pengemudi 13,3 yang bekerja dengan posisi duduk ergonomis dan tidak mengalami keluhan low back pain. Untuk kategori posisi duduk tidak
ergonomis dan mengalami keluhan low back pain dialami sebanyak 13 orang pengemudi 86,7.
6.2 Saran
1. Sebelum mengemudi sebaiknya posisi anggota tubuh terutama bagian punggung belakang hingga kaki, lengan serta bagian kepala hingga leher
diposisikan senyaman mungkin sehingga dapat mencegah dan mengurangi risiko terjadinya nyeri punggung bawah low back pain.
2. Pengemudi juga harus memperbanyak konsumsi air minum minimal 2 liter dalam sehari untuk mengurangi keluhan nyeri pada pinggang akibat posisi
duduk selama berjam-jam saat menegemudi. 3. Lakukan stretching sekitar 5-10 menit sebelum bekerja atau pada saat
istirahat disela waktu kerja untuk memudahkan kerja otot, untuk menghindari kontraksi otot secara tiba-tiba dan kontraksi berlebihan.
4. Perlu dilakukan perbaikan pada kursi kemudi adjust maju-mundur serta perbaikan pada sandaran kursi agar posisi tubuh selama mengemudi sesuai
dengan postur tubuh sehingga pengemudi dapat bekerja dengan nyaman. 5. Bagi pengemudi yang mengalami keluhan nyeripegal ringan disarankan
untuk lebih memperhatikan jam kerja dan jam istirahat agar tidak menyebabkan kelelahan otot serta mengurangi risiko terjadinya nyeri pada
Universitas Sumatera Utara
punggung bawah. Lakukan gerakan stretching sederhana saat otot terasa pegal.
6. Bagi pengemudi yang mengalami keluhan nyeripegal berat disarankan untuk melakukan istirahat tidak bekerja agar otot yang kaku dapat
kembali rileks. Istirahat dapat dilakukan selama beberapa hari sampai kondisi memungkinkan untuk bekerja. Jika keluhan nyeri tidak berkurang
atau semakin parah disarankan untuk melakukan pemeriksaan serta perawatan secara medis.
Universitas Sumatera Utara
7
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Posisi Duduk Saat Bekerja
2.1.1 Posisi Saat Bekerja
Menurut Septiawan 2013 dalam melakukan aktivitas terdapat tiga macam sikap dalam bekerja, yaitu:
1 Sikap Kerja Duduk Ukuran tubuh yang penting adalah tinggi duduk, panjang lengan atas,
panjang lengan bawah dan tangan, jarak lekuk lutut dan garis punggung, serta jarak lekuk lutut dan telapak kaki. Posisi duduk pada otot rangka
musculoskeletal dan tulang belakang terutama pada pinggang harus dapat ditahan oleh sandaran kursi agar terhindar dari nyeri dan cepat lelah Santoso,
2004. Pada posisi duduk tekanan tulang belakang akan meningkat dibanding
berdiri atau berbaring. Jika posisi duduk tidak benar maka tekanan pada saat posisi tidak duduk 100 dan tekanan akan meningkat menjadi 140 bila sikap
duduk tegang dan kaku dan tekanan akan meningkat menjadi 190 apabila saat duduk dilakukan membungkuk ke depan Santoso, 2004.
2 Sikap Kerja Berdiri Menurut Astuti 2007 yang dikutip oleh Septiawan 2013 sikap kerja
berdiri merupakan salah satu sikap kerja yang sering dilakukan ketika melakukan sesuatu pekerjaan. Berat tubuh manusia akan ditopang oleh satu ataupun kedua
kaki ketika melakukan posisi berdiri. Aliran beban berat tubuh mengalir pada
Universitas Sumatera Utara
kedua kaki menuju tanah. Hal ini disebabkan oleh faktor gaya gravitasi bumi. Kestabilan tubuh ketika posisi berdiri dipengaruhi posisi kedua kaki. Kaki yang
sejajar lurus dengan jarak sesuai dengan tulang pinggul akan menjaga tubuh dari tergelincir. Selain itu perlu menjaga kelurusan antara anggota bagian atas dengan
anggota bagian bawah. Menurut Pudjianto 2001 yang dikutip oleh Septiawan 2013 sikap kerja
berdiri merupakan sikap kerja yang posisi tulang belakang vertikal dan berat badan tertumpu secara seimbang pada dua kaki. Bekerja dengan posisi berdiri
terus menerus menyebabkan penumpukan darah dan berbagai cairan tubuh pada bagian kaki dan hal ini akan bertambah bila ukuran sepatu yang digunakan tidak
sesuai. Sikap kerja berdiri dapat menimbulkan keluhan subjektif dan juga kelelahan bila sikap kerja ini tidak dilakukan bergantian dengan sikap kerja
duduk. Berdiri dalam watu yang lama menyebabkan nyeri punggung bawah yang dapat mengganggu aktivitas serta dapat meningkatkan biaya pengobatan.
