26 pada halaman depan dengan cara menebak gabungan huruf yang sudah dikupas
bersama. Hal ini dilakukan untuk menarik perhatian anak karena anak kerap bosan dan tidak tertarik pada media yang hanya menyajikan huruf-huruf saja.
Selanjutnya, anak satu per satu diberikan pertanyaan dari guru dengan mengenali bentuk huruf, bunyi huruf, bunyi awal, dan membaca media yang terdapat suku
kata. Kelemahan dalam kognitif yang dialami anak tuna grahita merupakan salah
satu hambatan dalam proses pengajaran membaca. Anak kurang dapat memahami bahasa yang bersifat abstrak, jadi dalam pengajaran-pengajaran membaca anak
tunagrahita ringan memerlukan contoh kongret, sehingga perlu menggunakan alat bantu sebagai media dalam pembelajarannya, yaitu salah satunya adalah media
flash card. Media ini diharapkan sebagai salah satu solusi dalam membantu meningkatkan kemampuan membaca permulaan pada anak tunagrahita ringan.
Jenis media yang menarik, disertai dengan permainan, dan suasana kelas yang menyenangkan diharapkan tujuan pembelajaran dapat tercapai secara optimal.
D. Kajian Pelaksanaa Evaluasi Kemampuan Membaca Permulaan Anak
Tunagrahita Ringan
Menurut WS. Winkel 2004: 531 evaluasi merupakan salah satu komponen sistem pembelajaran pendidikan. Hal ini berarti, evaluasi merupakan bagian integral
yang tidak terpisahkan dari kegiatan pembelajaran dan pendidikan. Sedangkan, menurut Ngalim Purwanto 1994: 3 evaluasi berarti proses sistematis untuk
menentukan nilai sesuatu tujuan kegiatan, keputusan, unjuk kerja, proses, orang, obyek, dan yang lain berdasarkan kriteria tertentu melalui penilaian. Jadi, dari
pendapat di atas dapat dijelaskan bahwa evaluasi merupakan salah satu komponen belajar mengajar yang menentukan keberhasilan proses belajar mengajar itu sendiri.
27 Tanpa adanya evaluasi guru tidak mungkin mengetahui hasil belajar yang telah
menjadi milik siswa. Evaluasi juga memegang peranan penting dalam komponen perencanaan dan
komponen interaksi dari proses belajar mengajar. Tujuan evaluasi bersesuaian dengan fungsi evaluasi. Adapun fungsi evaluasi menurut Daryanto 1999: 11, antara lain
sebagai fungsi formatif, sebagai fungsi sumatif, sebagai fungsi penempatan, dan sebagai fungsi diagnostik. Adapun lebih lanjut dapat dikaji sebagai berikut.
1. Fungsi formatif artinya hasil evaluasi digunakan untuk memperbaiki hasil belajar
dan kegiatan belajar mengajar, 2.
Fungsi sumatif artinya evaluasi yang dilakukan untuk menentukan tingkat keberhasilan siswa dalam belajar,
3. Fungsi penempatan memberikan kemampuan pada evaluator untuk
mengelompokkan siswa berdasarkan kriteria tertentu, dan 4.
Fungsi diagnostik artinya hasil evaluasi berguna sebagai bahan untuk membicarakan masalah yang dihadapi siswa yang bersangkutan, dimana bersifat
mendasar pada kelemahannya. Dengan demikian fungsi evaluasi berdasarkan pendapat di atas berfungsi untuk
memperbaiki cara belajar mengajar, mengadakan perbaikan dan pengayaan bagi anak didik serta menempatkan siswa pada situasi belajar mengajar yang lebih tepat sesuai
dengan tingkat kemampuan yang dimilikinya. Fungsi lainnya adalah untuk memperbaiki atau mendalami dan memperluas pelajaran dan yang terakhir adalah
untuk memberitahukan melaporkan kepada orangtua siswa mengenai hasil belajar penentuan kenaikan kelas dan penentuan kelulusan siswa.
Evaluasi dalam membaca permulaan, diantaranya berarti mengukur seberapa tinggi keberhasilan dalam mencapai tujuan pembelajaran maka alat pengukurnya atau
28 alat evaluasinya harus disesuaikan dengan tujuan pembelajaran yang akan dicapai.
Berarti evaluasi tersebut harus disusun berdasarkan tujuan pembelajaran yang telah ditentukan. Lebih lanjut dijelaskan bahwa evaluasi terhadap kemampuan membaca
haruslah dilihat dari keseluruhan kemampuan membaca secara utuh. Adapun butir- butir yang perlu diperhatikan dalam evaluasi membaca permulaan mencakup
ketepatan menyuarakan tulisan, kewajaran lafal, kewajaran intonasi, kejelasan suara, dan pemahaman isi makna.
E. Kajian Hasil Penelitian Relevan