Prosedur Penilaian Metode REBA

kedalam skor tunggal yang mewakili tingkat risiko muskuloskeletal. Skor ini kemudian dimasukan kedalam lima tingkat tindakan seperti apakah penting untuk dicegah atau dikurangi untuk mengkaji postur . Perubahan nilai-nilai disediakan untuk setiap bagian tubuh yang dimaksudkan untuk memodifikasi nilai dasar jika terjadi perubahan atau penambahan faktor risiko dari setiap pergerakan yang dilakukan. Metode ini memiliki keuntungan yaitu dapat mengetahui kegiatan mana yang paling berisiko untuk dikerjakan terkait dengan keluhan kesehatan yang muncul. Kelemahan menggunakan metode REBA yaitu belum dapat melihat lebih dalam mengenai gejala yang melatarbelakangi risiko tersebut. Selain itu survei REBA tidak dapat mendeteksi adanya pengaruh dari lingkungan kerja Utomo, 2012.

2.3.2 Prosedur Penilaian Metode REBA

a. Observasi Pekerjaan Mengobservasi pekerjaan untuk mendapatkan formula yang tepat dalam pengkajian faktor ergonomi ditempat kerja, termasuk dampak dari desain tempat kerja dan lingkungan kerja, penggunaan peralatan dan perilaku pekerja yang mengabaikan risiko. Jika memungkinkan data disimpan dalam bentuk foto atau video. Universitas Sumatera Utara b. Memilih Postur yang akan Dikaji Memutuskan postur yang akan dianalisis dengan menggunakan kriteria, antara lain postur yang sering dilakukan, postur dimana pekerja lama pada posisi tersebut, postur yang yang membutuhkan banyak aktivitas otot atau yang banyak menggunakan tenaga, postur yang diketahui menyebabkan ketidaknyamanan, postur tidak stabil atau postur janggal, khususnya postur yang menggunakan kekuatan, postur yang mungkin dapat diperbaiki oleh intervensi, kontrol atau perubahan lainnya. Utomo, 2012. c. Memberikan Penilaian pada Postur Menggunakan kertas penilaian dan penilaian bagian tubuh untuk menghitung skor postur. Penilaian awal dibagi dua grup : 1. Grup A : punggung, leher dan kaki 2. Grup B : Lengan atas, lengan bawah dan pergelangan tangan. Postur grup B dinilai terpisah untuk sisi kiri dan kanan. Sebagai catatan poin tambahan dapat dimasukan atau dikurangi, tergantung dari posisinya. Contoh, dalam grup B, lengan atas dapat disangga dalam posisi tersebut terdapat sandaran lengan, sehingga 1 nilai dikurangi dari poinnya. Skor loadforce score, coupling score, dan activity score disediakan pada tahapan ini. Proses ini dapat diulangi pada setiap sisi tubuh dan untuk postur lainnya. d. Proses Penilaian Gunakan tabel A untuk menghasilkan skor tunggal dari badan, leher, dan kaki. Kemudian dicatat dalam kotaknya dan dimasukan ke dalam loadforce score untuk menghasilkan skor A. Sama seperti sebelumnya penilaian lengan atas, Universitas Sumatera Utara lengan bawah dan pergelangan tangan digunakan untuk menghasilkan nilai tunggal yang menggunakan tabel B. Penilaian ini akan kembali dilakukan apabila risiko terhadap muskuloskeletal berbeda. Penilaian kemudian dimasukan kedalam nilai gabungan untuk menghasilkan nilai B. Nilai A dan B dimasukan kedalam Tabel C dan kemudian nilai tunggal didapatkan. Nilai tunggal ini adalah skor C atau skor keseluruhan. e. Menetapkan Tingkatan Tindakan Nilai REBA yang sudah ada kemudian dicocokan dengan tabel tingkat aktivitas. Tabel ini merupakan kumpulan dari beberapa tingkatan nilai yang mengindikasikan apakah posisi tersebut harus dirubah atau tidak. Hasil Perhitungan REBA Hasil akhir dari penilaian adalah REBA Decision yaitu tingkat risiko berupa skoring dengan kriteria : 1. Skor 1 masih dapat diterima 2. Skor 2 – 3 mempunyai tingkat risiko CTDs rendah 3. Skor 4 – 7 mempunyai tingkat risiko CTDs sedang 4. Skor 8 – 10 mempunyai tingkat risiko CTDs tinggi 5. Skor 11 – 15 mempunyai tingkat risiko CTDs sangat tinggi Universitas Sumatera Utara Tabel 2.1 REBA Action Level Skor REBA Tingkat Risiko Tingkat Tindakan Tindakan pengendalian lebih lanjut 1 2-3 4-7 8-10 11-15 Tidak ada risiko Risiko rendah Risiko sedang Risiko tinggi Risiko sangat tinggi 1 2 3 4 Tidak perlu tindakan lebih lanjut Mungkin perlu tindakan Perlu tindakan Perlu tindakan secepatnya Perlu tindakan sekarang juga Sumber : Hignett dan Mc Atamney 2000 dikutip oleh Utomo 2012

