Investasi berkebun emas dalam perspektif ekonomi Islam: studi pada PT Bank Rakyat Indonesia Syariah

(1)

Skripsi

Diajukan pada Fakultas Syariah dan Hukum Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi Syariah (SE.Sy)

Oleh

RINDY ANTIKA ROSNIA 206046103869

KONSENTRASI PERBANKAN SYARIAH PROGRAM STUDI MUAMALAT (EKONOMI ISLAM)

FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA


(2)

PENGESAHAN PANITIA UJIAN

Skripsi yang berjudul INVESTASI BERKEBUN EMAS DALAM PERSPEKTIF EKONOMI ISLAM (Studi Pada PT Bank Rakyat Indonesia Syariah) telah diujikan dalam sidang Munaqasah Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, pada tanggal 24 September 2010. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi Syariah (SE.Sy) pada Program Studi Muamalat.

Jakarta, 24 September 2010

Mengesahkan,

Dekan Fakultas Syariah dan Hukum

Prof. Dr. H. M. Amin Suma. SH., MA., MM

NIP. 195505051982031012

Ketua : Dr. Djawahir Hejazziey, SH., MA

NIP. 195510151979031002 (...) Sekretaris : Drs. H. Ahmad Yani, M. Ag

NIP. 196404121994031004 (...) Pembimbing : Drs. H. Ahmad Yani, M. Ag

NIP. 196404121994031004 (...) Penguji I : Dr. Djawahir Hejazziey, SH., MA

NIP. 195510151979031002 (...) Penguji II : Mu’min Rauf, MA


(3)

Skripsi

Diajukan pada Fakultas Syariah dan Hukum Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan

Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi Syariah (SE.Sy) Oleh

Rindy Antika Rosnia 206046103869 Dibawah Bimbingan

Drs. H. Ahmad Yani, M. Ag. NIP : 196404121994031004

KONSENTRASI PERBANKAN SYARIAH PROGRAM STUDI MUAMALAT (EKONOMI ISLAM)

FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM UNIVERSTAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA


(4)

ABSTRACT

Name : Rindy Antika Rosnia NIM : 206046103869

Gold gardening investment is a new trend in gold investment emerging hailed by gold investors. Gold gardening is the technique of investing gold with a minimum initial capital but can earn gold in large amounts by utilizing funds from the loan at the bank sharia's mortgage products or pegadaian. mortgage product (ar-rahn) is the main instrument of this investment.

One way that can be done in the garden of investment gold is buying gold which is smaller than that can be purchased, then immediately pawned. Fresh funds transaction result is buy gold bullion another, and then mortgaged again. And so on until the limit of financial capability. When funds run out, the last gold held in the hand are not pawned, but stored until the price goes up exorbitant.

Purpose of this study is to determine how the investment application gardening gold by making use of mortgage products iB Sharia BRI to BRI Syariah, how is the increase in margin for investors to invest in gold garden, and analyze investment gold gardening in the Islamic economic perspective.

This research use descriptive research methodologies that describe and explain the problems of gardening gold investment, particularly on investment applications gardening gold by making use of mortgage products iB BRIS on the BRI


(5)

and includes literature study. This is a qualitative research data, by describing how the mortgage application iB BRIS, investment gold garden using mortgage products on the BRI Syariah and analysis of data obtained on gold estate investments in the Islamic economic perspective

Results of research that has been done is to date gardening investment gold is still can said that in accordance with Islamic sharia rule because it does not conflict with the signs to invest in Sharia, among others: (1)free from usury element, (2) avoid the illegitimate element, (3) protected from the elements gharar, (4) avoid gambling element (maysir) and (5)protected from the elements doubtful. However, if in future investment gold garden can not be controlled, it is feared this investment will contain more harm than benefits.

Keyword : Gold gardening investment


(6)

ABSTRAK

Nama : Rindy Antika Rosnia NIM : 206046103869

Investasi berkebun emas adalah trend baru dalam investasi emas yang sedang marak digeluti oleh para investor emas. Berkebun emas adalah teknik berinvestasi emas dengan modal awal yang minimal namun dapat memperoleh emas dalam jumlah yang banyak dengan cara memanfaatkan dana pinjaman dari produk gadai (ar-rahn) di bank syariah atau pegadaian. Produk gadai (ar-rahn) merupakan instrumen utama dari investasi ini.

Salah satu cara yang dapat dilakukan adalah membeli emas yang lebih kecil dari yang mampu dibeli, kemudian langsung digadaikan. Dana segar hasil transaksi gadai tersebut dibelikan emas batangan yang lain, kemudian digadaikan lagi. Demikian seterusnya hingga batas kemampuan keuangan. Pada saat dana habis, emas terakhir yang dipegang di tangan tidak digadaikan, tetapi simpan sampai harganya naik selangit.

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana aplikasi investasi berkebun emas dengan memanfaatkan produk Gadai iB BRI Syariah pada BRI Syariah, bagaimana perhitungan peningkatan margin bagi para investor dalam melakukan investasi berkebun emas dan menganalisis investasi berkebun emas dalam perspektif ekonomi Islam.


(7)

BRIS di BRI Syariah, perhitungan peningkatan margin bagi para investor dalam melakukan investasi kebun emas dan menganalisis investasi berkebun emas ditinjau dalam perspektif ekonomi Islam. Selain itu penelitian ini merupakan penelitian lapangan yakni dengan melakukan wawancara dan termasuk studi kepustakaan. Data penelitian ini bersifat kualitatif, dengan menjelaskan bagaimana aplikasi Gadai iB BRIS, aplikasi investasi kebun emas dengan memanfaatkan produk Gadai di BRI Syariah serta analisis dari data-data yang diperoleh mengenai investasi kebun emas dalam perspektif ekonomi Islam.

Hasil dari penelitian yang telah dilakukan adalah sampai dengan saat ini investasi berkebun emas masih dapat dikatakan investasi yang sesuai dengan kaidah syariah Islam karena tidak bertentangan dengan rambu-rambu berinvestasi dalam syariah, antara lain: (1) Terbebas dari unsur riba, (2) Terhindar dari unsur haram, (3) Terhindar dari unsur gharar, (4) Terhindar dari unsur judi (maysir), (5) Terhindar dari unsur syubhat. Namun, apabila di masa yang akan datang investasi kebun emas ini tidak terkendali, maka dikhawatirkan investasi ini akan lebih banyak mengandung mudharat daripada maslahatnya.

Keyword: Investasi Berkebun Emas


(8)

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT, Tuhan semesta alam yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang, yang telah memberikan segala nikmat iman Islam karena atas kehendak dan kuasanya, penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “INVESTASI BERKEBUN EMAS DALAM PERSPEKTIF EKONOMI ISLAM (Studi Pada PT Bank Rakyat Indonesia Syariah)” dengan sebaik-baiknya. Shalawat serta salam tidak lupa penulis panjatkan kepada Nabi Muhammad SAW, suri tauladan dalam aktivitas kehidupan, serta kepada para keluarga dan sahabatnya.

Dengan penuh kesadaran penulis menyadari bahwa skripsi ini jauh dari kesempurnaan dan tidak akan selesai tanpa dukungan dan bantuan dari berbagai pihak baik secara moril maupun materil.

Karena itu, dari lubuk hati yang paling dalam penulis mengucapkan terima kasih yang tak terhingga kepada segenap pihak yang telah membantu menyelesaikan skripsi ini. Sebagai rasa syukur penulis mengucapkan terima kasih sedalam-dalamnya kepada:

1. Prof. Dr. H. Muhammad Amin Suma, SH.,MA.,MM selaku Dekan Fakultas Syariah dan Hukum.

2. Ibu Dr. Euis Amalia, M.Ag, selaku Ketua Jurusan Muamalah Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dan Bapak Ah. Azharuddin Lathif,


(9)

Fakultas Syariah dan Hukum UIN syarif Hidayatullah Jakarta sekaligus sebagai dosen penguji Muunaqasah yang telah memberikan waktu, bimbingan dan pengarahan kepada penulis hingga skripsi ini dapat tereselesaikan dengan sebaik-baiknya..

4. Bapak Drs. Ahmad Yani, MA., selaku Sekretaris Progaram Non-Reguler Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta sekaligus sebagai dosen pembibing yang telah sabar membimbing, memberikan waktu luang, tenaga dan fikiran untuk memberikan ilmu dan bimbingan serta pengarahan kepada penulis selama penyusunan skripsi hingga skripsi ini dapat terselesaikan. 5. Bapak Mu’min Rauf, MA., selaku dosen penguji Muunaqasah yang telah

memberikan waktu, bimbingan dan pengarahan kepada penulis hingga skripsi ini dapat tereselesaikan dengan sebaik-baiknya..

6. Seluruh Dosen Jurusan Perbankan Syariah Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang tidak dapat penulis sebutkan satu-persatu, yang telah banyak memberikan ilmu dan pembelajaran kepada penulis.

7. Pimpinan dan seluruh Staf Karyawan Perpustakaan Utama dan Perpustakaan Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah menyediakan fasilitas berupa sumber-sumber yang berkaitan dengan skripsi penulis.


(10)

8. Pihak Bank Rakyat Indonesia Syariah Kantor Pusat-Abdul Muis, terutama Ibu Maryana dan mba Ela yang telah memberikan data-data yang penulis perlukan dan memberikan waktu serta arahan kepada penulis selama proses penelitian di Bank Rakyat Indonesia Syariah.

9. Ayahanda Sidik Afidin dan Ibunda Ma’rifa. Terima kasih atas segala kasih sayang, perhatian, pengertian dan motivasinya baik moril maupun materil yang sangat berperan dalam dalam hidup, semoga Papa dan Mama selalu diberikan kesehatan, kebahagian dan umur yang panjang sehingga ananda diberi kesempatan untuk menunjukkan besarnya cinta ananda pada kalian. Kepada abangku, Fandy Hakim, yang dengan sabar mengantar penulis ke tempat penelitian dan adik-adikku tercinta, Achmad Vickry dan Dhita Annisavira, yang selalu memberikan semangat, membantu menyelesaikan skripsi ini. Terimakasih atas motivasi dan dukungan kalian.

10. Teman-teman PS NR 2006 khususnya PS A, Yuli, Ista, Syifa, Audit, Acy, Mey, Isti, Iroh, Reni, Novi, Fauki, Robby, Acid, Togar, Kurniawan, Badru, Ical, dan yang lainnya yang tak mungkin disebutkan satu persatu. Makasih atas kebersamaannya selama 4 tahun kita saling mengenal, berbagi dan menjalin persahabatan bahkan persaudaraan.

11. Teman-teman Selowsin, yang sudah memberikan semangat, doa, dan selalu memberikan keceriaan.


(11)

Mengakhiri kata pengantar ini, atas semua bantuan yang telah diberikan, penulis hanya dapat memanjatkan do’a kepada Allah SWT semoga kebaikan yang telah diberikan dapat bernilai ibadah dan dibalas oleh Allah SWT.

Akhirnya penulis berharap semoga skripsi ini bermanfaat untuk kita semua. Amin.

