Produktivitas kerja petani di tinjau dari sistem Muzara'ah : Studi pada Desa Pakan Rabaa,Kabupaten Solok Selatan, Sumatera Barat

(1)

PRODUKTIVITAS KERJA PETANI DITINJAU DARI

SISTEM MUZARA’AH

(

Studi Pada Desa Pakan Rabaa, Kabupaten Solok Selatan, Sumatera Barat

)

SKRIPSI

Diajukan kepada Fakultas Syariah dan Hukum Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Mencapai

Gelar Sarjana Ekonomi Islam (S.EI)

Oleh:

Erick Prasetyo Agus NIM : 104046101581

KONSENTRASI PERBANKAN SYARIAH

PROGRAM STUDI MUAMALAT

FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM

UIN SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA


(2)

LEMBAR PERNYATAAN

1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar strata I Fakultas Syari’ah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan dengan ketentuan yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan asli hasil karya saya, atau merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Ciputat, 12 Desember 2008

Erick Prasetyo Agus NIM: 104046101581


(3)

iii

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR i

LEMBAR PENGESAHAN ii

DAFTAR ISI iii DAFTAR TABEL vi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah……….. 1

B. Pembatasan Masalah……… 6

C. Perumusan Masalah………. 6

D. Tujuan dan Manfaat Penelitian……… 7

E. Metode Penelitian……… 7

F. Kajian Pustaka………. 14

G. Kerangka Konsep………. 15

H. Sistematika Penulisan………. 17

iv

BAB II TINJAUAN PUSTAKA


(4)

1. Pengertian Muzara’ah………. 19

2. Dasar Hukum Muzara’ah……… 22

3. Rukun dan Syarat Muzara’ah………. 25

4. Akibat akad Muzara’ah……….. 30

5. Berakhirnya akad Muzara’ah……….. 31

B. Bentuk-bentuk muzara’ah……….. 33

C. Pengertian Produktivitas……… 38

D. Konsep Tentang Produktivitas………... 40

BAB III GAMBARAN UMUM A. Gambaran Umum Kabupaten Solok Selatan…….. 45

B. Gambaran Umum Desa Pakan Rabaa………. 53

C. Sistem Bagi hasil Desa Pakan Rabaa………... 56

v BAB IV ANALISIS PRODUKTIVITAS KERJA PETENI DITINJAU DARI SISTEM MUZARA’AH A. Profil Responden……….. 61


(5)

B. Analisis Produktivitas Kerja Petani Ditinjau Dari Sistem Muzara’ah... 73

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan……… 88

B. Saran……….. 90

DAFTAR PUSTAKA


(6)

vi

DAFTAR TABEL

1. Tabel Jenis Kelamin Responden 66

2. Tabel Agama Responden 66

3. Tabel Usia Responden 67

4. Tabel Pendidikan Terakhir Responden 68 5. Tabel Rata-rata Pengeluaran Responden 68 6. Tabel Rata-rata Pendapatan Responden 69 7. Tabel Sejak Kapan Responden Bertani 70 8. Tabel Pekerjaan Lain Responden 71 9. Tabel Alasan Memiliki Pekerjaan Lain 72

10. Tabel Dimensi Bagi Hasil 74

11. Tabel Dimensi Motivasi 75

12. Tabel Dimensi Peralatan 76

13. Tabel Dimensi Keterampilan 78

14. Tabel Dimensi Disiplin 77

15. Tabel Dimensi Pendapatan dan Pengeluaran 79 16. Tabel One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test 80

17. Tabel Korelasi I 81

18. Tabel Korelasi II 83

19. Tabel Regresi Linear 84

20. Tabel Uji F 85


(7)

BAB I PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG MASALAH

Dilihat dari wilayah Indonesia secara geografis dan susunan kehidupan rakyatnya, termasuk perekonomiannya masih bercorak agraris. Sebagian besar rakyat bermata pencaharian dari mengolah hasil bumi, air dan ruang angkasa, termasuk kekayaan alam yang terkandung di dalamnya. Hal tersebut mengindikasikan bahwa sebagian besar rakyat menggantungkan kehidupannya dari sektor pertanian.

Berhubungan dengan pembangunan di Indonesia yang masih menitikberatkan pada sektor pertanian yang menjadi dasar bagi sektor-sektor pembangunan lainnya. Pengertian pembangunan dari sektor pertanian adalah seluruh upaya memanfaatkan kekayaan sumber daya alam secara lestari dan berkelanjutan, sumberdaya manusia, modal, serta ilmu pengetahuan dan teknologi untuk menghasilkan produksi pertanian dan bahan baku primer bagi industri-industri yang menopang. Dari pembangunan sektor pertanian inilah diharapkan agar tujuan pembangunan nasional dapat terwujud yaitu, mensejahterakan kehidupan rakyat Indonesia secara adil dan makmur, merata materiil dan spiritual berdasarkan pancasila dan UUD 1945.1

Berbicara tentang sektor pertanian tidak bisa dilepaskan dari keberadaan tanah sebagai salah satu sumber daya alam yang utama. Tanah dalam pengertian

1

Bahan Penataran UUD 1945, P-4GBHN, Kewaspadaan Nasional Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi DEPDIKBUD, h.464


(8)

umum adalah tempat untuk berpijak dan tempat untuk hidup. Terhadap tanah terdapat hak dan kewajiban setiap orang dan badan hukum untuk mendapatkan manfaat dan hasil yang baik bagi dirinya sendiri, keluarga, dengan mengerjakan dan mengusahakannya sendiri secara aktif dan mencegah pemerasan. Hal ini tertera dalam UU No. 5 tahun 1960 tentang Pokok-Pokok Agraria Indonesia, pasal 9 ayat 1, disebutkan:

“Tiap-tiap warga Negara Indonesia, baik laki-laki maupun wanita mempunyai kesempatan yang sama untuk memperoleh suatu hak atas tanah serta untuk mendapatkan manfaat dan hasilnya, baik bagi diri sendiri maupun keluarganya.”

Selanjutnya dalam pasal 10 ayat 1 disebutkan:

“Setiap orang dan badan hukum mempunyai hak atas suatu tanah pertanian pada azasnya diwajibkan untuk mengerjakannya sendiri atau mengusahakannya sendiri secara aktif dengan mencegah tindakan pemerasan.”

Tanah wilayah perkotaan yang dulunya merupakan wilayah yang subur untuk pertanian, kini dipadati dengan pembangunan pemukiman baru yang berdampak pada menurunnya produksi dari sektor pertanian. Sementara itu, dari wilayah pedesaan semakin banyak wilayah pertanian yang dikuasai oleh pemilik modal yang besar dan sebagian lagi ditinggalkan oleh pemiliknya. Tidak sedikit petani di wilayah pedesaan yang meninggalkan lahan pertanian didesanya karena didesak oleh keadaan ekonomi yang semakin terpuruk. Akibat meningkatnya biaya hidup, pendidikan, kesehatan dan lain sebagainya. Pada akhirnya pemilik tanah menguasai hampir sebagian besar lahan pertanian.


(9)

Agar tidak terjadi ketimpangan dan untuk menghindarkan adanya lahan menganggur dibutuhkan adanya kerjasama antara pemilik tanah dengan petani penggarap. Hal tersebut bisa berupa asas tolong menolong. Didalam Islam tolong menolong sangat dianjurkan, karena manusia itu adalah makhluk sosial dan tidak terlepas dari sesamanya. Sesuai dengan firman Allah SWT:

...

!"#

$%

Artinya:

“dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan taqwa, dan janganlah tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran”.

Dengan adanya firman Allah SWT tersebut, diharapkan rasa tolong menolong tumbuh dengan sendirinya di dalam kehidupan bermasyarakat. Kerjasama tersebut diharapkan dapat berlaku di semua aspek kehidupan, khususnya dalam bidang pertanian.

Pertanian merupakan salah satu bidang usaha yang sangat penting, Imam Al-Qurtubi memandang bahwa usaha pertanian adalah fardu kifayah. Dimana pemerintah wajib mengarahkan manusia ke arah pertanian tersebut dan segala hal yang berkaitan dengannya dalam bentuk menanam pohon.2 Bidang pertanian tersebut haruslah mendapat perhatian lebih dari masyarakat, khususnya pemerintah, karena melalui pertanian manusia dapat memenui kebutuhan hidupnya terutama

2


(10)

dalam hal makanan. Pertanianpun memegang peranan penting dalam kehidupan masyarakat. Islam pun telah mengaturnya sesuai dengan syariat.

Dalam suatu masyarakat, terdapat sebagian mereka yang mempunyai lahan pertanian yang baik untuk ditanami agar menghasilkan. Namun tidak memiliki kemampuan untuk bertani, dan ada juga yang memiliki lahan dan juga mempunyai kemampuan untuk menanaminya tetapi kekurangan modal, dan ada juga yang tidak memiliki sesuatupun, kecuali memiliki tenaga dan kemampuan dalam bercocok tanam.

Bagi hasil tanah pertanian antara pemilik tanah dan petani penggarap telah diatur sedemikian rupa di Indonesia, baik dalam hukum Islam maupun dalam undang-undang. Dalam hukum Islam telah dijelaskan dalam kitab-kitab fiqh yang merupakan hasil ijtihad dari para ulama. Sistemnya dapat kita kenal dengan istilah

Muzara’ah, Mukhabarah, Musaqah, dan Mugharasah. Itu merupakan akad-akad muamalah Islam dalam hal pemanfaatan tanah khususnya pertanian. Dalam Undang-undang pun telah diatur tentang bagi hasil tanah pertanian yang berlaku secara menyeluruh di wilayah Indonesia yaitu UU No.2 tahun 1960. UU tersebut mengatur perjanjian bagi hasil pemilik tanah dan petani penggarap dengan pembagian bagi hasil yang adil dengan menegaskan hak dan kewajiban para pihak yang melakukan perjanjian.

Pelaksanaan perjanjian bagi hasil dalam prakteknya di wilayah Indonesia ternyata mengenal istilah yang berbeda-beda dengan sistem pembagian bagi hasil yang berbeda pula. Hal ini dikarenakan adanya adat atau kebiasaan yang berlaku pada masyarakat setempat.


(11)

Dengan latar belakang tersebut penulis mencoba membahas tentang

“PRODUKTIVITAS KERJA PETANI DITINJAU DARI SISTEM MUZARA’AH” di Nagari Pakan Rabaa, Kabupaten Solok Selatan, Propinsi Sumatera Barat dikarenakan sebagian besar masyarakatnya mengerjakan dan mengusahakan tanah pertanian untuk memenuhi kehidupannya dengan perjanjian bagi hasil.

B. PEMBATASAN MASALAH

Untuk lebih memperjelas persoalan atau masalah yang ada di dalam masalah ini, agar nantinya untuk mencegah uraian yang panjang lebar, maka penulis perlu untuk membatasi agar masalah ini tepat sasaran dan sesuai dengan judul serta yang penulis harapkan.

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah penulis uraikan sebelumnya, topik yang dibahas dalam skripsi ini hanya pada persoalan pengaruh sistem bagi hasil pertanian atau Muzara’ah di Kanagarian Pakan Rabaa Kabupaten Solok Selatan, Sumatera Barat.