3 Sikap Kerja Membungkuk Salah satu sikap kerja yang tidak nyaman untuk diterapkan dalam
pekerjaan adalah membungkuk. Posisi ini tidak menjaga kestabilan tubuh ketika bekerja. Pekerja mengalami keluhan nyeri pada bagian punggung bagian bawah
low back pain bila dilakukan secara berulang dalam periode yang cukup lama. Faktor risiko nyeri punggung bawah menunjukan bahwa sikap kerja membungkuk
memperbesar risiko nyeri punggung bawah sebesar 2,68 kali dibandingkan dengan pekerja dengan sikap badan tegak Samara, 2005.
Universitas Sumatera Utara
Pada saat membungkuk tulang punggung bergerak ke sisi depan tubuh. Otot bagian perut dan sisi depan invertebratal disk pada bagian lumbal mengalami
penekanan. Pada bagian ligamen sisi belakang dari invertebratal disk justru mengalami peregangan atau pelenturan. Kondisi ini akan menyebabkan rasa nyeri
pada punggung bagian bawah. Bila sikap kerja ini dilakukan dengan beban pengangkatan yang berat dapat menimbulkan slipped disk, yaitu rusaknya bagian
invertebratal disk akibat kelebihan beban pengangkatan Astuti dan Suhardi, 2007.
2.1.2 Pengertian Mengemudi
Mengemudi didefinisikan sebagai kegiatan mengontrol operasi dari sebuah kendaraan seperti mobil, truk atau bus. Pekerjaan transportasi jalan meliputi
pekerja yang bertanggung jawab secara teknis dan administratif terhadap kendaraan Karuniasih, 2009.
Mengemudi untuk waktu yang lama sangat melelahkan dan tidak nyaman. Pengemudi harus selalu waspada dengan kondisi kendaraan, terutama lalu lintas
yang padat dan macet atau pada saat cuaca buruk. Pengemudi harus berhati-hati terhadap kemungkinan kecelakaan atau melakukan manuver lain yang
membahayakan penumpang. Menurut Pheasant 1991 yang dikutip oleh Karuniasih 2009 ada
beberapa alasan mengapa prevalensi MSDs tinggi pada pengemudi antara lain : a. Pengemudi menghabiskan waktu lama berada dalam posisi statik yang hanya
memungkinkan sedikit perubahan posisi.
Universitas Sumatera Utara
b. Posisi mengemudi sangat tidak nyaman bila dibandingkan dengan posisi kerja lainnya.
c. Pajanan vibrasi yang berasal dari kendaraan. d. Mengemudi membutuhkan konsentrasi tinggi dan secara psikologis
menimbulkan stress dan ketegangan pada otot leher.
2.1.3 Tugas Pengemudi dan Prosedur Mengemudi
Tugas administratif pengemudi adalah bertanggung jawab terhadap kendaraan dan muatannya, mengisi dokumen perjalanan, melakukan tindakan
yang diperlukan bila terjadi kerusakan atau kecelakaan dan melaporkannya kepada pemilik kendaraan di akhir perjalanan.
Sama halnya dengan yang diterapkan di Fa.Mekar Jaya Trayek 117 pada saat memulai kerjanya, pengemudi angkutan kota melapor ke petugas administrasi
yang bertugas atau yang lebih dikenal dengan sebutan mandor. Selain itu pengemudi angkutan kota juga bertugas memeriksa kelayakan angkutan yang
dikemudikannya bahkan mereka juga melakukan perbaikan ringan pada bagian mobil yang mengalami kerusakan.
