Hasil Pengukuran Volume Urin

30 Tabel 4.2Hasil skrining fitokimia serbuk simplisia dan ekstrak etanol daun senduduk No Parameter Daun senduduk Serbuk simplisia Ekstrak etanol 1 Alkaloid - - 2 Flavonoid + + 3 Tannin + + 4 Saponin + + 5 Glikosida + + 6 TriterpenoidSteroid + + Keterangan : + = memberikan hasil ; - = tidak memberikan hasil Berdasarkan hasil skrining fitokimia yang diperoleh pada Tabel 4.2 maka golongan senyawa metabolit sekunder yang terdapat pada serbuk simplisia dan ekstrak etanol daun senduduk adalah flavonoid, glikosida, tanin, saponin dan steroidatriterpenoid.

4.4 Hasil Pengujian Efek Diuretik

Pengujian efek diuretik ekstrak etanol daun senduduk dilakukan terhadap beberapa kelompok yaitu kelompok uji dengan dosis 400, 500, 600 mgkg bb, kelompok kontrol negatif CMC Na 0,5, dan pembanding furosemid dosis 10 mgkg bb dengan parameter volume urin, kadar natrium dan kadar kaliumdalam urin pada tikus jantan.

4.4.1 Hasil Pengukuran Volume Urin

Parameter yang digunakan pada penelitian ini, salah satunya adalah volume urin. Volume urin berkaitan erat dengan penggunaan diuretik karena dapat menyebabkan diuresis. Istilah diuresis mempunyai dua pengertian, pertama menunjukkan adanya penambahan volume urin yang diproduksi dan yang kedua menunjukkan jumlah pengeluaran zat-zat terlarut dalam urin Suratman, 2003. Pengukuran volume urin dilakukan dengan mengukur volume urin rata - Universitas Sumatera Utara 31 rata setiap jam dan mengukur volume urin total selama 5 jam pada masing-masing kelompok. Hasil pengukuran volume urin total dapat dilihat pada Tabel 4.3 dan Gambar 4.1 Tabel 4.3 Hasil pengukuran volume urin rata-rata setiap jam selama 5 jam Kelompok pengujian Rata-rata volume urin setiap jam ke ± SD ml 1 P 2 P 3 P 4 P 5 P CMC-Na 0,5 0,28 ± 0,39 0,812 - 0,60 ± 0,37 0,001 - 0,66 ± 0,26 0,000 - 0,86 ± 0,40 0,000 - 1,34 ± 1,80 0,000 - EEDS dosis 400 mgkg bb 0,50 ± 0,46 0,990 0,969 0,84 ± 0,19 0,014 0,841 1,46 ± 0,63 0,017 0,154 1,86 ± 0,34 0,020 0,201 2,20 ± 0,30 0,000 0,000 EEDS dosis 500mgkg bb 0,60 ± 0,63 1,000 0,888 1,06 ± 0,34 0,099 0,318 1,62 ± 0,59 0,048 0,061 2,06 ± 0,84 0,052 0,089 2,70 ± 0,25 0,000 0,000 EEDS dosis 600 mgkg bb 0,62 ± 0,61 1,000 0,865 1,16 ± 0,26 0,213 0,159 1,94 ± 0,66 0,280 0,008 2,50 ± 1,10 0,309 0,001 3,18 ± 0,22 0,001 0,000 Furosemid 10 mgkg bb 0,66 ± 0,63 0,812 - 1,68 ± 0,57 0,001 - 2,62 ± 0,37 0,000 - 3,38 ± 0,50 0,000 - 3,88 ± 0,23 0,000 - Keterangan: Nilai p pada baris I dibandingkan dengan kontrol positif Nilai p pada baris II dibandingkan dengan kontrol negatif p = signifikansi Gambar 4.1 Volume urin rata-rata terhadap waktu setiap jam selama 5 jam 1 2 3 4 5 6 1 2 3 4 5 v o lum e ur in m l waktu jam CMC-Na 0,5 furosemid EEDS 400 mgkgbb EEDS 500 mgkgbb EEDS 600 mgkgbb Universitas Sumatera Utara 32 Hasil pengamatan yang tertera pada Tabel 4.3 dan Gambar 4.1, dapat diketahui bahwa EEDS dosis 400, 500, 600 mgkg bb mengalami peningkatan volume urin pada setiap jam hingga jam ke- 5. Hasil tersebut menunjukkan bahwa semua sediaan uji pada jam ke- 5 telah memberikan efek sebagai diuretik. Efek