Saran Photokeratitis Penggunaan Alat Pelindung Diri

57 6. Adanya hubungan yang bermakna antara lokasi kerja dengan gejala photokeeratitis pada pekerja las di PT. Adhi Karya Persero Tbk Duri, Riau tahnu 2016 dengan nilai p = 0,0001 p0,05.

6.2 Saran

1. Kepada pekerja pada saat melakukan pengelasan sebaiknya pekerja tetap konsisten dalam menggunakan alat pelindung mata yang telah disediakan oleh perusahaan. 2. Kepada perusahaan sebaiknya dilakukan pemeriksaan kembali pada Alat Pelindung Mata dan disesuaikan dengan kondisi mata pekerja yaitu welding shield dan googles apakah masih layak sehingga dapat melindungi pekerja dalam pelaksanaan pekerjaannya. 3. Kepada Peneliti selanjutnya dapat meneliti masalah yang sama dengan menambahkan variabel intensitas radiasi. Serta dapat mencari besar resiko setiap variabelnya. Universitas Sumatera Utara 8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengelasan

Pengelasan welding diartikan sebagai salah satu teknik penyambungan logam dengan cara mencairkan sebagian logam induk dan logam pengisi dengan atau tanpa tekanan dan dengan atau tanpa logam tambahan dan menghasilkan sambungan yang kontiniu Sonawan, 2003. Menurut Deutsce Industrie Normen DIN dalam Daryanto 2013, las adalah ikatan metalurgi pada sambungan logam paduan yang dilaksanakan dalam keadaan lumer atau cair. Dari definisi tersebut dapat dijabarkan lebih lanjut bahwa las adalah sambungan setempat dari beberapa batang logam dengan menggunakan energi panas. Temperatur busur las listrik sama tingginya dengan temperatur permukaan matahari, kira-kira 5000-6000 C, sedangkan temperatur nyala api gas asetilin adalah kira-kira 3100 C. Keduanya menimbulkan radiasi sinar yang berbahaya bagi mata Daryanto, 2013. Menurut Canadian Center For Occupational Health and Safety 2008, pada proses pengelasan dapat mengeluarkan radiasi dengan panjang gelombang antara 200-1400 nm. Ini termasuk radiasi ultraviolet antara 200-400 nm, sinar tampak 400-700 nm, dan inframerah antara 700-1400 nm.