2.1.4 Fisiologi Duduk
Menurut LaDou yang dikutip Karuniasih 2009 pembagian posisi duduk terdiri atas tiga macam, yaitu :
1 Duduk Tegak upright sitting Duduk dengan posisi tegak dianggap sebagai postur duduk yang baik.
Duduk tegak sangat cocok untuk pekerjaan yang menggunakan komputer atau
Universitas Sumatera Utara
mengemudi. Studi tentang tekanan pada intradiskus menunjukkan bahwa tekanan di diskus lumbal 40-50 lebih besar pada posisi ini dibandingkan dengan
berdiri. Ini disebabkan pada kursi yang tegak, pelvis berotasi ke belakang ±38 saat duduk dan kurva ke depan dipunggung bawah cenderung lurus. Sandaran
punggung yang tepat akan mengurangi tekanan di diskus lumbal sampai 30. 2 Duduk Condong ke Depan Forward sitting
Tekanan pada diskus lumbal meningkat 90 lebih besar dibandingkan saat berdiri pada saat melakukan aktivitas seperti duduk, menulis atau melakukan
pekerjaan yang menyebabkan tulang belakang condong ke depan. 3 Duduk ke Belakang Reclining
Posisi reclining cocok untuk pekerja yang perlu fokus pada detail kecil atau harus melakukan gerakan motorik halus. Pada posisi ini tumpuan berat badan
berada di belakang tempat duduk dan dengan penggunaan lumbal support akan mengurangi tekanan di diskus lumbal sampai 25 dari posisi berdiri. Masalah
pada posisi duduk ini timbul bila target visual lebih rendah atau terlalu jauh.
2.1.5 Postur Mengemudi
Melakukan aktivitas mengemudi dalam jangka waktu yang lama disertai postur duduk yang tidak ergonomis dapat menimbulkan keluhan kesehatan jika
dilakukan secara terus menerus. Keluhan umum yang sering timbul yakni rasa nyeri pada bagian punggung terutama pada punggung bagian bawah atau yang
dikenal dengan istilah low back pain. Untuk menghindari timbulnya keluhan low
Universitas Sumatera Utara
back pain pengemudi harus menyesuaikan postur mengemudi yang ergonomis Vehicle Ergonomics Best Practice Guide UK, 2007 antara lain :
a. Apabila kursi mengemudi dapat disesuaikan naik-turun, atur kesesuaiannya sehingga dapat membuat penglihatan kita terhadap jalan menjadi maksimum.
Gambar 2.1 Posisi tempat duduk mengemudi-adjust naik-turun
b. Sesuaikan juga posisi maju-mundur tempat duduk kemudi sehingga jaraknya dapat memudahkan kaki dalam menginjak pedal rem, gas dan kopling.
Gambar 2.2 Posisi tempat duduk mengemudi-adjust maju-mundur
Universitas Sumatera Utara
c. Pada mobil tertentu yang dapat diatur kemiringan bantal di tempat duduk kemudi di bagian ujung paha, hendaknya diatur kemiringannya sehingga
bagian paha tersupport dengan baik.
Gambar 2.3 Posisi tempat duduk mengemudi-adjust bantalan ujung paha
d. Atur kemiringan backrest sehingga dapat menyediakan topangan terbaik pada punggung. Pada umumnya kemiringan backrest adalah antara 110
- 114 .
Gambar 2.4 Posisi backrest
e. Untuk roda kemudi yang dapat diatur panjang dan kemiringannya, atur roda kemudi sesuai dengan jangkauan tangan, pastikan ada ruang untuk paha dan
Universitas Sumatera Utara
lutut bergerak pada saat menginjak pedal rem, gas atau kopling, dan pastikan semua display panel terlihat jelas dan tidak terhalangi roda kemudi.
Gambar 2.5 Posisi roda kemudi
f. Atur penyangga kepala, pastikan pada posisi tersebut risiko injury di kepala dapat dikurangi apabila terjadi kecelakaan.
Gambar 2.6 Posisi penyangga kepala
Universitas Sumatera Utara
g. Atur kemiringan kaca spion sehingga dapat digunakan untuk melihat kondisi sekitar tanpa menyebabkan ketegangan pada leher dan tubuh bagian atas.
h. Posisi kaki yang baik pada saat mengemudi tepatnya posisi kaki diantara pedal adalah paralel satu sama lain. Posisi kaki pada saat mengemudi mempengaruhi
otot adductor pada paha. Pada saat posisi kaki memutar maka adductor paha tidak melakukan mobilitas. Pada keadaan ini ruang abdominal menjadi kendur
dan pada saat yang bersamaan terjadi peningkatan beban pada otot punggung sampai ke leher.
i. Posisi tangan yang baik pada saat memegang kemudi adalah berada pada arah jarum jam 2 dan 10, karena pada posisi inilah tangan kita dalam posisi natural
dan tidak memberikan tekanan pada bagian tubuh atas. Cara menggenggam roda kemudi pun harus benar, dengan tidak memberikan tekanan berlebihan
pada lengan. Jari-jari pada lengan diusahakan serileks mungkin begitu juga pada bahu dan siku.
