1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Pembukaan perkebunan di Sumatera Timur pertama kali dirintis oleh Jacobus Nienhuys pada tahun 1863. Nienhuys dalam membuka perkebunan mengalami
kesulitan mendapatkan buruh untuk bekerja di perkebunan.
1
Orang-orang yang tinggal di pesisir terdiri dari orang Batak dan melayu tidak berpengalaman untuk
bekerja di perkebunan. Awalnya kuli didatangkan dari Singapura dan Malaka namun kebutuhan pekerja semakin meningkat mengakibatkan tuan kebun mendatangkan kuli
dari Jawa dan Cina. Kedatangan Nienhuys ke Deli membawa dampak yang besar. Era kebesaran yang membawa nama tembakau Deli ke pasaran dunia di mulai pada tahun
1863 ketika Nienhuys mengembangkan perkebunan tembakau Deli.
2
Akibat dari keberhasilan Nienhuys dalam perkebunan tembakau telah mendorong pengusaha Eropa di Sumatera Timur. Pada tahun 1865-1867 ada tiga
perusahaan perkebunan Swasta Eropa yang membuat perjanjian dengan Sultan Deli untuk membuka perkebunan pala dan tembakau tercatat pada Kolonial Verslag
laporan kolonial tahun 1868, tiga orang pengusaha Eropa itu adalah Van Moch, Mots dan Breeker.
3
Van Moch menanam kebun pala dengan nama Carls Hure,
1
Marwati Djoenedi Poesponegoro dan Nugroho Notosusanto, Sejarah Nasional Indonesia IV, Jakarta:PN Balai Pustaka 1984, hlm 136.
2
T. Keyzerina Devi, Poenale Sanctie, Medan: Program Pascasarjana USU, 2004, hlm 49.
3
Ibid, hlm 59.
2 Breeker membuka perkebunan tembakau dengan nama Konninggratz dan Mots
membuka tembakau dengan nama Helvetia. Berkembangnya perkebunan di Sumatera timur diawali dengan lahirnya
Agrarische Wet1870 yang bertujuan untuk membuka pintu bagi perusahaan swasta menanamkan modalnya di Hindia Belanda khususnya dalam bidang perkebunan yang
memberikan hak atas tanah dalam jangka 75 Tahun.Undang-undang Agraria pada tahun 1870 menetapkan peraturan-peraturan tataguna tanah sebagai berikut:
1. Tanah milik rakyat tidak dapat dijualbelikan kepada non-pribumi
2. Disamping itu tanah domain pemerintah sampai seluas 10 bau dapat di beli
non-pribumi untuk keperluan bangunan perusahaan 3.
Untuk tanah domain lebih luas ada kesempatan bagi non-pribumi memiliki hak guna, ialah:
a. Sebagai tanah dan hak membangun
b. Tanah sebagai erfpacht hak sewa serta hak mewariskan untuk jangka waktu
75tahun.
4
Lahirnya Agraria Wet undang-undang agraria dilatarbelakangi oleh sistem tanam paksa yang diberlakukan pemerintahan kolonial Belanda selama 40 tahun
banyak menguntungkan Belanda namun mendatangkan kelaparan dan kematian bagi masyarakat jajahan di Hindia Belanda dan munculnya kaum liberal di Belanda yang
ingin menanamkan modalnya di tanah jajahan. Politik kolonial liberal juga
4
Sartono Kartodrdjo dan Joko Suryo, Perkebunan di Indonesia: Kajian Sosial Ekonomi, Yogyakarta: Aditya Media, hlm 80.
3 melahirkan politik pintu terbuka untuk memberi kesempatan kepada bangsa asing
untuk menanamkan modal dibawah pemerintahan kolonial.
5
Agraris Wetdan politik pintu terbuka menjadi dasar datangnya pengusaha asing dari Belgia untuk membuka perkebunan PT. SIPEF di sumatera. Pada tahun
1921 PT. SIPEF Societe Internationale de Perkebunan Et deFinance mendirikan perkebunan di Bukit Maradja dengan luas 3.174 Ha. Sebelum berdirinya perkebunan
PT. SIPEF Bukit Maradja telah ditanami dengan tanaman kopi namun pada tahun 1921 tanaman kopi diganti dengan tanaman karet hal ini diakibatkan harga kopi di
pasar internasional tidak stabil dan jugahasil tanaman karet melebihi hasil tembakau. PT. SIPEF Bukit Maradja Eastate memiliki lokasi perkebunan yang terterletak
di Kabupaten Simalungun, kecamatan Siantar desa Pematang Sahkuda. PT. SIPEF memiliki jarak sekitar 20km dari kotaPematang Siantar dan 21km dari kota
Perdagangan. Pada awal berdirinya perkebunan PT.SIPEFmemiliki kantor pusatdi Medan
yang dikenal sebagai The Anglo Dutch Estates Agency. Kemudian tahun 1958 namaThe Anglo Dutch Estates Agency diubah menjadi The Anglo Dutch Estates
Agency Terbatas. Karena pada saat itu perusahaan ini telah berkembang sangat baik dan banyak mengelola beberapa jenis tanaman seperti karet, kelapa sawit, dan teh.