2.1.1 Jenis Pengelasan

Menurut Sriwidharto 1996, di Indonesia ada 2 jenis pengelasan yang sering digunakan yaitu dengan mempergunakan busur nyala listrik shielded metal arc welding SMAW, dan las karbit oxy acetylene weldingOAW. Di beberapa kegiatan industri yang mempergunakan tekhnologi canggih di Indonesia, telah pula Universitas Sumatera Utara 9 menggunakan pengelasan jenis T.I.G tungsten inert gas weldingSAW, M.I.G metal gas welding atau CO2 welding, las tahanan listrik electric resistance welding ERW, las busur terbenam submerged arc welding SAW, dan kemungkinan sinar laser untuk keperluan pengobatan. a. Jenis las berdasarkan panas tenaga listrik 1. SMAW Shielded Metal Arc Welding Las busur nyala listrik terlindung, adalah pegelasan dengan mempergunakan busur nyala listrik sebagai sumber panas pencair logam. Untuk keselamatan kerja, maka tegangan yang dipakai hanya 23-45 volt saja, sedang untuk pencairan pengelasan dipakai arus listrik hingga 500 amper. Secara umum berkisar antara 80- 200 Am. Untuk mencegah oksidasi reaksi dengan zat asam O2, bahan penambah las elektroda dilindungi dengan selapis zat pelindung flux atau slag yang sewaktu pengelasan ikut mencair. 2. SAW Submerged Arc Welding Las busur terbenam adalah pengelasan dengan busur nyala listrik. Untuk mencegah oksidasi cairan metal dan metal tambahan, dipergunakan butir-butir flux atau slag, sehingga busur nyala terpendam dalam urungan dalam butir tersebut. Karena panas busur nyala, butir-butir flux mencair dan melapisi cairan metal guna menghindari oksidasi. Jenis pengelasan ini dilaksanakan secara otomatis atau setengah otomatis dan digunakan untuk jalur las yang besar dan panjang. Universitas Sumatera Utara 10 3. ERW Electric Resistence Weld Las tahanan listrik. Dengan tahanan yang besar, panas yang dihasilkan oleh aliran listrik menjadi sedemikian tingginya sehingga mencairkan logam yang akan dilas. Contohnya adalah pada pembuatan pipa ERW, pengelasan plat-plat dinding pesawat. b. Jenis las berdasarkan panas dari kombinasi busur nyala listrik dan gas kekal inert 1. GMAW Gas Metal Arc Welding Pengelasan dengan gas. Nyala dihasilkan berasal dari busur nyala listrik, yang dipakai sebagai pencair metal yang dilas dan metal penambah. Sebagai pelindung oksidasi dipakai gas pelindung yang berupa gas kekal inert atau CO2. 2. GTAW Gas Tungsten Arc Welding Pengelasan dengan menggunakan busur nyala yang dihasilkan oleh elektroda tetap terbuat dari tungsten. Sedangkan sebagai bahan penambah terbuat dari bahan yang sama atau sejenis dengan bahan yang dilas dan terpisah dari pistol las welding gun . Jenis las ini baik untuk penyambungan bahan metal dan bahan-bahan campuran yang tipis. c. Las berdasarkan atas panas dari pembakaran campuran gas 1. OAW Oxy Acetylene Welding Las karbit atau las autogen. Panas dapat dihasilkan dari pembakaran gas acetylene C2H2 dengan zat asam O2. Ada juga yang sejenis dengan las ini menggunakan gas propan sebagai pengganti acateylene, ada pula hydrogen H2 dan Universitas Sumatera Utara 11 zat asam yang disebut oxy hydrogen welding. Karena panas yang dihasilkan hanya pas-pasan saja maka jenis las ini hanya baik untuk pengelasan plat-plat tipis. Mutu las karbit umumnya kurang baik ditinjau dari segi kekuatannya mengingat banyaknya bagian las yang teroksidasi karena dipakainya zat asam sebagai pemanasnya.

2.1.2 Bahaya Pengelasan

Menurut Wiryosumarto, dkk 1985 beberapa bahaya risiko paling utama dalam pengelasan adalah : 1. Radiasi Selama proses pengelasan akan timbul radiasi yang dapat membahayakan pekerja las dan pekerja lain yang ada disekitar pengelasan. Radiasi tersebut bersumber dari cahaya yang dapat dilihat atau cahaya tampak, sinar ultraviolet dan sinar infra merah. 2. Debu dan gas uap dari pengelasan Debu asap dengan ukuran 0,5 µm atau lebih bila terhirup akan tertahan oleh bulu hidung dan bulu pada saluran pernafasan, sedang debu asap yang lebih halus akan terbawa masuk keparu-paru. Debu asap yang tinggal akan melekat pada kantong udara di paru-paru dapat menimbulkan penyakit sesak nafas.Gas-gas berbahaya juga dapat muncul dalam pengelasan seperti gas karbon monoksida CO, karbon dioksida , dan gas nitrogen dioksida . Universitas Sumatera Utara 12 3. Bahaya listrik Listrik merupakan suatu bahaya yang ada pada proses pengelasan. Banyak sekali kecelakaan yang terjadi ditimbulkan oleh listrik dan akibatnya dapat sampai dengan kematian pekerja.