2.3.3 Penilaian Low Back Pain LBP dengan Nordic Body Map

Dokumen yang terkait

HUBUNGAN POSISI DUDUK DENGAN TIMBULNYA NYERI PUNGGUNG BAWAH PADA PENGEMUDI MOBIL.

0 0 7

SKRIPSI HUBUNGAN ANTARA LAMANYA POSISI DUDUK DENGAN HUBUNGAN ANTARA LAMANYA POSISI DUDUK DENGAN KELUHAN NYERI PUNGGUNG BAWAH PADA PENGEMUDI B KOTA DAMRI DI TERMINAL KARTASURA.

0 0 15

PENDAHULUAN HUBUNGAN ANTARA LAMANYA POSISI DUDUK DENGAN KELUHAN NYERI PUNGGUNG BAWAH PADA PENGEMUDI B KOTA DAMRI DI TERMINAL KARTASURA.

0 0 8

HUBUNGAN POSISI DUDUK DENGAN KELUHAN NYERI PUNGGUNG BAWAH NON SPESIFIK PADA PENGEMUDI ANGKUTAN KOTA DI TERMINAL UBUNG.

5 23 61

Hubungan Posisi Duduk dengan Keluhan Nyeri Punggung Bawah (Low Back Pain) pada Pengemudi Angkutan Kota Fa.Mekar Jaya Trayek 117 di Kota Medan Tahun 2016

0 0 16

Hubungan Posisi Duduk dengan Keluhan Nyeri Punggung Bawah (Low Back Pain) pada Pengemudi Angkutan Kota Fa.Mekar Jaya Trayek 117 di Kota Medan Tahun 2016

0 0 2

Hubungan Posisi Duduk dengan Keluhan Nyeri Punggung Bawah (Low Back Pain) pada Pengemudi Angkutan Kota Fa.Mekar Jaya Trayek 117 di Kota Medan Tahun 2016

0 0 6

Hubungan Posisi Duduk dengan Keluhan Nyeri Punggung Bawah (Low Back Pain) pada Pengemudi Angkutan Kota Fa.Mekar Jaya Trayek 117 di Kota Medan Tahun 2016

0 0 23

Hubungan Posisi Duduk dengan Keluhan Nyeri Punggung Bawah (Low Back Pain) pada Pengemudi Angkutan Kota Fa.Mekar Jaya Trayek 117 di Kota Medan Tahun 2016

0 21 3

Hubungan Posisi Duduk dengan Keluhan Nyeri Punggung Bawah (Low Back Pain) pada Pengemudi Angkutan Kota Fa.Mekar Jaya Trayek 117 di Kota Medan Tahun 2016

0 0 34