Pamulang, 06 September 2010

Rindy Antika Rosnia


(12)

DAFTAR ISI

ABSTRACT ... i

ABSTRAK ... iii

KATA PENGANTAR ... v

DAFTAR ISI ... ix

DAFTAR GAMBAR ... xi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 6

C. Pembatasan Masalah ... 7

D. Perumusan Masalah ... 7

E. Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 8

F. Review Studi Terdahulu ... 9

G. Metodologi Penelitian ... 10

H. Sistematika Penulisan ... 14

BAB II LANDASAN TEORI A. Investasi Syariah ... 16

B. Gadai Syariah (Ar-Rahn) ... 34

C. Ekonomi Islam ... 42


(13)

C. Struktur Organisasi ... 50 D. Produk – Produk BRI Syariah ... 51

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN

A. Aplikasi Investasi Kebun Emas dengan Memanfaatkan

Instrumen Gadai di BRI Syariah ... 62 B. Perhitungan Peningkatan Margin bagi Para Investor dalam

Melakukan Investasi Kebun Emas ... 69 C. Analisis Investasi Kebun Emas dalam Perspektif Ekonomi

Islam ... 83

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan ... 91 B. Saran ... 93

DAFTAR PUSTAKA ... 95 LAMPIRAN - LAMPIRAN


(14)

xi

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1.1 Grafik Harga Emas Rp/Gram – 6 Bulan Terakhir ... 30

Gambar 1.2 Grafik Harga Emas Rp/Gram – 1 Tahun Terakhir ... 31

Gambar 1.3 Grafik Harga Emas Rp/Gram – 5 Tahun Terakhir ... 31


(15)

Syariah Islam sebagai suatu syariah yang dibawa oleh rasul terakhir, mempunyai keunikan tersendiri. Syariah ini bukan saja menyeluruh atau komprehensif, tetapi juga universal. Karakter istimewa ini diperlukan sebab tidak akan ada syariah lain yang datang untuk menyempurnakannya. Komprehensif berarti syariah Islam merangkum seluruh aspek kehidupan, baik ibadah maupun muamalat. Adapun muamalat diturunkan untuk menjadi rules of the game atau aturan main manusia dalam kehidupan sosial.1

Salah satu kegiatan muamalat yang memiliki peranan penting dalam kehidupan bermasyarakat adalah sektor ekonomi. Kegiatan usaha yang paling dominan, sangat dibutuhkan keberadaannya dan sebagai motor pembangunan ekonomi di suatu negara adalah kegiatan usaha lembaga keuangan perbankan.

Pada mulanya operasional perbankan hanya masih bersifat menabung, meminjam dan investasi. Dimana proses transaksinya menggunakan sistem bunga yang hingga saat ini masih menjadi eleman terpenting dalam perekonomian.2

1

Muhammad Syafi’i Antonio, Bank Syariah dari Teori ke Praktik, (Jakarta: Gema Insani Press,2001), Cet 1, h. 4.

2

Ahmad Rodoni, Investasi Syariah, (Jakarta: Lembaga Penelitian UIN Jakarta, 2009), cet 1 h.120.


(16)

2

Indonesia sebagai negara yang mayoritas penduduknya beragama Islam, telah lama mendambakan kehadiran sistem lembaga keuangan yang sesuai tuntutan kebutuhan tidak sebatas finansial namun juga moralitasnya.3

Sistem ekonomi Islam mulai dipakai oleh pemerintah Indonesia ditandai dengan berdirinya usaha-usaha yang berbasis syariah seperti bank syariah, pegadaian syariah, serta lembaga ekonomi syariah lainnya. Perkembangan perbankan syariah saat ini semakin baik, hingga saat ini terdapat 8 Bank Umum Syariah (BUS), 25 Unit Usaha Syariah (UUS), dan 143 Bank Pembiayaan Rakyat Syariah (BPRS).4

Bank syariah mempunyai sistem operasional yang tidak berbeda dengan bank konvensional pada umumnya, yakni masih bersifat menabung, meminjam dan investasi.

Pada dasarnya setiap manusia selalu menginginkan kehidupannya di dunia ini dalam keadaan bahagia, baik secara material maupun spiritual, individual maupun sosial.5 Salah satu cara yang digunakan yaitu dengan cara berinvestasi. Salah satu tujuan investasi adalah untuk mendapatkan kehidupan yang lebih layak

3

Muhammad, Manajemen Dana Bank Syariah, (Ekonisia : Kampus Fakultas Ekonomi UII,2004), cet.I., h. 195.

4

Artikel diakses pada tanggal 04 Mei 2010 dari www.bi.go.id

5

Pusat Pengkajian dan Pengembangan Ekonomi Islam, Ekonomi Islam, (Jakarta : PT Raja Grafindo Persada, 2008), h.1.


(17)

di masa yang akan datang.6 Ada bermacam-macam cara orang melakukan investasi, di antaranya adalah investasi saham syariah, reksadana syariah, investasi sukuk, investasi asuransi syariah, investasi emas, investasi properti maupun investasi dalam bentuk lainnya.

Islam mengatur rambu-rambu yang harus dipenuhi dalam melakukan investasi, yaitu: terbebas dari unsur riba, terhindar dari unsur haram, terhindar dari unsur gharar, terhindar dari unsur judi (maysir), dan terhindar dari unsur syubhat.7

Mayoritas penduduk Indonesia sudah terbiasa dengan investasi emas, karena tidak sulit, dapat dilakukan oleh semua lapisan masyarakat, mudah dibeli dan investasi emas ini termasuk ke dalam investasi yang ”aman”, karena harga emas cenderung stabil bahkan mengalami kenaikan serta investasi emas bukan spekulasi karena investasi ini bersifat jangka panjang. Investasi emas umumnya dilakukan dengan cara membeli sejumlah emas sesuai dengan modal yang kita miliki, dapat berupa emas perhiasan, emas lantakan atau koin emas. Emas tersebut kemudian disimpan untuk beberapa saat. Ketika harga emas naik, emas tersebut dijual. Selisih harga pembelian dan penjualan merupakan keuntungan dari investasi emas ini.

6

Ahmad Rodoni, Investasi Syariah, (Jakarta : Lembaga Penelitian UIN Jakarta), cet. 1, h.47.

7

Ahmad Rodoni, Investasi Syariah, (Jakarta : Lembaga Penelitian UIN Jakarta), cet. 1, h.42-43.


(18)

4

Namun, semakin berkembangnya zaman, maka investasi emas ini pun mengalami perkembangan, yakni adanya metode investasi berkebun emas. Metode kebun emas ini pertama kali dikenalkan oleh Rully Kustandar, seorang investor emas. Ia adalah mantan manajer teknologi informasi pada salah satu perusahaan. Ia menyebut jurusnya sebagai”Berkebun emas”. Metode yang dia temukan pada tahun 2007 lalu itu melibatkan perbankan syariah dan pegadaian. Metode Rully cukup sederhana. Setelah membeli batang emas yang pertama investor harus menggadaikan emas itu ke bank syariah atau pegadaian. Di bank syariah metode kebun emas ini memanfaatkan produk gadai syariah, yang merupakan instrumen utama dari investasi ini.

Dari berbagai pembiayaan yang terdapat di BRI Syariah, salah satunya adalah gadai emas syariah atau disebut GADAI BRIS iB yaitu merupakan pinjaman dana (Qardh) dengan menggadaikan barang berharga, termasuk penyimpanan yang aman (Ijarah) dan berasuransi.8

Secara umum, operasional gadai emas syariah mirip dengan jasa konvensional, yaitu menggadaikan barang untuk memperoleh pinjaman uang dalam jumlah tertentu. Untuk jasa ini dalam gadai konvensional dikenakan beban bunga, layaknya sistem keuangan yang diterapkan perbankan. Sementara dalam gadai syariah, nasabah tidak dikenakan bunga tetap, yang dipungut dari nasabah adalah biaya penitipan, pemeliharaan, penjagaan serta penaksiran barang yang

8


(19)

digadaikan. Perbedaan utama antara biaya gadai emas syariah dan bunga pegadaian konvensional adalah dari sifat bunga yang bisa berakumulasi dan berlipat ganda, sementara biaya gadai emas syariah hanya sekali dan ditetapkan di muka.

Sistem gadai emas ini banyak diminati oleh masyarakat, karena persyaratan mudah dan proses yang cepat. Nasabah datang ke bank dengan membawa emas yang akan digadaikan, kemudian emas akan melalui proses penaksiran oleh juru taksir. Setelah dilakukan penaksiran harga emas, maka pembiayaan dari nilai taksir logam mulia (emas) yang dibutuhkan oleh nasabah tersebut akan cair dipotong biaya gadai emas syariah.

Pada prinsipnya, dalam invetasi berkebun emas ini, investor berusaha memiliki emas yang lebih banyak dengan jumlah modal yang sama. Salah satu cara yang dapat dilakukan adalah membeli emas yang lebih kecil dari yang mampu dibeli, kemudian langsung digadaikan. Dana segar hasil transaksi gadai tersebut belikan emas batangan yang lain, kemudian digadaikan lagi. Demikian seterusnya hingga batas kemampuan keuangan. Pada saat dana habis, emas terakhir yang dipegang di tangan tidak digadaikan, tetapi simpan sampai harganya naik selangit.9

Invetasi berkebun emas di bank-bank syariah saat ini sedang menjadi trend investasi baru. Perkembangan investasi ini pun cukup pesat di kalangan

9

Joko Salim, Jangan Investasi Emas Sebelum Baca Buku Ini!, (Jakarta:visimedia, 2010), h. 70.


(20)

6

para investor emas. Investasi ini merupakan bentuk investasi kontemporer yang pada zaman Rasulullah belum diatur mengenai hukumnya. Bahkan sampai saat ini pun DSN MUI belum mengeluarkan fatwa yang mengatur khusus mengenai investasi berkebun emas ini. Padahal sudah banyak masyarakat muslim yang melakukan investasi berkebun emas ini dan invetasi ini pun dilakukan di bank syariah. Sebenarnya, apakah investasi ini sudah sesuai dengan rambu-rambu atau bertentangan dengan investasi secara syariah? Dan bagaimana pandangan ekonomi Islam terhadap investasi berkebun emas yang merebak dalam masyarakat?

Berdasarkan uraian tersebut di atas, topik ini menjadi sangat menarik untuk dibahas. Sehingga diperlukan penelitian yang lebih mendalam mengenai masalah ini. Dengan demikian maka penulis ingin membahasnya lebih lanjut dalam bentuk skripsi dengan judul:

“INVESTASI BERKEBUN EMAS DALAM PERSPEKTIF EKONOMI ISLAM (Studi Pada PT Bank Rakyat Indonesia Syariah)”.

B. Identifikasi Masalah

Investasi berkebun emas ini adalah sebuah metode baru dalam melakukan investasi emas. Investasi ini sedang marak digeluti oleh para investor emas yang dilakukan di bank-bank syariah dan pegadaian. Sehingga masih banyak kajian-kajian yang dapat diteliti dari investasi ini, seperti ; apakah investasi ini sesuai dengan prinsip-prinsip ekonomi Islam? Bagaimana mekanisme untuk melakukan


(21)

investasi ini? Bagaimana perhitungan dari investasi ini? Bagaimana cara meningkatkan keuntungan bagi para investor dalam melakukan investasi berkebun emas ini? Serta Apakah ada kewajiban membayar zakat dari investasi berkebun emas, jika ada bagaimana perhitungannya?

C. Pembatasan Masalah

Mengingat wilayah yang dibahas sangat luas dan untuk menghindari terjadinya tumpang tindih dengan masalah lain di luar wilayah penelitian, maka penulis membatasi wilayah yang akan menjadi objek pembahasan pada penelitian ini, yaitu mengenai aplikasi investasi berkebun emas dengan memanfaatkan produk Gadai iB di BRI Syariah, bagaimana perhitungan peningkatan margin bagi para investor dalam melakukan investasi berkebun emas dan bagaimana investasi berkebun emas dalam perspektif ekonomi Islam.

D. Perumusan Masalah

Agar pembahasan dalam skripsi ini teratur dan sistematis, maka perlu dirumuskan permasalahan-permasalahan sebagai berikut:

1. Bagaimana aplikasi investasi berkebun emas dengan memanfaatkan produk Gadai iB di BRI Syariah?

2. Bagaimana perhitungan peningkatan margin bagi para investor dalam melakukan investasi kebun emas?


(22)

8

E. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan penelitian

a. Untuk mengetahui bagaimana aplikasi investasi berkebun emas dengan memanfaatkan produk Gadai iB di BRI Syariah

b. Untuk mengetahui cara perhitungan peningkatan margin bagi para investor dalam melakukan investasi kebun emas

c. Untuk mengetahui dan mengkaji investasi berkebun emas dalam perspektif ekonomi Islam

2. Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian skripsi ini ditujukan untuk kalangan praktisi dan akademisi:

a. Bagi Penulis, penelitian ini sangat bermanfaat karena dapat menambah wawasan ilmu pengetahuan khususnya di bidang investasi berkebun emas, gadai syariah dan investasi berkebun emas dalam perspektif ekonomi Islam.

b. Bagi pihak BRI Syariah, penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat agar lebih baik lagi dalam pemberian pembiayaaan gadai syariah dan investasi berkebun emas kepada nasabahnya dan diharapkan agar dengan dilaksanakannya penelitian ini di BRI Syariah dapat lebih mengenalkan produk gadai syariah serta investasi berkebun emas kepada masyarakat serta diharapkan skripsi ini dapat menjadi salah satu acuan dalam hal investasi berkebun emas dalam perspektif ekonomi Islam.