C. PERUMUSAN MASALAH

Untuk mengarahkan pembahasan, agar nantinya bisa lebih terperinci dan tidak menyulitkan penulis, maka masalah tersebut perlu sebuah perumusan. Maka penulis merumuskan masalah sebagai berikut :

1. Bagaimana gambaran produktivitas kerja petani penggarap dikanagarian Pakan Rabaa?


(12)

2. Bagaimanakah pelaksanaan Sistem Muzara’ah dalam peningkatan Produktivitas kerja petani di kanagarian Pakan Rabaa?

D. TUJUAN Dan MANFAAT PENELITIAN

1. Tujuan dari penelitian ini adalah :

a. Mengetahui gambaran kehidupan masyarakat petani Kanagarian Pakan Rabaa

b. Untuk mengetahui sistem bagi hasil masyarakat petani kanagarian Pakan Rabaa

2. Manfaat Penelitian

a. Untuk mengetahui sejauh mana kemampuan dan pengetahuan penulis tentang penelitian yang dilakukan

b. Memberikan masukan bagi petani sehingga dalam bekerja dapat mengembangkan usahanya lebih baik

c. Memberikan informasi kepada pihak lain tentang bagaimana sistem bagi hasil pertanian masyarakat pedesaan.

d. Untuk memenuhi syarat dari universitas bagi penulis untuk mendapatkan meraih gelar S1.


(13)

E. METODE PENELITIAN

Penelitian ini bersifat deskriptif analitif, yaitu penelitian yang berusaha untuk menuturkan pemecahan permasalahan yang ada sekarang berdasarkan data-data yang ada, jadi sifatnya ia menyajikan data-data, menganalisa data-data dan menginterpretasikannya. Tujuannya adalah untuk memberi gambaran dan informasi yang akurat dari berbagai sumber serta menghasilkan kesimpulan yang mendukung pembahasan. Peneliti memakai metode yuridis sosiologis, yaitu penelitian yang dilakukan terhadap hukum perilaku yang berkembang dalam masyarakat.

Adapun teknik pengumpulan data adalah sebagai berikut :

2. Penelitian Kepustakaan, Yaitu suatu penelitian yang bertujuan untuk mendapatkan data sekunder dengan cara melakukan penelaahan terhadap beberapa buku literatur, tulisan ilmiah yang berkaitan dengan bahan-bahan tertulis yang berkaitan dengan penelitian.

3. Observasi, yaitu dengan mengadakan pengamatan langsung ke masyarakat. Hal ini dilakukan bertujuan untuk mengetahui keadaan sebenarnya dilokasi, yaitu dengan cara:


(14)

a. Wawancara, yaitu mengadakan tanya jawab dengan membuat list pertanyaan yang telah dipersiapkan sebelumnya langsung kepada masyarakat.

b. Kuesioner, yaitu jumlah pertanyaan tertulis yang digunakan untuk memperoleh informasi dari responden dalam arti laporan tentang pribadinya, atau hal-hal yang ia ketahui. Pertanyaan kuesioner ini sebagian bersifat tertutup dimana alternatif jawaban telah tersedia dan sebagian lagi terbuka untuk menggali informasi yang mungkin muncul di luar pertanyaan yang tersedia.3

4. Populasi dan Sampel

Populasi adalah sekumpulan menyeluruh dari suatu objek yang merupakan perhatian peneliti. Yang dijadikan sebagai populasi oleh peneliti adalah warga kanagarian Pakan Rabaa, Kabupaten Solok Selatan Propinsi Sumatera Barat.

Sampel adalah bagian dari populasi. Pada umumnya kita tidak bisa mengadakan penelitian kepada seluruh anggota populasi karena terlalu banyak. Oleh karena itu peneliti mengambil sampel yang dirasa representatif dari populasi yang akan dijadikan sampel. Dari jumlah masyarakat tersebut yang bekerja sebagai petani penggarap, peneliti mengambil populasi sebanyak seratus orang, yaitu petani penggarap. teknik pengambilan sampel disini dilakukan dengan menggunakan teknik non probability dengan cara convenience sampling, yaitu unit sampel yang ditarik mudah dihubungi dimana dan kapan

3

Sukandar rumidi, metodologi penelitian petunjuk praktis untuk peneliti pemula, cet. Ke-2, (Yogyakarta: Universitas Gajah Mada), 2004, h. 63.


(15)

saja, tidak menyusahkan dan mudah untuk mengukur dan berkarakteristik kooperatif.

5. Metode Analisa Data:

a. Metode Kuantitatif

Metode kuantitatif yaitu data yang dapat diukur sehingga dapat menggunakan statistik dalam pengujiannya.

Dengan rumus prosentase:

P = f/n x 100%

Ket: P = Prosentase

F = Frekuensi N = Jumlah Sampel

Teknik statistik yang digunakan untuk menganalisis data pada penelitian deskriptif adalah dengan menggunakan tabel, sehingga bisa lebih mudah dibaca data tersebut dengan menggunakan distribusi frekuensi.

Sedangkan untuk menganalisis adanya hubungan atau korelasi antara kedua variable digunakan metode korelasi Rank Spearman, yaitu statistik yang didasarkan pada ranking. Korelasi ini adalah untuk mengetahu ada atau tidaknya pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikat. ini berarti ukuran asosiasi yang menuntut kedua variabel diukur sekurang-kurangnya


(16)

dalam skala ordinal sehingga individu-individu yang dipelajari dapat dirangking dalam dua rangkaian berurut.

RS

=

keterangan :

di2 : beda (selisih) setiap pasang rank.

x : skor jumlah dari X

y : skor jumlah dari Y

b. Metode Kualitatif

Metode kualitatif pada umumnya dalam bentuk narasi atau gambar-gambar. Kadangkala berupa angka-angka. Tetapi angka tersebut hanya menjelaskan untuk sesuatu.

Data-data kuantitatif yang diperoleh dari penelitian deskriptif pada umumnya dapat dihitung jumlahnya atau frekuensinya. Cara yang digunakan adalah dengan meringkaskan data tersebut kedalam bentuk yang


(17)

mudah dibaca adalah dengan menampilkan data tersebut kedalam distribusi frekuensi. Tabel yang nantinya dibuat berdasarkan atas distribusi frekuensi.

c. Hipotesa:

Hipotesa adalah jawaban sementara yang digunakan penulis dalam penelitian yang sebenarnya masih harus diuji kembali.4 Hipotesa bisa saja benar dan bisa saja salah. Hipotesa dari rumusan diatas adalah terdapat hubungan antara bagi hasil muzara’ah (X) dengan produktivitas kerja petani (Y).

Rumusannya:

Ho = 0, terdapat hubungan antara muzara’ah dengan produktivitas kerja petani

H1 0, tidak terdapat hubungan antara Muzaraa’h dengan produktivitas

kerja petani.

d. Uji Signifikansi :

4


(18)

Uji signifikansi adalah suatu pengujian hipotesa untuk mengetahui apakah ada hubungan atau tidak ada hubungan antara variabel bebas atau variabel independen dengan variabel dependen atau variabel terikat. Dalam pengujian signifikansi penulis menggunakan uji F. Uji F digunakan untuk menguji apakah variabel-variabel independen secara simultan bersama-sama mempengaruhi variable terikat atau variabel dependen. Uji F didapatkan dengan cara hasil output SPSS 11.05 yang penulis gunakan untuk lebih memudahkan penulis dalam menganalisa data.

6. Variabel Penelitian

a. Variable Penelitian

b. Operasional Variabel dan Indikator X = Bagi hasil Muzara’ah

Y = Kesejahteraan Petani

Teknik penulisan dalam skripsi ini adalah dengan berpedoman kepada buku “Buku Pedoman Penulisan Skripsi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta Fakultas Syariah dan Hukum tahun 2007”

Bagi Hasil Muzara’ah

Produktivitas Petani


(19)

F. KAJIAN PUSTAKA

Ada beberapa penelitian skripsi yang mengangkat tema mengenai muzara’ah dan hal terkait, diantaranya:

1. Penelitian skripsi yang disusun oleh saudari Endang Yulianti tahun 2004 Jurusan Muamalat Fakultas Syariah dan Hukum dengan judul pengaruh sistem muzara’ah terhadap perekonomian masyarakat. Penelitian yang dilakukan saudari Endang Yulianti sangat menarik mengenai pengaruh yang ditimbulkan oleh muzara’ah terhadap perekonomian masyarakat, khususnya peningkatan produksi pertanian dan penyerapan tenaga kerja. Tetapi penelitian yang dilakukan melalui data-data kualitatif yang hanya membahas pengaruh muzara’ah terhadap perekonomian masyarakat. 2. Penelitian skripsi yang disusun oleh saudari Yuliani tahun 2004 Jurusan

Muamalat Fakultas Syariah dan Hukum dengan judul Muzara’ah dan pengaruhnya terhadap masyarakat Cihamerang Kabupaten Sukabumi. Penelitian yang saudari Yuliani lakukan hanya berdasarkan perspektif atau tinjauan hukum Islam dalam menerangkan pengaruh muzara’ah terhadap aspek perekonomian dan aspek sosial juga hanya memakai data-data kualitatif.

3. Penelitian yang dilakukan oleh saudari Mulya Winarsih tahun 2007 dengan judul pengaruh sistem muzara’ah terhadaptingkat pendapatan masyarakat studi kasus Desa Kalisapu Kabupaten Tegal Jawa Tengah.


(20)

pendapatan petani desa kalisapu dengan memakai data-data kuantitatif. Penelitian tersebut menyimpulkan bahwa terdapat hubungan antara muzara’ah terhadap tingkat pendapatan petani.

Dari topik-topik yang penulis sebutkan diatas tersebut, sudah jelas ada perbedaan antara penelitian yang akan penulis lakukan, yakni mengenai pengaruh sistem muzara’ah terhadap produktivitas kerja petani nagari Pakan Rabaa kabupaten Solok Selatan, Sumatera Barat dengan menggunakan metode kombinasi kualitatif dan kuantitatif.

G. KERANGKA KONSEP

Sektor pertanian memiliki peran yang sangat besar dalam mengurangi kemiskinan, penciptaan lapangan kerja dan secara langsung dapat meningkatkan perumbuhan ekonomi serta manfaat-manfaat ekonomis lainnya.

Sektor pertanian yang merupakan basis pertumbuhan ekonomi pedesaan sangat strategis dalam meningkatkan pendapatan petani dan mengurangi kemiskinan. Akan tetapi, sampai saat ini para petani masih banyak yang hidup dibawah garis kemiskinan dan kesulitan akan memenuhi kebutuhan hidup dan pengembangan dirinya kepada hal yang lebih baik.

Konsep bagi hasil pertanian dalam Islam atau lebih dikenal dengan muzara’ah sebenarnya bukan transaksi baru dalam masyarakat Indonesia. Tradisi ini telah lama dikenal dalam berbagai kegiatan ekonomi. Sistem bagi hasil pertanian terutama untuk tanaman padi, berlangsung antara pemilik lahan dengan petani penggarap.


(21)

Kerangka Konsep:

Sistem Muzara’ah

Produktivitas Kerja Petani

Uji Statistik

Kesimpulan Pengaruh Muzara’ah Terhadap Produktivitas Kerja Petani

H. SISTEMATIKA PENULISAN

Sistematika Pembahasan dalam penelitian skripsi ini terbagi kedalam 5 bab diantaranya Sebagai berikut :

BAB I Pendahuluan

Merupakan bab pembukaan yang membahas tentang latar belakang masalah, pembatasan masalah, perumusan masalah, tujuan dan


(22)

manfaat penelitian, metode penelitian, kajian pustaka, kerangka konsep dan sistematika penulisan

BAB II Tinjauan Teoritis Tentang Sitem Muzaraa’ah dan Produktivitas

Membahas tentang pengertian dan konsep Muzara’ah, serta membahas pengertian dan konsep produktifitas kerja.