2.1.3 Keselamatan dan Kesehatan dalam Pengelasan

2.1.3.1 Keselamatan dalam Pengelasan

Menurut Sriwidharto, 1996 untuk dapat terjaminnya keselamatan kerja las, maka hal-hal ini yang perlu diperhatikan dan dilaksanakan :

1. Persiapan

a. Dalam persiapan pengelasan bukan hanya tukang las yang harus menyiapkan segala sesuatu tentang perlengkapan las tetapi yang lebih utama adalah persiapan lingkungan kerja yang diusahakan oleh pihak pengawas kerja ataupun pengawas instalasi, misalnya: meninjau apakah lokasi pengelasan layak untuk ditempati oleh tukang las selama melaksanakan pekerjaan pengelasan misalnya, apakah lokasi pengelasan panas sekali, bising sekali, letaknya cukup tinggi atau sangat tinggi, basahlembabbecek atau diatas permukaan air yang bergelora, mengandung gas-gas yang mudah beracun, ditengah-tengah kerumnankeramaian masa, didalam ruangan tertutup yang sempitpengap dan selainnya. Dari semua kondisi tersebut tentukanlah langkah-langkah pengamanan yang dilakukan oleh pihak pengawas seperti: penyedian baju tahan panas oleh pekerja pengelasan, penyedian pelindung pendengaran, pelampung dan pelindung kedap air untuk tempat basah , pengujian pendahuluan akan kandungan gas-gas ditempat kerja, Universitas Sumatera Utara 13 rambu-rambu peringatan, ventilasi dan blower pesuplai udara segar dan alat-alat keselamatan kerja lain. b. Peralatan yang akan dilas Peralatan yang akan dilas harus dipersiapkan sedemikian rupa supaya layak dilas artinya: peralatan telah dibebaskan dari tugas operasinya, telah dikosongkan dan dibilas, diperiksa lebih dulu kandungan gasnya yang berbahaya, menyediakan sarana ventilasi serta lampu penerangan 24 volt jika pengelasan dilaksanakan dalam ruangan. Melindungi daerah pengelasan dengan tabir airkabut dan selubung pengelasan jika jika pelaksaan pengelasan diluar peralatan dan jika pengelasan mendapat izin oleh pihak instansi atau pengawas. Tanpa persiapan ini pekerja dapat menolak melakukan pengelasan demi keselamatan dirinya sendiri, orang-orang disekitarnya dan peralatan itu sendiri. c. Peralatan pengelasan 1. Mesin las atau transformer las harus dalam keadaan baik dan dapat mensuplai arus dan tegangan yang tidak selalu berubah dengan sendirinya, serta tidak sebentar-bentar rusak. 2. Kabel las harus tidak boleh cacat yang menyebabkan kebocoran busur nyala yang akibatnya dapat membahayakan bagi keselamatan instalasi dan personal. 3. Terminal-terminal kabel serta kutub-kutup harus dalam keadaan baik dan terpelihara. Universitas Sumatera Utara 14 4. Tangkai las dan kelam las harus dalam keadaan baik dan terpelihara. Tangkai las yang terkelupas akan menjadi tak terpegang lagi karena isolasi panasnya telah hilang dan suhu las yang sangat tinggi dapat merambat ke tangkai. 5. Rambu-rambu peringatan dan lembarselubung pelindung busur nyala listrik dipersiapkan sesuai kebutuhan dan keadaan lingkungan. 6. Alat pengatur arus yang portable dapat dijinjing dan harus menujukkan arus yang sebenarnya. d. Peralatan bantu 1. Botol-botol acetylene, propan, zat asam harus masih dalam masa berlakunya pemeriksaan dan uji tekan yang terakhir oleh departemen tenaga kerja. 2. Katup pengurang tekanan reducing valve harus masih berfungsi dengan baik. 3. Selang-selang gas dan zat asam tidak boleh cacat yang mengakibatkan kebocoran gas acetylenepropan. 4. Brander-branderobor potong harus dala keadaan baik dan terawat. 5. Gerinda las harus masih baik. Mata gerinda harus sesuai dengan pemakaian serta dipasang pada mesin pemutar dengan putaran yang sesuai dengan spesifikasi batu gerinda. 6. Alat pemadam kebakaran harus selalu tersedia didekat lokasi pengelasan. Universitas Sumatera Utara 15 e. Peralatan keselamatan perorangan 1. Baju lengan panjang dan celana panjang yang terbuat dari katun. Bahan-bahan seperti tetoron, dacron, nylon, dan polyester lainnya tidak tepat untuk dipakai pekerja panas, karena percikan las dapat membakar kain tersebut secara cepat. 2. Topi pet katun yang dapat diputar kebelakang untuk pemasangan topeng las. 3. Topeng las pelindung mata dan muka yang baik dan tepat guna. Untuk pengelasan titik dapat dipakai topeng yang bertangkai, sedang untuk pengelasan biasa dapat menggunakan topeng yang dilekatkan di kepala.Pada topi las harus diperlengkapi dengan 2 macam kaca pelindung yang masing- masing hitam dan bening. Pelindung mata yang bening dimaksudkan untuk melindungi mata dan sekaligus melihat selagi pelakasana melakukan penggerindaan, sedang yang hitam dimaksudkan untuk melindungi mata dari radiasi panas busur nyala juga radiasi yang cukup intensif dari sinar-sinar ultraviolet dan infra merah. Bahan dari kacamata las goggles dapat terbuat dari plastik yang transparan dengan lensa yang dilapisi kobalt untuk melindungi bahaya radiasi gelombang elektromagnetik non ionisasi dan kesilauan atau lensa yang terbuat dari kaca yang dilapisi timah hitam untuk melindungi dari radiasi gelombang elektromagnetik dan mengion. 4. Sarung tangan kulit untuk melindungi tangan dan jari-jari tangan. 5. Selongsong kaki sleeve yang terbuat dari kulit. 6. Sepatu las. 7. Pelindung dada apron dari kulit. Universitas Sumatera Utara 16