2.2 Keluhan Nyeri Punggung Bawah
2.2.1 Pengertian Nyeri Punggung Bawah
Nyeri punggung merupakan sekumpulan gejala yang menandakan bahwa terdapat sesuatu yang salah. Nyeri dapat digambarkan sebagai sensasi tidak
menyenangkan yang terjadi bila mengalami cedera atau kerusakan pada tubuh. Nyeri dapat terasa panas, gemetar, kesemutan seperti terbakar, tertusuk atau
ditikam.
Universitas Sumatera Utara
Menurut Suma’mur P.K 2009 nyeri punggung bawah adalah rasa nyeri yang dirasakan pada punggung bawah yang sumbernya adalah tulang belakang
daerah spinal punggung bawah, otot, saraf atau struktur lainnya disekitar daerah tersebut. Nyeri punggung bawah dapat disebabkan oleh penyakit atau kelainan
yang berasal dari luar punggung bawah misalnya penyakit atau kelainan pada pinggang, hernia inguinalis, penyakit atau kelainan pada testis atau ovarium.
2.2.2 Patofisiologi Nyeri Punggung Bawah
Nyeri punggung bawah mengandung reseptor nosiseptif nyeri yang merangsang oleh berbagai stimulus lokal mekanisme, termal, kimiawi. Stimulus
ini akan direspon dengan pengeluaran berbagai mediator inflamasi yang akan menimbulkan persepsi nyeri. Mekanisme nyeri merupakan proteksi yang
bertujuan untuk mencegah pergerakan sehingga proses penyembuhan dimungkinkan. Salah satu bentuk proteksi adalah spasma otot, yang selanjutnya
akan menimbulkan iskemia. Nyeri yang timbul dapat berupa nyeri inflamasi pada jaringan dengan
terlibatnya berbagai mediator inflamasi atau nyeri neuropatik yang diakibatkan lesi primer pada sistem saraf.
Iritasi neuropatik pada serabut saraf dapat menyebabkan dua kemungkinan. Pertama, penekanan hanya terjadi pada selaput pembungkus saraf
yang kaya nosiseptor dari nervi nevorum yang menimbulkan nyeri inflamasi. Nyeri dirasakan sepanjang serabut saraf dan bertambah dengan peregangan
serabut saraf misalnya karena pergerakan. Kemungkinan kedua, penekanan mengenai serabut saraf. Pada kondisi ini terjadi perubahan biomolekuler dimana
Universitas Sumatera Utara
terjadi akumulasi saluram ion Na dan ion lainnya. Penumpukan ini menyebabkan timbulnya mechano hot spot yang sangat peka terhadap rangsang mekanikal dan
termal Rahajeng Tanjung, 2009.
2.2.3 Mekanisme Nyeri Punggung Bawah
Tulang punggung spinal column terdiri dari tulang belakang vertebrae, yang terpisah dan berbantalkan piringan per-penyerapan yang dibuat dari tulang
rawan. Tulang belakang juga dilindungi oleh lapisan tipis tulang rawan dan ditopang oleh persendian dan otot-otot yang berfungsi untuk membantu
menyeimbangkan tulang punggung. Otot-otot ini termasuk kedua otot iliopsoas yang menyusuri kedua sisi tulang punggung, kedua otot penegak tulang
punggung yang menyusuri sepanjang kedua sisi tulang punggung yang ada dibelakangnya dan otot paraspinal pendek yang banyak yang menyusur diantara
tulang belakang. Otot perut yang menyusur dari bagian bawah rongga dada menuju panggul juga membantu menyeimbangkan tulang punggung.
Sepanjang tali tulang belakang, syaraf tulang belakang timbul melalui ruang diantara tulang belakang untuk terhubung dengan syaraf sepanjang tubuh.
Pada syaraf tulang belakang didekat tali tulang belakang disebut akar syaraf tulang belakang. Karena letaknya berdekatan, akar syaraf tulang belakang bisa
tertekan ketika tulang belakang terluka dan bisa mengakibatkan nyeri Latif, 2007.
Universitas Sumatera Utara
2.2.4 Tanda dan Gejala Nyeri Punggung Bawah
Berdasarkan pemeriksaannya tanda dan gejala nyeri punggung bawah dapat dikategorikan ke dalam tiga kelompok yaitu:
1 Nyeri Punggung Bawah Sederhana Adanya nyeri pada daerah sepanjang tulang belakang tanpa penjalaran
atau keterlibatan saraf di bawahnya. Nyeri saat bergerak, derajat nyeri bervariasi setiap waktu dan tergantung dari aktivitas fisik.
