pemangku jalannya adat. Sedangkan Istri perempuanmemegang peranan penting untuk urusan domestik, tunduk terhadap keputusan yang ditetapkan
oleh suami serta pelengkap dalam adat dan kalaupun bekerja hanya penambah penghasilan keluarga. Perkembangan saat ini dalam keluarga responden, laki-
laki cendrung bersosialisasi di luar rumah seperti ke kedei kopituak, sedangkan perempuan sudahikut mencari nafkah bahkan sudah menjadi tulang
punggung keluarga. kenyataan seperti ini membuat kehidupan petani perempuan di desa Lawe Tua Persatuan semakin bertambah berat.
5.1.4 Karakteristik Responden Berdasarkan Pendidikan Terakhir
Tabel 5.2
Distribusi Responden Berdasarkan Pendidikan Terakhir NO Pendidikan
Frekuensi Persentase 1 Tamatan
SDsederajat 7
26,92 2
Tamatan SMP Sederajat 12
46,15 3
Tamatan SMU Sederajat 4
15,38 4 S1
3 11,53
Jumlah 26 100
Sumber Koesioner 2014 Tabel 5.2 menunjukkan tingkat pendidikan dari 26 responden di desa
Lawe Tua Persatuanyang terbayak adalah Lulusan Sekolah Menengah Pertama SMP. Data tersebut menunjukkan bahwa tingkat pendidikan petani perempuan
Universitas Sumatera Utara
desa Lawe Tua Persatuan masih berada ditingkat pendidikan rendah. Boleh dikatakan bahwa responden sudah melek baca dan tulis. Sedangkan untuk tingkat
sarjana sangat sedikit, dengan pendidikan responden yang masih tergolong rendah inilah yang memicu responden bekerja pada sektor pertanian.
Rendahnya tingkat pendidikan formal terakhir responden pada umumnya disebabkan oleh dua hal, yaitu yang pertama adalah keterbatasan ekonomi
keluarga dan yang kedua adalah karena pada zaman dahulu akses responden untuk mendapatkan pelayanan pendidikan sangat sulit sehingga letak sekolah yang jauh
membuat banyak dari
responden yang putus sekolah bahkan tidak dapat mengenyam bangku pendidikan.
Berikut hasil wawancara dengan Ibu Selly Panjaitan: “Saya dulu sekolah cuman tamat SD, kerena orang tua saya tidak mempunyai biaya, dimana
pada saat itu abang saya yang laki-laki dan adik saya sedang bersekolah dan orang tua saya tidak sanggup membiayai semuanya, jadi saya tidak melanjut ke
SMP.kerena cuman tamat SD saya diajarkan orang tua saya untuk bertani supaya saya juga bias membatu ekonomi keluarga”.
Universitas Sumatera Utara
5.1.5 Karakteristik Responden Berdasarkan Jumlah TanggunganKeluarga.
Tabel 5.3.
Distribusi Responden Berdasarkan Jumlah tanggungan keluarga NO Jumlah
Tanggungan Frekuensi Persentase 1 1-2
orang 4
15,38 2 3-4
orang 7
26,92 3 5-6
orang 11
42,30 4 7-8
orang 4
15,38 Jumlah 26 100
Sumber Kuesioner 2014 Berdasarkan Tabel 5.3 menunjukkan bahwa tanggungan responden masih
tergolong banyak dimana 11 responden mempunyai tanggungan dalam keluarga mencapai 5-6 orang. Tentu dengan tenggungan yang banyak membuat responden
bekerja keras, tanggungan dalam keluarga responden disini bukan saja cuman anak tetapi mertua, nenek dan saudara.
Berikut hasil wawancara dengan Ibu Benta Boru Siagian: “tanggungan saya dan suami dikeluarga saya bukan cuman anak tapi mertua saya yang sudah tua dan
tinggal di rumah saya harus saya tanggung termasuk adik dari suami saya yang sedang kuliah masih saya yang menanggung karena tidak memungkinkan lagi
mertua saya karena sudah tua jadi tidak mampu lagi untuk bekerja”.
Universitas Sumatera Utara
5.1.6Karakteristik Responden Berdasarkan Lama Bekerja Sebagai Petani Tabel 5.4
Distribusi Responden Berdasarkan Lamanya Bekerja Sebagai Petani NO Waktu
Frekuensi Persentase
1 1-5 Tahun
2 7,69
2 6-10 Tahun
2 7,69
3 11-15 Tahun
2 7,69
4 15 Tahun
20 76,92
Jumlah 26 100
Sumber: Kuesioner 2014 Tabel 5.2 menunjukkan bahwa mayoritas responden sudah bekerja di lahan
pertanian dalam kurun waktu lebih dari 15 tahun. Responden yang bekerja sebagai petani ada yang memulainya sesudah berumah tangga danada juga responden
yang sebelum berumah tanggapun sudah berasal dari keluarga yang berlatar belakang petani sehingga sesudah berumahtangga responden menjadi menyenagi
pekerjaan itu karena sudah berpengalaman mengenai cara bertani yang bagus dan baik. Hasil pengamatan yang dilakukan peneliti responden yang sudah lama
bekerja sebagai petani tentu sudah mempunyai asset, misalnya sudah punya lahan sendiri, karena hasil pertanian yang selama ini dikumpulkan sehingga bisa
membeli lahan sendiri.
Universitas Sumatera Utara
Berikut hasil wawancara dengan Ibu Lisbet Siahaan: “saya menjadi petani sudah lama dimana dari saya gadis sebenarnya saya bertani untuk membantu
keluarga dan setelah menikahpun saya bertani, karena cuman bertani yang biasa saya kerjakan kemampuan saya hanya di bidang pertanian karena sudah lama
saya guluti sektor pertanian”.
5.1.7 Karakteristik Responden Berdasarkan Alasan Bekerja Sebagai Petani Tabel 5.5