Kesimpulan Saran Penghindaran Pajak

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan peneliti, maka dapat disimpulkan bahwa: 1. Secara parsial, hasil penelitian ini menunjukkan bahwa karakter eksekutif memiliki pengaruh signifikan terhadap penghindaran pajak. Hal ini menunjukkan bahwa, semakin besar jumlah karakter eksekutif dalam suatu perusahaan maka perusahaan tersebut makin tinggi tingkat melakukan penghindaran pajak 2. Secara parsial, hasil penelitian ini menunjukkan bahwa karakteristik perusahaan, kepemilkan keluarga dan dimensi tata kelola perusahaan tidak memiliki pengaruh terhadap penghindaran pajak. Hal ini menunjukkan bahwa besar kecilnya tingkat karakteristik perusahaan, kepemilikan keluarga dan dimensi tata kelola perusahaan dalam suatu perusahaan tidak akan mempengaruhi penghindaran pajak.

5.2 Saran

Berdasarakan hasil analisis data yang telah dilakukan serta hasil pengujian data yang telah diperoleh, peneliti mencoba memberikan saran kepada peneliti selanjutnya adalah sebagai berikut: Universitas Sumatera Utara 1. Dapat menggunakan sampel selain perusahaan manufaktur, agar dapat melihat pengaruh variabel terkait di industri lain terhadap praktek tax avoidance penghindaran pajak. 2. Diharapkan dapat menggunakan variabel lain yang berpengaruh terhadap tax avoidance, misal nilai perusahaan. 3. Diharapkan dapat menambah rentang waktu penelitian dengan mengambil periode pengamatan yang lebih panjang agar lebih menangkap fenomena tax avoidance yang dilakukan perusahaan. Universitas Sumatera Utara BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Penghindaran Pajak