2. Pelaksanaan

Pelaksanaan pengelasan harus sesuai dengan prosedur pengelasan WPSwelding procedure specification yang telah disetujui. Percikan api pengelasan dapat membahayakan lingkungan sekitar lokasi pengelasan, maka sekitar lokasi harus dilindungi dengan tabir air atau kabut serta lantai dibasahi untuk mematikan percikan las yang berjatuhan dan masih membara. Pengelasan tidak boleh dimulai sebelum ada lampu hijau dari pengawas instalasi dalam halnya pengelasan untuk perbaikanpemeliharaan, mengingat persiapan-persiapan pengamanan perlu dilakukan sebelum pengelasan. Persiapan tersebut meliputi, kandungan gas testening, purging atau pembilasan, pengucilan isolation peralatan yang akan dilas dan lain-lain. Jangan mengelas langsung pada permukaan yang berlapiskan cat, karena disamping hasilnya buruk akibat cat tersebut juga berbahaya bagi pekerja akibat terhirup gas yang berasal dari terbakarnya cat tersebut.

2.1.3.2 Kesehatan dalam Pengelasan

Yang terpenting harus dilindungi dalam pengelasan adalah keselamatan indera penglihatmata, alat pernafasanparu-paru dan kulit. Pandangan langsung tanpa kaca mata las dapat dilakukan pada jarak 15,24 m atau 50 kaki dari sumber busur nyala. Walaupun memakai kaca mata las, namun jika nomornya tidak memadai maka pekerja akan akan mengalami kepedihan yang hebat seperti biji mata penuh dengan pasir-pasir yang tajamSriwidharto, 1996. Universitas Sumatera Utara 17 Selanjutnya yang tidak kalah pentingnya adalah alat pernafasan. Pengelasan selain menghasilkan gas pelindung shielding gas yang berasal dari lapisan luar elektroda coating, juga gas-gas hydrogen, ozon dan lain-lain yang jika terhirup dalam waktu panjang akan merusak kesehatan bahkan dapat meracuni darah. Jika pelaksanaan las dilaksanakan diruang tertutup, maka guna melidungi pernafasan pelaksana, pada ruangan tersebut disediakan lubang ventilasi dan diperlengkapi dengan blower pensuplai udara segar dari luar Sriwidharto, 1996. Selanjutnya kulit muka, lengan dan kaki harus pula dilindungi dari panas radiasi ultra ungu yang mengakibatkan kulit terbakar. Rasa kulit terbakar radiasi suhu panas dan ultraviolet adalah pedih dan panas.

