Keterkaitan Tema dengan Judul Studi Banding Arsitektur: Zeeland West High School

36 arsitektur berkelanjutan tidak saja dipacu untuk mengurangi emisi gas rumah kaca glass houses effect, juga mengandung maksud untuk lebih menekankan pentingnya sisi kualitas dibanding kuantitas ditinjau dari aspek fungsional, lingkungan, kesehatan, kenyamanan, estetika dan nilai tambah.

2.5.2 Interpretasi Arsitektur Eco-Tech

Ciri-ciri arsitektur eco-tech : 1. Memakai struktur pondasi 2. Mempunyai bentuk yang mengekspresikan strukturnya 3. Ruangan menyesuaikan dengan fungsi bangunan 4. Orientasi bangunan mengarah pada lingkungan 5. Menggunakan teknologi yang mempertimbangkan nilai-nilai ekologi 6. Menggunakan sistem-sistem alami, selaras dengan iklim setempat, daur ulang, dan menggunakan potensi setempat 7. Material yang dipilih yang hemat energi dan dapat di daur ulang 8. Melalui pendekatan ekologi dan iklim setempat 9. Menyesuaikan dengan site dan lingkungan 10. Perancangan bentuk dan struktunya berdasarkan kebutuhan 11. Arsitektur Eco-tech harus mampu berhubungan dengan ekologi

2.5.3 Keterkaitan Tema dengan Judul

Sebuah sekolah yang berbasis teknologi membutuhkan fasilitas dan kebutuhan yang berteknologi pula, dengan menganut konsep arsitektur High- Tech, hal tersebut akan terwujud. Dengan demikian, sekolah tersebut sangat pantas disebut dengan sekolah internasional. Disamping itu, untuk meminimalisir energi dan untuk membuat kenyamanan pembelajaran di sekolah tersebut, dibutuhkan arsitektur sustainable yang meminimalisir pemakaian energi dan membuat lingkungan nyaman untuk belajar di sekolah tersebut. Universitas Sumatera Utara 37 Perpaduan antara arsitektur Hi-Tech dan arsitektur sustainable merupakan arsitektur Eco-Tech. Oleh karena itu, arsitektur Eco-Tech merupakan tema yang tepat untuk menyelesaikan permasalahan tersebut.

2.5.4 Studi Banding Arsitektur: Zeeland West High School

Pada Agustus 2002, Zeeland West High School selesai dibangun. Dengan total kapasitas ruang kelas lebih dari 1500 siswa. Sekolah ini menggunakan tema arsitektur sustainable dan arsitektur high-tech. Sekolah ini memanfaatkan potensi alam yang ada untuk memenuhi kebutuhan energi pada bangunan. Selain itu, untuk mengurangi biaya penggunaan energy, bangunan ini menggunakan perancangan yang memungkinkan bangunan untuk meminimalkan penggunaan energi dengan memaksimalkan potensi alam yang ada tanpa merusak lingkungan. Gambar 2.19 Konsep Perancangan ZWHS Sumber: www.zhs.zps.org Bangunan ini menggunakan photovoltaic panels untuk mengubah sinar matahari menjadi listrik, penggunaan turbin angina untuk menghasilkan listrik, serta geothermal power sebagai sumber energi listrik. Sehingga Zeeland West High School dapat menghasilkan energy listrik sendiri. Bangunan ini juga menggunakan black rubber roofs untuk memaksimalkan panas matahari pada musim dingin. Atap bangunan yang berwarna putih terbuat dari thermopolyefin, Universitas Sumatera Utara 38 sehingga cahaya dan panas matahari dapat dipantulkan dan cahaya tersebut dapat dimanfaatkan sebagai pencahayaan alami ruangan. Untuk ruangan laboratorium beberapa jendela menggunakan clerestories untuk memasukkan sinar matahari ke dalam ruangan. Penghematan energi juga dilakukan dengan menggunakan sensor penghuni sehingga lampu akan mati secara otomatis, dan pengatur suhu ruangan secara otomatis di setiap ruangan, suhu ruangan akan menjadi lebih rendah jika tidak ada orang di ruangan. Sistem geothermal pada ZWHS terdiri dari 20 pipa sepanjang 400 kaki di dalam tanah. Sirkulasi dari bangunan satu ke bangunan lain hanya memakan waktu tiga menit. Parkir kendaraan berada diluar, setelah itu harus berjalan kaki melewati lapangan rumput untuk masuk ke dalam ruangan. Bentuk bangunan ZWHS menonjolkan prinsip eco-tech, yaitu structural expression dengan tetap menonjolkan kolom-kolom dan kaidah struktur. Pemanfaatan atap datar untuk penghangat dan pendingin ruang secara alami dan penggunaan dinding tebal sebagai upaya memperlambat rambatan suhu di luar bangunan. Pembuatan ruang terbuka hijau berupa lansekap dan tempat olahraga agar dapat digunakan oleh warga sekitar untuk menjaga hubungan dengan lingkungan sosial. Universitas Sumatera Utara 1

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kebijakan Tata Ruang Nasional menempatkan metropolitan Mebidang- Ro Medan-Binjai-Deli Serdang-Karo sebagai Pusat Kegiatan Nasional PKN sekaligus sebagai Kawasan Strategis Nasional KSN dengan fokus pengembangan kegiatan ekonomi. Metropolitan Mebidang-Ro berada di Wilayah Sumatera Bagian Utara memiliki kedudukan strategis terhadap pengembangan Segitiga Ekonomi Regional Indonesia-Thailand-Singapura IMT-GT. IMT-GT merupakan bagian yang tidak terlepaskan dari kerjasama Masyarakat Ekonomi ASEAN MEA 2015. Keberhasilan Sumatera Utara dalam mencapai kerjasama dalam IMT-GT akan menopang kemitraan yang lebih besar dalam Masyarakat Ekonomi ASEAN MEA dalam rangka mendukung kemajuan dan pengembangan Ekonomi Daerah. Metropolitan Mebidang-Ro Medan-Binjai-Deli Serdang-Karo, Segitiga Ekonomi Regional Indonesia-Thailand-Singapura IMT- GT, dan Masyarakat Ekonomi ASEAN MEA sangat mempengaruhi pembangunan di Sumatera Utara. Keberadaan Bandara Kualanamu dan Pelabuhan Laut Belawan menjadi orientasi pembangunan ekonomi Metropolitan Mebidang-Ro ke depan. Metropolitan Mebidang-Ro juga didukung pusat-pusat primer pada lokasi-lokasi terintegrasi dengan transportasi primer dan pusat-pusat sekunder yang berfungsi sebagai pusat pelayanan pemukiman sekaligus berfungsi mendukung keberadaan pusat-pusat primer. Sesuai dengan target pengembangan Metropolitan Mebidang-Ro yang akan menciptakan banyak lapangan kerja sehingga menurunkan tingkat pengangguran dari 6,5 menjadi 3,5, hal tersebut berdampak pada kebutuhan perumahan dan permukiman. Untuk menyikapi hal tersebut, pemerintah telah merencanakan zona permukiman pada berbagai kawasan, seperti pada kecamatan beringin yang menjadi site terpilih perancangan, lubuk pakam, pantai labu, batang Universitas Sumatera Utara