BAB III Gambaran Umum Nagari Pakan Rabaa

Membahas tentang gambaran umum kabupaten Solok Selatan, gambaran umum desa Pakan Rabaa meliputi kondisi geografis, sosial dan ekonomi, dan potensi desa Pakan Rabaa

BAB IV Analisis Produktivitas Kerja Petani Ditinjau Dari Sistem Muzara’ah

Dalam bab ini membahas Gambaran Umum Responden, dan Analisis pengaruh sistem muzara’ah terhadap produktivitas kerja petani desa Pakan Rabaa dengan metode Rank spearman

BAB V Penutup

Berisikan kesimpulan dari pembahasan penelitian skripsi ini dan disertai dengan beberapa saran dari penulis


(23)

BAB II

TINJAUAN TEORITIS

A. Muzara’ah

1. Pengertian Muzara’ah

Muzara’ah adalah suatu sistem kerja sama dalam bidang pertanian antara pemilik lahan pertanian dan petani penggarap.5 Sedangkan dalam terminologi fiqh terdapat beberapa definisi al-Muzara’ah yang dikemukakan oleh ulama fiqh.

a. Menurut Ulama Hanafiyah6

"

#

$

“akad untuk bercocok tanam dengan sebagian yang keluar dari bumi”

b. Menurut Ulama Syafi’iyah7

%

&

'

$ ( "ﻡ

“akad untuk bercocok tanam dengan sebagian apa-apa yang keluar dari bumi”

c. Menurut Ulama Hanabilah8

)

*

(

$

"

&

+

+,-

% . +- / & .0

5

M. Ali Hasan, “Berbagai Macam Transakasi Dalam Islam :Fiqh Muamalat”. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada 2004. cet 2, h.271

6

Ibid, M. Ali Hasan, “Berbagai Macam Transakasi Dalam Islam :Fiqh Muamalat” hal 271

7

Ibid, M. Ali Hasan, “Berbagai Macam Transakasi Dalam Islam :Fiqh Muamalat” hal 272 8

Prof. DR. Syafe’I Rahmat, M.A, “Fiqh Muamalat”. Jakarta: Pustaka Setia, 2004. cet 2, h.205 19


(24)

penyerahan lahan pertanian kepada seorang petani untuk diolah dan hasilnya dibagi berdua.”

d. Menurut Ulama Maliki9

% ) 12 '3%

perserikatan dalam pertanian.”

Muzara'ah adalah salah satu bentuk kerja sama antara petani (buruh tani) dan pemilik sawah. Seringkali kali ada orang yang ahli dalam masalah pertanian tetapi dia tidak punya lahan, dan sebaliknya banyak orang yang punya lahan tetapi tidak mampu menanaminya. Maka Islam mensyari'atkan muzara'ah sebagai jalan tengah bagi keduanya.10

Sejalan dengan pemikiran ahli ekonomi Islam, Imam asy-Syaibani. Imam asy-Syaibani lebih mengutamakan usaha dalam bidang pertanian.11 Menurutnya, pertanian memproduksi berbagai kebutuhan dasar manusia yang sangat menunjang dalam melaksanakan berbagai kewajibannya. Imam asy-Syaibani menyatakan bahwa manusia dalam hidupnya selalu membutuhkan yang lain. Seseorang tidak akan menguasai pengetahuan semua hal yang dibutuhkan sepanjang hidupnya. Dan kalaupun manusia berusaha keras, usia akan membatasinya. Dalam hal ini, kemaslahatan hidup manusia sangat tergantung padanya. Oleh karena itu, Allah Swt memberi kemudahan pada setiap orang untuk menguasai pengetahuan salah satu diantaranya, sehingga manusia dapat bekerja sama dalam memenuhi kebutuhan

9

Ibid, Prof. DR. Syafe’I Rahmat, M.A, “Fiqh Muamalat”.

10

http://www.eramuslim.com/ustadz/eki/6428102916-masalah-bagi-hasil-sawah-muzara039ah..html, diakses pada tanggal 24 September 2008

11

Fitria, Tugas Pemikiran Ekonomi, http://f1tr1a.wordpress.com/2008/06/18/tugas-3-pemikiran-ekonomi/, diakses tanggal 12 Desember 2008


(25)

hidupnya. Imam asy-Syaibani menandaskan bahwa seorang fakir membutuhkan orang kaya sedangkan yang kaya membutuhkan tenaga orang miskin. Dari hasil tolong-menolong tersebut, manusia akan semakin mudah menjalankan aktivitas ibadah kepada-Nya. Karena itulah kerja sama antara pemilik lahan dengan petani penggarap relevan dengan pemikiran imam asy-Syaibani.

Itulah yang telah dicontohkan oleh Rasulullah dan mentradisi di tengah para sahabat dan kaum muslimin setelahnya. Ibnu 'abbas menceritakan bahwa Rasululah SAW bekerja sama (muzaraah) dengan penduduk Khaibar untuk berbagi hasil atas panen, makanan dan buah-buahan. Bahkan Muhammad Albakir bin Ali bin Al-Husain mengatakan bahwa tidak ada seorang muhajirin yang berpindah ke Madinah kecuali mereka bersepakat untuk membagi hasil pertanian sepertiga atau seperempat.

Para sahabat yang tercatat melakukan muzara'ah antara lain adalah Ali bin Abi Thalib, Sa'ad bin Malik, Abdullah bin Mas'ud dan yang lainnya. Bahkan Umar bin Abdul Aziz pun yang hidup di masa berikutnya memiliki pemasukan dari bagi hasil.12

Di Indonesia istilah Muzara’ah tersebut lebih dikenal dengan istilah paroan sawah/ladang. Sedangkan di Iraq lebih dikenal dengan istilah Mukhabarah.13Dalam masalah ini Muzara’ah dan Mukhabarah mempunyai pengertian yang sama, tetapi yang menjadi persoalan pada bibit pertanian. Muzara’ah bibitnya dari petani pemilik lahan dan Mukhabarah adalah sebaliknya.

12

Fitria, Tugas Pemikiran Ekonomi, http://f1tr1a.wordpress.com/2008/06/18/tugas-3-pemikiran-ekonomi/, diakses tanggal 12 Desember 2008

13


(26)

Jadi dapat disimpulkan Muzara’ah ialah mengerjakan tanah (orang lain) seperti sawah atau ladang dengan imbalan sebagian hasilnya (seperdua, sepertiga atau seperempat). Sedangkan biaya pengerjaan dan benihnya ditanggung pemilik tanah

Mukhabarah ialah mengerjakan tanah (orang lain) seperti sawah atau ladang dengan imbalan sebagian hasilnya (seperdua, sepertiga atau seperempat). Sedangkan biaya pengerjaan dan benihnya ditanggung orang yang mengerjakan.

Munculnya pengertian muzara’ah dan mukhabarah dengan ta’rif atau pengertian yang berbeda tersebut karena adanya ulama yang membedakan antara arti muzara’ah dan mukhabarah, yaitu Imam Rafi’i berdasar dzhahir nash Imam Syafi’i. Sedangkan ulama yang menyamakan ta’rif muzara’ah dan mukhabarah diantaranya Nawawi, Qadhi Abu Thayyib, Imam Jauhari, Al Bandaniji. Mengartikan sama dengan memberi ketentuan: usaha mengerjakan tanah (orang lain) yang hasilnya dibagi sesuai dengan kesepakatan.

2. Dasar Hukum Muzara’ah

Dalam menetapkan hukum keabsahan muzara’ah, terjadi perbedaan pendapat antara para ulama. Imam Abu Hanifah (80-150 H/ 699-767 M) dan Zufar ibn Huzail pakar fiqh Hanafi, berpendapat bahwa akad Muzara’ah tidak boleh. Menurut mereka akad Muzara’ah dengan bagi hasil seperempat dan seperdua, hukumnya batal.


(27)

Alasan Imam Abu Hanifah dan Zufair ibn Huzail adalah hadist:14

0

4

5

67

8 9

9

-:

.

5

%;

+

"

'

Artinya:

Rasullullah saw. yang melarang melakukan al-Mukhabarah.

Menurut mereka, objek akad dalam muzara’ah belum ada dan tidak jelas kadarnya, karena yang dijadikan imbalan untuk petani adalah hasil pertanian yang belum ada (al- Ma’dum) dan tidak jelas (al-Jahalah) ukurannya, sehingga keuntungan yang dibagi, sejak semula tidak jelas.15 Ulama Syafi’iyah juga berpendapat bahwa akad muzara’ah tidak sah, kecuali apabila akad al-muzara’ah tersebut mengikut kepada akad al-musaqah.

Ulama Malikiyah, Hanabilah, Abu Yusuf (113-182H/731-798M), Muhammad ibn asy-Syaibani, keduanya sahabat Abu Hanifah, dan ulama azh-Zhahiriyah berpendapat bahwa akad Muzara’ah hukumnya boleh, karena akadnya cukup jelas, yaitu menjadikan petani sebagai serikat dalam penggarapan sawah. Hal itu dikarenakan hadist Nabi saw:16

0

4

5

7

6

8 9

9

-:

.

5

%

;

=/

0

>

/

-'

3

@

='

&

'

"

A

'

0

.

B

14

Ibid, M. Ali Hasan, “Berbagai Macam Transakasi Dalam Islam :Fiqh Muamalat”, h.272

15

Dr. H. Nasrun Harun, “Fiqh Muamalat”. Jakarta: Gaya Media Pratama, 2007., h.276

16


(28)

Artinya:

“ Rasullulah saw. melakukan akad Muzara’ah dengan penduduk khaibar, yang hasilnya dibagi antara Rasul dengan para pekerja.” (H.R al-bukhari, Muslim, abu Daud, an-Nasa’I, Ibnu Majah, at-Tirmidzi, dan Imam Ahmad ibn Hanbal dari Abdullah bin Umar).

Menurut mereka, akad ini bertujuan untuk saling membantu antara petani dengan pemilik tanah pertanian. Hal ini bertujuan untuk saling tolong menolong sesama manusia dan sesuai dengan firman Allah SWT dalam surat al-Ma’idah ayat 2:17

...

!"#

$%

Artinya:

“dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran”. (Al-Maidah: 2)

17


(29)

Dasar hukum Muzara’ah yang digunakan oleh para ulama dalam menetapkan hukumnya adalah sebuah hadist yang diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim dari Ibnu Abbas r.a:18

C

4

,

D

E

F

;

&

G

H'

F

1

.

I

"

'

0

4

&

'

)

J

K

+

;

7

:

"

2

L

:

0

$

)

-+

0

.

-,

G

+

0

M

)N

4

0

)

-O

P

:

Artinya:

Sesungguhnya Nabi saw menyatakan, tidak mengharamkan bermuzara’ah, bahkan beliau menyuruhnya, supaya sebagian menyayangi sebagian yang lain, dengan katanya, barang siapa yang memiliki tanah, maka hendaklah ditanaminya atau diberikan faedahnya kepada saudaranya, jika ia tidak mau, maka boleh ditahan saja tanah itu.”

3. Rukun dan Syarat Muzara’ah a. Rukun Muzara’ah

Jumhur ulama yang membolehkan akad Muzara’ah mengemukakan rukun yang harus dipenuhi agar akad tersebut menjadi sah.19

1) Pemilik Lahan

18

Ibid, Dr. H. Nasrun Harun, “Fiqh Muamalat”. h278

19


(30)

2) Petani penggarap

3) Objek Muzara’ah, yaitu antara manfaat lahan dan hasil kerja

4) Ijab Qabul

Secara sederhana, ijab dan qabul cukup dengan lisan saja. Namun sebaiknya dapat dituangkan kedalam surat perjanjian yang disetujui kedua belah pihak, termasuk bagi hasil kerjasama tersebut.

