Media Massa sebagai Situs Budaya Populer

57 tinggi dan rendah, tapi juga tindakan klasifikasi kultural oleh dan melalui kekuasaan. Inilah situs dimana hegemoni kultural dimapankan atau mendapat tantangan Barker, 2000:64.

c. Media Massa sebagai Situs Budaya Populer

Telah disebutkan di atas, bahwa analisis wacana kritis mempunyai beban emansipatoris, hal ini pada akhirnya berhubungan dengan bagaimana penelitian ini melihat media massa, dimana media massa dilihat dengan cara pandang kritis. Menurut pandangan Dennis Mcquail terdapat 5 poin utama dalam pendekatan kritis dalam melihat media massa Littlejohn, 2005:292. Poin pertama adalah marxist klasik dimana media dilihat sebagai alat kelas dominan dan alat dimana kapitalis mengatur kepentingan mereka. Media menyebarkan ideology pengaturan kelas masyarakat untuk menguasai kelas tertentu. Kedua adalah teori politik ekonomi media. Asumsinya hampir menyerupai Marxist klasik. Akan tetapi pandangan ini lebih menyorot pada kepemilikan media sebagai penyebab masyarakat menjadi sakit. Isi media dilihat sebagai komoditas yang dijual di pasar dan distribusi informasinya dikontrol oleh apa yang pasar mau. Sistem ini kemudian melahirkan system yang konservatif sehingga kelas yang lain menjadi marjinal. Ketiga adalah pandangan Sekolah Frankfurt. Dalam pandangan ini media dilihat sebagai alat untuk membentuk budaya, jadi fungsinya lebih kepada ideagagasan ketimbang barang material. Media kemudian melahirkan dominasi ideology kelompok elit. Hal ini terjadi karena manipulasi media melalui gambar 58 dan symbol-simbol demi melayani kepentingan kelas dominan. Keempat adalah teori hegemoni. Secara sederhana, hegemoni dilihat sebagai dominasi dari kesadaran yang salah atau cara pandang yang salah terhadap keadaan. Ideologi ini tidak disebabkan oleh faktor ekonomi saja tetapi tergantung pada semua proses aktivitas sosial. Dalam proses sosial inilah, media massa mendapat peran yang sangat penting. Kelima adalah cultural studies. Pendekatan ini sebenarnya menggunakan teori hegemoni yang dikembangkan Antonio Gramsci. Akan tetapi, hegemoni bukan lagi berarti ‗dominasi satu kelas atau kelompok terhadap kelompok lain‘, akan tetapi ‗sesuatu yang berfungsi mendesain dominasi dari seperangkat gagasan atas gagasan yang lain‘. Penelitian mengenai budaya populer ini sendiri lebih mendasarkan dirinya pada cabang kelima, cultural studies. Dimana teori hegemoni Gramsci digunakan dengan cara yang lain, atau dalam pengertian, media massa dilihat sebagai medan peperangan gagasan mengenai budaya populer. Relasi antara media massa dengan budaya populer adalah erat. Dalam studi budaya sendiri, media massa menjadi bidang kajian yang khusus. Akan tetapi hal ini bukan hanya karena budaya populer adalah ‘teks‘, sedangkan media massa pada dasarnya tersusun atas banyak teks. Stuart Hall mengemukakan beberapa karakter dari studi media dalam cultural studies, yang nantinya dapat digunakan untuk menjawab mengapa media massa menjadi situs budaya populer. Pertama , media tidak dilihat dalam model ‟direct-influence‟ dalam teori behavioristik, dimana yang dilih at adalah ‘pengaruh‘ sehingga menganggap isi 59 media sebagai ‘trigger‘. Dalam studi budaya, yang dilihat dalam media massa adalah peran ideologisnya. Media massa mempunyai kekuatan kultural maupun ideologis dan mempunyai posisi yang dominan terhadap bagaimana relasi sosial dan problem politis didefinisikan dan produksi juga transformasi ideologi populer yang dialamatkan kepada audience. Hall et all. 2005; 104 Kedua , teks media tidak dianggap sebagai pembawa makna yang transparan. Dalam pengertian studi media dalam cultural studies memfokuskan dirinya masalah kebahasaan dan kemudian struktur ideologisnya. Oleh karenanya, biasanya analisis media massa pada cultural studies terkonsentrasi pada dua hal; struktur ideologis komunikasi massa dan kompleksitas bentuk dan struktur kebahasaan teks media. Disinilah kemudian Cultural Studies mengakui peran semiotika lihat Hall et all. 2005:105 Senada dengan Hall, Fairclough 1995:2 meyakini bahwa analisis bahasa media dapat menjadi sebuah elemen yang penting dalam mengetahui proses perubahan sosial dan budaya kontemporer. Ia menggarisbawahi dua bentuk relasi antara media massa dan lembaga sosial lainnya yakni; hubungan keduanya dalam ‘ordinary life‘ dan hubungan keduanya dalam bisnis industri media massa. Bagaimanapun, menurut Fairclough, media massa beroperasi dalam sebuah sistem sosial yang kemudian membuat media massa menjadi penting, hingga dapat melihat bagaimana keduanya yakni media massa dan sistem sosial saling memengaruhi. Dan bagi Fairclough, pertanyaan yang diajukannya adalah pertanyaan mengenai ‘power‟kuasa, yang dalam studi media dibahasakan oleh Hall sebagai ‘ideologi‘. Fairclough menambahkan, masalah representasi, identitas 60 dan relasi menjadi relevan untuk menjawab pertanyaan seperti; bagaimana kerja ideologis bahasa media yang mengandung cara merepresentasikan dunia, konstruksi khusus mengenai identitas sosial dan konstruksi khusus mengenai relasi sosial Fairclough, 1995:12.

7. Kolom Parodi Harian Umum Kompas sebagai Situs Resistensi Budaya Populer