2.2 Sinar Ultraviolet

Sinar ultraviolet merupakan radiasi elektromagnetik yang terletak diantara sinar tampak Visible Light dan x-ray. Spektrum sinar ultraviolet dibagi menjadi tiga bagian yaitu bagian sinar terdekat sekitar 400-300 nm, bagian 300-200 nm, dan bagian kosong 200-4 nm Olishfski, 1985 Radiasi sinar ultra ungu adalah radiasi elektromagnetis dengan panjang gelombang 180-400 nm. Sebagai arus energi elektromagnetis dapat dinyatakan dalam satuan mikrowattcm2. Pada mata sinar tersebut dapat mengakibatkan konjungtivitis fotoelektrika. Menurut Canadian Centere for Occupational Heath Safety, 2008 sinar radiasi ultraviolet dibagi menjadi tiga jenis panjang gelombang yaitu : 1. Sinar ultraviolet-A sinar ultraviolet-A mempunyai panjang gelombang 320-400 nm. Universitas Sumatera Utara 18 2. Sinar ultraviolet-B Sinar ultraviolet-B mempunyai panjang gelombang 280-320 nm. Menurut CCOH Canadian Centere For Occupational Health Safety sinar yang paling memberikan dampak nyata bagi pekerja adalah sinar UV-B. Menurut Alatas Dkk,2003 Energi sinar UV dengan panjang gelombang 280-315 nm sebagian besar diserap kornea dan dapat mencapai lensa. 3. Sinar ultraviolet-C Sinar ultraviolet-C mempunyai panjang gelombang 200-280 nm. Menurut Alatas, dkk, 2003 energi ultraviolet-C dapat diserap seluruhnya oleh kornea mata.