Ulama Hanabilah berpendapat bahwa muzara’ah tidak memerlukan qabul secara lafadzh, tetapi cukup hanya dengan mengerjakan tanah, itu sudah termasuk qabul.20 Sifat akad muzara’ah menurut ulama hanafiyah adalah sifat-sifat perkongsian yang tidak lazim. Adapun pendapat ulama Malikiyah harus menabur benih di atas tanah supaya tumbuh tanaman atau dengan menanam tumbuhan diatas tanah yang tidak ada bijinya. Menurut pendapat yang paling kuat, perkongsian harta termasuk muzara’ah dan harus menggunakan sighat.21

b. Syarat-syarat muzara’ah:

Adapun syarat-syarat Muzara’ah menurut jumhur ulama ada yang menyangkut orang yang berakad, benih yang ditanam, tanah yang dikerjakan, hasil yang akan dipanen, dan menyangkut waktu berlakunya akad.22

20

Prof. DR. Rachmat Syafe’i, MA, “Fiqh Muamalat”. Bandung: Pustaka Setia, 2004. cet 2, h.207

21

Ibid, h.208

22


(31)

1) Syarat orang yang berakad harus baligh dan berakal. Imam Abu Hanifah mensyaratkan bukan orang murtad, tetapi ulama Hanafiyah tidak mensyaratkannya (Abu Yusuf dan Muhammad Hasan asy-Syaibani).23

2) Syarat akan benih yang ditanam harus jelas dan menghasilkan. 3) Syarat yang berkaitan dengan lahan pertanian.

a) Tanah tersebut bisa digarap dan dapat menghasilkan

b) Batas-batas lahan tersebut harus jelas c) Ada penyerahan tanah

d) Tanah tersebut diserahkan sepenuhnya kepada petani penggarap untuk diolah

4) Syarat yang berkaitan dengan hasil yang akan dipanen

a) Jelas ketika akad

b) Pembagian hasil panen harus jelas

c) Hasil panen tersebut harus jelas benar-benar milik bersama orang yang berakad.

23


(32)

d) Tidak disyaratkan bagi salah satunya penambahan yang ma’lum24

5) Syarat yang berkaitan dengan waktu harus jelas

6) Syarat yang berkaitan dengan dengan objek akad juga harus jelas pemanfaatan benihnya, pupuknya, dan obatnya. Seperti yang berlaku dengan adat dan kebiasaan daerah setempat.

Imam Abu Yusuf dan Muhammad Hasan asy-Syaibani berpendapat bahwa dilihat dari segi sahnya akad muzara’ah maka ada empat bentuk:25

1) Apabila lahan dan bibit dari pemilik lahan, kerja dan alat dari petani penggarap, sehingga yang menjadi objek muzara’ah adalah jasanya petani, hukumnya sah

2) Apabila pemilik lahan hanya menyediakan lahan saja, sedangkan penggarap menyediakan bibit, alat, dan kerja, yang menjadi objek muzara’ah adalah manfaat tanah /lahan, hukumnya sah.

3) Apabila lahan, bibit, alat, dan kerja dari petani, maka akad muzara’ah juga sah.

4) Apabila lahan dan alat dari pemilik lahan dan bibit serta kerja dari petani penggarap, maka hukum akadnya tidak sah. Mereka berpendapat apabila alat pertanian dari pemilik lahan, maka akad

24

Dr. H. Hendi Suhendi, M.si,“Fiqh Muamalat”. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2007. h. 159

25

M. Ali Hasan, “Berbagai Macam Transakasi Dalam Islam :Fiqh Muamalat”. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada 2004. cet 2, h.277


(33)

menjadi rusak, karena alat pertanian tidak bisa mengikat pada lahan. Alat pertanian tersebut tidak sejenis dengan manfaat lahan. Karena lahan adalah untuk menghasilkan tumbuh-tumbuhan dan alat hanya sebagai untuk pengolahannya. Alat pertanian seharusnya dari penggarap bukan dari pemilik lahan.

Hukum akad muzara’ah shahih menurut ulama Hanafi adalah sebagai berikut:26

1) Segala keperluan untuk menggarap tanaman diserahkan sepenuhnya kepada penggarap

2) Pembiayaan atas tanaman di bagi antara pemilik lahan dengan penggarap

3) Hasil yang diperoleh dibagi atas kesepakatan yang disepakati.

4) Menyiram dan merawat tanaman adalah tanggung jawab penggarap, kecuali disyaratkan bersama dalam kesepakatan akad.

5) Jika salah seorang yang akad meninggal maka penggarap tidak mendapatkan apa-apa, karena ketetapan akad didasarkan atas waktu.

Hukum akad muzara’ah fasid apabila terdapat:27

1) Penggarap tidak melakukan kewajiban terhadap akad yang telah disepakati

26

Prof. DR. Rachmat Syafe’i, MA, “Fiqh Muamalat”. h.210

27


(34)

2) Hasil yang didapatkan merupakan pemilik benih

3) Jika benih dari penggarap, maka berhak mendapatkan upah

4. Akibat Akad Muzara’ah

Jumhur ulama yang membolehkan akad muzara’ah, jika pemilik tanah dan penggarap telah melakukan akad muzara’ah akan berakibat sebagai berikut:28

a. Pemilik lahan bertanggung jawab terhadap biaya benih dan pemeliharaan pertanian tersebut.

b. Biaya pertanian seperti pupuk, biaya perairan, biaya pembersihan tanaman, ditanggung oleh petani dan pemilik lahan sesuai dengan persentase bagian masing-masing

c. Hasil panen dibagi sesuai dengan kesepakatan bersama

d. Perairan dilaksanakan sesuai dengan kesepakatan bersama dan apabila tidak ada kesepakatan, berlaku adat dan kebiasaan ditempat masing-masing

e. Apabila seseorang meninggal dunia, akad tersebut tetap berlaku sampai panen dan diwakili oleh ahli warisnya, lebih lanjut akad tersebut dapat dipertimbangkan oleh ahli waris diteruskan atau tidak

5. Berakhirnya Akad Muzara’ah

Habisnya masa muzara’ah:

2828


(35)

Apabila akad muzara’ah berakhir sebelum masa panen, akad muzara’ah tersebut tidak dibatalkan dan ditunggu sampai masa panen. 29 Dalam menunggu masa panen tersebut petani penggarap berhak mendapat upah sesuai dengan adat kebiasaan setempat, dan biaya untuk pertanian selanjutnya ditanggung bersama oleh pemilik lahan dan petani penggarap.30

a. Salah seorang yang berakad meninggal.

Menurut ulama mazhab hanafi dan hanabilah, maka akad muzara’ah berakhir. Sedangkan menurut ulama mazhab Syafi’i dan Maliki akad muzara’ah tersebut tidak berakhir dan dapat diteruskan oleh ahli warisnya.31

1) Adanya uzur. Menurut ulama Hanafiyah uzur tersebut dapat berupa:32 a) Tanah garapan tersebut terpaksa dijual karena pemilik lahan

memiliki hutang

b) Penggarap tidak dapat mengelola tanah dikarenakan sakit, jihad dijalan Allah SWT, dan naik haji

Kerjasama di bidang pertanian seperti muzara’ah di atas mempunyai banyak kebaikan dan hikmah yang bisa diambil. Muzara’ah tersebut bisa dijadikan tolong menolong antara pemilik lahan yang tidak bisa menggarap lahannya kepada petani penggarap yang tidak mempunyai lahan. Hal tersebut bisa mencegah terjadinya lahan yang menganggur dan petani penggarap yang sebelumnya tidak punya lahan tapi punya kemampuan.

29

Dr. H. Nasrun Harun, “Fiqh Muamalat”. h.280

30

M. Ali Hasan, “Berbagai Macam Transakasi Dalam Islam :Fiqh Muamalat”. h.279

31

Ibid, h.279

32


(36)

B. Bentuk-Bentuk Muzara’ah

Dengan adanya beberapa perbedaan pendapat dari para ulama islam tentang keabsahan Muzara’ah itu sendiri dalam hal kegunaanya, akhirnya mempengaruhi keabsahan sistem muzara’ah itu sendiri. Namun ada beberapa bentuk muzara’ah yang diakui oleh ulama fiqh.33.

Bentuk Muzara’ah yang tidak diperbolehkan:34

1. Suatu bentuk perjanjian yang menetapkan sejumlah hasil tertentu yang harus diberikan kepada pemilik tanah, maksudnya adalah apapun hasil yang akan diperoleh nantinya pemilik tanah akan tetap mendapatkan hasil yang sebelumnya telah disyaratkan diawal. Contoh pemilik tanah akan tetap menerima lima atau sepuluh maund dari hasil panen. (1 maund = 40 Kg)

2. Apabila hanya bagian-bagian tertentu dari lahan tersebut yang berproduksi, misalnya, bagian utara atau selatan yang hanya berproduksi dan hasil dari bagian yang berproduksi tersebut untuk pemilik tanah.

3. Apabila hasil tersebut berada pada bagian tertentu, misalnya pada bagian sungai atau di daerah yang mendapat cahaya matahari dan hasilnya hanya untuk pemilik tanah. Hal tersebut merugikan petani penggarap yang hasilnya belum akan diketahui, sedangkan hasil pemilik lahan telah ditentukan.

33

Afzalurrahman, “Doktrin Ekonomi Islam”. Jakarta;Dana Bakti Wakaf, 1995. h.285

34


(37)

4. Penyerahan tanah kepada seseorang dengan syarat tanah tersebut tetap akan menjadi miliknya jika pemilik tanah masih menginginkannya, hal tersebut dilarang karena mengandung unsur ketidakadilan karena merugikan para petani yang akan membahayakan hak-hak mereka dan bisa menimbulkan kesengsaraan dan kemeleratan.

5. Ketika petani dan pemilik tanah sepakat membagi hasil tanah tetapi satu pihak menyediakan bibit dan yang lainnya menyediakan alat-alat pertanian.

6. Apabila tanah menjadi tanah milik pertama, benih dibebankan kepada pihak kedua, alat-alat pertanian kepada pihak ketiga, dan tenaga kerja kepada pihak keempat, atau dalam hal ini tenaga kerja dan alat-alat pertanian dibebankan kepada pihak ketiga.

7. Perjanjian pengolahan menetapkan tenaga kerja dan tanah menjadi tanggung jawab pihak pertama dan benih serta alat-alat pertanian pada pihak lainnya.

8. Bagian seseorang harus ditetapkan dalam jumlah, misalnya sepuluh atau duapuluh maunds gandum untuk satu pihak dan sisanya untuk pihak lain. 9. Ditetapkan jumlah tertentu dari hasil panen yang harus dibayarkan kepada

satu pihak lain dari bagiannya dari hasil tersebut.

10. Adanya hasil panen lain (selain yang ditanam di lahan tersebut) harus dibayar oleh satu pihak sebagai tambahan kepada hasil pengeluaran tanah.


(38)

Singkatnya perjanjian Muzara’ah akan sah apabila tidak seorangpun yang dikorbankan haknya, dan tidak ada pemanfaatan secara tidak adil atas kelemahannya dan kebutuhan seseorang, dan tidak boleh ada syarat-syarat yang sejenisnya dapat menimbulkan perselisihan antara kedua belah pihak.

Adapun bentuk muzara'ah yang diharamkan adalah bila bentuk kesepakatannya tidak adil. Misalnya, dari luas 1.000 m persegi yang disepakati, pemilik lahan menetapkan bahwa dia berhak atas tanaman yang tumbuh di area 400 m tertentu. Sedangkan tenaga buruh tani berhak atas hasil yang akan didapat pada 600 m tertentu.

Perbedaannya dengan bentuk muzara'ah yang halal di atas adalah pada cara pembagian hasil. Bentuk yang boleh adalah semua hasil panen dikumpulkan terlebih dahulu, baru dibagi hasil sesuai prosentase. Sedangkan bentuk yang kedua dan terlarang itu, sejak awal lahan sudah dibagi dua bagian menjadi 400 m dan 600 m. Buruh tani berkewajiban untuk menanami kedua lahan, tetapi haknya terbatas pada hasil di 600 m itu saja. Sedangkan apapun yang akan dihasilkan di lahan satunya lagi yang 400 m, menjadi hak pemilik lahan.

Cara seperti ini adalah cara muzaraah yang diharamkan. Inti larangannya ada pada masalah gharar. Sebab boleh jadi salah satu pihak akan dirugikan. Misalnya, bila panen dari lahan yang 400 m itu gagal, maka pemilik lahan akan dirugikan. Sebaliknya, bila panen di lahan yang 600 m itu gagal, maka buruh tani akan dirugikan. Maka yang benar adalah bahwa hasil panen keduanya harus disatukan terlebih dahulu, setelah itu baru dibagi hasil sesuai dengan perjanjian prosentase.


