BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pangan mempunyai peranan yang sangat penting dalam kesehatan masyarakat. Oleh karena itu, seluruh anggota masyarakat, tanpa kecuali merupakan konsumen pangan. Di
Indonesia, sebagian besar dari masyarakatnya masih mempunyai pendapatan dan tingkat pendidikan yang relatif rendah. Oleh karena itu, kesadaran dan kemampuan mereka sebagai
konsumen juga masih sangat kurang, dan dalam memilih pangan, masyarakat seringkali mengabaikan kualitasnya karena daya beli yang yang memang masih sangat rendah Cahyadi,
2006. Pangan adalah segala sesuatu yang berasal dari sumber hayati dan air, baik yang diolah
maupun tidak diolah, yang diperuntukkan sebagai makanan atau minuman bagi konsumsi manusia, termasuk bahan tambahan pangan, bahan baku pangan, dan bahan lain yang digunakan
dalam proses penyiapan, pengolahan, dan atau pembuatan makanan dan minuman Rahayu, 2008.
Salah satu hal yang tidak dapat dilepaskan dari perkembangan makanan dan minuman adalah perkembangan kemasan yang digunakan untuk mengemas produk pangan tersebut
Novianti, 2009. Pada BAB I Ketentuan Umum pasal 1 ayat 10 Undang- undang tentang Pangan tahun
1996 dan menurut peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia Nomor.HK 00.05.55.6497 tentang Bahan Kemasan Pangan tahun 2007 disebutkan bahwa
kemasan pangan adalah bahan yang digunakan untuk mewadahi dan atau membungkus pangan, baik yang bersentuhan langsung dengan pangan maupun tidak.
Universitas Sumatera Utara
Sifat dan kegunaan kemasan banyak tergantung dari bahan atau material yang digunakan untuk membuat alat itu Yuliarti, 2007. Kemasan pangan berasal dari berbagai jenis bahan, yang
sering digunakan adalah kertas, plastik, logam, kayu, kacagelas dan kombinasi dari kemasan yang ada. Kemasan yang harus diperhatikan dalam pemilihan kemasan berhubungan dengan
keamanan pangan adalah kemasan primer, yaitu kemasan yang langsung berhubungan atau kontak dengan produk pangan. Kemasan primer memiliki risiko terjadinya migrasi bahan
kemasan yang paling besar. Salah satu contoh kemasan primer adalah kemasan melamin yang dewasa ini banyak diperjualbelikan di masyarakat Novianti, 2009.
Menurut Standar Nasional Indonesia 2008, Produk melamin merupakan salah satu jenis produk perlengkapan makan dan minum yang banyak digunakan untuk keperluan makan dan
minum. Hal ini dikarenakan produk melamin mempunyai beberapa kelebihan antara lain ringan, dapat dijumpai dalam berbagai bentuk dan desain yang menarik serta tidak mudah pecah.
Tak heran jika produk melamin itu makin mudah dijumpai dalam keseharian. Penjaja bakso, warung makan, sampai usaha jasa boga beranggaran rendah dengan senang hati mulai
mengganti perangkat makan dari beling dan gelas dengan perlengkapan yang mengurangi risiko rugi karena pecah ini. Produsen makanan siap saji dari kacang kulit sampai biskuit bubur bayi
pun menyertakan perlengkapan makan dari melamin murah itu dalam kemasan sebagai hadiah, pemikat calon pembeli Juliati, 2008.
Namun demikian, penggunaan produk melamin dan sejenisnya harus diwaspadai terutama dengan semakin maraknya peredaran produk-produk tersebut di pasaran yang mutunya
tidak bisa dipertanggungjawabkan karena beberapa produk tersebut dapat mengakibatkan gangguan pada kesehatan manusia apabila digunakan SNI, 2008.
Universitas Sumatera Utara
Badan Standar Nasional menetapkan syarat mutu produk melamin untuk perlengkapan makan dan minum yang diharapkan dapat menjadi acuan bagi produsen serta membantu upaya
perlindungan konsumen, dan syarat untuk kandungan formaldehid terekstrak adalah sebanyak 3 ppm SNI, 2008.
Pada tahun 2009, Badan POM RI telah melakukan pengujian laboratorium terhadap 62 sampel peralatan makan melamin. Dari hasil pengujian tersebut ditemukan 30 positif melepaskan
formalin. 30 jenis peralatan makan melamin yang melepaskan formalin berpotensi menimbulkan dampak buruk bagi kesehatan bila digunakan untuk mewadahi makanan yang berair atau berasa
asam, terlebih dalam keadaan panas. Dari 30 produk yang terbukti positif mengeluarkan formalin tersebut, ada beberapa yang merupakan produk dalam negeri namun sebagian besarnya adalah
produk impor dari negara Cina, dilihat dari tulisan yang ada di bagian belakang produk tersebut seperti ZAK Designs China, Mei Shin Melamine, dan Melamine Ware Made In China.