2.2.1 Efek dari Radiasi Ultraviolet pada Mata

Mata merupakan organ tubuh yang paling peka terhadap radiasi elektromagnetik non ionisasi. Radiasi ultraviolet tidak dapat dideteksi oleh reseptor- reseptor alat penglihatan manusia sehingga kelainan dan kerusakan sering terjadi sebelum seseorang menyadari dirinya telah terpapar oleh radiasi tersebut. Radiasi ultraviolet pada pekerjaan pengelasan dapat menyebabkan kerusakan mata. Kerusakan mata paling umum terjadi akibat pemaparan bunga api pengelasan, tetapi dapat juga terjadi melaui pemaparan langsung atau pantulan radiasi lampu ultraviolet seperti yang digunakan di laboraturium sebagai germisida yang dapat menyebabkan konjungtivis atau keratitis inflasi kornea. Di mata,energi radiasi 280 nm UV-C dapat diserap seluruhnya oleh kornea Energi radiasi UV-B 280-315 nm sebagian diserap oleh kornea dan dapat pula Universitas Sumatera Utara 19 mencapai lensa. Sedangkan energi UV-A 315- 400 nm diserap dalam lensa secara kuat, hanya sebagian kecil energi bisa 1 yang dapat mencapai retina Anies, 2009. Dalam studi terakhir ditunjukkan bahwa paparan radiasi UV dapat merusak kornea mata lebih parah daripada perkiraan sebelumnya. Spesialis mata yang bekerja di Amerika Serikat telah menunjukkan bahwa lapisan endotel dalam kornea primate juga mengalami kerusakan khususnya oleh UV-B dalam panjang gelombang 300 nm dan ini tidak seperti kerusakan epitel, permanen Pitts et al., 1987. Sinar ultraviolet dapat merusak epitel kornea, kerusakan ini akan segera baik kembali setelah beberapa saat dan tidak akan memberikan gangguan yang menetap. Efek fototoksik akut radiasi uv pada mata adalah photokeratitis dikenal juga sebagai welder flash atau snow blindness yaitu reaksi peradangan akut pada kornea dan konjungtiva mata. Ini merupakan kerusakan akibat reaksi fotokimia pada kornea photokeratitis dan konjungtiva fotokonjungtiva yang muncul setelah pajanan 200- 400 nm dan umumnya hanya berlansung antara 24-48 jam Alatas, 2004. Gejala photokeratitis berupa memerahnya bola mata yang disertai rasa sakit yang parah, photopobia, mata terasa berpasir, dan air mata bertambah. Efek ini bersifat sementara karena kerusakan yang terjadi sangat ringan bagian permukaannya saja dan penggantian sel epitel permukaan kornea berlangsung dengan cepat satu siklus 48 jam Alatas, 2004. Keratitis terutama terdapat pada fisura palpebra. Pupil akan terlihat miosis. Tajam penglihatan akan terganggu. Keratitis ini dapat sembuh tanpa cacat, akan tetapi bila radiasi berjalan lama kerusakan akan dapat permanen sehingga akan memberikan kekeruhan pada kornea. Universitas Sumatera Utara 20 Keratitis dapat bersifat akibat efek kumulatif sinar ultraviolet sehinggga gambaran keratitisnya akan menjadi berat Ilyas, 1997. Sedangkan pajanan kronik radiasi UV pada mata dapat menimbulkan pterygium atau penebalan konjungtiva dan katarakogenesis atau proses pembentukan katarak. Pterygium sebagai hasil dari pertumbuhan jaringan lemak diatas kornea. Pajanan radiasi panjang gelombang 290-320 nm dapat menyebabkan katarak. Terdapat hubungan yang jelas antara katarak dengan pajanan UV-B sepanjang hidup Alatas dkk, 2003.

2.2.2 Sumber sinar ultraviolet

Sumber sinar UV pada pekerjaan pengelasan berasal dari sinar UV alami dan sumber sinar UV buatan. Sumber sinar UV alami yang memajan pekerja pengelasan adalah sinar matahari sebagai sumber utama yang memancarkan sinar UV Olishifski, 1985. Pada pekerjaan pengelasan sendiri memiliki potensi keterpajanan yang tinggi terhadap sinar matahari terutama pada pekerja yang bekerja diluar ruangan WHO, 2003. Sedangkan sumber sinar ultraviolet buatan bersal dari peralatan pengelasannya sendiri. Hal ini disebabkan karena peralatan pengelasan merupakan salah satu peralatan kerja yang merupakan sumber sinar ultraviolet buatan dan dalam pengoperasiannya terjadi pelelehan sehingga dari pelelehan tersebut akan timbul percikan api bunga api yang memancarkan beberapa sinar antara lain sinar ultraviolet yang membahayakan Saroso, 1980. Universitas Sumatera Utara 21

2.2.3 Nilai Ambang Batas Radiasi Sinar Ultra Ungu Sinar Ultraviolet

Menurut keputusan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Republik Indonesia No. PER.13MENX2011 Tentang Nilai Ambang Batas Faktor Fisika dan Kimia di Tempat Kerja. Nilai ambang batas NAB untuk sinar ultraviolet ditetapkan sebesar 0,0001 milliWatt per sentimeter persegi Mwcm2. Table.2.1Nilai ambang batas radiasi sinar ultra ungu yang diperkenankan. Masa Paparan Per Jam Waktu paparan per hari 8 0,0001 4 0,0002 2 0,0004 1 0,0008 Menit 30 0,0017 15 0,0033 10 0,005 5 0,01 1 0,05 Detik 30 0,1 10 0,3 1 3 0,5 6 0,1 30 Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Nomor Per.13MenX2011 Radiasi sinar UV dapat diukur dengan alat radiometer sinar UV yang dengan intensitas sinar UV dapat dibaca secara langsung. Alat tersebut portabel, kisaran panjang gelombang yang dapat diukurnya antara 180-400 nm, dan mampu mengukur energi radiasi dari sampai 19.990 mikroWatt dengan resolusi 0,1 mikroWatt Suma’mur, 2009. Universitas Sumatera Utara 22