(23)

c. Bagi nasabah BRI Syariah, juga bemanfaat agar mempunyai informasi yang cukup dalam melakukan gadai syariah serta investasi berkebun emas dengan memanfaatkan dana pinjaman dari produk Gadai iB di BRI Syariah, dan dapat mengikuti semua prosedur yang berlaku dengan baik. d. Bagi kalangan akademisi, dengan adanya skripsi ini diharapkan dapat lebih

bermanfaat bagi kita semua dan bisa menjadi sumber referensi dan acuan yang jelas dalam masalah investasi berkebun emas dalam perspektif ekonomi Islam.

e. Bagi masyarakat, adanya skripsi ini diharapkan dapat dijadikan sumber refrensi atau acuan dalam mengenalkan produk ar-rahn di BRI Syariah maupun investasi berkebun emas dengan memanfaatkan dana pinjaman dari produk Gadai iB BRI Syariah.

F. Review Studi Terdahulu

Ada beberapa penelitian terdahulu mengenai investasi. Tetapi hanya berkisar pada konsep atas investasi itu sendiri. Ada pula yang membahas lebih jauh, yaitu membahas investasi dinar dan investasi dana asuransi syariah.

Seperti beberapa penelitian sebagai berikut:

1. Skripsi yang ditulis oleh Anna Madania pada tahun 2009, dengan judul skripsi “ANALISIS INVESTASI DINAR (Studi Pada Gerai Dinar)”. Skripsi ini membahas mengenai mekanisme pengelolaan dinar di gerai dinar, analisis


(24)

10

return and risk investasi dinar, dan investasi SWBI untuk melihat keunggulan diantara keduanya.

2. Skripsi yang ditulis oleh Sumarna pada tahun 2009, dengan judul “SISTEM INVESTASI DANA ASURANSI SYARIAH PADA AJB BUMIPUTERA 1912 DIVISI SYARIAH”. Skripsi ini membahas mengenai sitem investasi dana asuransi syariah, strategi investasi yang dilakukan Perusahaan Asuransi AJB BUMIPUTERA Divisi Syariah, pada sektor apa saja perusahaan menginvestasikan dananya dan tantangan apa saja yang dihadapi perusahaan dalam berinvestasi.

Pada penelitian-penelitian terdahulu, fokus penelitian berbeda dengan isi skripsi yang ditulis oleh penulis. Penulis memfokuskan kajian mengenai aplikasi investasi kebun emas di BRI Syariah, perhitungan peningkatan margin bagi para investor dalam melakukan investasi kebun emas dan investasi kebun emas dalam perspektif ekonomi Islam.

G. Metodologi Penelitian

Dalam penelitian ini, penulis menggunakan beberapa metode penelitian, yang dapat dilihat dari sudut:


(25)

1. Pendekatan Penelitian

Penelitian ini memakai pendekatan deskriptif. Penelitian deskriptif tidak dimaksudkan untuk menguji hipotesis tertentu, tetapi hanya menggambarkan “apa adanya” tentang suatu variabel, gejala atau keadaan.10

2. Jenis Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian lapangan (field research) dimaksudkan untuk mendapatkan data primer, dilakukan penulis sebagai pelengkap data dalam hasil penelitian kelak yaitu dengan melakukan wawancara dengan Ibu Maryana Yunus selaku Fin Prod Dev Dept Head di BRI Syariah Kantor Pusat untuk memperoleh data yang benar-benar dapat dipertanggung jawabkan kebenarannya.

Selain itu, penelitian ini juga merupakan penelitian kepustakaan (library research). Penulis akan mendapatkan data dari literature berupa buku-buku, makalah, artikel, internet dan tulisan-tulisan lainnya yang membahas mengenai perbankan syariah, pembiayaan gadai emas syariah, investasi syariah, investasi berkebun emas, ekonomi Islam serta bahasan-bahasan yang berkaitan dengan pembahasan-bahasan skripsi ini.

3. Data Penelitian a. Sumber Data:

10


(26)

12

1) Primer

Penulis akan mengumpulkan data dengan melakukan wawancara dengan Ibu Maryana Yunus selaku Fin Prod Dev Dept Head di BRI Syariah Kantor Pusat untuk memperoleh data yang benar-benar dapat dipertanggung jawabkan kebenarannya.

2) Sekunder

Penulis akan mengumpulkan data dengan studi dokumentasi yaitu berdasarkan data-data seperti brosur gadai di BRI Syariah, profil BRI Syariah dan bahan pustaka yang berkaitan dengan penelitian ini.

b. Jenis Data

Data yang digunakan pada penelitian ini termasuk kedalam data kualitatif. Data kualitatif adalah jenis data yang mempunyai sifat non-angka.11 Dalam penelitian ini berupa mekanisme dan aplikasi gadai emas syariah pada BRI Syariah, mekanisme investasi berkebun emas yang diterapkan pada BRI Syariah, profil dari BRI Syariah dan data-data atau bacaan-bacaan yang berhubungan dengan ekonomi Islam.

4. Teknik dan Instrumen Pengumpulan Data

Penelitian ini menggunakan teknik pengumpulan data berupa studi dokumentasi (studi pustaka) dan studi lapangan dengan teknik wawancara.

11

Purbayu Budi Santosa dan Ashari, Analisis Statistik dengan Microsoft Excel dan SPSS, (Yogyakarta : ANDI, 2005), h. 3.


(27)

5. Tempat Penelitian

Penelitian ini dilakukan di PT. Bank Rakyat Indonesia (BRI) Syariah – Kantor Pusat. Jl. Abdul Muis No. 2-4. Jakarta Pusat, 10160.

6. Teknik Pengolahan Data

a. Seleksi Data: setelah memperoleh data dan bahan-bahan baik melalui library research maupun field research, data diperiksa kembali satu per satu agar tidak terjadi kekeliruan dan sesuai dengan yang dibutuhkan dalam penelitian ini.

b. Klasifikasi Data: setelah data diperiksa lalu diklasifikasikan dalam bentuk dan jenis tertentu agar lebih sistematis.

c. Analisis data: setelah data diklasifikasikan lalu dilakukan analisis yang sesuai dengan data-data yang ada.

d. Penarikan kesimpulan dari data-data yang dianalisis 7. Metode Analisis Data

Penulis menganalisis data dengan menggunakan penelitian kualitatif. Dalam metode kualitatif, penganalisaan dilakukan dengan mengunakan langkah-langkah sebagai berikut:

a. Menelaah semua data yang diperoleh baik dari sumber primer maupun sumber sekunder.

b. Melakukan klasifikasi terhadap data yang terkumpul sesuai dengan masalah yang diteliti.


(28)

14

c. Menghubungkan data yang terpilih dengan teori yang sudah dikemukakan dalam kerangka pemikiran.

d. Penarikan kesimpulan dari data-data yang dianalisis. 8. Pedoman Penulisan Skripsi

Pedoman Penulisan skripsi kali ini menggunakan atau berpedoman kepada buku “Pedoman Penulisan Skripsi Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun 2007”.

H. Sistematika Penulisan

Untuk memudahkan penulisan skripsi ini, penulis merasa perlu menetapkan suatu kerangka dasar penulisan. Secara garis besar dapat memberikan gambaran sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN

Bab ini menguraikan secara garis besar mengenai latar belakang masalah, identifikasi masalah, pembatasan masalah, perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, review studi terdahulu, metodologi penelitian, dan sistematika penulisan skripsi.

BAB II LANDASAN TEORI

Bab ini berisi landasan teori yang mana sub bab nya menjelaskan mengenai teori-teori berdasarkan tinjaun pustaka dan literature mengenai investasi syariah, gadai syariah (Ar-Rahn) dan ekonomi Islam.


(29)

BAB III GAMBARAN UMUM PT. BANK RAKYAT INDONESIA SYARIAH

Bab ini menggambarkan sejarah singkat, visi dan misi, struktur organisasi, dan produk-produk Bank Rakyat Indonesia Syariah

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN

Bab ini menjelaskan aplikasi pelaksaaan investasi berkebun emas dengan memanfaatkan produk Gadai iB pada BRI Syariah, perhitungan peningkatan margin bagi para investor dalam melakukan investasi kebun emas dan analisis investasi berkebun emas dalam perspektif ekonomi Islam.

BAB V PENUTUP

Dalam bab ini mengemukakan kesimpulan yang diperoleh pada bab-bab sebelumnya disertai dengan pemberian saran-saran yang konstruktif sehubungan dengan masalah yang ditemui sebagai bahan pertimbangan bagi perusahaan dan penulis lainnya untuk perbaikan lebih lanjut.


(30)

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Investasi Syariah

1. Pengertian Investasi Syariah

Investasi secara sederhana dapat diartikan sebagai suatu kegiatan yang bertujuan untuk mengembangkan harta. Selain daripada itu tujuan investasi merupakan suatu komitmen atas sejumlah dana atau sumber daya lainnya yang dilakukan pada saat sekarang ini, dengan tujuan untuk memperoleh sejumlah keuntungan di masa yang akan datang.

Dalam kamus istilah pasar modal dan keuangan kata investasi diartikan sebagai penanaman uang atau modal dalam suatu perusahaan atau proyek untuk tujuan memperoleh keuntungan. Dalam kamus lengkap ekonomi, investasi didefinisikan sebagai penukaran uang dengan bentuk-bentuk kekayaan lain, seperti saham atau harta tidak bergerak yang diharapkan dapat ditahan selama periode tertentu supaya menghasilkan pendapatan.1 Umumnya investasi dibedakan menjadi dua, yaitu: investasi pada asset financial dan investasi pada asset riil.

1

Ahmad Rodoni, Investasi Syariah, (Jakarta : Lembaga Penelitian UIN Jakarta, 2009), Cet.I, h. 28.


(31)

Dalam literatur Islam memang tidak ditemukan adanya terminologi investasi, akan tetapi kegiatan investasi keuangan menurut syariah dapat berkaitan dengan kegiatan perdagangan atau kegiatan usaha, dimana kegiatan usaha dapat berbentuk usaha yang berkaitan dengan suatu produk atau aset maupun jasa. Namun yang pasti, investasi keuangan syariah harus berkaitan dengan kegiatan sektor-sektor yang berbasis syariah.

Dalam al-Quran surat at-Taubah ayat 34 menjelaskan tentang larangan bagi umat islam terhadap penimbunan harta atau dana yang menganggur (idle), yang berbunyi sebagai berikut:

)

بﻮ ا

:

34

(

Artinya:

Hai orang-orang yang beriman, sesungguhnya sebagian besar dari orang-orang alim yahudi dan rahib-rahib Nasrani benar-benar memakan harta orang dengan jalan yang batil dan mereka menghalang-halangi (manusia) dari jalan Allah. Dan orang-orang yang menyimpan emas dan perak dan tidak menafkahkannya pada jalan Allah, maka beritahukanlah kepada mereka, (bahwa mereka akan mendapat) siksa yang pedih (QS. At-Taubah/9:34)


(32)

18

Didalam ayat tersebut terkandung sebuah himbauan untuk memutarkan uang supaya tidak beredar dikalangan tertentu saja, yaitu dengan cara menginvestasikan hartanya dengan cara melakukan bisnis yang halal. Investasi secara syariah harus berdasarkan konsep transaksi keuangan syariah. Transaksi keuangan non syariah dengan transaksi keuangan syariah tidak dapat dibeda-bedakan semata-mata dalam keadaan riba yang diterjemahkan secara mutlak dalam bentuk bunga bank. Disamping riba, suatu transaksi baru dapat dikatakan transaksi syariah bila juga telah menghindari keadaan gharar (ketidak jelasan) dan maisir (spekulasi murni) yang dilarang serta apabila pemilik harta juga mengambil resiko atas potensi hasil yang diperoleh. Karena itu untuk memahami konsep investasi syariah harus dikembangkan dahulu pengertian transaksi keuangan menurut syariah Islam.