Produk-produk yang dijadikan sampel ini ditemukan beredar di supermarket dan pasar-pasar tradisional Badan POM, 2009.
Berdasarkan survei terhadap beberapa pasar yang ada di kota Medan yaitu: Pasar Sentral, Pasar Petisah, dan Pasar Sukaramai, banyak pedagang yang menjual peralatan rumah tangga
yaitu peralatan makan yang terbuat dari melamin seperti mangkok, piring, sendok, cangkir, dan lain-lain. Beberapa merek yang banyak dijual di Pasar-pasar ini adalah:Golden Dragon,Golden
Unicorn,Onyx,Meishing, dan Hoover. Hasil pengamatan peneliti terhadap pedagang-pedagang bakso dan rumah makan di sekitar Pasar Sentral, Pasar Petisah, dan Pasar Sukaramai, serta
pedagang-pedagang yang ada di sekitar Padang Bulan, terdapat banyak pedagang yang menggunakan peralatan makan melamin khususnya mangkok sebagai wadah untuk menyajikan
makanan seperti bakso, sop, dan gulai.
Universitas Sumatera Utara
Dari hasil pemeriksaan terhadap satu sampel merek mangkok, dan satu sampel merek cangkir melamin yaitu Golden Unicorn dan hoover, yang banyak dijual di pasar diperoleh hasil
bahwa jumlah formaldehid yang terdapat dalam mangkok tersebut jauh melebihi angka standar SNI 3ppm yaitu 33,01 ppm dalam mangkok dan 19,48 ppm dalam cangkir.
Menurut Novianti 2009 Melamin mengandung formalin yang sangat berbahaya bagi kesehatan tubuh. Dari penelitian yang telah banyak dilakukan pada peralatan dari melamin,
ternyata formalin pada peralatan dapat bermigrasi ke produk pangan, terutama bila produk pangannya berada pada suhu tinggi atau panas, misalnya untuk wadah minuman panas atau sup
panas. Menurut penelitian yang dilakukan oleh Ika 2007 yaiu pemeriksaan kandungan
formaldehid terhadap peralatan makan melamin berdasarkan perbedaan suhu air yang dimasukkan ke dalam peralatan makan berupa cangkir dan mangkok diperoleh hasil bahwa
kandungan formaldehid yang paling tinggi yaitu pada suhu 80°C-100°C. Menurut International Programme on Chemical Safety IPCS dalam Fahruddin 2007
yang dikutip oleh Hamdani 2010 dinyatakan bahwa batas toleransi formaldehid dalam bentuk air minum adalah 0,1 mg per liter atau dalam satu hari asupan yang diizinkan adalah 0,2 mg.
Sementara formalin yang boleh masuk ke tubuh dalam bentuk makanan untuk orang dewasa adalah 1,5 mg hingga 14 mg per hari.
Jika kandungan formaldehid dalam tubuh tinggi, akan bereaksi secara kimia dengan hampir semua zat di dalam sel sehingga menekan fungsi sel dan menyebabkan kematian sel
sehingga terjadi keracunan pada tubuh. Selain itu, kandungan formalin yang tinggi dalam tubuh juga menyebabkan iritasi lambung, alergi, bersifat karsinogeni menyebabkan kanker dan
bersifat mutagen menyebabkan perubahan fungsi seljaringan, serta orang yang
Universitas Sumatera Utara
mengonsumsinya akan muntah, diare bercampur darah, kencing bercampur darah, dan kematian yang disebabkan adanya kegagalan peredaran darah. Formalin yang mengalami penguapan
berupa gas yang tidak berwarna, dengan bau yang tajam menyesakkan sehingga merangsang hidung, tenggorokan, dan mata Cahyadi, 2009.
Oleh karena itu masyarakat dan industri perlu memerhatikan bahan tambahan pangan dalam hubungannya dengan kemungkinan pemalsuan terhadap komponen yang berkualitas
rendah dan kemungkinan bahaya yang ditimbulkan oleh komponen beracun dalam bahan pangan Cahyadi, 2009.
Maka dengan uraian tersebut di atas, peneliti merasa perlu untuk dilakukan pemeriksaan lebih lanjut terhadap kandungan formaldehid pada makanan dan minuman yang menggunakan
peralatan makan melamin sebagai wadah dalam proses penyiapan, pengolahan, danatau pembuatan makanan atau minuman yang sering digunakan dalam kehidupan sehari-hari
khususnya di kota Medan.
1.2 Perumusan Masalah