Pada tahun 1961 lembaga sekali lagi berubah nama menjadi PT. TOLAN TIGA INDONESIA .Sejak saat itu perusahaan ini telah berkembang menjadi sebuah
kelompok agro-industri perkebunan yang didirikan dalam rangka Penanaman Modal
5
Sartono Kartodirdjo, pengantar Sejarah Indonesia Baru: Sejarah Pergerakan Nasional Jilid 2, Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, hlm 33.
4 Asing Kredit No.1 tahun 1967, berdasarkan akta No. 40 tanggal 7 September 1961
oleh Profesor Meester Raden Soedja, notaris di Jakarta. Akta Pendirian ini telah disahkan oleh Menteri Kehakiman dalam Surat Keputusan No.JA 59822 tanggal 21
September 1961 yang diumumkan langsung dalam Berita Negara Republik Indonesia No. 97 tanggal 5 Desember 1961.
Perjalanan perkebunan PT. SIPEF Bukit Maradja tidak selamanya berjalan dengan baik. Pada tahun 1964 terjadi proses pengambilalihan atau penguasaan
perusahaan asing diakibatkan konfrontasi Indonesia dengan Malaysia. Dalam rangka konfrontasi Indonesia-Malaysia pemerintah Indonesia menguasai sejumlah kebun
milik pengusaha Inggris, Prancis, Belgia dan Amerika. Penguasaan perusahaan asing ini berlangsung sementara, karena setelah selesai konfrontasi, perusahaan milik
Inggris, Prancis, Belgia dan Amerika dikembalikkan kepada pemiliknya.Pada tahun 29 april 1968 pemerintah Republik Indonesia mengembalikan semua kepemilikan,
pengusahaan dan pengelolahan perkebunan PT. SIPEF kepada pemiliknya dengan Hak Guna Usaha seluas 3.178 Ha.
6
PT.Tolan Tiga Indonesia SIPEF GROUP membawahi SIPEF Group, Jabelmalux Group dan PT. Agro Muko.Perusahaan ini
telah mengelola sekitar 66.303 hektar perkebunan kelapa sawit dan karet di Sumatera dan 1787 hektar the di Cibuni.
Pada tahun 1972 kebun karet sebahagian diganti dengan kelapa sawit diakibatkan pasaran minyak sawit lebih stabil dibandingkan harga karet dipasar
6
Jehan Indah Sakinah, PKL: Sumber Daya Manusia di PT. Eastern Sumatera Indonesia Bukit Maradja Eastate, Medan: Fakultas pertanian UISU, 2004, hlm 7.
5 internasional.Kemudian pada tahun 1986 sebahagian lagi tanaman karet digantikan
dengantanaman coklat.Tahun 1997 tanaman coklat digantikan dengan tanaman sawit. Pada tahun 1998 seluruh perkebunan PT.SIPEF Bukit Maradja Eastate telah menjadi
tanaman kelapa sawit. Proses pergantian tanaman mengakibatkan para pemanen dipindahkan kepekerjaan lain seperti perawatan.
Penelitian ini berjudul “Sejarah Perkebunan PT. SIPEF Bukit Maradja 1985-2002”.Penulis memilih judul ini karena PT. SIPEF merupakan sebuah
perusahaan besar yang memberi dampak terhadap kehidupan ekonomi masyarakat perkebunan PT. SIPEF Bukit Maradja. Penulis memilih tahun 1985 karena pada
tahun 1985 tanaman karet diganti dengan tanaman kelapa sawit, hal ini didasari pada harga minyak kelapa sawit lebih stabil di pasaran internasional dan juga biaya
produksi sangat besar karena membutuhkan lebih banyak pekerja untuk karet di bandingkan pekerja di perkebunan sawit. Pergantian tanaman dimaksudkan untuk
mensejahterakan karyawan PT. SIPEF Bukit Maradja Eastate. Tahun 1998 seluruh perkebunan PT. SIPEF Bukit Maradja telah menjadi perkebunan kelapa sawit. Pada
tahun 2002 terjadi replanting tanaman kelapa sawit diakibatkan tanaman sudah tidak produktif lagi.
1.2 Rumusan Masalah