Hal tersebut diterangkan dalam firman Allah Swt:

)

ءﺎ ا

:

(


(33)

Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling memakan harta sesamamu dengan jalan yang batil, kecuali dengan jalan perniagaan yang berlaku dengan suka sama suka di antara kamu. Dan janganlah kamu membunuh dirimu; sesungguhnya Allah adalah Maha Penyayang kepadamu. (QS.an-Nisaa/4:29)

Yang dimaksud dengan perniagaan adalah berbagai jenis transaksi niaga dan tidak terbatas pada jual beli atau perdagangan saja. Termasuk transaksi-transaksi yang tidak secara tunai dan dapat memberi efek pembiayaan dari suatu pihak kepada pihak lain. Bilamana dalam perniagaan tersebut tidak dilakukan secara tunai, harus dibuat perjanjian/kontrak secara tertulis. Para pihak yang mengadakan akad tersebut memiliki kewajiban legal dan moral untuk memenuhi perjanjian/kontrak tersebut.

2. Landasan Investasi Syariah

Menurut al-Quran tujuan dari semua aktifitas manusia diniatkan untuk memperoleh keridhaan Allah, karena aktivitas yang mencari keridhaan Allah ini merupakan yang lebih besar dari seluruh aktifitas.

Hal tersebut diterangkan dalam firman Allah Swt:

)

ةﺮ ا

:

(

Artinya:

Dan di antara manusia ada orang yang mengorbankan dirinya karena mencari keridhaan Allah; dan Allah Maha Penyantun kepada hamba-hamba-Nya. (al-Baqarah : 207)


(34)

20

Dengan demikian maka investasi kepemilikan dan kekayaan seseorang itu dalam hal-hal yang benar tidak mungkin untuk dilewatkan penekanannya. Investasi yang baik adalah ditujukan untuk mencapai ridha Allah. Karena kekayaan Allah itu adalah tanpa batas dan tidak pernah habis.

Jika pemborosan dalam belanja tidak diinginkan, menyimpan uang ‘tidur’ dengan tegas juga dikecam dalam al-Quran dan sunnah. Berbagai sumber daya yang diberikan oleh Allah dimaksudkan untuk digunakan bagi kemanfaatan seseorang (dalam batas-batas yang diizinkan oleh Islam), maupun bagi kemanfaatan orang lain.

3. Prinsip dan Tujuan investasi Syariah a. Landasan investasi Islam

Ada dua hal yang menjadi landasan dalam ekonomi Islam, yaitu al-Quran dan Hadits. Hukum-hukum yang diambil dari kedua sumber tersebut secara konseptual dan prinsip adalah hukum yang tidak dapat diubah-ubah. Setidaknya ada empat landasan normatif dalam etika islami, yang dapat dipresentasikan dalam aksioma etika yaitu :2

1) Landasan Tauhid

Landasan tauhid merupakan landasan filosofis yang dijadikan sebagai fondasi bagi setiap muslim dalam melangkah menjalankan fungsi hidupnya, diantaranya adalah menjalankan fungsi aktivitas

2

Ahmad Rodoni, Investasi Syariah, (Jakarta : Lembaga Penelitian UIN Jakarta, 2009), Cet.I, h. 28-30.


(35)

ekonomi. Makna tauhid dalam konteks ekonomi Islam adalah kepercayaan penuh dan murni terhadap ke-Esaan Tuhan, yang secara khusus menunjukkan dimensi vertikal.

2) Landasan Keadilan dan Kesejajaran

Adil merupakan salah satu nilai-nilai ekonomi yang ditetapkan dalam Islam. Landasan keadilan dalam ekonomi berkaitan dengan pembagian manfaat kepada semua komponen dan pihak yang terlibat dalam usaha ekonomi. Landasan kesejajaran berkaitan dengan kewajiban terjadinya sirkulasi kekayaan pada semua anggota mayarakat dan mencegah terjadinya konsentrasi ekonomi hanya pada segelintir orang.

3) Landasan Kehendak Bebas

Dalam pandangan Islam, manusia secara sunnatullah terlahir dengan memiliki kehendak bebas, yakni potensi menentukan pilihan yang beragam. Oleh karena kebebasan manusia tidak dibatasi, maka manusia memiliki kebebasan pula untuk menentukan pilihan yang salah ataupun yang benar.

4) Landasan Pertanggungjawaban

Aksioma tanggung jawab ini erat kaitannya dengan aksioma kebebasan, karena kedua aksioma tersebut merupakan pasangan alamiah. Dalam hal ini pemberian segala kebebasan usaha yang


(36)

22

dilakukan manusia tidak terlepas dari pertanggungjawaban atas apa yang telah dilakukannya.

b. Tujuan investasi syariah

Didalam investasi konvensional, memperoleh untung sebesar-besarnya dengan meminimalkan pengorbanan merupakan sebuah tujuan yang diimpikan atau merupakan tujuan utama dalam berinvestasi karena investasi konvensional dilakukan demi mendapatkan keuntungan maksimal untuk kepentingan pribadi atau kelompok tanpa memperdulikan nasib orang lain. Sampai-sampai banyak cara yang ditempuh untuk meraih tujuan tersebut, bahkan kadang sampai menghalalkan berbagai cara demi tujuannya tersebut.

Berbeda dengan tujuan investasi konvensional, investasi syariah sangat menjunjung tinggi nilai-nilai moral yang terkandung dalam al-Quran maupun sunah. Alasan mengapa seseorang atau suatu perusahaan melakukan investasi antara lain:

1) Untuk mendapatkan kehidupan yang lebih layak dimasa yang akan datang. Setiap orang pasti ingin meningkatkan taraf hidup atau setiap perusahaan pasti ingin memajukan perusahaannya dimasa yang akan datang.


(37)

2) Mengurangi tekanan inflasi. Dengan melakukan investasi, seseorang atau perusahaan dapat menghindarkan kekayaannya agar tidak merosot nilainya dikarenakan inflasi.

3) Dorongan untuk menghemat pajak. Kebijakan pemerintah untuk meningkatkan investasi salah satunya yaitu fasilitas pajak yang diberikan kepada seseorang atau suatu perusahaan yang melakukan investasi.3

4. Prinsip-Prinsip Umum Investasi Syariah a. Prinsip halal dan thayyib

Allah SWT berfirman dalam (QS. Al-Baqarah : 168) yang berbunyi:

)

ةﺮ ا

:

168

(

Artinya:

“Hai Sekalian manusia makanlah yang halal lagi baik dari apa yang terdapat di bumi dan janganlah kamu mengikuti langkah-langkah syaitan; karena sesungguhnya syaitan itu adalah musuh yang nyata bagimu.” (QS. Al-Baqarah : 168)

Dengan dasar ayat di atas maka pembiayaan dan invetasi hanya dapat dilakukan pada asset atau kegiatan usaha yang halal, tahir, spesifik tidak

3

Ahmad Rodoni, Investasi Syariah, (Jakarta : Lembaga Penelitian UIN Jakarta, 2009), Cet.I, h. 47.


(38)

24

membahayakan, bermanfaat dan merupakan kegiatan usaha yang spesifik dan dapat dilakukan bagi hasil dari manfaat yang timbul.

b. Prinsip transparasi guna menghindari kondisi yang gharar (sesuatu yang tidak diketahui pasti akan keberadaannya) dan berbau maysir. Praktek gharar dan spekulatif dalam berinvestasi akan menimbulkan kondisi keraguan yang dapat menyebabkan kerugian, dikarenakan tidak dapat memperlihatkan secara transparan mengenai proses dan keuntungan (laba) yang diperoleh. Dengan demikian pemilik harta (investor) dan pemilik usaha (emiten) tidak boleh mengambil resiko yang melebihi kemampuannya yang dapat menimbulkan kerugian yang sebenarnya dapat dihindari.

c. Prinsip keadilan dan persamaan bisnis merupakan suatu keharusan, dalam hal memilih jenis investasi, kebijakan pengambilan keuntungannya agar senantiasa diarahkan pada suatu kegiatan bisnis yang berorientasi pada pendekatan proses dan cara yang benar dalam memperoleh keuntungan, dan bukan pendekatan yang semata mengedepankan besaran nominal hasil keuntungan yang diperoleh. Oleh karenanya, Islam melarang segala macam usaha yang berbasis pada praktek riba, karena riba merupakan instrumen transaksi bisnis yang bersifat tidak adil, diskriminatif dan eksploitatif.

d. Dari segi penawaran (supply) maupun permintaan (demand), pemilik harta (investor) dan pemilik usaha (emiten) maupun bursa dan self


(39)

regulating organization lainnya tidak boleh melakukan hal-hal yang menyebabkan gangguan yang disengaja mekanime pasar.4

5. Norma Berinvestasi Syariah

Prinsip dasar transaksi menurut syariah dalam investasi keuangan yang ditawarkan adalah sebagai berikut:

a. Uang sebagai alat pertukaran bukan komoditas perdagangan, dimana fungsi uang adalah sebagai alat pertukaran nilai yang menggambarkan daya beli suatu barang atau harta.

b. Setiap transaksi harus transparan, tidak menimbulkan kerugian atau unsur penipuan di salah satu pihak, baik sengaja maupun tidak sengaja. c. Transaksi dilakukan atas harta yang memberikan nilai manfaat dan

menghindari setiap transaksi yang zalim.

d. Dalam transaksi yang mengharapkan hasil harus bersedia menanggung risiko.

e. Risiko yang mungkin timbul harus dikelola sehingga tidak menimbulkan risiko yang lebih besar atau melebihi kemampuan menanggung risiko.

4

Ahmad Rodoni, Investasi Syariah, (Jakarta : Lembaga Penelitian UIN Jakarta, 2009), Cet.I, h. 39-40.


(40)

26

f. Manajemen yang diterapkan adalah manajemen Islami yang tidak mengandung unsur spekulatif dan menghormati hak asasi manusia serta menjaga kelestarian lingkungan hidup.5

6. Rambu-Rambu Investasi Syariah a. Terbebas dari unsur riba

Riba merupakan kelebihan yang tidak ada padanan pengganti yang tidak dibenarkan syariah yang diisyaratkan oleh satu dari dua orang yang berakad. Adapun jenis barang ribawi ada 6(enam), barang-barang tersebut adalah emas, perak, garam, tepung, gandum, dan kurma. Uang dikategorikan dalam kategori emas dan perak, sedangkan bahan makanan pokok selain yang tersebut diatas adalah seluruh bahan makanan pokok yang berlaku pada setiap negeri tempat tinggal.

b. Terhindar dari unsur haram

Haram merupakan sesuatu yang disediakan hukuman bagi yang melakukan dan disediakan pahala bagi yang meninggalkannya karena diniatkan untuk menjalankan syariatnya.

5

Ahmad Rodoni, Investasi Syariah, (Jakarta : Lembaga Penelitian UIN Jakarta, 2009), Cet.I, h. 41-42.