Penelitian mengenai penghindaran pajak pertama-tama berupaya untuk mendefinisikan penghindaran pajak itu sendiri. Apakah penghindaran pajak adalah hal yang dilarang peraturan? Hal ini dapat ditelusuri dari penelitian Slemrod dan Yitzhaki 2002, yang mengungkapkan bahwa karakteristik yang membedakan dari penggelapan pajak tax evasion adalah ilegalitasnya, namun ada wilayah abu-abu dimana sulit memisahkannya. Kay dalam Slemrod dan Yitzhaki 2002 memberikan definisi yang membedakan penggelapan pajak tax evasion dan penghindaran pajak tax avoidance : “Evasion is concerned with concealing or misrepresenting the nature of a transaction; when avoidance takes place the facts of the transaction are admitted but they have been arranged in such a way that the resulting tax treatment differs from that intended by the relevant legislation”. Dapat disimpulkan bahwa kegiatan penggelapan evasion adalah nyata melawan peraturan yang berlaku, sedangkan penghindaran avoidance tidak melanggar peraturan, namun melanggar maksud sebenarnya dari peraturan tersebut. Lalu bagaimana membedakan antara penghindaran pajak dan penggelapan pajak? Hanlon dan Heitzman 2010 menegaskan bahwa tidak ada definisi penghindaran pajak yang diterima secara universal, setiap orang atau peneliti memiliki pemahaman yang berbeda. Penghindaran pajak tax avoidance Universitas Sumatera Utara didefinisikan secara luas sebagai pengurangan pajak eksplisit dan merefleksikan semua transaksi yang memiliki pengaruh pada utang pajak eksplisit perusahaan. Penghindaran avoidance yang legal tidak dipisahkan dengan penggelapan evasion yang ilegal dengan alasan sebagian besar perilaku disekitar transaksi secara teknis adalah legal dan legalitas transaksi penghindaran pajak tax avoidance sering ditetapkan tidak sesuai fakta. Penghindaran avoidance mencakup posisi pajak yang pasti dan yang tidak pasti apakah merupakan ilegal atau tidak. Selain itu ada ketidakjelasan dalam menentukan apakah suatu transaksi diperbolehkan atau tidak. Penghindaran pajak dijelaskan sebagai suatu rangkaian kesatuan dari strategi perencanaan pajak dengan contoh seperti investasi pada obligasi pemerintah di satu ujung pajak rendah, legal sempurna, istilah lainnya seperti “ketidakpatuhan noncompliance,” “penggelapan evasion,” “agresivitas aggresiveness,” dan “penyembunyian sheltering” berada di ujung lain dari rangkaian tersebut. Aktivitas strategi pajak bisa ada dimana saja di sepanjang rangkaian tersebut tergantung seberapa agresif aktivitas dalam mengurangi pajak Hanlon dan Heitzman, 2010. Selanjutnya penelitian ini akan menggunakan istilah penghindaran pajak untuk mendefinisikan secara luas segala upaya meminimalkan utang pajak yang dilakukan perusahaan. Harry Graham Balter dan Ernest R. Mortenson Zain: 2008: 49 menjelaskan pengertian dari penghindaran pajak sebagai kegiatan yang berkenaan dengan pengaturan suatu peristiwa yang dilakukan oleh wajib pajak berhasil maupun tidak untuk mengurangisama sekali menghapus utang pajak yang Universitas Sumatera Utara dimiliki perusahaan dengan memerhatikan ada tidaknya akibat–akibat pajak yang ditimbulkannya. Sedangkan menurut Suandy 2008:7 menyebutkan bahwa penghindaran pajak merupakan rekayasa “tax affairs” yang masih tetap berada dalam bingkai ketentuan perpajakan lawful. Penghindaran pajak Tax avoidance yang dilakukan oleh manajemen suatu perusahaan dilakukan untuk meminimalisasi kewajiban pajak perusahaan Khurana dan Moser, 2009. Komite urusan fiskal dari Organization for Economic Co – operation and Development OECD dalam Suandy,2008:8 menyebutkan bahwa karakteristik dari penghindaran pajak hanya mencakup tiga hal, yaitu: a. Adanya unsur artifisial dimana berbagai pengaturan seolah–olah terdapat di dalamnya padahal tidak, dan ini dilakukan karena ketiadaan faktor pajak. b. Skema semacam ini sering memanfaatkan loopholes dari undang– undang atau menerapkan ketentuan–ketentuan legal untuk berbagai tujuan, padahal bukan itu yang sebetulnya dimaksudkan oleh pembuat undang–undang. c. Kerahasiaan juga sebagai bentuk dari skema ini dimana umumnya parakonsultan menunjukkan alat atau cara untuk melakukan penghindaran pajak dengan syarat Wajib Pajak menjaga serahasia mungkin. Tindakan tax avoidance dilakukan melalui mekanisme manajemen pajak. Manajemen pajak adalah sarana untuk memenuhi kewajiban perpajakan dengan benar tetapi jumlah pajak yang dibayar dapat ditekan serendah mungkin untuk Universitas Sumatera Utara memperoleh laba dan likuiditas yang diharapkan Sophar Lumbantoruan, 1996 dalam Suandy,2008. Selain tax avoidance, bentuk lain dari manajemen pajak adalah tax evasion, dimana yang dimaksud dengan tax evasion penggelapan pajak merupakan suatu usaha penghindaran pajak dengan melanggar ketentuan peraturan perpajakan Annisa dan Kurniasih, 2012. Sehingga dapat dibedakan dengan jelas antara tax avoidance dan tax evasion, yaitu penghindaran pajak tax avoidance sebagai usaha untuk mengurangi hutang pajak yang bersifat legal lawful, sedangkan penggelapan pajak tax evasion adalah usaha untuk mengurangi hutang pajak yang bersifat tidak legal unlawful Xynas, 2011 dalam Budiman dan Setiyono, 2012. Menurut Mardiasmo 2003, penghindaran pajak Tax avoidance adalah suatu usaha meringankan beban pajak dengan tidak melanggar undang-undang yang ada. Senada dengan Mardiasmo 2003, Menurut Heru 1997 penghindaran pajak adalah usaha pengurangan pajak, namun tetap mematuhi ketentuan peraturan perpajakan seperti memanfaatkan pengecualian dan potongan yang diperkenankan maupun menunda pajak yang belum diatur dalam peraturan perpajakan yang berlaku. Penelitian yang dilakukan oleh Uppal 2005 tentang kasus penghindaran pajak di Indonesia, dikemukakan bahwa di Negara-negara berkembang banyak terjadi kasus penghindaran pajak. Hal ini dilakukan dengan cara tidak melaporkan atau melaporkan namun tidak sesuai dengan keadaan sebenarnya atas pendapatan yang bisa dikenai pajak. Penghindaran pajak ini telah membuat basis pajak atas pajak pendapatan menjadi sempit dan mengakibatkan begitu besarnya kehilangan Universitas Sumatera Utara potensi pendapatan pajak yang dapat digunakan untuk mengurangi beban defisit anggaran negara. Dengan demikian dalam kontek perusahaan, penghindaran pajak ini sengaja dilakukan oleh perusahaan dalam rangka memperkecil besarnya tingkat pembayaran pajak yang harus dilakukan dan meningkatkan cash flow perusahaan. Seperti disebutkan oleh Guire, 2011, bahwa manfaat dari adanya tax avoidance adalah untuk memperbesar tax saving yang berpotensi mengurangi pembayaran pajak sehingga akan menaikkan cash flow.

