Diukur jarak dari dagu ke bagian belakang kepala membentuk garis miring.
d. Dagu ke Puncak Kepala DPK
Diukur jarak vertikal dari bagian bawah dagu ke bagian atas kepala. e.
Telinga ke Puncak Kepala TPK Diukur jarak vertikal dari bagian tengah telinga ke bagian atas kepala.
f. Telinga ke Belakang Kepala TBK
Diukur jarak horisontal dari bagian tengah telinga ke bagian belakang kepala.
g. Antara Dua Telinga ADT
Diukur jarak dari telinga bagian kiri ke telinga bagian kanan. h.
Mata ke Puncak Kepala MPK Diukur jarak vertikal dari mata ke bagian tengah dahi.
3.2.3. Metode Penilaian Keluhan Sistem Muskuloskeletal Dengan Metode Nordic Body Map NBM
Metode Nordic Body Map merupakan metode penilaian yang sangat subjektif. Keberhasilan metode ini bergantung dari kondisi dan situasi pekerja
pada saat dilakukannya penilaian serta keahlian observer. Dalam aplikasinya, metode ini menggunakan lembar kerja berupa peta tubuh body map. Body map
merupakan cara yang sangat sederhana, mudah dipahami, murah dan memerlukan waktu yang singkat +- 5 menit per individu. Observer dapat langsung
mewawancarai atau menanyakan kepada responden, pada sistem muskuloskeletal
Universitas Sumatera Utara
bagian mana yang mengalami gangguan kenyerian atau sakit, atau dengan menunjuk langsung pada lembar kerja kuisioner nordic body map.
Gambar 3.4. Lembar Kerja Kuesioner Nordic Body Map
Melalui kuisioner nordic body map maka akan diketahui bagian-bagian otot mana saja yang mengalami gangguan kenyerian atau keluhan dari tingkat
rendah tidak ada keluhancedera sampai dengan keluhan tingkat tinggi keluhan sangat sakit. Pada lembar kerja ini digunakan skoring dengan skala likert, maka
Universitas Sumatera Utara
setiap skor harus mempunyai definisi operasional yang jelas yang mudah dipahami oleh responden. Desain penilaian dengan 4 skala likert adalah :
1. Skala 0 = tidak ada keluhan kenyerian pada otot-otot yang dirasakan oleh
pekerja selama melakukan pekerjaan tidak sakit. 2.
Skala 1 = dirasakan sedikit adanya kenyerian pada otot, tapi belum mengganggu pekerjaan agak sakit.
3. Skala 2 = responden merasakan adanya keluhankenyerian atau sakit pada
bagian otot yang sudah mengganggu pekerjaan, tetapi rasa kenyerian segera hilang setelah dilakukan istirahat dari
pekerjaan sakit 4.
Skala 3 = responden merasakan keluhan sangat sakit pada bagian otot dan tidak segera hilang meskipun istirahat sehingga diperlukan obat
pereda nyeri otot sangat sakit Setelah selesai melakukan wawancara dan pengisian kuesioner, maka
langkah berikutnya adalah menghitung total skor individu dari seluruh sistem muskuloskeletal 28 bagian sistem muskuloskeletal yang diobservasi. Tabel 3.1.
merupakan pedoman sederhana yang digunakan untuk menentukan klasifikasi subjektif tingkat resiko sistem muskuloskeletal.
Tabel 3.1. Klasifikasi Subjektif Tingkat Risiko Sistem Muskuloskeletal Total Skor Keluhan
Individu Tingkat
Risiko Kategori
Risiko Tingkat Perbaikan
0-20 Rendah
Belum diperlukan adanya tindakan perbaikan
21-41 1
Sedang Mungkin diperlukan tindakan kemudian hari
Universitas Sumatera Utara
42-62 2
Tinggi Diperlukan tindakan segera
63-84 3
Sangat Tinggi
Diperlukan tindakan menyeluruh sesegera mungkin
Langkah terakhir dari aplikasi metode nordic body map adalah melakukan upaya perbaikan pada pekerjaan maupun posisisikap kerja, jika
diperoleh hasil yang menunjukkan tingkat keparahan pada sistem muskuloskeletal yang tinggi. Tindakan perbaikan yang harus dilakukan tentunya sangat tergantung
dari risiko sistem muskuloskeletal mana saja yang mengalami adanya gangguan atau ketidaknyamanan. Hal ini dapat dilakukan dengan beberapa cara, diantaranya
adalah dengan melihat persentase pada setiap bagian sistem muskuloskeletal dan dengan menggunakan kategori tingkat risiko sistem muskuloskeletal.
3.2.4. Penggunaan Data Antropometri