(41)

Haram secara garis besar dikategorikan menjadi 2 (dua) yaitu pertama, haram secara zatnya seperti: babi, khamr, darah, bangkai, perjudian adalah contoh sesuatu yang haram secara zat. Kedua, haram selain karena bendanya yaitu suatu kegiatan yang obyek dari kegiatan tersebut bukan merupakan benda-benda yang diharamkan karena zatnya; artinya benda-benda tersebut benda-benda yang dibolehkan (dihalalkan), akan tetapi benda tersebut menjadi diharamkan disebabkan adanya unsur; tadlis, taghrir/ gharar, riba dan terjadinya ; ikhtikar dan bay najash.

c. Terhindar dari unsur gharar

Gharar termasuk salah satu unsur yang membuat suatu benda jadi haram. Gharar lebih dikenal dengan ketidakpastian atau risiko. Gharar dalam ilmu fiqh muamalah berarti melakukan sesuatu secara membabi buta tanpa pengetahuan yang mencukupi, atau mengambil risisko tanpa mengetahui dengan persis apa akibatnya, atau memasuki kancah risiko tanpa memikirkan konsekuensinya.

d. Terhindar dari unsur judi (maysir)

Maysir merupakan suatu bentuk objek yang diartikan sebagai tempat untuk memudahkan sesuatu. Dikatakan memudahkan sesuatu karena seseorang yang seharusnya menempuh jalan yang susah payah akan tetapi mencari jalan pintas dengan harapan dapat mencapai apa yang


(42)

28

dikehendaki, walaupun jalan pintas tersebut bertentangan dengan nilai serta aturan syariah.

e. Terhindar dari unsur syubhat

Syubhat adalah sesuatu perkara yang bercampur (antara halal dan haram) akan tetapi tidak diketahui secara pasti apakah ia sesuatu yang halal atau haram, dan apakah ia hak ataukah batil. Seorang investor muslim disarankan menjauhi aktivitas investasi yang beraroma syubhat, karena jika hal tersebut tetap dilakukan, maka pada hakikatnya telah terjerumus pada suatu yang haram, sebagaimana apa yang telah dinyatakan oleh para ulama dan fuqaha.6

7. Investasi Emas

Emas merupakan logam mulia yang sangat diminati oleh banyak orang. Orang rela mengeluarkan dana yang cukup besar untuk mendapatkan logam mulia yang memiliki beragam bentuk ini. Pada umumnya orang memilih berinvestasi dalam bentuk emas untuk memperoleh keuntungan dalam jangka panjang. Emas juga bisa digunakan untuk koleksi dan perhiasan. Investasi emas juga bisa dibilang praktis karena bisa dilakukan semua golongan mulai dari ibu rumah tangga, pekerja bergaji pas-pasan atau profesional karena emas bisa dibeli mulai dari 1 gram.

6

Ahmad Rodoni, Investasi Syariah, (Jakarta : Lembaga Penelitian UIN Jakarta, 2009), Cet.I, h. 42-43.


(43)

Ada beberapa alasan emas menjadi sebuah investasi yang banyak diminati masyarakat, antara lain:

a. Keamanan (Security)

Uang di Bank akan hilang secara perlahan oleh karena biaya administrasi, biaya-biaya lainnya, pajak bunga 20%, tingkat suku bunga rendah dan terbatas, jaminan dari pemerintah (LPS) yang terbatas hanya Rp. 100 juta/nomor rekening. Pada Lembaga Investasi lainnya dikenakan biaya broker, administrasi, pajak dan sebagainya.

b. Perlindungan (Protection)

Inflasi, deflasi adalah perampok yang tidak kelihatan, masalah klasik yang sudah berabad-abad namun secara perlahan tapi pasti akan mengerosi aset. Semakin tinggi laju inflasi berpengaruh pada semakin tingginya harga emas. Seluruh dunia mengalami inflasi rata-rata 2-3% pertahun, di USA 3 – 4%/th di Indonesia 5 – 6%/th. Menurut data statistik bila inflasi 10% maka harga emas naik 13%, bila inflasi 20% maka harga emas naik 30%, bila inflasi 100% maka harga emas naik 300%. Jika di Indonesia rata-rata inflasi 6%/th maka dapat dipastikan harga Emas 5 tahun mendatang setidaknya naik 50% dari harga saat ini, bandingkan dengan deposito yang hanya 30%/ 5th dikurangi pajak. c. Mudah dicairkan (Liquiditas tinggi)


(44)

30

Investasi properti, deposito, saham, obligasi, kendaraan, karya seni memerlukan waktu lebih dari satu hari untuk dicairkan karena pembeli dan peminatnya terbatas dan nilainya pun ada kemungkinan menyusut oleh inflasi, brokers fee, tax dan administrasi, tetapi dengan emas dapat segera dicairkan di ribuan toko emas, pegadaian, lembaga keuangan (sebagai jaminan) dengan mudah dan nilainya mengikuti harga pasaran internasional yang terus menguat.

d. Menguntungkan (Profitable)

Nilai emas itu stabil dan cenderung menguat nilainya. Emas cocok untuk disimpan jangka menengah-jangka panjang. Tahun 2001 harga Logam Mulia .9999 rata-rata US$ 272 / troy ounce = 31,103 gram. Sekarang Januari 2010 dikisaran US$ 1000-1100 / troy ounce bahkan sempat menyentuh US$ 1200 / troy ounce seiring dengan kenaikan harga minyak dunia.

e. Resiko rendah (Low Risk)

Emas tidak ada biaya penyusutan nilai, hanya beban untuk biaya safe deposit box jika disimpan di bank. Nilai emas untuk jangka pendek berfluktuasi namun sejak 7 tahun terakhir nilainya terus menaik, lebih dari 260% atau 37.5%/tahun dan akan terus naik. Resiko terburuk dari


(45)

Investasi Emas yaitu hilang (jika menyimpannya tidak benar) dicuri atau dirampok, namun ini pun kemungkinannya kecil sekali.7

Emas adalah investasi yang sangat menarik, untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada pada grafik berikut:

Gambar 1.1

Grafik Harga Emas Rp/Gram – 6 Bulan Terakhir

Gambar 1.2

Grafik Harga Emas Rp/Gram – 1 Tahun Terakhir

Gambar 1.3

Grafik Harga Emas Rp/Gram – 5 Tahun Terakhir

7

Artikel diakses pada tanggal 29 Agustus 2010 dari http: //www.semuasaudara.com /emas/2010/02/11-alasan-ber-investasi-emas/


(46)

32

Gambar 1.4

Grafik Harga Emas Rp/Gram – 10 Tahun Terakhir

Untuk menguatkan alasan bahwa emas adalah investasi yang sangat menarik yang mampu menjaga harta dari perampokan yang tidak terlihat “inflasi”, terdapat kutipan sebuah hadits Rasulullah SAW:

ا

ا

نا

ا

ﺿر

ﷲا

ﺿﺮ رﺎ اةوﺮ

ا

مﺎ و

ع

يﺮ

ةﺎ وا

ﺔ ﺿا

ي

ار

د

ﺎﻄ

ا

يﺮ

ا

ن

ﺎﻜ

ﺔآﺮ

ﺎ ﺪ رﺎ ﺪ

ﺎ ه

اﺪ ا

) .

ء

اﻻا

ا

اور

.

ﺿ

يرﺎ

ا

اﺮ و

ﺮ ا

د

ر

و

ا

و

و

اﺪه

ي

م

اﺰه


(47)

Dari Urwah Al-Bariqi r.a. (katanya): Sesungguhnya Nabi saw. Memberinya uang satu dinar untuk dia belikan hewan qurban atau seekor kambing; Lalu dengan uang itu dia membeli dua ekor kambing, kemudian dia menjual salah satu dari keduanya dengan harga satu dinar, lalu dia mendatangi Rasulullah saw. dengan membawa seekor kambing dan uang satu dinar; Maka Nabi saw. Mendo’akan baginya supaya dalam jual belinya dia mendapat berkah (tambahan kebaikan); Urwah itu seandainya dia membeli tanahpun dia selalu mendapat keuntungan dalam jual belinya. Diriwayatkan oleh: Al Khamsah selain An Nasa’I (jadi hanya: Ahmad, Abu Daud, Tirmidzi dan Ibnu Majah); Dan Al Bukhari telah meriwayatkan Hadits yang sama kandungan isinya dengan Hadits itu tetapi beliau tidak menyusun matan seperti itu. At Tirmidzi meriwayatkan Hadits penguat bagi Hadits tersebut, dari Hadits bin Hizam.8

Dapat disimpulkan bahwa nilai emas selalu terjaga sepanjang masa.9

f. Keuntungan berinvestasi emas antara lain: 1. Perlindungan Nilai Asset

Bila inflasi tinggi, harga emas akan naik lebih tinggi. Semakin tinggi inflasi, semakin tinggi kenaikan harga emas. Jika kurs dollar naik, harga emas juga akan naik.

2. Sarana Menabung Paling Efektif Untuk Tujuan Tertentu

Karena harga emas berkembang menurut kenaikan inflasi, maka emas aman dipakai sebagai sarana menabung untuk keperluan naik haji, pernikahan, uang muka rumah maupun pendidikan anak.

8

Terjemahan Kitab Subulus Salam h.106-107. 9

Artikel diakses pada tanggal 29 Agustus 2010 pada http://karangan.web.id/ 2010/07/24/ investasi-emas.html


(48)

34

3. Emas gampang diperoleh dan sangat liquid

Emas mudah untuk dibeli dan dijual kembali dimana saja. Harga emas di seluruh indonesia juga relatif sama. Kita bisa membeli emas di Jakarta dan dijual kembali di Makasar dengan harga yang sama.10

g. Kekurangan investasi emas antara lain:

1.Kekurangannya terutama pada segi storage dan handling. Menyimpan “hard asset” seperti emas relatif beresiko dan mahal. Selain itu, apabila penyimpanan kurang baik, walau dibungkus protective cover, memungkinkan terjadinya oksidasi dan perubahan warna. Khusus emas berbentuk koin, kalau jatuh, penyok, atau cuil (chipped), sulit untuk di-treatment ulang dan bisa mengurangi harga. Emas kurang cocok untuk para investor yang ceroboh.

2.Return-nya relatif stabil dan kalah menggairahkan bila

dibandingkan saham atau properti. Juga, sangat tidak disarankan untuk berinvestasi emas hanya dalam jangka pendek (1 tahun atau kurang).

B. Gadai Syariah (Ar-Rahn) 1. Definisi Gadai Syariah

Menurut Kitab Undang-undang Hukum Perdata pasal 1150, gadai adalah suatu hak yang diperoleh seorang yang mempunyai piutang atas suatu barang bergerak. Barang bergerak tersebut diserahkan kepada orang yang

10


(49)

berpiutang oleh seorang yang mempunyai utang atau oleh orang lain atas nama orang yang mempunyai utang. Seorang yang berutang tersebut memberikan kekuasaan kepada orang yang memberi utang untuk menggunakan barang bergerak yang telah diserahkan untuk melunasi utang apabila pihak yang berutang tidak dapat memenuhi kewajibannya pada saat jatuh tempo.11

Dalam istilah fiqh, gadai disebut al- rahn, yang menurut bahasa artinya adalah nama barang yang dijadikan sebagai jaminan kepercaaan. Sedangkan menurut syara’, gadai adalah menyandera sejumlah harta yang diserahkan sebagai tebusan.12

Secara etimologi, kata al-rahn berarti tetap,kekal, dan jaminan. Akad al-rahn dalam istilah hukum positif disebut dengan barang jaminan/agunan. Ada beberapa defiisi ar-Rahn yang dikemukakan para ulama fiqh. Ulama Malikiyyah mendefiniskannya dengan: Harta yang dijadikan pemilikya sebagai jaminan utang yang bersifat mengikat.13

Ulama Hanafiyah mendefinisikannya dengan: Menjadikan sesuatu (barang) sebagai jaminan terhadap hak (piutang) yang mungkin dijadikan sebagai pembayar hak (piutang) itu , baik seluruhnya maupun sebagian.

11

Kitab Undang-undang Hukum Perdata (Bulerlijk Wetboek), Penerjemah R. Subekti dan R. Tjitrosudibio, Ps. 1150.

12

Heri Sudarsono, Bank dan Lembaga Keuangan Syariah, (Yogyakarta: Ekonisia, 2007), h. 156.

13


(50)

36

Sedangkan ulama Syafi’iyah dan Hanabilah mendefinisikan ar-rahn dengan: Menjadikan materi (barang) sebagai jaminan utang, yang dapat dijadikan pembayar utang apabila orang yang berutang tidak bisa membayar utangnya itu.