diuretik yang paling baik dihasilkan oleh EEDS dosis 600 mgkg bb. Hal ini dapat dilihat pada Tabel 4.3, bahwa pada jam ke- 3 EEDS dosis 600 mgkg bb telah menunjukkan perbedaan yang bermakna terhadap kontrol negatif dengan nilai signifikansi 0,008 p 0,05, tetapi tidak memberikan perbedaan yang bermakna terhadap kelompok pembanding dengan nilai signifikansi 0,280 p ≥ 0,05. Hasil tersebut menunjukkan bahwa EEDS dosis 600 mgkg bb pada jam ke- 3 memberikan efek yang mendekati furosemid dalam peningkatan pembentukan volume urin, tetapi efek diuretik yang dihasilkan oleh EEDS dosis 600 mgkg bb lebih lama bila dibandingkan dengan furosemid. Hal ini disebabkan karena pada jam ke- 2 furosemid telah menunjukkan perbedaan yang bermakna terhadap kontrol negatif dengan nilai signifikansi 0,001 p 0,05, sedangkan EEDS dosis 600 mgkg bb belum menunjukkan perbedaan yang bermakna terhadap kontrol negatif dengan nilai signifikansi 0,159 p ≥ 0,05. Pada jam ke- 4 EEDS dosis 600 mgkg bb masih memberikan efek diuretik mendekati furosemid dengan nilai signifikansi 0,309 p ≥ 0,05 , akan tetapi pada jam ke-5 EEDS dosis 600 mgkg bb menunjukkan perbedaan yang bermakna dengan furosemid dengan nilai signifikansi 0,001 p 0,05. Hal ini disebabkan karena furosemid memberikan peningkatan pengeluaran urin yang lebih besar bila dibandingkan dengan EEDS dosis 600 mgkg bb. Menurut Siswandono1995, furosemid memiliki masa kerja kurang lebih 6-8 jam dengan Universitas Sumatera Utara 33 awal kerja terjadi dalam 0,5-1 jam setelah pemberian oral, dengan waktu paruh biologis kurang lebih 2 jam. Pada EEDS dosis 400 dan 500 mgkg bb hingga jam ke -3 belum menunjukkan perbedaan yang bermakna bila dibandingkan terhadap kontrol negatif dengan nilai signifikansi masing-masing 0,154 p ≥ 0,05 dan 0,061 p ≥ 0,05, akan tetapi volume rata-rata yang dihasilkan tetap mengalami peningkatan bila dibandingkan terhadap kontrol negatif, hal ini dapat dilihat pada Gambar 4.1. Ekstrak etanol daun senduduk mengandung senyawa flavonoid, tanin, saponin, terpenoidsteroid, dan glikosida. Menurut Arliani2015, menyatakan bahwa senyawa flavonoid memiliki efek sebagai diuretik dengan cara menghambat reabsorpsi Na + , K + dan Cl - sehingga menyebabkan peningkatan Na + dan air dalam tubulus. Pengukuran volume urin pada jam ke-5 dikatakan sebagai urin total yang dapat dilihat pada Tabel 4.4 dan Gambar 4.2 Tabel 4.4 Hasil pengukuran volume total urin tikus pada kelompok uji No. Kelompok pengujian Volume total urin ml Rata- rata ± SD ml Tingkat Signifi- kansi p T.I T.II T.III T.IV T.V 1 Kontrol CMC- Na 0,5 1,1 1,3 1,4 1,6 1,3 1,34 ± 0,18 - 0,000 2 EEDS dosis 400 mgkgbb 2,5 2,2 1,9 1,9 2,5 2,2 ± 0,30 0,000 0,000 3 EEDS dosis 500 mgkgbb 2,5 3,1 2,6 2,5 2,8 2,7 ± 0,25 0,000 0,000 4 EEDS dosis 600 mgkgbb 3,2 3,1 3,5 2,9 3,2 3,18 ± 0,21 0,001 0,000 5 Furosemid 10 mgkg bb 4,2 4,0 3,8 3,8 3,6 3,88 ± 0,22 0,000 - Keterangan: T.I – T.V = Tikus 1 – Tikus 5 Nilai p pada baris I dibandingkan dengan kontrol positif Universitas Sumatera Utara 34 Nilai p pada baris II dibandingkan dengan kontrol negatif p = signifikansi