2 Nyeri Punggung Bawah dengan Gangguan Persyarafan Gejalanya nyeri yang menjalar ke lutut, tungkai, kaki ataupun adanya rasa
baal di daerah nyeri.
3 Nyeri Punggung Bawah Menurut Kegawatannya Ada riwayat trauma fisik berat seperti jatuh dari ketinggian ataupun
kecelakaan kendaraan bermotor, adanya nyeri tanpa pergerakan yang konstan dan progresif, ditemukan nyeri daerah perut dan atau dada. Merasakan nyeri
hebatpada malam hari yang tidak membaik dengan posisi telentang, penurunan berat badan yang tidak diketahui sebabnya, menggigil dan atau demam,
pergerakan punggung sangat terbatas dan persisten dan adanya gejala kencing tertahan Latif, 2007.
2.2.5 Klasifikasi Nyeri Punggung Bawah
Menurut Malcom Jayson 2002 nyeri dapat dibedakan menurut waktu terjadinya, antara lain :
Universitas Sumatera Utara
1 Nyeri Akut yang tajam, dalam dan langsung maupun tiba-tiba. Seseorang tidak dapat beristirahat dengan tenang dan setiap gerak bagian punggung yang
terkena bertambah nyeri yang terjadi selama kurang dari 8 minggu. 2 Nyeri kronis yang terus menerus dan tidak berkurang. Nyeri biasanya
dirasakan dalam beberapa hari tetapi kadangkala dapat pula berlangsung selama satu minggu atau lebih.
Berdasarkan perjalanan kliniknya low back pain terbagi menjadi dua jenis Bimariotejo, 2009, yaitu :
1 Acute Low Back Pain Acute low back pain ditandai dengan rasa nyeri yang menyerang secara
tiba-tiba dan rentang waktunya hanya sebentar, antara beberapa hari sampai beberapa minggu. Rasa nyeri ini dapat hilang atau sembuh. Acute low back pain
dapat disebabkan karena luka traumatik seperti kecelakaan mobil atau terjatuh, sehingga menyebabkan rusaknya jaringan, melukai otot, ligamen dan tendon.
2 Chronic Low Back Pain Rasa nyeri pada chronic low back pain bisa menyerang lebih dari tiga
bulan. Rasa nyeri ini dapat berulang-ulang atau kambuh kembali. Fase ini biasanya lebih berbahaya dan sembuh pada waktu yang lama. Chronic low back
pain dapat terjadi karena osteoarthritis, rheumatoidarthritis, proses degenerasi diskus intervertebralis dan tumor.
Menurut Rahajeng Tanjung 2009 nyeri punggung bawah yang disebabkan kelainan kongenital, dibedakan atas :
Universitas Sumatera Utara
1 Nyeri Punggung Bawah Visirogenik Nyeri punggung bawah yang disebabakan oleh adanya proses patologik di
ginjal atau visera di daerah pelvis serta tumor retroperitoneal. Nyeri viserogenik tidak bertambah berat dengan aktivitas tubuh dan sebaliknya tidak berkurang
dengan istirahat. 2 Nyeri Punggung Bawah Vaskulogenik
Pada nyeri ini aneurisma atau penyakit vascular perifer dapat menimbulkan nyeri punggung atau menyerupai iskialgia. Aneurisma abdominal
dapat menimbulkan nyeri punggung bawah dibagian dalam dan tidak ada hubungannya dengan aktivitas fisik.
3 Nyeri Punggung Bawah Spondilogenik Nyeri ini disebabkan oleh berbagai proses patologik di column vertebralis
yang terdiri dari unsur tulang osteogenik, diskus inveterbralis diskogenik dan miofasial miogenik dan proses patologik di artikulasio sakroiliaka.
4 Nyeri Punggung Bawah Psikogenik Nyeri jenis ini jarang ditemui, tetapi biasanya ditemukan setelah dilakukan
pemeriksaan yang lengkap, Nyeri punggung bawah jenis ini pada umumnya disebabkan oleh ketegangan jiwa atau kecemasan dan depresi atau campuran antar
kecemasan dan depresi. 5 Nyeri Punggung Bawah Neurogenik
Universitas Sumatera Utara
Nyeri punggung bawah neurogenik misalnya pada iritasi arachnoid dengan sebab apapun dan tumor-tumor pada spinal durmater dapat menyebabkan
nyeri.