Definisi ini mengandung pengertian bahwa barang yang boleh dijadikan jaminan (agunan) utang itu hanya yang bersifat materi, tidak termasuk manfaat sebagaimana yang dikemukakan ulama Malikiyah. Barang jaminan itu boleh dijual apabila dalam waktu yang disepakati kedua belah pihak, utang tidak dilunasi. Oleh sebab itu, hak pemberi piutang hanya terkait dengan barang jaminan, apabila orang yang berutang tidak mampu melunasinya.14

2. Dasar Hukum Gadai Syariah a. Landasan Syariah

Boleh tidaknya transaksi gadai menurut islam, diatur dalam Al-Qur’an, dan ijma’:

1). Al-Qur’an

Ayat Al-Qur’an yang dapat dijadikan dasar hukum perjanjian gadai adalah Q.S. Al-Baqarah ayat 283:15

14

A.H. Azharudin Lathief, Fiqh Muamalat, (Jakarta: UIN Press, 2005), h. 154. 15


(51)

)

ةﺮ ا

:

283

(

Artinya:

Jika kamu dalam perjalanan (dan bermu'amalah tidak secara tunai) sedang kamu tidak memperolah seorang penulis, maka hendaklah ada barang tanggungan yang dipegang (oleh yang berpiutang). Akan tetapi jika sebagian kamu mempercayai sebagian yang lain, maka hendaklah yang dipercayai itu menunaikan amanatnya (hutangnya) dan hendaklah ia bertaqwa kepada Allah Rabbnya; dan janganlah kamu (para saksi) menyembunyikan persaksian. Dan barangsiapa yang menyembunyikannya, maka sesungguhnya ia adalah orang yang berdosa hatinya; dan Allah Mengetahui apa yang kamu kerjakan. (QS. Al-Baqarah/2:283)

Ayat tersebut secara eksplisit menyebutkan “barang tanggungan yang dipegang (oleh yang berpiutang)”. Dalam dunia finansial, barang tanggungan biasa dikenal sebagai jaminan (collateral) atau objek pegadaian. 16

2). Ijma’

Para ulama fiqh mengemukakan bahwa akad al-rahn dibolehkan dalam Islam berdasarkan al-Qur’an dan sunnah Rasul. Mereka

16


(52)

38

sepakat dalam perjalanan ataupun tidak, asalkan barang jaminan itu bisa langsung dikuasai (al-qabdh) secara hukum oleh pemberi piutang. Ar-rahn dibolehkan, karena banyak kemaslahatan yang terkandung di dalamnya dalam rangka hubungan antar sesama manusia.

b. Landasan Hukum Positif

Aturan mengenai rahn telah diatur dalam Fatwa DSN No.25/DSN-MUI/III/2002 tanggal 26 Juni 2002 yang menyatakan bahwa pinjaman dengan menggadaikan barang sebagai jaminan utang dalam bentuk rahn diperbolehkan dengan ketentuan sebagai berikut:

a. Ketentuan Umum:

1) Murtahin (penerima barang) memiliki hak untuk menahan marhun (barang) sampai semua utang rahin (yang menyerahkan barang) dilunasi.

2) Marhun dan manfaatnya tetap menjadi milik rahin. Pada prinsipnya, marhun tidak boleh dimanfaatkan oleh murtahin kecuali seizin rahin, dengan tidak mengurangi nilai marhun dan pemanfaatannya itu sekedar pengganti biaya pemeliharaan dan perawatannya.

3) Pemeliharaan dan penyimpanan marhun pada dasarnya menjadi kewajiban rahin, namun dapat dilakukan juga oleh murtahin,


(53)

sedangkan biaya dan pemeliharaan penyimpanan tetap menjadi kewajiban rahin.

4) Besar biaya administrasi dan penyimpanan marhun tidak boleh ditentukan berdasarkan jumlah pinjaman.

5) Penjualan Marhun;

a) Apabila jatuh tempo, murtahin harus memperingatkan rahin untuk segera melunasi utangnya.

b) Apabila rahin tetap tidak melunasi utangnya, maka marhun dijual paksa/dieksekusi melalui lelang sesuai syariah.

c) Hasil penjualan marhun digunakan untuk melunasi utang, biaya pemeliharaan dan penyimpanan yang belum dibayar serta biaya penjualan.

d) Kelebihan hasil penjualan menjadi milik rahin dan kekurangannya menjadi kewajiban rahin.

b. Ketentuan Penutup

1) Jika salah satu pihak tidak dapat menunaikan kewajibannya atau jika terjadi perselisihan dilakukan melalui Badan Arbitrase Syariah setelah tidak tercapai kesepakatan melalui musyawarah.

2) Fatwa ini berlaku sejak tanggal ditetapkan dengan ketentuan jika di kemudian hari terdapat kekeliruan akan diubah dan disempurnakan sebagaimana mestinya.


(54)

40

Sedangkan untuk gadai emas syariah, menurut Fatwa DSN-MUI No. 26/DSN-DSN-MUI/III/2002 gadai emas syariah harus memenuhi ketentuan umum berikut :

1) Rahn emas dibolehkan berdasarkan prinsip rahn (lihat Fatwa DSN nomor : 25/DSN-MUI/III/2002 tentang rahn).

2) Ongkos dan biaya penyimpanan barang (marhun) ditanggung oleh penggadai (rahin).

3) Ongkos sebagaimana dimaksud dalam butir b besarnya didasarkan pada pengeluran yang nyata-nyata diperlukan.

4) Biaya penyimpanan barang (marhun) dilakukan berdasarkan akad ijarah.17

3. Rukun dan Syarat Gadai Syariah a. Rukun Ar-Rahn, antara lain:

1) Orang yang berakad: (1) Yang Berhutang (Rahin) dan (2) Yang Berpiutang (Murtahin)

2) Sighat (Ijab qabul)

3) Harta yang diRahn-kan (Marhun) 4) Pinjaman (Marhun Bih)18

b. Syarat-Syarat ar-Rahn, antara lain:

17

Rudy Kurniawan, Pegadaian Syariah, makalah disampaikan pada Pelatihan Pegadaian Syariah di Fakultas Syariah dan Hukum,UIN Jakarta, h. 3-4.

18

Rudy Kurniawan, Pegadaian Syariah, makalah disampaikan pada Pelatihan Pegadaian Syariah di Fakultas Syariah dan Hukum,UIN Jakarta, h. 6.


(55)

1) Syarat al-marhun bih (utang) adalah: (1) merupakan hak yang wajib dikembalikan kepada yang berutang, (2) utang itu boleh dilunasi dengan agunan itu, (3) utang itu jelas dan tertentu;

2) Syarat al-marhun (barang yang dijadikan agunan), menurut para pakar fiqh, adalah: (1) barang jaminan (agunan) itu boleh dijual dan nilainya seimbang dengan utang, (2) barang jaminan itu bernilai dan dapat dimanfaatkan, (3) barang jaminan itu jelas dan tertentu, (4) agunan itu milik sah orang yang berutang, (5) barang jaminan itu tidak terkait dengan hak orang lain, (6) barang jaminan itu merupakan harta yang utuh, tidak bertebaran dalam beberapa tempat, dan (7) barang jaminan itu boleh diserahkan baik materinya maupun manfaatnya.19

Di samping syarat-syarat di atas, para ulama fiqh sepakat menyatakan bahwa ar-rahn itu baru dianggap sempurna apabila barang yang dirahn-kan itu secara hukum sudah berada di tangan pemberi utang, dan uang yang dibutuhkan telah diterima peminjam uang.

Sesuai dengan landasan konsep Rahn, pada dasarnya ar-Rahn berjalan diatas dua akad transaksi syariah yaitu :

1. akad rahn. Rahn yang dimaksud adalah menahan harta milik harta si peminjam sebagai jaminan atas pinjaman yang diterimanya,

19


(56)

42

pihak yang menahan memperoleh jaminan untuk mengambil kembali seluruh atau sebagian piutangnya. Dengan akad ini bank syariah menahan barang bergerak sebagai jaminan atas uang nasabah.

2. akad ijarah. Yaitu akad pemindahan hak guna atas barang dan atau jasa melalui pembayaran upah sewa, tanpa diikuti dengan pemindahan kepemilikan atas barangnya sendiri. Malalui akad ini dimungkinkan bagi bank untuk menarik sewa atas penyimpanan barang bergerak milik nasabah yang telah melakukan akad.20

C. Ekonomi Islam

1. Definisi Ekonomi Islam

Para ahli fiqh telah banyak mendefinisikan tentang apa yang dimaksud dengan ekonomi Islam. Berbagai argumen ini meskipun saling berbeda formulasi kalimatnya, tetapi mengandung pengertian yang sama. Pada dasarnya suatu ilmu pengetahuan yang berupaya memandang, meninjau, meneliti yang pada akhirnya menyimpulkan dan menyelesaikan permasalahan-permasalahan ekonomi dengan cara-cara islami merupakan bagian dari definisi ekonomika islami itu sendiri.21

20

Rudy Kurniawan, Pegadaian Syariah, makalah disampaikan pada Pelatihan Pegadaian Syariah di Fakultas Syariah dan Hukum,UIN Jakarta, h.6.

21


(57)

Secara substansial ekonomi Islam tidak jauh berbeda dengan ekonomi secara umum, yaitu ilmu yang mempelajari bagaimana manusia memenuhi kebutuhannya dengan perlengkapan yang terbatas sifatnya dan sumber daya yang terbatas pula. Hanya, dalam ekonomi Islam, teori dan prakteknya harus sesuai dengan ketentuan syariah, yang bersumber pada ajaran al-Quran dan Hadits. Dalam rangka memenuhi kebutuhannya tersebut, manusia melakukan kegiatan-kegiatan seperti produksi, distribusi dan konsumsi. Tiga model inilah yang menjadi pokok kegiatan dalam ekonomi.

Dr.Yusuf Qardhawi mengemukakan, bahwa ekonomi Islam adalah ekonomi yang berdasarkan ketuhanan. Sistem ini bertitik tolak dari Allah, bertujuan akhir kepada Allah dan menggunakan sarana yang tidak lepas dari syariat Allah. Aktifitas ekonomi seperti produksi, distribusi, konsumsi, import dan eksport tidak lepas dari titik tolak ketuhanan dan bertujuan akhir untuk Tuhan.22

Dari uraian tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa pengertian dari ekonomi Islam adalah studi tentang problema-problema ekonomi dan institusi yang berkaitan dengannya. Ekonomi Islam merupakan ilmu yang mempelajari tentang tata kehidupan kemasyarakatan dalam memenuhi kebutuhan untuk mencapai ridha Allah.

2. Nilai-Nilai Dasar Ekonomi Islam

22

Yusuf Qardhawi, Norma dan Etika Ekonomi Islam, (Jakarta: Gema Insani Press, 1997), cet.II, h. 31.


(58)

44

Dalam perekonomian Islam terkandung prinsip bahwa ikatan antara kepentingan pribadi dan kepentingan masyarakat adalah erat, semata-mata karena fitrah keduanya. Antara keduanya harus ada keselarasan dan keserasian, bukan persaingan. Jika seorang individu mengambil kekayaan masyarakat untuk dirinya sendiri tanpa mengindahkan hal-hal yang berhubungan dengan kepentingan umum dan tanpa mengindahkan hal-hal yang berhubungan dengan kepentingan umum dan tanpa memperhatikan ketika ia menyimpan dan menyalurkannya kecuali untuk kepentingan pribadinya, maka bahayanya pun tidak hanya menimpa individu sendiri, tetapi pada akhirnya kembali menimpa masyarakat.

Adapun secara rinci dapat dikemukakan beberapa nilai-nilai dasar ekonomi Islam. Nilai-nilai ini menjadi dasar inspirasi untuk membangun teori-teori ekonomi Islami. Rinciannya:

a. Tauhid (Keesaan Tuhan)

Tauhid merupakan fondasi ajaran Islam. Dengan tauhid manusia menyaksikan bahwa “Tiada sesuatu pun yang layak disembah selain Allah,” dan “tidak ada pemilik langit, bumi dan isinya, selain daripada Allah” karena Allah adalah pencipta alam semesta dan isinya dan sekaligus pemiliknya, termasuk pemilik manusia dan seluruh sumberdaya yang ada.

Oleh karena itu, Allah adalah pemilik hakiki. Manusia hanya diberi amanah untuk “memiliki” untuk sementara waktu, sebagai ujian


(59)

bagi mereka. Dalam Islam, segala sesuatu yang ada tidak diciptakan dengan sia-sia, tetapi memiliki tujuan.

b. ‘Adl (Keadilan)

Allah adalah pencipta segala sesuatu, dan salah satu sifat-Nya adalah adil. Dia tidak membeda-bedakan perlakuan terhadap makhluk-Nya secara zalim. Manusia sebagai khalifah di muka bumi harus memelihara hukum Allah di bumi, dan menjamin bahwa pemakaian segala sumberdaya diarahkan untuk kesejahteraan manusia, supaya semua mendapat manfaat daripadanya secara adil dan baik.