2.3 Anatomi dan Fisiologi Kornea Mata

2.3.1 Anatomi Kornea Mata

Kornea latin cornum= seperti tanduk adalah selaput bening mata bagian selaput mata yang tembus cahaya, merupakan lapis jaringan yang menutup bola mata sebelah depan. Kornea merupakan 16 bagian pembungkus bola mata yang bening dan berbentuk kaca arloji terletak didataran bola mata. Akibat kejernihan bola mata maka dapat diteruskan atau dibiaskan kedalam bola mata. Kornea merupakan komponen utama sistem optik mata dimana 70 pembiasan sinar dilakukan. Sinar yang masuk kedalam bola mata dibiaskan oleh kornea untuk difokuskan pada macula lutea . Turunnya tajam penglihatan depan terjadi akibat edema kornea, infiltrasi sel radang kedalam kornea, vaskularisasi dan terbentukanya jaringan parut pada kornea Ilyas, 2003. Tebal kornea pada bagian sentral 0,5 mm yang terdiri atas 5 lapis yaitu : epitel, terdiri atas 5 lapis sel dengan 3 tipe sel, yaitu : 1. Sel epitel gepeng, sel epitel sayap, dan sel basal atau sel kuboid. Sel basal melekat erat dengan membrane basal kornea. Sel basal dan membrane basal epitel kornea memilki daya regenerasi. 2. Membran Bowman , yang merupakan bagian stroma kornea dan membentuk membrane tipis yang homogeny. Membrane bowman tidak memiliki daya regenerasi Universitas Sumatera Utara 23 3. Stroma, merupakan bagian kornea yang paling tebal atau 90 dari tebalnya kornea. Stroma terdiri atas sel stroma atau keratosit dan serat kalogen yang tersusun sangat teratur. 4. Stroma kornea tidak mempunyai daya regenerasi, bila terjadi kerusakan stroma, maka akan membentuk jaringan parut yang keruh pada kornea . 5. Membran Descemet , lapisan elastik kornea yang bersifat transparan. 6. Endotel , terdiri atas atas satu lapis sel gepeng heksagonal. Kornea tidak memiliki pembuluh darah, akan tetapi kaya akan serabut sensorik. Saraf sensorik ini berasal dari saraf siliar longus, saraf nasosiliar, saraf ke V saraf siliar longus berjalan suprakoroid, masuk kedalam stroma kornea, menembus membrane Bowman melepaskan selubung Schwannya. Seluruh lapis epitel dipersarafi sampai pada kedua terdepan tanpa ada akhir saraf. Bulbus Krause untuk sensasi dingin ditemukan didaerah limbus terjadi dalam waktu 3 bulan Ilyas, 1997. Kornea merupakan bagaian mata yang tembus cahaya dan menutup bola mata disebelah depan. Pembiasan sinar terkuat dilakukan oleh kornea, dimana 40 dioptri dari 50 dioptri pembiasan sinar masuk kornea dilakukan oleh kornea Ilyas, 1997.