(39)

Bentuk muzara'ah yang terlarang ini adalah seseorang memberikan persyaratan kepada orang yang mengerjakan tanahnya; yaitu dengan ditentukan tanah dan sewanya dari hasil tanah baik berupa takaran ataupun timbangan. Sedang sisa daripada hasil itu untuk yang mengerjakannya atau masih dibagi dua lagi.

Bentuk Muzara’ah yang dibolehkan:35

1. Perjanjian kerjasama dalam pengolahan lahan dimana tanah dari satu pihak, peralatan pertanian, benih dan tenaga kerja dari pihak lainnya dan setuju bahwa pemilik tanah akan mendapat bagian tertentu dari hasil

2. Apabila tanah, peralatan pertanian dan benih, semuanya beban pemilik tanah sedangkan hanya buruh yang dibebankan kepada petani maka harus ditetapkan bagian tertentu bagi pemilik tanah.

3. Perjanjian dimana tanah dan benih dari pemilik lahan dan peralatan pertanian dan kerja dari petani dan pembagian dari hasil tersebut harus ditetapkan secara proporsional.

4. Apabila keduanya sepakat atas tanah, perlengkapan pertanian, benih dan buruh serta menetapkan bagian masing-masing yang akan diperoleh dari hasil

5. Imam Abu Yusuf berpendapat: jika tanah diberikan secara cuma-cuma kepada seseorang untuk digarap, semua pembiayaan pengolahan ditanggung oleh penggarap dan semua hasil menjadi miliknya tapi kharaj

akan dibayar pemilik tanah, jika ‘ushri dibayar petani.

35


(40)

6. Apabila tanah berasal dari satu pihak dan kedua belah pihak sama-sama menanggung benih, buruh dan pembiayaan pengolahan, dalam hal ini keduanya akan mendapat hasil. Jika merupakan ‘ushri, harus dibayar berasal dari hasil dan jika kharaj akan dibayar oleh pemilik tanah.

7. Apabila tanah disewakan kepada seseorang, dan itu adalah kharaj, menurut imam Abu Hanifah harus dibayar oleh pemilik tanah, dan jika

‘ushr sama juga dibayar oleh pemilik tanah, tetapi menurut Abu Yusuf jika

‘ushr dibayar oleh petani.

8. Apabila perjanjian muzara’ah ditetapkan dengan sepertiga atau seperempat dari hasil, menurut imam Abu Hanifah, keduanya kharaj atau ‘ushr akan dibayar oleh pemilik tanah.

C. Pengertian Produktivitas

Secara umum produktivitas dapat diartikan sebagai hubungan antara hasil nyata maupun fisik (barang-barang atau jasa) dengan masukan yang sebenarnya. Produktivitas juga dapat diartikan sebagai tingkatan efisiensi dalam memproduksi barang dan jasa.36

Mahoney (dalam Campbell, 1990) mendefinisikan produktivitas sebagai suatu pengertian efisiensi secara umum yaitu sebagai rasio antara hasil dan masukan selama suatu proses yang menghasilkan suatu produk atau jasa. Hasil (outputs) itu

36

Drs. Muchdarsyah Sinungan, “Produktivitas, Apa dan Bagaimana” Jakarta : Bumi Aksara, cet 2 , 2008, h. 12


(41)

meliputi (penjualan, laba, kepuasan konsumen), sedangkan masukan meliputi alat yang digunakan, biaya, tenaga, keterampilan dan jumlah hasil individu.

Sejalan dengan pendapat diatas, As’ad (1987) menjelaskan produktivitas tidak dapat dipisahkan dengan pengertian produksi karena keduanya saling berhubungan. Apabila mempermasalahkan produktivitas maka produksi selalu tersangkut di dalamnya.

Produktivitas dapat didefinisikan sebagai perbandingan antara totalitas keluaran pada waktu tertentu dengan totalitas pemasukan pada periode tersebut, atau suatu tingkatan efisiensi dalam meproduksi barang dan jasa. (Edwin B. Filippo, 1984).

Produktivitas dapat diuraikan sebagai perbandingan antara total output yang berupa barang dan jasa pada waktu tertentu dibagi dengan total inputnya yang berupa 5 (lima) M, yaitu (Man, Material, Money, Method, Machine). Selama periode yang bersangkutan dalam satuan unit. (menurut Gregerman, 1984).

Dapat ditarik kesimpulan secara sederhana bahwa pengertian produktivitas kerja adalah rasio output terhadap input. Input bisa mencakup biaya produksi dan biaya-biaya lainnya. Output terdiri dari penjualan, pendapatan dan kerusakan.

D. KONSEP PRODUKTIVITAS

Konsep produktivitas kerja dapat dilihat dari dua dimensi, yaitu dimensi individu dan dimensi organisasi. Dimensi individu melihat produktivitas dalam kaitannya dengan karakteristik-karakteristik kepribadian individu yang muncul


(42)

dalam bentuk sikap mental dan mengandung makna keinginan dan upaya individu yang selalu berusaha untuk meningkatkan kualitas kehidupannya. Sedangkan dimensi keorganisasian melihat produktivitas dalam kerangka hubungan teknis antara masukan (input) dan keluaran (out put). Oleh karena itu dalam pandangan ini, terjadinya peningkatan produktivitas tidak hanya dilihat dari aspek kuantitas, tetapi juga dapat dilihat dari aspek kualitas

Peningkatan produktivitas dan efisiensi merupakan sumber pertumbuhan utama untuk mewujudkan hasil yang diinginkan dari suatu pekerjaan. Sebaliknya, pertumbuhan yang tinggi dan berkelanjutan juga merupakan unsur penting dalam menjaga kesinambungan peningkatan produktivitas. Dengan demikian, pertumbuhan dan produktivitas bukan dua hal yang terpisah atau memiliki hubungan satu arah, melainkan keduanya adalah saling tergantung dengan pola hubungan yang dinamis, tidak mekanistik, non linear dan kompleks.

Proses akumulasi ini merupakan hasil dari proses investasi disebabkan oleh peningkatan kualitasnya. Dengan jumlah tenaga kerja dan modal yang sama, pertumbuhan output akan meningkat lebih cepat apabila kualitas dari kedua sumber daya tersebut meningkat. Walaupun secara teoritis faktor produksi dapat dirinci, pengukuran kontribusinya terhadap output dari suatu proses produksi sering dihadapkan pada berbagai kesulitan.

Disamping itu, kedudukan manusia, baik sebagai tenaga kerja kasar, dari suatu aktivitas produksi tentunya juga tidak sama dengan mesin atau alat produksi lainnya. Seperti diketahui bahwa output dari setiap aktivitas ekonomi tergantung


(43)

pada manusia yang melaksanakan aktivitas tersebut, maka sumber daya manusia merupakan sumber daya utama dalam pembangunan. Sejalan dengan fenomena ini, konsep produktivitas yang dimaksud adalah produktivitas tenaga kerja. Tentu saja, produktivitas tenaga kerja ini dipengaruhi, dikondisikan atau bahkan ditentukan oleh ketersediaan faktor produksi komplementernya seperti alat dan mesin. Namun demikian konsep produktivitas adalah mengacu pada konsep produktivitas sumber daya manusia.

Secara umum konsep produktivitas adalah suatu perbandingan antara keluaran (out put) dan masukan (input) persatuan waktu. Produktivitas dapat dikatakan meningkat apabila:

1. Jumlah produksi/keluaran meningkat dengan jumlah masukan/sumber daya yang sama.

2. Jumlah produksi/keluaran sama atau meningkat dengan jumlah masukan/sumber daya lebih kecil

3. Produksi/keluaran meningkat diperoleh dengan penambahan sumber daya yang relatif kecil (Soeripto, 1989; Chew, 1991 dan Pheasant, 1991). Konsep tersebut tentunya dapat dipakai didalam menghitung produktivitas disemua sektor kegiatan. Peningkatan produktivitas dapat dicapai dengan menekan sekecil-kecilnya segala macam biaya termasuk dalam memanfaatkan sumber daya manusia dan meningkatkan keluaran sebesar-besarnya. Dengan kata lain bahwa produktivitas merupakan pencerminan dari tingkat efisiensi dan efektifitas kerja secara total.


(44)

Aspek-aspek dalam produktivitas terbagi menjadi dua bagian, yaitu efektifitas dan efisiensi. Efisiensi merupakan suatu ukuran dalam membandingkan penggunaan masukan yang direncanakan dengan masukan yang sebenarnya terlaksana. Kalau masukan yang sebenarnya digunakan itu semakin besar penghematannya, maka tingkat efisiensi semakin tinggi.

Sedangkan Efektifitas yaitu merupakan suatu ukuran yang memberi gambaran seberapa jauh target dapat tercapai baik secara kualitas maupun waktu. Jika prosentase target yang akan dicapai itu semakin besar, maka tingkat efektifitas semakin tinggi, atau semakin kecil prosentase target dapat tercapai, maka semakin rendah tingkat produktivitasnya.

Teknik Peningkatan Produktivitas

Menurut J.Raviyanto Putra dan kawan-kawan (1988), banyak cara untuk meningkatkan produktivitas, diantaranya:37

a. Dengan meningkatkan keluaran dan mempertahankan masukan

b. Meningkatkan keluaran dengan proporsi yang lebih besar dari pada pertambahan masukan

c. Meningkatkan keluaran dan menurunkan masukan d. Mempertahankan keluaran dan menurunkan masukan

e. Menurunkan keluaran dan menurunkan masukan dengan proporsionalitas yang lebih besar

37

Ir. Ahmad Tohardi, M.M. “Manajemen Sumber Daya Manusia. Pemahaman Praktis”. Bandung: Mandar Maju, cet, 1 2002. h. 459


(45)

Selanjutnya dalam memperbaiki produktivitas berarti menata kembali dan mengkombinasikan faktor-faktor produktif sedemikian rupa sehingga menghasilkan performan yang lebih tinggi.

a. Fase Awareness (Penyadaran)

Untuk menjadi lebih produktif, pertama kali manusia harus mau meningkatkan produktivitas mereka. Untuk langkah yang pertama adalah dengan malakukan pembaharuan dalam hal ini adalah produktivitas, yang harus dilakukan adalah meyakinkan diri sendiri ataupun orang lain bahwa dengan produktivitas yang lebih besar akan memberikan manfaat bagi masing-masing orang yang terlibat dan bukan sebaliknya.

b. Fase Improvement (Perbaikan)

Menurut Ir. Ahmad Tohardi,38 ada empat jalur yang dapat ditempuh dalam melakukan perbaikan produktivitas, yaitu: Investasi, insentif, pelibatan, dan metode teknik Industri.

c. Fase Maintenance (Pemeliharaan)

Yaitu menjaga dan mencegah agar produktivitas tersebut tidak turun kembali nilainya.

38


(46)

BAB III

GAMBARAN UMUM

A. Gambaran Umum Kabupaten Solok Selatan

Daerah Solok Selatan merupakan salah satu kabupaten yang ada di Propinsi Sumatera Barat. Daerah Kabupaten Solok Selatan ini merupakan daerah pemekaran pada tahun 2003 karena adanya otonomi daerah. Sebelumnya daerah Solok Selatan ini bernaung pada kabupaten Solok. Terbentuk Kabupaten Solok Selatan merupakan buah dari perjuangan panjang yang dimulai sejak 1950-an yang ditandai dengan diadakan Konferensi Timbulun.

