UV tetap dapat mengenai mata responden secara langsung. Menurut penelitian yang dilakukan Angelina dan Oginawati 2009 Penggunaan kaca mata pelindung googles akan mengurangi intensitas cahaya yang masuk, namun belum diketahui seberapa besar pengaruhnya terhadap kesehatan mata pekerja. Universitas Sumatera Utara 55

5.5 Hubungan Lokasi Kerja dengan Gejala Photokeratitis