Dalam banyak ayat, Allah memerintahkan manusia untuk berbuat adil. Dalam Islam adil didefinisikan sebagai ”tidak menzalimi dan tidak dizalimi.” Implikasi ekonomi dari nilai ini adalah bahwa pelaku ekonomi tidak dibolehkan untuk mengejar keuntungan pribadi bila hal itu merugikan orang lain atau merusak alam. Tanpa keadilan, manusia akan terkelompok-kelompok dalam berbagai golongan.

c. Nubuwwah (Kenabian)

Karena rahman, rahim dan kebijaksanaan Allah, manusia tidak dibiarkan begitu saja di dunia tanpa mendapat bimbingan. Karena itu diutuslah para nabi dan rasul untuk menyampaikan petunjuk dari Allah kepada manusia tentang bagaimana hidup yang baik dan benar di dunia, dan mengajarkan jalan untuk kembali (taubah) ke asal muasal segala, Allah. Fungsi Rasul adalah menjadi model terbaik yang harus diteladani


(60)

46

manusia agar mendapat keselamatan di dunia dan akhirat. Untuk umat Islam, Allah telah mengirimkan “manusia model” yang terakhir dan sempurna untuk diteladani sampai akhir zaman, Nabi Muhammad Saw. Sifat-sifat yang patut diteladani antara lain seperti: shiddiq (benar,jujur), amanah (tanggung jawab, kepercayaan, kredibilitas), fathanah (kecerdikan, kebijaksanaan, intelektualitas) dan tabligh (komunikasi, keterbukaan, pemasaran).

d. Khilafah (Pemerintahan)

Dalam al-Qur’an, Allah berfirman bahwa manusia diciptakan untuk menjadi khilafah di bumi, artinya untuk menjadi pemimpin dan pemakmur bumi. Oleh karena itu, pada dasarnya setiap manusia adalah pemimpin. Nabi bersabda: “Setiap dari kalian adalah pemimpin, dan akan dimintai pertangungjawaban terhadap yang dipimpinnya.” Ini berlaku bagi semua manusia. Nilai ini mendasari prinsip kehidupan kolektif manusia dalam Islam (siapa memimpin siapa). Fungsi utamanya adalah agar menjaga keteraturan interaksi (mu’amalah) antar kelompok-termasuk dalam bidang ekonomi-agar kekacauan dan keributan dapat dihilangkan, atau dikurangi.

Semua ini dalam kerangka mencapai maqashid al-syari’ah (tujuan-tujuan syariah), yang menurut Imam Al-Ghazali adalah untuk memajukan kesejahteraan manusia. Hal ini dicapai dengan melindungi keimanan, jiwa, akal, kehormatan, dan kekayaan manusia.


(61)

e. Ma’ad (Hasil)

Walaupun seringkali diterjemahkan sebagai “kebangkitan,” tetapi secara harfiah berarti “kembali”. Karena kita semua akan kembali kepada Allah. Hidup manusia bukan hanya di dunia, tetapi terus berlanjut hingga alam setelah dunia (akhirat). Pandangan dunia yang khas dari seorang muslim tentang dunia dan akhirat dapat dirumuskan sebagai : “dunia adalah ladang akhirat.” Artinya, dunia adalah wahana bagi manusia untuk bekerja dan beraktifitas (beramal soleh). Namun demikian akhirat lebih baik daripada dunia, karena itu Allah melarang kita untuk terikat pada dunia, sebab jika dibandingkan dengan kesenangan akhirat, kesenangan dunia tidaklah seberapa.

Allah menandaskan bahwa manusia diciptakan di dunia untuk berjuang. Perjuangan akan mendapat ganjaran, baik di dunia maupun di akhirat. Perbuatan baik dibalas dengan kebaikan yang berlipat-lipat, perbuatan jahat akan dibalas dengan hukuman yang setimpal. Karena itu, ma’ad diartikan juga sebagai imbalan/ganjaran. Implikasi nilai ini dalam kehidupan ekonomi dan bisnis misalnya, diformulasikan oleh Imam Al-Ghazali yang menyatakan bahwa motivasi para pelaku bisnis adalah untuk mendapatkan laba. Laba dunia dan laba akhirat. Karena itu konsep profit mendapatkan legitimasi dalam Islam. 23

23

Adiwarman Karim, Ekonomi Mikro Islami, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2007), h. 34.


(62)

48


(63)

PT. BANK RAKYAT INDONESIA (BRI) SYARIAH

A. Sejarah Berdirinya Bank Rakyat Indonesia Syariah

Berawal dari akusisi Bank Jasa Arta oleh Bank Rakyat Indonesia, pada tanggal 19 Desember 2007 dan kemudian diikuti dengan perolehan ijin dari Bank Indonesia untuk mengubah kegiatan usaha Bank Jasa Arta dari bank umum konvensional menjadi bank umum yang menjalankan kegiatan usaha berdasarkan prinsip syariah pada tanggal 16 Oktober 2008, maka lahirlah Bank umum syariah yang diberi nama PT. Bank Syariah BRI (yang kemudian disebut dengan nama BRISyariah) pada tanggal 17 November 2008.

Nama BRISyariah dipilih untuk menggambarkan secara langsung hubungan Bank dengan PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk, selanjutnya disebut Bank Rakyat Indonesia, yang merupakan salah satu bank terbesar di Indonesia. BRI Syariah merupakan anak perusahaan dari Bank Rakyat Indonesia yang akan melayani kebutuhan perbankan masyarakat Indonesia dengan menggunakan prinsip-prinsip syariah. Pada tanggal 19 Desember 2008, telah ditanda-tangani akta pemisahan unit usaha syariah. Penandatanganan akta pemisahan telah dilakukan oleh Bp. Sofyan Basir selaku Direktur Utama Bank Rakyat Indonesia dan Bp. Ventje Rahardjo selaku Direktur Utama BRI Syariah,


(64)

   

49

sebagaimana akta pemisahan No. 27 tanggal 19 Desember 2008 dibuat di hadapan notaris Fathiah Helmi SH di Jakarta.

Peleburan unit usaha syariah Bank Rakyat Indonesia ke dalam BRI Syariah ini berlaku efektif pada tanggal 1 Januari 2009. Adapun yang menjadi pemegang saham BRI Syariah adalah

1. PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk, sebesar 99,99967% 2. Yayasan kesejahteraan pekerja BRI sebesar 0,00033%

B. Visi dan Misi

Dalam menjalankan roda perusahaan, manajemen dan karyawan Bank Rakyat Indonesia (BRI) Syariah mengacu kepada visi dan misi perusahaan sebagai berikut :

1. Pernyataan Visi BRI Syariah:

Menjadi bank ritel modern terkemuka dengan ragam layanan finansial sesuai kebutuhan nasabah dengan jangkauan termudah,untuk kehidupan yang lebih bermakna.

2. Menterjemahkan visi menjadi sebuah misi untuk:

a. Memahami keragaman individu dan mengakomodasi beragam kebutuhan finansial nasabah;

b. Menyediakan produk dan layanan yang mengedepankan etika sesuai dengan prinsip - prinsip Syariah;

   


(65)

c. Menyediakan aksesibilitas ternyaman melalui berbagai sarana kapanpun, dimanapun;

d. Memungkinkan setiap individu untuk dapat meningkatkan kualitas hidup dan ketentraman pikiran.

C. Struktur Organisasi 1. Dewan Komisaris

Komisaris Utama Randi Anto

Komisaris Musthafa Zuhad Mughni Komisaris Sunarsip

Komisaris Nasrah Mawardi 2. Dewan Direksi

Direktur Utama Ventje Rahardjo Direktur Ari Purwandono Direktur Eko B. Suharno Direktur Budi Wisakseno 3. Dewan Pengawas

Ketua Prof. Drs. Hasjmuni Abdurrachman Anggota Prof.Dr.K.H. Didin Hafidhudin, MSc Anggota Gunawan Yasni,SE,MM

   


(66)

   

51

D. Produk – Produk Bank Rakyat Indonesia (BRI) Syariah

BRI Syariah menitikberatkan pada individu dan bisnis wirausaha kecil dan menengah dengan menyediakan serangkaian produk dan jasa perbankan berbasis Syariah bagi kedua segmen tersebut, yang terdiri dari 3 (tiga) kategori:

Funding Lending Akses Produk Penghimpunan

Dana, terdiri atas : 1. Tabungan BRI

Syariah 2. Giro iB 3. Deposito iB 4. Tabungan Haji iB 5. Tabungan

Perencanaan iB

Produk Penyaluran Dana, terdiri atas :

1. Pembiayaan Komersil 2. Pembiayaan Ritel 3. Mikro iB

4. Pembiayaan

Linkage/Kemitraan 5. Pembiayaan

Konsumer

Produk Akses terdiri atas :

1. Remittance BRI Syariah

2. Mini Banking

3. Mobile Banking/ SMS Banking

4. Internet Banking 5. ATM/EDC/

Telephone Banking

Berikut akan dijelaskan mengenai produk-produk BRISyariah : 1. Produk Funding

Produk penghimpunan dana terdiri atas:

   


(67)

a. Tabungan BRI Syariah iB

Tabungan BRISyariah iB merupakan tabungan dari BRISyariah bagi nasabah perorangan yang menggunakan prinsip titipan (wadiâah yad dhamanah), dipersembahkan untuk Nasabah yang menginginkan kemudahan dalam transaksi keuangan Nasabah.

1) Manfaat

a) Aman, karena diikutsertakan dalam program penjaminan pemerintah

b) Dapat bertransaksi di seluruh jaringan Kantor Cabang BRI Syariah

c) Dengan kartu ATM BRI Syariah, Nasabah mudah melakukan transaksi di lebih dari 1.000 ATM BRI di seluruh Indonesia 2) Fasilitas

Fasilitas Kartu ATM BRI Syariah, yaitu: Informasi saldo, ganti PIN, tarik tunai, transfer ke BRI Syariah atau BRI, pembayaran tagihan PLN (khusus pulau Jawa), pembayaran tagihan Telkom, pembayaran tagihan Flexi.

b. Tabungan Haji iB

Tabungan Haji iB merupakan tabungan investasi dari BRI Syariah bagi calon haji yang bertujuan untuk memenuhi kebutuhan Biaya Perjalanan Ibadah Haji (BPIH), dengan prinsip bagi hasil (Mudharabah al-Muthlaqoh).

   


(68)

   

53

1) Manfaat

a) Kemudahan rencana/persiapan ibadah Haji b) Aman dan sesuai syariah

c) Bagi hasil yang kompetitif

d) Gratis asuransi jiwa & kecelakaan 2) Fasilitas

Fasilitas tabungan haji antara lain: bebas biaya administrasi, dapat dilakukan potongan zakat secara otomatis dari bagi hasil yang didapatkan, setoran ringan, dan dapat dilakukan diseluruh cabang BRI Syariah.

c. Deposito iB

Usaha Nasabah dalam mengembangkan dana terbaik sewajarnya dikelola dengan cara yang terbaik. Deposito iB adalah salah satu jenis simpanan berdasarkan prinsip bagi hasil (Mudharabah al-Muthlaqoh) yang dananya dapat ditarik pada saat jatuh tempo.

1) Manfaat

a) Terjamin karena disertakan dalam program penjaminan pemerintah

b) Memberikan bagi hasil yang kompetitif c) Dikelola dengan prinsip sesuai syariah

2) Fasilitas

   


(69)

Fasilitas yang terdapat dalam deposito iB; pilihan jangka waktu 1, 3, 6 dan 12 bulan, dapat diperpanjang secara otomatis dengan nisbah bagi hasil sesuai kesepakatan pada saat jatuh tempo, dapat dilakukan potongan zakat secara otomatis dari bagi hasil yang Nasabah dapatkan, pemindahbukuan otomatis setiap bulan dari bagi hasil yang didapat ke rekening Tabungan atau Giro di BRI Syariah, dan dapat dijadikan jaminan pembiayaan.

d. Giro iB

Giro iB dari BRI Syariah adalah simpanan untuk kemudahan berbisnis dengan pengelolaan dana berdasarkan prinsip titipan (wadiâah yad dhamanah) yang penarikannya dapat dilakukan setiap saat dengan menggunakan Cek atau Bilyet Giro.