Pada Konferensi Timbulun saat itu akan dibentuk sebuah Kabupaten dengan nama Kab. Sehilir Batang Hari (SBH) yang memasukan wilayah Kecamatan Lembah Gumanti (Alahan Panjang), Pantai Cermin (Surian), Sungai Pagu (Muaro Labuh) dan Kec. Sangir (Lubuk Gadang). Perjuangan panjang itu, baru tercapai setelah disahkannya Undang-Undang No 38 tahun 2003 dan pada 7 Januari 2004 diresmikan 24 kabupaten baru di Indonesia tiga di antaranya terdapat di Sumbar, yakni, Kabupaten Solok Selatan, Dharmasraya dan Pasaman Barat. 39

1.Demografis dan Geografis

Secara umum Kabupaten Solok Selatan, beriklim tropis dengan temparatur udara berkisar 20 - 33 derajad celcius dengan curah hujan 1.600 - 4.000 mm/tahun.

39

www.antara-sumbar.com/id/index.php?mod=berita&d=17&id=1929 - 39k - 46


(47)

Terkait kabupaten yang berada di kawasan Gunung Kerinci yang beriklim tropika basah. Pada umumnya musim penghujan berlangsung pada bulan Januari sampai dengan Mei dan September - Desember. Curah hujan tergolong cukup tinggi dengan suhu udara berkisar 26 - 31 derajad celcius atau rata-rata 29 derajad celcius dengan arah angin umumnya bertiap dari arah barat daya ke Tenggara. Sedangkan musim kemarau pada bulan Juni - Agustus. Kondisi permukaan Solok Selatan, saat ini adalah 5,20 persen lahan sawah dan 94,8 persen lahan bukan sawah. Luas lahan yang sudah dimanfaatkan untuk budidaya pertanian dan perkebunan mencapai 36,49 persen. Tata guna lahan di Solok Selatan termasuk dalam kawasan hutan lindung dan tanah milik masyarakat serta tanah ulayat (tanah adat).

Kabupaten Solok Selatan dihuni sekitar 133.861 jiwa lebih yang mayoritas etnis Minangkabau, secara garis besarnya pada bagian Barat terdapat di wilayah Alam Surambi Sungai Pagu yang mendiami lembah Muaro Labuh sepanjang aliran batang (sungai) Suliti dan batang Bangko. Selanjutnya etnis Minang juga tersebar di bagian Timur pada wilayah adat Rantau XII Koto, mendiami daerah sepanjang aliran Batang Sangir, Solok Selatan. Kabupaten berhawa sejuk ini, juga dihuni oleh etnis Jawa yang masuk pada zaman Belanda dan sesudah Kemerdekaan Indonesia melalui program transmigrasi. Kawasan masyarakat Solok Selatan yang etnis Jawa, umumnya tersebar di Nagari Sungai Kunyit dan Dusun Tangah. Dengan perjalanan waktu warga etnis Jawa secara perorang juga terus berdatangan ke daerah itu, di antaranya bekerja di sektor perdagangan dan buruh perkebunan kelapa sawit dan pemetik daun teh. Komoditi Kabupaten Solok


(48)

Selatan datang dari sektor perikanan, perkebunan, dan industri. Di sektor perikanan, produksi perikanan tangkap di Kabupaten Solok Selatan sebesar 211.821 ton/tahun di tahun 2006. Untuk sektor perkebunan, terdapat kelapa sawit dengan total produksi mencapai 137.270 ton di tahun 2004. Pengembangan karet tersebar di Kecamatan Sangir Jujuan dan Sangir Batanghari. Luas lahan yang berpotensi untuk dikembangkan seluas 14.500 Ha. Total produksi karet di tahun 2004 mencapai 10.774 ton dengan memanfaatkan lahan seluas 10.131 ha dan sedangkan di tahun 2006, total produksi kopi mencapai 87.057 ton.

Kabupaten Solok Selatan merupakan salah satu wilayah otonomi yang baru di Indonesia berdasarkan UU No. 38/2003 dan berlaku efektif terhitung tanggal 7 Januari 2004, dan terpisah dari Kabupaten induknya, yakni Kabupaten Solok.

Kabupaten Solok Selatan mempunyai wilayah seluas 3.346,20 Km2 yang dilintasi daerah khatulistiwa yaitu pada 01° 00’ 59’’ - 01° 46’ 45’’ LS dan 100° 28’ 34’’ -101° 41’ 41’’ BT. Topografi dan klimatologi dengan ketinggian wilayah Kabupaten Solok Selatan antara 350 - 800 meter di atas permukaan laut (dpl). Dengan topografi bervariasi antara berbukit, bergelombang dan datar. Curah hujan di Kabupaten ini berkisar antara 1.600 - 4.000 mm/tahun.

Kabupaten yang berada di bagian Selatan wilayah Provinsi Sumatera Barat ini, berbatasan langsung dengan:

Sebelah Utara : Kabupaten Solok


(49)

Jambi

Sebelah Timur : Kabupaten Dharmasraya

Sebelah Barat : Kabupaten Pesisir Selatan

Kabupaten Solok Selatan terbagi atas tujuh Kecamatan dengan 29 Nagari (desa), yakni, Kecamatan Koto Parik Gadang Diateh, Kecamatan Sungai Pagu, Kecamatan Pauh Duo, Kecamatan Sangir, Kecamatan Sangir Jujuan, Kecamatan Sangir Balai Janggo, dan Kecamatan Sangir Batanghari.

Daftar Kecamatan dan Nagari Kabupaten Solok Selatan

a. Kecamatan Sangir

1) Nagari Lubuak Gadang

2) Nagari Lubuak Gadang Selatan

b. Kecamatan Sangir Jujuan

1) Nagari Lubuak Malako 2) Nagari Padang Aia Dingin 3) Nagari Bidar Alam

4) Nagari Padang Limau Sundai

c. Kecamatan Sangir Batang Hari


(50)

2) Nagari Ranah Pantai Cermin 3) Nagari Dusun Tangah 4) Nagari Sitapuih

5) Nagari Lubuak Ulang Aling

6) Nagari Lubuak Ulang Aling Selatan 7) Nagari Lubuak Ulang Aling Tengah

d. Kecamatan Sungai Pagu

1) Nagari Koto Baru

2) Nagari Pasar Muaro Labuah 3) Nagari Pulakek Koto Baru 4) Nagari Sako Pasia Talang 5) Nagari Pasia Talang

e. Kecamatan Koto Parik Gadang Diateh

1) Nagari Pakan Rabaa 2) Nagari Pakan Rabaa Timur 3) Nagari Pakan Rabaa Utara 4) Nagari Pakan Rabaa Tengah

f. Kecamatan Pauah Duo


(51)

2) Nagari Kapau Alam Pauah Duo 3) Nagari Luak Kapau

4) Nagari Pauah Duo Nan Batigo

g. Kecamatan Sangir Balai Janggo

1) Nagari Talunan Indah Sepakat,Kurnia Maju 2) Nagari Talao Sungai Kunyit

3) Nagari Sungai Kunyit Barat

2.Pemerintahan

Kabupaten Solok Selatan secara yuridis formal dibentuk dengan undang-undang Nomor 38 tahun 2003 tentang pembentukan Kabupaten Dharmasraya, Solok Selatan dan Pasaman Barat di Provinsi Sumatera Barat.

a. Visi

Terwujudnya masyarakat Solok Selatan yang harmonis yakni, mempunyai harkat, martabat, bermoral, aman, peduli dan sejahtera sesuai dengan falsafah "Adat Basandi Syarak, Syarak Basandi Kitabullah".


(52)

Menumbuhkembangkan rasa kebersamaan dan percaya diri untuk bangkit mengantarkan Kabupaten Solok Selatan sebagai daerah otonom yang harmonis, sejajar dan mampu berkompetisi dengan daerah maju lainnya di Sumatera Barat, pada tahun 2010 dengan satu tekad dan semangat manaruko bersama.

3.Potensi

Daerah Solok Selatan memiliki beberapa potensi yang dapat diandalkan untuk menambah pendapatan daerah nya sendiri. Baik melalui potensi sumber daya manusia maupun melalui potensi sumber daya alam. Melalui potensi sumber daya manusia, pemerintah daerah mengembangkan dan meningkatkan pada sektor pendidikan. Didaerah solok selatan terdapat satu sekolah menengah atas yag telah bertaraf standar internasional, yaitu SMA Negeri 1 Solok Selatan. Diharapkan dengan adanya sekolah tersebut dapat lebih meningkatkan kualitas sumber daya manusia daerah solok selatan agar daerah tersebut lebih berkembang lagi daripada daerah lain yang ada di Sumatera Barat. Juga pada setiap kecamatan yang ada di daerah solok selatan telah terdapat institusi-institusi pendidikan yang yang dapat mansukseskan program wajib belajar 9 tahun dari pemerintah pusat dan sekolah menengah atas.

Sektor pertanian juga bisa menjadi andalan pemerintah solok selatan untuk dikembangkan, karena umumnya daerah solok selatan adalah agraris dan umumnya masyarakatnya juga bermata pencaharian sebagai petani. Berbagai macam hasil pertanian dan perkebunan berasal dari solok selatan adalah padi, jagung, sayur-sayuran, teh, dan lainnya


(53)

Salah satu sektor lainnya yang juga menjadi andalan daerah solok selatan adalah sektor pariwisata. Karena di solok selatan terdapat banyak objek wisata. Mulai dari wisata alam, wisata perkebunan, maupun wisata sejarah. Contoh dari wisata alam yang terdapat di solok selatan adalah danau Bontak yang Merupakan satu-satunya Danau yang ada di Kabupaten Solok Selatan. Danau seluas 2 Hektar ini berada di atas bukit di dataran tinggi Golden Arm, selanjutnya tempat pemandian air panas yang terdapat di kecamatan Koto Parik Gadang Diateh dan di kecamatan Sungai Pagu, dan beberapa air terjun yang ada di kabupaten ini. Wisata alam selanjutnya adalah arena arung jeram yang terdapat di sungai batang hari, sungai liki, dan sungai sangir di kabupaten ini. Wisata perkebunan berupa hamparan kebun teh yang luas dan berhawa sejuk. Sedangkan wisata sejarah yang ada adalah rumah peninggalan PDRI zaman kemerdekaan dan sebuah mesjid kuno yang telah tua yang dibangun oleh nenek moyang orang minangkabau.

Sektor sumber daya alam juga menjadi potensi yang dapat memajukan daerah solok selatan ke depan. Karena banyak bahan galian tambang di daerah solok selatan ini. Bahan galian tersebut baru banyak baru diketemukan setelah daerah kabupaten ini dimekarkan. Bahan galian tambang yang ada di daerah ini contoh nya adalah bijih besi, tembaga, timah hitam, emas, dan mangan.

B. Gambaran Umum Desa Pakan Rabaa

Desa Pakan Rabaa merupakan salah satu desa yang ada di kecamatan Koto Parik Gadang Diateh, di kecamatan Koto Parik Gadang Diateh ini terdapat beberapa


(54)

desa lagi atau disana lebih dikenal dengan nama nagari, yaitu nagari Pakan Rabaa, Nagari Pakan Rabaa timur, Nagari Pakan Rabaa Tengah, dan nagari Pakan Rabaa Utara.

Nagari pakan Rabaa ini Nagari ini memiliki luas 151.80 km2, penduduk 7.041 jiwa atau 1866 KK. Terdiri dari empat jorong, sebagian besar penduduk di nagari ini bermatapencaharian sebagai petani dan pedagang.

1.Demografis dan Geografis

Nagari Pakan Rabaa terdapat di dalam kecamatan Koto Parik Gadang Diateh Kabupaten Solok Selatan propinsi Sumatera Barat. Nagari ini berada di ujung utara kabupaten Solok Selatan. Batas-batas wilayah nagari Pakan Rabaa secara umumnya sama dengan batas-batas wilayah kabupaten solok selatan itu sendiri. Rata-rata penduduk nagari Pakan Rabaa ini bermata pencaharian sebagai petani dan pedagang.

