5.2.24 Jawaban Responden Berdasarkan Tempat Untuk Menabung Tabel 5. 30
Distribusi Responden Berdasarkan Bentuk Menabung NO Bentuk
tabungan Frekuensi
Persentase 1 Uang
dirumah 3
11,53 2 Jula-Jula
14 53,84
3 Uang di Bank
5 19,23
4 Emas 4
15,38 Jumlah
26 100 Sumber: Kuesinoer 2014
Berdasarkan tabel 5.30 dapat diketahui bahwa bentuk responden bermacam-macam ada yang dirumah dalam bentuk celengan, ada jula-jula seperti
arisan, ada juga menabung uang di Bank serta dalam bentuk Mas, responden dapa menabung dari hasil pertanian yang di kolala responden. Dan yang paling banyak
memilih bentuk tabungannya adalah jula-jula atau arisan dimana responden membuat kelompok untuk menjadi anggota yang ikut berjula-jula, bentuk jula-jula
yang di buat oleh responden adalah jula-jula padi, dimana mereka menarik jula- jula 2 kali dalam 1 tahun. Jadi dalam 1 tahun 2 orang yang menarik jula-jula
dalam bentuk padi 250 kg, dan hasil jula-jula itu bisa digunakan reponden untuk pendidikan anak, dan kebutuhan keluarga.
Universitas Sumatera Utara
Berikut hasil wawancara dengan Benta Boru Simanjuntak : “Biasanya saya ikut jula-jula di desa bersama ibu-ibu yang lain, tapi jula-julanya setiap panen,
berhubung di desa Lawe Tua persatuan 2 kali dalam setahun maka yang narik 2 orang dalam 1 tahun, dan jula-jula kami biasanya adalah padi 250 kg per orang.
Dan ini sangat membatu saya”.
5.2.25 JawabanResponden Berdasarkan Frekuensi Menabung dalamSetahun Tabel 5. 31
Distribusi Responden Berdasarkan Frekuensi Menabung NO
Frekuensi Menabung dalam Setahun
Frekuensi Persentase
1 1-3 12
46,15 2 4-6
5 19,23
3 7-9 5
19,23 4 10-12
5 19,23
Jumlah 26 100
Sumber: Kuesinoer 2014 Berdasarkan tabel 5.31 menunjukkan bahwa seluruh responden menabung
hasil pertanian yang didapat dari pertanian dan yang membedakan adalah cara menabung dan frekuensi menabung yang dilakukan responden. Dan yang paling
umum responden dapat menabung pada saat panen dimana dalam setahun responden dapat panen 2 kali, dan bisa dikatakan responden paling banyak
Universitas Sumatera Utara
menabung hanya 2 kali dalam setahun, dan hal itu terlihat jelas dari tabel 5.31. dan sebagian lagi mereka bisa menabung dari hasil yang lain misalnya
perkebunan yang dimiliki responden contohnya hasil coklat, itu bisa dijual dalam 1 kali sebulan tentu hasilnya bisa ditabung untuk masa depan keluarga responden.
Hasil wawancara dengan Ibu Dormatio: “saya biasanya menabung dalam setahun itu bisa 6 kali karena sekali 2 bulan saya harus menabung karena kalau tidak
dibuat tekad untuk menabung seperti itu bisa uangnya dari hasil pertaniaan tidak nampak jadi harus ditekadkan untuk nabung supaya bisa uangnya kumpul dan
bisa dipergunakan nanti untuk keperluan kedepanya”.
5.2.26. Jawaban Responden Berdasarkan Keikutsertaan Mereka Bekerja dilahan Pertanian terhadap Peningkatan Sosial Ekonomi Keluarga
Tabel 5.32 Distribusi Responden Berdasarkan Keikutsertaan Bekerja Terhadap
Peningkatan Sosial Ekonomi Keluarga
Sumber: Hasil kusesioner NO Tanggapan
Frekuensi Persentase
1 Meningkat 24
92,30 2 Tidak
meningkat 2
7,69 Jumlah
26 100
Universitas Sumatera Utara
Peningkatkan sosial ekonomi keluarga merupakan salah satu faktor pendorong bekerjanya seorang ibu rumah tangga dilahan pertanian. Berdasarkan
hasil uraian tabel 5.32 menunjukkan bahwa bakerjanya seorang ibu rumah tangga dapat meningkatkan sosial ekonomi keluarga. Hasil penelitian terbukti bahwa
variabel ibu rumah tangga yang bekerja dapat mempengaruhi variabel peningkatan sosial ekonomi keluarga, dan itu terlihat jelas di perempuan petani
Desa Lawe Tua Persatuan dimana keikutsertaan mereka bekerja dapat megurangi beban ekonomi keluarga dan mereka dapat menabung untuk masa depan serta
untuk pendidikan anak mereka. Hasil Wawancara dengan Ibu Roslan: “Kebutuhan keluarga kami sudah
sangat tinggi karena anak saya ada yang kuliah dan bersekolah tentu membutuhkan biaya kalau cuman suami saya bekerja tentu tidak mampulah
menyekolahkannya, jadi saya harus ikut banting tulang dan dengan saya ikut bekerja sangat membantu dan meningkatkan sosial ekonomi keluarga kami”.
Universitas Sumatera Utara
BAB VI PENUTUP
6.1 Kesimpulan
Berdasarkan data yang telah di kumpulkan baik melalui wawancara maupun kuesioner yang telah di analisis maka dapat di Tarik kesimpulan sebagai berikut:
1. Masyarakat desa Lawe Tua Persatuan yang mayoritas suku
Batak Toba adalah penganut sistem patrilineal dimana kedudukan laki-laki dianggap lebih tinggi dari perempuan dan
ini memunculkan tidak setaranya kedudukan antara perempuan dan laki-laki. Proses peminggiran terjadi terhadap perempuan
yang didesa Lawe Tua persatuan mengakibatkan pemiskinan secara sosial maupun ekonomi.
2. Sektor pertanian merupakan tumpuan ekonomi keluarga di
desa Lawe Tua Persatuan, dan perempuan atau istri sangat terlibat aktif dalam pengelolahan lahan pertanian dimana untuk
memenuhi kebutuhan keluarga. 3.
Petani perempuan di desa Lawe Tua Persatuan Kecamatan Lawe Sigala-gala Kabupaten Aceh Tenggara mengerjakan
lahan hampir keseluruhan proses pengelohan lahan mulai dari perawatan tanaman sehingga membuahkan hasil dan petani
perempuan mendapatkan penghasilan dari usahanya tersebut.
Universitas Sumatera Utara