Gambar 4.2 Volume urin total pada tikus jantan Berdasarkan hasil yang diperoleh pada Tabel 4.4 dan Gambar 4.2 diperoleh volume urin rata-rata untuk kontrol negatif 1,34 ± 0,18 ml; furosemid 3,88 ± 0,22 ml; EEDS dosis 400 mgkg bb 2,2 ± 0,30 ml; EEDS dosis 500 mgkg bb 2,7 ± 0,25 ml; EEDS 600 mgkg bb 3,18 ± 0,21 ml. Pemberian EEDS dengan dosis 400, 500, 600mg kg bb mempunyai pengeluaran volume urin yang lebih besar bila dibandingkan dengan pemberian CMC-Na 0,5 sebagai kontrol negatif, tetapi tidak lebih besar bila dibandingkan dengan pemberian furosemid. Hal ini dikarenakan kontrol negatif tidak memberikan efek sebagai diuretik sedangkan furosemid merupakan obat diuretik kuat yang dapat menghambat reabsorpsi dari natrium dan kalium sehingga menghasilkan peningkatan volume urin yang lebih besar bila dibandingkan dengan sediaan uji lainnya. 1 2 3 4 5 6 CMC-Na 0,5 EEDS 400 mgkg bb EEDS 500 mgkg bb EEDS 600 mgkg bb Furosemid Ra ta -r at a vol u m e u ri n m l kelompok pengujian Universitas Sumatera Utara 35 Berdasarkanhasil dari ketiga sediaan uji, dosis 600 mgkg bb mempunyai efek diuretik yangpaling baik terhadap volume urin dengan nilai signifikansi 0,001 p0,05 terhadap kelompok pembanding. Dosis 500 mgkg bb memiliki efek diuretik yang lebih besar dibandingkan dengan 400 mgkg bb dengan nilai signifikansi 0,00 p0,05. Berdasarkan hasil tersebut disimpulkan bahwa dengan meningkatnya pemberian dosis EEDS dapat meningkatkan pengeluaran volume urin terhadap tikus jantan. Selanjutnya peningkatan volume urin yang dihasilkan oleh pengujian ekstrak etanol daun senduduk dievaluasi dengan melihat nilai indeks diuretik yang merupakan hasil perbandingan volume urin kelompok uji terhadap kelompok kontrol, dan melihat aktivitas diuretik yang merupakan hasil perbandingan volume urin kelompok uji terhadap volume urin pembanding. Tabel 4.5 Indeks diuretik dan aktivitas diuretik ekstrak etanol daun senduduk Kelompok Pengujian Volume Total Urin ± SD ml Indeks Diuretik Aktivitas Diuretik Kontrol CMC-Na 0,5 1,34 ± 0,18 1 0,34 EEDS dosis 400 mgkg bb 2,2 ± 0,30 1,64 0,56 EEDS dosis 500 mgkg bb 2,7 ± 0,25 2,01 0,69 EEDS dosis 600 mgkg bb 3,18 ± 0,21 2,37 0,82 Furosemid dosis 10 mgkg bb 3,88 ± 0,22 2,89 1 Hasil pengamatan pada Tabel 4.5 diperoleh nilai indeks diuretik pada sediaan uji EEDS dosis 400 mgkg bb 1,64, EEDS dosis 500 mgkg bb 2,01, EEDS dosis 600 mgkg bb 2,37. Menurut Asif 2014, nilai indeks diuretik lebih Universitas Sumatera Utara 36 besar dari 1,5 dinyatakan memiliki aktivitas diuretik kuat, nilai indeks diuretik 1- 1,5 memiliki aktivitas diuretik sedang, dan nilai indeks diuretik 0,72-1 memiliki aktivitas diuretik lemah. Berdasarkan hasil yang diperoleh pada Tabel 4.5 ketiga sediaan uji memiliki nilai indeks diuretik yang lebih besar dari 1,5, hal ini menunjukkan bahwa ketiga sediaan uji memiliki aktivitas diuretik kuat. EEDS dosis 600 mgkg bb memiliki aktivitas diuretik yang paling kuat bila dibandingkan dengan sediaan uji lainnya dengan nilai aktivitas diuretik 82 mendekati furosemid sebagai pembanding.

4.4.2 Hasil Pengukuran Kadar Natrium