BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 Kesimpulan
Faktor - faktor penyebab stres kerja pada guru kelas autis di Unit Pelaksana Teknis SLB-E Negeri Pembina Tingkat Provinsi adalah sebagai
berikut: 1.
Faktor penyebab stres kerja pada guru kelas autis dikarenakan kondisi lingkungan kerja yang meliputi ruangan kerja ataupun ruang kelas yang
terlalu kecil dan sempit, serta kurangnya sirkulasi udara yang masuk dan keluar akibat ruangan yang didesain tertutup.
2. Faktor penyebab stres kerja pada guru kelas autis dikarenakan peristiwa
pengalaman pribadi yang dalam hal ini adalah peristiwa traumatis yang dialami para guru dalam menghadapi individu autistik seperti dicekik,
dipukul, didorong, ditarik, diludahin dan dikoyak baju hingga berulang kali yang diakibatkan oleh kemarahan, kesedihan, ketakutan anak yang
berlebih individu autistik tersebut.
6.2 Saran
1. Pihak organisasiinstansi atau yang saat ini adalah UPT. SLB-E Negeri
Pembina Tingkat Provinsi dalam mengurangi stres kerja guru, ruangan sebaiknya didesain memperhatikan kenyamanan antara guru dan siswa
autis. Pihak sekolah dapat memperluas ruang kelas untuk mengefektifkan
Universitas Sumatera Utara
kegiatan belajar mengajar. Rasio minimum ruang kelas adalah 3 �
2
peserta didik. Untuk rombongan belajar dengan peserta didik kurang dari 5 orang, luas minimum ruang kelas adalah 15
�
2
. Lebar minimum ruang kelas adalah 3 m. Ruang kelas memiliki jendela yang memungkinkan
pencahayaan yang memadai untuk membaca buku dan untuk memberikan pandangan ke luar ruangan. Ruang kelas juga harus memiliki pintu yang
memadai agar peserta didik dan guru dapat segera keluar ruangan jika terjadi bahaya, dan dapat dikunci dengan baik saat tidak digunakan.
2. Bagi guru kelas autis, mengelola stres dengan cara mengubah pola pikir
mereka yang menjadikan pekerjaan sebagai tantangan bukan ancaman yang perlu dikhawatirkan. Mintalah dukungan dari lingkungan sekitar,
baik itu lingkungan pekerjaan maupun lingkungan keluarga dalam mengurangi stres. Guru juga dapat melakukan kegiatan hobi, seperti
berolahraga. Olahraga
akan memperbaiki
kondisi emosional,
menghilangkan ketegangan, kemarahan dan kecemasan yang datang menghinggapi. Mendengarkan musik juga bisa menjadi alternatif lainnya
dalam mengurangi stres. Alunan musik diyakini bisa menghibur dan menenteramkan hati yang tengah resah karena mampu merangsang rasa
bahagia yang dikirimkan oleh otak.
Universitas Sumatera Utara
BAB II TINJAUAN PUSTAKA