Batas-batas wilayah desa atau nagari Pakan Rabaa:

Sebelah Utara : Desa atau Nagari Pakan Rabaa Utara

Sebelah Selatan : Kecamatan Sungai Pagu

Sebelah Barat : Hutan Bukit Barisan yang Berbatasan Langsung dengan Kabupaten Pesisir Selatan

Sebelah Timur : Desa Pakan Rabaa Tengah

Secara umum desa Pakan Rabaa, mempunyai iklim yang sama dengan Kabupaten nya sendiri karena desa ini berada diwilayah kabupaten Solok Selatan


(55)

itu sendiri. Desa ini beriklim tropis dengan temparatur udara berkisar 20 - 33 derajad celcius dengan curah hujan 1.600 - 4.000 mm/tahun. Pada umumnya musim penghujan berlangsung pada bulan Januari sampai dengan Mei dan September - Desember. Curah hujan tergolong cukup tinggi dengan suhu udara berkisar 26 - 31 derajad celcius atau rata-rata 29 derajad celcius dengan arah angin umumnya bertiap dari arah barat daya ke Tenggara. Sedangkan musim kemarau pada bulan Juni - Agustus. Tata guna lahan di Solok Selatan termasuk dalam kawasan hutan lindung dan tanah milik masyarakat serta tanah ulayat (tanah adat).

Secara umum desa pakan rabaa mempunyai ciri-ciri daerah yang agraris, karena umumnya daerah desa pakan rabaa terhampar sawah yang luas. Dan menjadi sumber utama mata pencaharian rakyat didesa pakan rabaa. Umumnya rakyat desa pakan rabaa menggunakan sawah tadah hujan dan beberapa lagi memanfaatkan irigasi dari sungai yang berhulu ke sungai batang hari untuk mengairi sawah pertaniannya.

Didesa Pakan Rabaa ini terdapat potensi kelembagaan pemerintahan berupa pejabat desa yang disana lebih dikenal dengan sebutan wali nagari, kepala desa. Wali nagari lah yang memangku jabatan tertinggi didesa pakan rabaa melalui sebuah pemilu yang demokratis yang melibatkan segenap warga pakan rabaa itu sendiri. Desa Pakan Rabaa juga memilik sebuah badan yaitu badan perwakilan desa.

Desa pakan rabaa memiliki cukup institusi pendidikan yang cukup untuk mengembangkan pendidikan warganyauntuk menciptakan SDM yang bekualitas.


(56)

Mulai dari taman kanak-kanak 1 unit, SD 5 Unit, SLTPN 1 unit, MTs swasta 1 Unit, dan SMUN 1 unit, dan SMKN 1 unit yang berada di wilayah territorial desa Pakan Rabaa.

Dalam bidang kelembagaan kemasyarakatan desa pakan rabaa memiliki persatuan yasinan ibu-ibu rumah tangga yang rutin melakukan kegiatan setiap kamis malam setiap minggunya. Juga ada karang taruna bagi pemuda desa pakan rabaa yang satu induk dengan ikatan remaja mesjid raya pakan rabaa.

Dalam hal kelembagaan ekonomi desa pakan rabaa juga memiliki koperasi simpan pinjam, dan satu unit Bank Perkreditan Rakyat. Juga ada industri makanan rakyat, warung kelontong dan beberapa swalayan.

C. Sistem Pertanian Desa Pakan Rabaa

Dari hasil penelitian yang telah penulis lakukan, adapun kegiatan pertanian yang terjadi di desa Pakan Rabaa terdapat beberapa kelompok tani. Kelompok tani tersebut didirikan untuk tujuan membimbing petani dalam bekerja baik dalam hal pemupukan dan pembibitan, untuk dapat saling bertukar informasi seputar masalah pertanian antar sesama anggota kelompok, dapat membantu dinas pertanian setempat dalam memberikan penyuluhan tentang pertanian, untuk mengetahui jatah pemupukan dan mempermudah dalam memberikan pengarahan kepada anggota lainnya.


(57)

Adapun kegiatan rutin atau manfaat yang dapat diambil dari kelompok pertanian ini adalah pertemuan rutin untuk membahas masalah-masalah pertanian yang dirasakan oleh anggota dan kelompok pertanian itu sendiri, menguji hasil pertanian atau contoh pertanian, untuk mengetahui produksi pangan, dan program bantuan dari pemerintah.

Adapun sistem pertanian yang dilakukan oleh masyarakat di desa Pakan Rabaa secara garis besar terdiri atas 3 macam. Yaitu:

1. Sistem pemilik lahan sekaligus penggarap.

Sistem pertanian ini biasaya dilakukan oleh orang yang memiliki lahan pertanian dan dalam mengolah lahannya tersebut dikerjakan sendiri. Dalam hal permodalan biasanya permodalan sendiri dan tanpa campur tangan dari orang lain dan hasilnya pun menjadi milik pribadi.

2. Sistem mampaduai

Sistem mampaduai adalah sistem pertanian yang dilakukan oleh dua

belah pihak dimana penggarapan tanah/lahan dilakukan oleh pihak petani penggarap dan pihak lainnya bertindak sebagai pemilik lahan/tanah dengan kesepakatan membagi hasil pertanian nantinya. Dalam pengolahan tanah, petani penggarap mempunyai kewajiban untuk melakukan pengairan, pemeliharaan tanaman, dan mengetamnya waktu panen tiba. Sedangkan bibit(benih), pupuk, insektisida, ditanggung pemilik lahan atau bisa disepakati dengan kesepakatan bersama. Dalam hal ini keuntungan atau kerugian ditanggung bersama sesuai kesepakatan.


(58)

3. Sistem Buruh Tani

Sistem buruh tani adalah sistem kerja sama dimana petani penggarap bertindak sebagai buruh tani, dan hanya berkewajiban serta bertanggung jawab terhadap pegolahan tanah, selebihnya ditanggung sendiri oleh pemilik lahan/tanah seperti penyediaan alat-alat pertanian, bibit, pupuk, obat hama atau insektisida, atau seringkali juga konsumsi disediaakan oleh pemilik tanah

Dari sistem-sistem pertanian yang disebutkan diatas,maka sistem yang relevan dan berkaitan dengan sistem Muzara’ah adalah sistem Mampaduai dan

buruh tani. Untuk itu perlu dikaji terlebih dahulu sah atau tidaknya akad yang

dilakukan.

Alasan sistem Muzara’ah mempunyai kaitan dengan sistem mampaduai dan

sistem buruh tani menurut penelitian yang dilakukan oleh saudari Dewi Lestari

Fakultas Syariah dan Hukum adalah pertama, sistem bagi hasil tersebut hanya

dipakai oleh sebagian kecil petani saja, Karena biasanya sistem akad ini dilakukan atas dasar kepercayaan. Dengan demikian tidaklah mudah bagi setiap orang, khususnya petani mendapatkan kepercayaan itu, karena butuh tanggung jawab yang teramat besar agar kedua belah pihak tidak ada yang dirugikan.

Sedangkan yang Kedua, sistem mampaduai yaitu sistem bagi hasil yang

dianggap sah apabila lahan dan bibit dari pemilik lahan, dan tenaga kerja dari petani penggarap, sehingga yang menjadi objek muzara’ah adalah jasa petani. Dalam sistem ini petani penggarap diberikan modal oleh pemilik lahan berupa lahan dan bibit.


(59)

Sedangkan penggarap hanya bermodalkan jasa dan tenaga kerja, karena semuanya telah disediakan oleh pemilik lahan.

Sedangkan yang Ketiga, sistem buruh tani, memilik kesamaan dengan sistem

mampaduai, tapi dalam hal ini petani penggarap bertindak sebagai buruh tani yang

telah diberikan modal berupa lahan dan bibit dari pemilik tanah. Buru tani mempunyai lebih sedikit kewajiban dari pada petani penggarap yang ada pada sisitem mampaduai. Banyaknya orang yang menjadi penggarap lahan tidak

membatalkan akad muzara’ah, kerja sama ini sah, dan apabila terjadi keraguan, pihak-pihak yang bekerjasama cukup melakukan akad yang telah disepakati masing-masing. Secara ringkasnya seorang pemilik lahan boleh melakukan kerja sama dengan satu atau beberapa orang buruh tani dengan syarat pemilik lahan melakukan beberapa akad untuk masing-masing pihak yang melakukan transaksi kerja sama tersebut.

Umumnya masyarakat pada desa Pakan Rabaa dalam pertanian untuk menggarap lahannya yaitu dengan memakai sistem mampaduai dengan pembagian

bagi hasil rata-rata antara pemilik lahan dengan petani penggarap adalah setengah-setengah karena dirasa cukup adil untuk kedua belah pihak dan tidak ada yang dirugikan.


(60)

BAB IV ANALISA DATA

A. Profil Responden

1. Deskripsi Hasil Penelitian

Rasullulah saw membolehkan muzara’ah didasarkan pada pengambilan manfaat atas tanah oleh orang lain untuk usaha produktif. Selain itu tanah yang tadinya tidak dikelola oleh pemiliknya dapat dimanfaatkan oleh orang lain untuk usaha produktif. Selain itu tanah yang tadinya dikelola oleh pemiliknya dapat dimanfaatkan oleh orang yang membutuhkan, sehingga ikut membantu proses pendistribusian kekayaan agar harta itu tidak berputar di tangan orang kaya saja, serta mewujudkan rasa kasih sayang dan tolong menolong antara manusia.

Daerah Pakan Rabaa mempunyai potensi tanah yang cukup bagus untuk sektor agraris atau lebih dikenal dengan sektor pertanian. Masyarakat desa Pakan Rabaa mempunyai peluang yang besar untuk mengolah tanahnya dibidang pertanian ataupun dalam bidang perkebunan, seperti tanaman padi, palawija, dan perkebunan. Sektor itu merupakan andalan karena wilayah desa Pakan Rabaa itu sendiri yang cukup berpotensi. Dalam mengerjakan lahan tersebut, masyarakat desa pakan rabaa ada yang mengerjakan sendiri dan ada pula yang menyerahkan penggarapannya kepada petani penggarap. Hal itu dapat mengindikasikan bahwa masyarakat desa Pakan Rabaa menjadikan sektor pertanian sebagai sumber mata pencaharian. Hal ini

61 62


(61)

juga didasarkan pada data bahwa umumnya masyarakat desa Pakan Rabaa bekerja sebagai petani.

