instruksi-instruksi yang rinci harus diikuti untuk mengurangi kemungkinan timbulnya kerusakan selama periode itu ke periode pelayanan pemeliharaan
berikutnya. Sistem ini memberikan perhatian sesuai dengan keperluan yang dibutuhkan mesin yang menyebabkan memerlukan kemampuan dan keputusan
prima dalam perencanaan. Semakin pendek interval dan makin rinci penggantian yang dilakukan, tentunya mambuat semakin baik jaminan terhadap kerusakan.
Untuk memperoleh hasil yang baik dari sistem ini, maka perencanaan harus dilakukan secara menyeluruh dan pencatatan harus dilakukan terus menerus.
Analisis terhadap data yang terukur akan membantu dalam penjadwalan penggantian dan kaitannya terhadap rencana baku produksi.
Kerusakan-kerusakan terdahulu yang disebabkan oleh kurang baiknya material dari sparepart dapat
dihindari pada masa yang akan datang dengan cara pemilihan sparepart dengan cermat dan memilih suplier yang terpercaya.
Analisa terhadap penyebab kerusakan akan menunjukan langkah yang dibutuhkan berkaitan dengan pelatihan operator, penyediaan sparepart pada ruang
sparepart, dan tentunya dalam kemempuan yang baik dari sparepart itu sendiri. Keuntungan dari sistem ini hanya dapat diperoleh dengan cara pencatatan dan
interpretasi kondisi yang benar.
2.3.1 Pemeliharaan preventif Preventif Maintenance
Pertama kali diterapkan di Jepang pada tahun 1971. Konsep preventive maintenance adalah jenis pemeliharaan yang dilakukan dengan interval tertentu
yang dimaksudkan untuk meniadakan atau mengeliminir kemungkinan kerusakan mesin. Terdapat tiga dasar utama dalam preventive maintenance seperti dibawah
ini: 1.
Membersihkan Cleaning Pekerjaan ini adalah tugas yang harus dilakukan pada setiap mesin dan fasilitas
lain setelah digunakan. Pembersihan dapat berupa menghilangkan debu dari sisa produksi dan membersihkan peralatan lain yang digunakan.
2. Memeriksa Inspeksi
Pekerjaan ini dilakukan sesuai dengan waktu yang telah ditentukan.
3. Memperbaiki Repair
Pekerjaan memperbaiki bila terdapat kerusakan-kerusakan sehingga mesin dapat digunakan kembali pada performa awalnya.
2.3.2 Karakteristik Umur Pakai Suatu Peralatan Life Characteristic Curve
Kurva karakteristik umur pakai suatu peralatan yang berbentuk bathtub
Balbir S. Dhillon Hans Reiche seperti gambar 2.1 berikut:
Adapun penjelasan dari kurva bathtub hazard rate adalah sebagai berikut: 1.
Wilayah Early-Life Suatu wilayah dimana peralatan baru digunakan sehingga disebut juga fase
kerusakan awal 0-ta. Kerusakan terjadi disebabkan kurangnya pengendalian kualitas, metode pemanufaktur yang kurang baik, material dibawah standar,
kesalahan pemasangan awal, perakitan yang sulit, pengecekan yang tidak cermat, kasalahan mesin dan kesalahan manusia.
2. Wilayah Useful-Life
Merupakan fase umur pakai berguna ta-tb. Fase kerusakan pada wilayah ini relatif konstan. Dalam wilayah ini kerusakan tidak dapat diprediksi, maka
sering disebut sebagai wilayah fase kerusakan acak. Sedangkan beberapa contoh alasan kerusakannya antara lain kerusakan alamiah umur, kesalahan
manusia, faktor keselamatan yang rendah, tingkat stress peralatan yang tinggi, dan kerusakan yang tidak dapat dijelaskan.
Failure Rate
I II III
Useful - Life End-Of-Life
Early - Life
o
t
a
t
b
Log-Time
Gambar 2.1 Bathtub Hazard Rate Curve
Sumber: Balbir S. Dhillon Hans Reiche
3. Wilayah End-Of-Life
Wilayah dimana umur ekonomis suatu peralalatan telah habis dan telah melebihi batas yang diizinkan, sehingga resiko kerusakannya akan tinggi.
Beberapa alasan dari terjadinya kerusakan pada wilayah ini adalah kurangnya perawatan, kerusakan karena telah dipakai terlalu lama, lifetime peralatan. Pada
wilayah ini preventive maintenance diperlukan untuk mengurangi tingginya kerusakan.
2.3.3 Efektifitas Peralatan