2.2 Karakter Eksekutif

Dokumen yang terkait

Pengaruh Return on Asset, Karakter Eksekutif, dan Dimensi Tata Kelola Perusahaan yang Baik Terhadap Tax Avoidance

1 3 13

PENGARUH RETURN ON ASSET, KARAKTER EKSEKUTIF, DAN DIMENSI TATA KELOLA PERUSAHAAN YANG BAIK Pengaruh Return On Asset, Karakter Eksekutif, Dan Dimensi Tata Kelola Perusahaan Yang Baik Terhadap Tax Avoidance (Studi Empiris Perusahaan Manufaktur yang Terdafta

0 7 17

PENGARUH RETURN ON ASSET, KARAKTER EKSEKUTIF, DAN DIMENSI TATA KELOLA PERUSAHAAN YANG BAIK Pengaruh Return On Asset, Karakter Eksekutif, Dan Dimensi Tata Kelola Perusahaan Yang Baik Terhadap Tax Avoidance (Studi Empiris Perusahaan Manufaktur yang Terdafta

1 4 16

Pengaruh Karakteristik Eksekutif dan Kepemilikan Keluarga Pada Tax Avoidance Perusahaan.

1 3 40

Pengaruh Karakteristik Eksekutif dan Kepemilikan Keluarga Pada Tax Avoidance Perusahaan.

0 0 40

Pengaruh Karakter Eksekutif, Karakteristik Perusahaan, Kepemilikan Keluarga dan Dimensi Tata Kelola Perusahaan Terhadap Tax avoidance di Bursa Efek Indonesia

0 1 13

Pengaruh Karakter Eksekutif, Karakteristik Perusahaan, Kepemilikan Keluarga dan Dimensi Tata Kelola Perusahaan Terhadap Tax avoidance di Bursa Efek Indonesia

0 0 2

Pengaruh Karakter Eksekutif, Karakteristik Perusahaan, Kepemilikan Keluarga dan Dimensi Tata Kelola Perusahaan Terhadap Tax avoidance di Bursa Efek Indonesia

0 1 24

Pengaruh Karakter Eksekutif, Karakteristik Perusahaan, Kepemilikan Keluarga dan Dimensi Tata Kelola Perusahaan Terhadap Tax avoidance di Bursa Efek Indonesia

0 1 3

Pengaruh Karakter Eksekutif, Karakteristik Perusahaan, Kepemilikan Keluarga dan Dimensi Tata Kelola Perusahaan Terhadap Tax avoidance di Bursa Efek Indonesia

0 1 10