Penelitian ini menggambarkan bagaimana kondisi akad Muzara’ah bila diterapkan di desa Pakan Rabaa, dan kemudian penelitian ini dilanjutkan berdasarkan data yang dihubungkan dengan produktivitas kerja petani yang mana data tersebut didapatkan berdasarkan angket yang peneliti telah sebarkan.Berikut variabel penelitian yang telah disebarkan kepada responden didesa Pakan Rabaa, Kec. Koto Parik Gadang Diateh , Kabupaten Solok Selatan, Sumatera Barat:

a. Variabel X

Bagi Hasil

NO

. PERNYATAAN SS S RR TS STS

1 Saya mendapatkan bagian yang sama banyak

dengan pemiliknya 5 4 3 2 1

2 Saya puas dengan bagian yang saya dapatkan 5 4 3 2 1 3 Menurut saya bagi hasil tersebut adil antara kedua

belah pihak 5 4 3 2 1

4 Saya sangat menyukai bagian yang saya dapatkan 5 4 3 2 1 5 Bagi hasil tersebut membuat saya lebih giat dalam

bekerja 5 4 3 2 1

6 Dengan adanya Bagi hasil yang adil membuat hasil

panen menjadi menjadi lebih banyak 5 4 3 2 1

Motivasi

NO


(62)

1 Saya selalu termotivasi dan bersemangat setiap

mengerjakan sawah 5 4 3 2 1

2 Menurut saya pekerjaan bertani ini menarik dan

memberikan harapan yang banyak bagi saya 5 4 3 2 1 3 Lingkungan saya bekerja di sawah membuat saya

tenang dalam mengerjakan sawah 5 4 3 2 1 4 Saya menginginkan agar panen nantinya berhasil

dan sukses 5 4 3 2 1

5 Saya bertanggung jawab terhadap pekerjaan yang

saya lakukan 5 4 3 2 1

6 Keselamatan dan kesehatan cukup mempengaruhi

saya dalam bekerja 5 4 3 2 1

Peralatan

NO

. PERNYATAAN SS S RR TS STS

1 Saya memiliki peralatan pertanian sendiri untuk

bekerja 5 4 3 2 1

2 Peralatan pertanian tersebut dapat membantu saya

dalam bekerja 5 4 3 2 1

3 Peralatan pertanian untuk bekerja membuat kerja

saya menjadi lebih cepat 5 4 3 2 1

4 Peralatan tersebut merepotkan saya dalam bekerja 5 4 3 2 1 5 Saya menggunakan teknologi yang modern dalam

bekerja sehingga dapat menghemat waktu 5 4 3 2 1 6 Peralatan tersebut dapat meringankan beban saya

dalam bekerja 5 4 3 2 1

Keterampilan NO


(63)

1 Kemampuan saya dalam bertani cukup membantu

saya dalam bekerja 5 4 3 2 1

2 Kemampuan saya cukup membantu saya dalam

bekerja 5 4 3 2 1

3 Keahlian dalam bertani harus dipunyai untuk

mengerjakan sawah 5 4 3 2 1

4 Pengalaman akan panen yang dulu mempengaruhi

saya dalam mengerjakan sawah 5 4 3 2 1

5 Umur seseorang mempengaruhi dia dalam

mengerjakan sawah 5 4 3 2 1

6 Semakin muda umur seseorang dalam mengerjakan

sawah semakin banyak panen yang didapatkan 5 4 3 2 1

b. Variabel Y Disiplin

NO

. PERNYATAAN SS S RR TS STS

1 Sikap dan perilaku saya mempengaruhi saya dalam

bekerja 5 4 3 2 1

2 Saya selalu berusaha agar tidak terlalu terburu-buru

dan mampu mengendalikan diri dalam bekerja 5 4 3 2 1 3 Saya selalu bisa mengatur wak tu saya dalm bekerja

di sawah 5 4 3 2 1

4 Saya selalu bersungguh-sungguh dalam bekerja 5 4 3 2 1 5 Saya selalu mengikuti ketentuan-ketentuan yang

telah dijanjikan dalam penggarapan sawah 5 4 3 2 1 6 Adanya keinginan yang kuat untuk melakukan yang

terbaik dalam bekerja 5 4 3 2 1

Pendapatan dan Pengeluaran NO


(64)

1 Pendapatan dalam bertani mampu memenuhi

kebutuhan saya 5 4 3 2 1

2 Pendapatan saya dalam bertani lebih besar dari

pengeluaran 5 4 3 2 1

3 Pengeluaran untuk mengerjakan sawah ditanggung

bersama-sama dengan pemilik 5 4 3 2 1

4 Biaya konsumsi, pupuk dan biaya-biaya lainnya

dalam bekerja di sawah saya tanggung sendiri 5 4 3 2 1 5 Pengeluaran bekerja di sawah mempengaruhi hasil

panen yang saya dapatkan 5 4 3 2 1

6 Pendapatan yang akan saya dapatkan mempengaruhi

hasil panen yang saya dapatkan 5 4 3 2 1

Setelah pembahasan tersebut peneliti melakukan penelitian melalui data berdasarkan hasil kuesioner atau angket kepada para petani pekerja didesa Pakan Rabaa, kecamatan Koto Parik Gadang Diateh, Kabupaten Solok Selatan. Bagaimana penelitian yang peneliti lakukan adalah penilaian atau sikap petani pekerja dalam menggarap sawah dengan akad muzara’ah, dan dihubungkan dengan produktivitas yang mereka lakukan, apakah ada korelasi antara akad muzara’ah yang mereka lakukan terhadap produktivitas para petani pekerja tersebut? Setelah itu data-data tersebut diolah melalui program SPSS 11.5 untuk memudahkan penulis dalam menganalisa data tersebut.

Dengan sistem muzara’ah atau mampaduai menurut bahasa daerah disana, masyarakat desa Pakan Rabaa tersebut dapat memperoleh pendapatan dari hasil produktivitas pertanian yang mereka lakukan walaupun hasilnya tidak terlalu besar tetapi dapat memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari. Untuk mengetahui tingkat


(65)

produktivitas kerja petani desa Pakan Rabaa penulis menguraikannya sebagai berikut.

Jenis Kelamin Responden

Frequenc

y Percent

Valid Percent

Cumulative Percent

Laki-Laki 51 51.0 51.0 51.0

Peremp

uan 49 49.0 49.0 100.0

Total 100 100.0 100.0 Sumber: (Data yang Diolah)

Tabel diatas menunjukan bahwa tentang jenis kelamin responden, yaitu bahwa dari 100 orang responden, yang berjenis kelamin laki-laki terdapat sebanyak 51 orang atau 51% dari responden dan sisanya sebanyak 49 orang atau sekitar 49% adalah perempuan.

Agama Responden

Frequency Percent

Valid Percent

Cumulative Percent Islam 100 100.0 100.0 100.0

Sumber: (Data yang Diolah)

Dari tabel diatas dapat kita ketahui bahwa agama dan kepercayaan yang dianut oleh responden adalah islam. Hal itu bisa diketahui dari tabel diatas bahwa 100% agama responden adalah islam.

Usia Responden

Frequency Percent

Valid Percent

Cumulativ e Percent


(1)

BAB V PENUTUP

A. KESIMPULAN

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara sistem Muzara’ah terhadap produktivitas kerja petani. Dari hasil pengujian statistik terhadap 100 orang responden pada desa Pakan Rabaa, Kecamatan Koto Parik Gadang Diateh, Kabupaten Solok Selatan, Sumatera Barat. Hasil penelitian dapat disimpulkan sebagai berikut:

1. Gambaran produktivitas kerja petani ditinjau dari sistem muzara’ah dengan uji statistik adalah terdapat hubungan korelasi yang rendah. Hal itu dibuktikan dengan nilai korelasinya sebesar 0.389 dengan tingkat signifikan 0.000, karena P-value lebih kecil dari dari 0.05. kriteria korelasi dalam buku Sugiyono (2005:183), korelasi dikatakan rendah apabila nilai korelasi 0.200-0.3599. Terdapat dua variabel X yang berpengaruh signifikan, yaitu variabel motivasi dan variabel keterampilan dengan masing-masing nilai korelasi 0,426 dan 0.304, dan dua variabel X yang tidak berpengaruh, yaitu variabel peralatan dan variabel bagi hasil dengan masing-masing nilai korelasi 0.096 dan 0.065. Sedangkan nilai regresi antara variabel bebas dan variabel terikat adalah Y = 22.834 + 0.223X dengan hubungan positif. Setiap kenaikan nilai sistem


(2)

muzara’ah setiap 1% akan meningkatkan produktivitas kerja petani sebesar 0, 223.

2. Pelaksanaan sistem muzara’ah terhadap produktivitas kerja petani desa Pakan Rabaa dengan uji statistik tidak saling mempengaruhi antara kedua variabel tersebut. Hal itu dibuktikan dengan uji F untuk mengetahui apakah sistem muzara’ah mempengaruhi produktivitas kerja petani penggarap. Hasil uji F tersebut menghasilkan tidak terdapat pengaruh antara sistem muzara’ah terhadap produktivitas kerja petani penggarap dengan hasil uji F sebesar 14.474 dengan tingkat signifikansi sebesar 0.000. Karena F-hitung>F-tabel tidak terdapat hubungan antara sistem muzar’ah terhadap produktivitas kerja petani penggarap. Juga dibuktikan dengan uji koefisien determinasi yang bertujuan sejauh mana varibel X mempengaruhi varibel Y, hasil uji koefisien determinasi sebesar 0.122 atau sebesar 12,2%. Hanya 12.2% variabel X mempengaruhi variabel Y. Sedangkan 87.8% dipengaruhi oleh variabel-variabel lain yang tidak penulis gunakan di penelitian ini.

B. SARAN

1. Perlu adanya sosialisi yang sistematis oleh pemerintah, baik pusat maupun daerah atau dari LSM-LSM tentang ekonomi syariah, khususnya Muzara’ah ini. Sehingga bisa menjamin hak-hak para petani pekerja agar tetap aman.

2. Perlu adanya penyuluhan pertanian, bimbingan dari pemerintah, bantuan, serta perhatian yang lebih dari pemerintah kepada para petani. Hal tersebut untuk memotivasi petani untuk lebih giat agar produktivitas para petani tersebut bisa


(3)

meningkat. Hal tersebut untuk agar para petani tersebut hidupnya bisa lebih sejahtera dari yang sebelumnya

3. Perlu adanya komunikasi yang lancar antara pemilik lahan dan petani penggarap agar tidak terjadi hal-hal yang tidak diinginkan oleh kedua belah pihak. Kedua belah pihak hendaknya harus bersikap profesional menjalankan tugas dan kewajibanya masing-masing.

4. Adapun karena adanya keterbatasan dalam penelitian ini, penulis merasakan penelitian yang penulis lakukan belumlah sempurna, untuk itu perlu jika ada penelitian selanjutnya yang membahas topik yang sama lebih baik menggunakan dalam bentuk nominal berupa data sekunder.


(4)

DAFTAR PUSTAKA

Al-Qur’anul Karim. Departemen Agama. 1985

Algoud, Latifa, M, dan Lewis, Mervyn K. Perbankan Syariah: Prinsip, praktek, dan

prospek. Jakarta: PT Serambi Ilmu Semesta. cet 2. 2005

Bahan Penataran UUD 1945, P-4GBHN, Kewaspadaan Nasional Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi DEPDIKBUD

Buku Pedoman Penulisan Skripsi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta Fakultas Syariah dan Hukum tahun 2007

Karim, Adiwarman A. Bank Islam: Analisis Fiqh dan Keuangan. Jakarta:

PT Raja Grafindo Persada, 2007.

Lathif, Azharuddin, AH. Fiqh Muamalat. Jakarta : UIN Jakarta Press. Cet 2. 2005

Moelong, Lexy, Metodologi Penelitian Kualitatif, Bandung:PT Remaja Kosda Karya, 1997.

Rahardi Ramelan, Konsepsi Dan Strategi Peningkatan Produktivitas Nasional Pada Seminar Gerakan Produktivitas Nasional” pada tanggal 13 Juli 1994 di Departemen Tenaga Kerja RI, Jakarta.


(5)

Rumidi, Sukandar. Metodologi Penelitian: Petunjuk Praktis Bagi Peneliti Pemula.

Yogyakarta: Gadjah Mada University Press. 2004.

Sabiq, Sayyid “Fiqh Sunnah”. Beirut : dar-al Fikr, , jilid 3. 1983

Simanjuntak, Payaman. Produktivitas Kerja, Pengertian dan Ruang Lingkupnya. Jakarta: LP3ES. 1985

Singarimbun, Masri dan Effendi, Sopian , Metode Penelitian Survey, Jakarta: P3ES,

cet 2, 1989

Sinungan, Muchdarsyah,Produktivitas: Apa dan Bagaiman, Jakarta: PT Bumi Aksara,

cet 7. 2008

Syafi’I, Antonio, Muhammad, Bank Syariah: Dari Teori ke Praktek, Jakarta: Gema Insani, cet 1, 2001

Tohardi, Ir. Ahmad M.M. “Manajemen Sumber Daya Manusia. Pemahaman Praktis”. Bandung: Mandar Maju, cet, 1 2002

Artikel dari Internet:

http://www.bung-hatta.info/content.php?article.202 (Produktivitas Tenaga Kerja Dari Perspektif Sosial)

http://hamidum3.blogspot.com/


(6)