2.2.6 Faktor Risiko Nyeri Punggung Bawah
Ada beberapa faktor risiko yang memicu timbulnya keluhan nyeri punggung bawah, antara lain :
1 Faktor Personal a. Usia
Pada umumnya keluhan otot sekeletal mulai dirasakan pada usia kerja 25- 65 tahun. Keluhan pertama biasanya dirasakan pada usia 35 tahun dan tingkat
keluhan akan terus meningkat sejalan dengan bertambahnya umur. Hal ini terjadi karena pada umur setengah baya, kekuatan dan ketahanan otot mulai menurun,
sehingga risiko terjadi keluhan otot meningkat Tarwaka, 2004. b. Masa Kerja
Semakain lama masa kerja seseorang, semakin lama terkena paparan ditempat kerja sehingga semakin tinggi resiko terjadinya penyakit akibat kerja.
Penelitian yang dilakukan oleh Lutam 2005 menyatakan bahwa resiko nyeri punggung sangat berhubungan dengan lama kerja. Semakin lama bekerja,
semakin tinggi tingkat risiko untuk menderita nyeri punggung. Pekerja yang memiliki masa kerja 5 tahun memiliki tingkat resiko 7,26 kali lebih besar
menderita nyeri punggung dibanding dengan yang memilki masa kerja 5 tahun.
Universitas Sumatera Utara
c. Jenis Kelamin Laki-laki dan wanita bekerja dalam kemampuan fisiknya. Kekuatan fisik
tubuh wanita rata-rata 23 dari pria. Poltrast menyebutkan wanita mempunyai kekuatan 65 dalam mengangkat dibanding rata-rata pria. Hal tersebut
disebabkan karena wanita mengalami siklus biologi seperti haid, kehamilan, nifas, menyusui dan lain-lain. Sebagai gambaran kekuatan wanita yang lebih jelas,
wanita muda dan laki-laki tua kemungkinan dapat mempunyai kekuatan yang hampir sama Budiono, 2003.
Walaupun masih ada perbedaan pendapat dari beberapa ahli tentang pengaruh jenis kelamin terhadap risiko keluhan otot skeletal, namun beberapa
hasil penelitian secara signifikan menunjukan bahwa jenis kelamin sangat mempengaruhi tingkat resiko keluhan otot. Hal ini terjadi karena secara fisiologis
kemampuan otot wanita memang lebih rendah dari pada pria Tarwaka, 2004. 2 Faktor Pekerjaan
a. Beban Kerja Beban kerja adalah beban pekerjaan yang ditanggung oleh pelakunya baik
fisik, mental maupun sosial Suma’mur PK, 1996. Beban kerja adalah setiap pekerjaan yang memerlukan otot atau pemikiran yang merupakan beban bagi
pelakunya, beban tersebut meliputi beban fisik, mental ataupun beban sosial sesuai dengan jenis pekerjaanya.
Universitas Sumatera Utara
b. Lama Kerja Lamanya seseorang bekerja sehari secara baik pada umumnya 6-8 jam.
Sisanya 16-18 jam dipergunakan untuk kehidupan dalam keluarga atau masyarakat, istirahat, tidur, dan lain-lain. Memperpanjang waktu kerja lebih dari
kemampuan tersebut biasanya tidak disertai efisiensi yang tinggi, bahkan biasanya terlihat penurunan produktivitas serta kecenderungan untuk timbulnya kelelahan,
penyakit dan kecelakaan. Dalam seminggu biasanya seseorang dapat bekerja dengan baik selama 40-50 jam. Lebih dari itu terlihat kecenderungan untuk
timbulnya hal-hal negatif. Makin panjang waktu kerja, makin besar kemungkinan terjadinya hal-hal yang tidak diinginkan. Jumlah 40 jam kerja seminggu ini dapat
dibuat 5 atau 6 hari kerja tergantung kepada berbagai faktor Suma’mur P.K, 1996.
Maksimum waktu kerja tambahan yang masih efisien adalah 30 menit. Sedangkan diantara waktu kerja harus disediakan waktu istirahat yang jumlahnya
antara 15-30 dari seluruh waktu kerja. Apabila jam kerja melebihi dari ketentuan tersebut akan ditemukan hal-hal seperti penurunan kecepatan kerja,
gangguan kesehatan, angka absensi karena sakit meningkat, yang dapat mengakibatkan rendahnya tingkat produktivitas kerja Tarwaka dkk, 2004.