2.3.2 Fisiologi Kornea Mata

Kornea berfungsi sebagai membrane pelindung dan jendela yang dilalui berkas cahaya menuju retina. Sifat tembus cahayanya disebabkan strukturnya yang uniform, avaskuler , dan degurtene atau keadaan dehidrasi relatif jaringan korena yang dipertahankan oleh pompa bikarbonat aktif pada endotel dan oleh fungsi sawar epitel dan endotel. Endotel lebih penting daripada epitel dalam mekanisme dehidrasi dan Universitas Sumatera Utara 24 kerusakan pada endotel jauh lebih serius dibandingkan kerusakan pada epitel.Kerusakan sel-sel endotel menyebabkan edema kornea dan hilangnya sifat transparan. Sebaliknya cedera pada epitel hanya menyebabkan edema lokal sesaat pada stroma kornea yang akan menghilang dengan regenerasi sel-sel epitel yang cepat. Penguapan air dari film airmata prakornea akan mengakibatkan film airmata menjadi hipertonik; proses tersebut dan penguapan langsung adalah faktor-faktor yang menarik air mata dari stroma kornea superfisialis untuk mempertahankan keadaan dehidrasi Riordan.P dkk, 2009 Penetrasi kornea utuh oleh obat bersifat bifasik. Substansi larut lemak dapat melalui epitel utuh, dan substansi larut air dapat melalui stoma yang utuh. Karenanya agar dapat melalui kornea, obat harus larut lemak dan larut air sekaligus Riordan.P dkk, 2009.

2.4 Photokeratitis

Photokeratitis disebut juga flash burn, welder’s flash, or welder’s eye yang lebih sering terjadi dipekerja pengelasan E. Peterson, 1985.Respon utama kornea untuk paparan UV adalah kondisi yang disebut photooptalmia atau photokeratitis diperkirakan akan terjadi pada gelombang di antara 210 nm dan 315 nm Kumah D.B. et.al., 2011. Photokeratitis disebabkan mata terpapar oleh sinar ultraviolet. Photokeratitis adalah inflamasi pada kornea akibat cahaya, yang telah banyak diketahui akibat matahari atau sumber sinar UV lainnya. Sinar UV ditangkap oleh mata dan diserap oleh lapisan jaringan terluar, kornea dan konjungtiva, dengan menjangkau sedikit ke Universitas Sumatera Utara 25 lensa atau bagian dalam mata. Karena tidak adanya sensasi akibat keberadaan pajanan cahaya perasaan sakit pajanan yang berlebih dari sinar UV matahari atau sumber pajanan lainnya bisa tidak diketahui. Setelah periode laten dari beberapa menit ke beberapa jam, berdasarkan lamanya pajanan, konjungtiva akan terinflamasi, disertai dengan rasa sakit seperti mata terasa berpasir Wahyuni, 2013. Gejala photokeratitis ini akan timbul setelah 6-12 jam terpapar oleh sinar ultraviolet. Menurut Ilyas 2003, keluhan yang akan dirasakan penderita phokeratitis adalah : mata akan sangat sakit nyeri, mata seperti kelilipan atau kemasukan pasir, photofobia, blefarosfasme, konjungtiva kemotik, gangguan ketajaman penglihatan. Gejala photokeratitis menurut Hollwich 1993, yaitu mata terasa nyeri, mata terasa berpasir, fotofobia, blefarospasme dan mata banyak mengeluarkan air mata. Berdasarkan The college of optometrists 2011, gejala photokeratitis yang dirasakan mata terasa seperti berpasir, rasa nyeri pada mata, mata kemerahan, mata berair lakrimasi, blefarosfasme mata berkedut, fotofobia silau dan penurunan ketajaman penglihatan. Pada panjang gelombang 320-280 nm UV-B bisa menembus erithemal. Radiasi UV pada gelombang di daerah ini akan diserap oleh kornea mata, tempat bereaksinya sinar UV pertama kali dengan jaringan keras mata dan secara tidak langsung menimbulkan efek. Selanjutnya setelah beberapa jam ketidaknyamanan timbul dan mengakibatkan mata terasa berpasir. Inflamasi kornea dan lesi kecil yang biasa disebut keratitis Olisfihski, 1985. Universitas Sumatera Utara 26

2.5 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Terjadinya Photokeratitis