1) Manfaat

a) Kemudahan dalam transaksi bisnis

b) Bank dapat memberikan bonus sesuai kebijakan yang berlaku c) Aman, karena diikutsertakan dalam program penjaminan

pemerintah

2) Fasilitas

Fasilitas dalam produk ini; mendapatkan buku cek dan bilyet giro sebagai media penarikan, pemindahbukuan antar cabang BRI Syariah secara online.

   


(70)

   

55

2. Produk Lending

Produk Penyaluran Dana, terdiri atas : a. KKB iB BRIS

Kepemilikan Kendaraan Bermotor (KKB) BRI Syariah iB Kini hadir sebagai sarana untuk memperoleh pembiayaan mobil baik kondisi baru maupun bekas pakai secara cepat, syarat mudah dan sesuai syariah.

KKB BRI Syariah iB merupakan pembiayaan kepemilikan mobil yang diinginkan dengan menentukan sendiri pilihan merk yang anda inginkan dan besarnya cicilan disesuaikan dengan pendapatan Nasabah.

1) Manfaat

Pembiayaan untuk memenuhi kebutuhan kepemilikan mobil secara syariah dengan proses dan dan persyaratan yang mudah dan cepat.

2) Keunggulan

a) Kemudahan pembayaran cicilan

b) Kenyamanan Kendaraan yang terasuransi

c) Bebas menentukan besaran cicilan sesuai kemampuan d) Uang muka ringan

   


(1)

(emas,berlian ataupun logam mulia lainnya) untuk dititipkan disertai dengan copy tanda pengenal. Staf BRI Syariah kemudian akan menjelaskan mekanisme, biaya-biaya yang harus dikeluarkan, serta kemungkinan yang mungkin terjadi apabila nasabah tidak mampu membayar yakni dilakukan lelang sesuai dengan syariah. Jangka waktu gadai maksimal 120 hari (4 bulan), apabila ingin dilakukan perpanjangan waktu, maka dilakukan dengan akad baru.

Kemudian staf penaksir akan menentukan nilai taksiran barang yang digadaikan tersebut yang akan dijadikan sebagai patokan perhitungan pengenaan sewa simpanan (jasa simpan) dan plafon uang pinjaman yang dapat diberikan. Taksiran barang ditentukan berdasarkan nilai intrinsic dan harga pasar yang telah ditetapkan oleh BRISyariah. Maksimum uang pinjaman yang dapat diberikan adalah sebesar 93 % untuk logam mulia. Setelah melalui proses tersebut, maka uang pinjaman yang dibutuhkan nasabah akan segera cair. Setelah itu, nasabah akan mendapatkan sertifikat gadai guna menebus harta geraknya

4. Apakah nasabah harus memiliki/membuka rekening BRI Syariah? Berapa saldo minimal yang harus dimiliki nasabah?

Nasabah tidak harus memiliki rekening di BRI Syariah, namun apabila ingin membuka rekening maka diperbolehkan untuk membantu transaksi pembayaran, misalnya bank bisa langsung memotong jumlah tabungan nasabah sesuai dengan kesepakatan yang telah disepakati sebelumnya, tanpa nasabah repot-repot untuk datang ke bank.

5. Barang apa saja yang dapat digadaikan di Bri Syariah? Apakah tanah, rumah atau kendaraan bermotor dapat digadaikan? Jika iya, apakah yang digadaikan barang atau BPKB/sertifikat saja?


(2)

BRI Syariah hanya menerima emas, perak, intan, berlian atau logam mulia lain. Inilah perbedaan antara BRI Syariah dengan pegadaian.

6. Upaya apa yang akan dilakukan oleh BRI Syariah apabila nasabah tidak dapat melunasi hutangnya?

Apabila sudah jatuh tempo pembayaran, nasabah belum melunasi kewajibannya maka pihak BRI akan mengingatkan nasabah untuk segara membayar kewajibannya. Apabila sudah diingatkan dan nasabah belum mampu membayar maka barang yang digadaikan akan dilelang sesuai dengan tanggal yang sudah ditetapkan pada saat akad dan lelang dilakukan sesuai dengan kaidah syariah. Apabila dari hasil lelang terdapat kelebihan setelah dipotog biaya-biaya yang diperlukan maka kelebihan tersebut menjadi milik nasabah, begitupun jika hasil lelang belum mencukupi kewajiban yang harus dibayar oleh nasabah, maka nasabah tersebut wajib memberikan tambahan dari kekurangan tersebut.

7. Bagaimana cara serta perhitungan biaya-biaya apabila nasabah ingin melakukan perpanjangan waktu pelunasan?

Apabila nasabah ingin melakukan perpanjangan waktu gadai, maka dilakukan dengan akad baru. Tidak ada biaya tambahan selain biaya seperti saat melakukan akad gadai untuk pertama kalinya.

INVESTASI BERKEBUN EMAS SYARIAH 1. Apa yang dimaksud dengan investasi berkebun emas?

Berkebun Emas adalah teknik berinvestasi emas dengan modal awal yang minimal namun dapat memperoleh emas dalam jumlah yang banyak dengan cara memanfaatkan dana pinjaman dari produk Gadai iB BRIS.

2. Apakah ini termasuk produk BRI Syariah atau hanya layanan yang terdapat di BRI Syariah?


(3)

Investasi berkebun emas bukanlah produk dari BRI Syariah. Pihak BRI Syariah hanya memfasilitasi dengan produk Gadai iB BRIS. Karena untuk melakukan investasi kebun emas instrumen utama yang dibutuhkan adalah produk gadai di bank syariah. Adanya investasi kebun emas dijadikan BRIS sebagai salah satu teknik pemasaran guna meningkatkan produk Gadai iB.

3. Bagaimana perkembangan investasi berkebun emas sampai saat ini? Sudah berapa jumlah nasabah yang melakukan investasi berkebun emas di BRI Syariah?

Perkembangan investasi kebun emas ini cukup baik bahkan berkembang dengan pesat. Salah satu cara yang dilakukan BRISyariah adalah melakukan kerjasama dengan penemu metode kebun emas, Rully Kustandar, dengan melakukan seminar-seminar investasi kebun emas yang dilakukan di berbagai kota. Cara ini dirasa baik, karena biasanya para calon investor setelah menghadiri seminar, maka besoknya langsung datang ke BRI Syariah untuk langsung mempraktikkan hasil yang didapat dari seminar kebun emas. Hingga saat ini nasabah Gadai iB BRIS sudah mencapai sekitar 9.900 nasabah.

4. Dari nasabah yang ada sampai saat ini, berapa jumlah emas yang terbanyak yang dimiliki nasabah dalam investasi ini, dalam jangka waktu berapa lama dan berapa keuntungan yang diperoleh nasabah tersebut?

Wah, saya tidak tahu pastinya, karena investasi ini tidak hanya digeluti oleh orang per orang saja, bahkan beberapa toko emas pun melakukan investasi ini.Jadi mereka menyimpan sebagian emasnya untuk mendapatkan tambahan modal. Investasi ini berkembang dengan pesat. Ada yang sudah mencapai 1 Milyar rupiah, jika harga 1 gram emas diumpamakan Rp 350.000,-, maka artinya ia sudah menyimpan emasnya sekitar 2.857 kg di bank. Produk Gadai sebagai instrumen utama dari investasi ini, dahulunya bisa dibilang lebih sering dimanfaatkan oleh golongan menengah ke bawah karena mereka membutuhkan dana untuk kebutuhan yang mendesak. Namun sekarang, produk Gadai ini tidak


(4)

hanya sering dimanfaatkan oleh golongan menengah ke bawah, tetapi lebih banyak golongan menengah ke atas yang memanfaatkan produk Gadai untuk melakukan investasi kebun emas.

5. Bagaimana mekanisme serta aplikasi investasi berkebun emas di BRI Syariah? Beli emas batangan 25 gram di pasar / PT Aneka Tambang.Gadaikan emas yang kita miliki tersebut di BRIS.Belilah emas batangan 25 gr di pasar/ PT Aneka Tambang dengan dana pinjaman ditambah dana segar baru dari kantong kita.Gadaikan emas yang telah kita beli tersebut. Jadi, jumlah emas yang telah kita gadaikan adalah 50 gr.Belilah 25 gr emas batangan baru lagi dari dana pinjaman ditambah dana segar baru lagi dari kantong kita.Gadaikan emas yang baru saja kita beli tersebut sehingga emas yang kita gadaikan menjadi 75 gr.Belilah emas baru lagi dari dana pinjaman yang telah ditambah dana segar baru.Simpan emas batangan yang baru saja kita beli (jangan digadaikan lagi) dan tunggulah hingga kebutuhan mendesak atau hingga harga emas naik.

Hasil dari investasi ini juga dapat digunakan untuk sarana mempersiapkan tabungan haji, pendidikan anak, dan keperluan lainnya.

6. Apakah ada syarat-syarat tertentu atau sesuai dengan aplikasi gadai? Sesuai dengan syarat dan ketentuan dari produk Gadai iB BRIS.

8. Bagaimana melakukan perpanjangan akad rahn dalam investasi ini?(setiap berapa bulan 1x atau tahunan)?

Jangka waktu untuk satu kali akad adalah 120 hari (4 bulan) sekali. Setelah 4 bulan, investor harus melakukan perpanjangan akad dengan melakukan akad baru.


(5)

9. Apakah dalam melakukan investasi ini, Bank juga menyediakan (menjual) emas yang diinginkan nasabah, atau hanya menerima gadai?

Bank tidak menjual emas yang diinginkan nasabah, namun apabila nasabah membutuhkan atau ingin membeli emas, maka BRI Syariah juga bekerjasama dengan toko emas. BRI Syariah dapat memanggil atau memesankan kepada toko emas tersebut sesuai dengan emas yang diinginkan nasabah.

10.Apakah ada biaya-biaya khusus yang dibebankan untuk melakukan investasi berkebun emas ini atau hanya membayar biaya dari gadai syariah saja?

Tidak ada biaya yang dikelurkan untuk melakukan investasi kebun emas di BRISyariah selain biaya yang dikenakan pada produk Gadai iB BRIS

11.Apakah ada ketentuan mengenai batas waktu dari investasi berkebun emas ini? Pihak Bank menyarankan untuk melakukan investasi ini minimal 2 tahun.

12.Jenis emas apa yang dapat dijadikan investasi berkebun emas? Emas Perhiasan, Koin Emas atau Emas Lantakan?

Disarankan emas lantakan agar tidak mengurangi harga jual

13.Bagaimana contoh perhitungan investasi berkebun emas di BRI Syariah? Dapat dibaca pada lampiran berikutnya

14.Apa pertimbangan dan alasan DPS BRI menyetujui investasi berkebun emas merupakan sebuah layanan yang terdapat di BRI Syariah?

Berdasarkan rencana Bank BRI Syariah dalam meningkatkan produk Gadai iB, maka salah satu teknik pemasarannya adalah menggunakan teknik ‘Berkebun Emas’. Opini DPS tentang ‘Berkebun Emas’ adalah tatacara atau teknik investasi emas melalui teori ‘Berkebun Emas’ tidak bertentangan dengan kaidah syariah


(6)

Islam. Sepanjang investor mengetahui risisko-risiko dalam berinvestasi emas,seperti : (1) fluktuasi harga emas; (2) biaya-biaya pada produk gadai iB BRIS; (3) ketentuan dan penetapan tanggal lelang di Sertifikat Gadai Syarah. Pihak BRIS juga menginformasikan risiko-risiko di produk Gadai iB BRIS dan risiko fluktuasi harga emas. Investasi ini tidak ada unsur spekulasi, dimana investor mengetahui bahwa dalam investasi barang berupa emas memerlukan jangka waktu lama minimal 2 tahun atau kenaikan harga emas sebesar 30 %. 15.Apakah selama ini ada kendala-kendala yang terjadi dalam menyalurkan investasi

ini?

Pernah suatu saat terjadi, nasabah menggadaikan emas dan ternyata emas yang digadaikan adalah emas palsu.