3 Faktor Lingkungan a. Tekanan
Terjadinya tekanan langsung pada jaringan otot yang lunak. Sebagai contoh pada saat tangan harus memegang alat maka jaringan otot tangan yang
lunak akan menerima tekanan langsung dari pegangan alat dan apabila hal ini
Universitas Sumatera Utara
sering terjadi dapat menyebabkan rasa nyeri otot yang menetap Tarwaka dkk, 2004.
b. Getaran Getaran dengan frekuensi tinggi akan menyebabkan kontraksi otot
bertambah. Kontraksi statis ini menyebabkan peredaran darah tidak lancar, penimbunan asam laktat meningkat dan akhirnya timbul rasa nyeri otot Tarwaka
dkk, 2004.
2.3 Metode Penilaian Risiko Ergonomi
2.3.1 Posisi Duduk dengan Metode REBA Rapid Entire Body Assessment
Menurut Highnett and McAtamney 2000 yang dikutip oleh Utomo 2012 Rapid Entire Body Assessment REBA dikembangkan untuk mengkaji
postur bekerja yang dapat ditemukan pada industri pelayanan kesehatan dan industri pelayanan lainnya. REBA digunakan untuk menghitung tingkat risiko
yang dapat terjadi sehubungan dengan pekerjaan yang dapat menyebabkan CTDs dengan menampilkan serangkaian tabel-tabel untuk melakukan penilaian
berdasarkan postur-postur yang terjadi dari beberapa bagian tubuh dan melihat beban atau tenaga aktivitasnya
.
Data yang dikumpulkan terdiri dari data postur badan, kekuatan yang digunakan, tipe dari pergerakan, gerakan berulang dan
gerakan berangkai. Skor akhir REBA diberikan untuk memberi sebuah indikasi pada tingkat risiko mana dan pada bagian mana yang harus dilakukan tindakan
penanggulangan. Apabila postur bergerak dari posisi netral maka nilai risiko akan
meningkat. Tabel tersedia untuk 144 kombinasi perubahan postur yang dimasukan
Universitas Sumatera Utara
kedalam skor tunggal yang mewakili tingkat risiko muskuloskeletal. Skor ini kemudian dimasukan kedalam lima tingkat tindakan seperti apakah penting untuk
dicegah atau dikurangi untuk mengkaji postur
.
Perubahan nilai-nilai disediakan untuk setiap bagian tubuh yang dimaksudkan untuk memodifikasi nilai dasar jika
terjadi perubahan atau penambahan faktor risiko dari setiap pergerakan yang dilakukan.
Metode ini memiliki keuntungan yaitu dapat mengetahui kegiatan mana yang paling berisiko untuk dikerjakan terkait dengan keluhan kesehatan yang
muncul. Kelemahan menggunakan metode REBA yaitu belum dapat melihat lebih dalam mengenai gejala yang melatarbelakangi risiko tersebut. Selain itu survei
REBA tidak dapat mendeteksi adanya pengaruh dari lingkungan kerja Utomo, 2012.
2.3.2 Prosedur Penilaian Metode REBA
a. Observasi Pekerjaan Mengobservasi pekerjaan untuk mendapatkan formula yang tepat dalam
pengkajian faktor ergonomi ditempat kerja, termasuk dampak dari desain tempat kerja dan lingkungan kerja, penggunaan peralatan dan perilaku pekerja yang
mengabaikan risiko. Jika memungkinkan data disimpan dalam bentuk foto atau video.
Universitas Sumatera Utara
b. Memilih Postur yang akan Dikaji Memutuskan postur yang akan dianalisis dengan menggunakan kriteria,
antara lain postur yang sering dilakukan, postur dimana pekerja lama pada posisi tersebut, postur yang yang membutuhkan banyak aktivitas otot atau yang banyak
menggunakan tenaga, postur yang diketahui menyebabkan ketidaknyamanan, postur tidak stabil atau postur janggal, khususnya postur yang menggunakan
kekuatan, postur yang mungkin dapat diperbaiki oleh intervensi, kontrol atau perubahan lainnya. Utomo, 2012.
c. Memberikan Penilaian pada Postur Menggunakan kertas penilaian dan penilaian bagian tubuh untuk
menghitung skor postur. Penilaian awal dibagi dua grup : 1. Grup A : punggung, leher dan kaki
2. Grup B : Lengan atas, lengan bawah dan pergelangan tangan. Postur grup B dinilai terpisah untuk sisi kiri dan kanan. Sebagai catatan poin tambahan dapat
dimasukan atau dikurangi, tergantung dari posisinya. Contoh, dalam grup B, lengan atas dapat disangga dalam posisi tersebut terdapat sandaran lengan,
sehingga 1 nilai dikurangi dari poinnya. Skor loadforce score, coupling score, dan activity score disediakan pada tahapan ini. Proses ini dapat diulangi pada
setiap sisi tubuh dan untuk postur lainnya. d. Proses Penilaian
Gunakan tabel A untuk menghasilkan skor tunggal dari badan, leher, dan kaki. Kemudian dicatat dalam kotaknya dan dimasukan ke dalam loadforce score
untuk menghasilkan skor A. Sama seperti sebelumnya penilaian lengan atas,
Universitas Sumatera Utara
lengan bawah dan pergelangan tangan digunakan untuk menghasilkan nilai tunggal yang menggunakan tabel B. Penilaian ini akan kembali dilakukan apabila
risiko terhadap muskuloskeletal berbeda. Penilaian kemudian dimasukan kedalam nilai gabungan untuk menghasilkan nilai B. Nilai A dan B dimasukan kedalam
Tabel C dan kemudian nilai tunggal didapatkan. Nilai tunggal ini adalah skor C atau skor keseluruhan.
e. Menetapkan Tingkatan Tindakan Nilai REBA yang sudah ada kemudian dicocokan dengan tabel tingkat
aktivitas. Tabel ini merupakan kumpulan dari beberapa tingkatan nilai yang mengindikasikan apakah posisi tersebut harus dirubah atau tidak.
Hasil Perhitungan REBA Hasil akhir dari penilaian adalah REBA Decision yaitu tingkat risiko berupa skoring dengan kriteria :
1. Skor 1 masih dapat diterima 2. Skor 2 – 3 mempunyai tingkat risiko CTDs rendah
3. Skor 4 – 7 mempunyai tingkat risiko CTDs sedang 4. Skor 8 – 10 mempunyai tingkat risiko CTDs tinggi
5. Skor 11 – 15 mempunyai tingkat risiko CTDs sangat tinggi
Universitas Sumatera Utara
Tabel 2.1 REBA Action Level Skor REBA
Tingkat Risiko Tingkat
Tindakan Tindakan
pengendalian lebih lanjut
1 2-3
4-7 8-10
11-15 Tidak ada
risiko Risiko rendah
Risiko sedang Risiko tinggi
Risiko sangat tinggi
1 2
3
4 Tidak perlu tindakan
lebih lanjut Mungkin perlu tindakan
Perlu tindakan Perlu tindakan
secepatnya Perlu tindakan sekarang
juga
Sumber : Hignett dan Mc Atamney 2000 dikutip oleh Utomo 2012
2.3.3 Penilaian Low Back Pain LBP dengan Nordic Body Map
Nordic Body Map merupakan salah satu dari metode pengukuran subjektif untuk mengukur rasa sakit otot pada pekerja. Untuk mengetahui letak
rasa sakit atau ketidaknyamanan pada tubuh pekerja dapat digunakan kuesioner Nordic Body Map sebagai salah satu bentuk kuesioner checklist ergonomi yang
sudah terstandarisasi. Kuesioner ini menggunakan gambar tubuh manusia yang sudah dibagi
menjadi 9 bagian utama, yaitu leher, bahu, punggung bagian atas, siku, punggung bagian bawah, pergelangan tangantangan, pinggangpantat, lutut dan tumitkaki.
Adapun gambarnya sebagai berikut :
Universitas Sumatera Utara
Gambar 2.7 Nordic Body Map
2.4 Kerangka Konsep
Gambar 2.8 Kerangka Konsep Penelitian
0 Leher Bagian Atas 1 Leher Bagian Bawah
2 Bahu Kiri 3 Bahu Kanan
4 Lengan Atas Kiri 5 Punggung
6 Lengan Atas Kanan 7 Pinggang Belakang
8 Pinggul Belakang 9 Pantat
10 Siku kiri 11 Siku kanan
12 Lengan bawah kiri 13 Lengan bawah kanan
14 Pergelangan tangan kiri 15 Pergelangan tangan kanan
16 Telapak tangan kiri 17 Telapak tangan kanan
18 Paha kiri 19 Paha kanan
20 Lutut kiri 21 Lutut kanan
22 Betis kiri 23 Betis kanan
24 Pergelangan kaki kiri 25 Pergelangan kaki kanan
26 Telapak kaki kiri 27 Telapak kaki kanan
Variabel Bebas
Posisi Duduk saat Mengemudi
Variabel Terikat
Keluhan Nyeri Punggung Bawah Low Back Pain
pada Pengemudi
Universitas Sumatera Utara
1
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang