Pusat Krisis Kesehatan Kementerian Kesehatan
2 Pelaksanaan Administrasi Pusat
Dukungan tenaga, logistik maupun dana operasional diberikan untuk membantu mengatasi krisis kesehatan. Dukungan tenaga dilakukan pada saat
tanggap darurat bencana maupun pasca bencana. Dukungan tenaga pada saat tanggap darurat bencana untuk melakukan kegiatan Rapid Health Assessment
RHA yaitu sebesar Rp 752.439.700,- atau 70,3 dari pagu. Sedangkan pasca bencana untuk mendukung kegiatan penilaian kerusakan, kerugian dan
kebutuhan pasca bencana yaitu sebesar Rp 135.018.800,- atau 64,5 dari pagu.
Bantuan operasional dapat berupa handling cost, bahan habis pakai, serta klaim perawatan pasien korban bencana. Pada tahun 2015 bantuan
operasional, pembayaran klaim serta pengadaaan obat dan bahan habis pakai yang diberikan kepada daerah yang mengalami kejadian krisis kesehatan
adalah sebesar Rp 202.681.746,- atau 19,8 dari pagu .
4. Keberhasilan
Sampai dengan akhir tahun 2015, PPKK telah mencapai target kinerja sebagaimana tercantum dalam Perjanjian Kinerja tahun anggaran 2015, dengan capaian 34
KabupatenKota mampu melaksanakan upaya pengurangan risiko krisis kesehatan di wilayahnya dan 6 provinsi mendapatkan advokasi dan sosialisasi untuk mendukung
pelaksanaan upaya pengurangan risiko krisis kesehatan di wilayahnya. PPKK berhasil mencapai keberhasilan lainnya sebagai berikut :
a. Menyusun 3 Pedoman yang diajukan untuk menjadi Permenkes yaitu :
- Pedoman Rehabilitasi dan Rekonstruksi Dampak Bencana Bidang Kesehatan
- Pedoman Implementasi Klaster Kesehatan dalam Penanggulangan Bencana
- Pedoman Pemberdayaan Masyarakat dalam Penanggulangan Krisis
Kesehatan b.
Menyusun draft revisi Permenkes No. 64 tahun 2013 tentang Penanggulangan Krisis Kesehatan dan saat ini sedang diajukan untuk disahkan menjadi
Permenkes. c.
Mengoptimalkan kerjasama lintas-program dan lintas-sektor dalam upaya kesiapsiagaan melalui rapat koordinasi klaster kesehatan dan sub klaster
kesehatan serta geladi penanggulangan krisis kesehatan akibat kecelakaan transportasi laut dalam rangka persiapan Sail Tomini 2015.
Pusat Krisis Kesehatan Kementerian Kesehatan
d. mengoptimalkan kerjasama dengan EHA-WHO Emergency and Humanitarian
Action melalui kegiatan pe elitia A alisis Kese ja ga a tara Peratura
Perundangan dan Program Nasional terkait Fasilitas Epalayanan Kesehatan yang A a terhadap Be a a de ga Kera gka Kerja I ter asio al .
e. terlibat dalam proses Rapid Health Assessment RHA serta penilaian kerusakan,
kerugian dan kebutuhan sumber daya kesehatan pasca bencana bersama-sama lintas program Kemenkes, di bawah koordinasi BNPB.
5. Permasalahan
a. Belum optimalnya upaya monitoring dan evaluasi kegiatan. Hal ini disebabkan
karena belum adanya instrumen monitoring yang dikembangkan dan digunakan untuk mengontrol pelaksanaan kegiatan. Selain itu, hasil evaluasi belum
digunakan seoptimal mungkin untuk perbaikan perencanaan kegiatan berikutnya.
b. Belum berjalannya mekanisme koordinasi yang optimal antara Kementerian
Kesehatan melalui PPKK dengan BNPB dalam hal pemanfaatan dana tanggap darurat Dana Siap Pakai yang dialokasikan pada DIPA BNPB untuk pelaksanaan
kegiatan penanggulangan krisis kesehatan pada kondisi tanggap darurat bencana.
c. Masih belum optimalnya peran dan tanggung jawab pemerintah daerah yang
tercermin dalam perencanaan dan pengalokasian penganggaran yang sangat minim. Hal ini menyebabkan pusat harus mengakomodir hal-hal yang seharusnya
ditangani oleh daerha. d.
Belum selesainya proses hibah barang milik negara BMN yang berada dalam pencatatan Sistem Informasi Manajemen dan Akuntansi BMN PPKK kepada Dinas
Kesehatan Provinsi dan Dinas Kesehatan KabupatenKota. e.
Masih terkendalanya proses pelembagaan PPK RegionalSub-Regional. Saat ini, semua aktivitas PPK RegionalSub-Regional masih dijalankan oleh Dinas
Kesehatan Provinsi setempat. Sehingga Dinkes Provinsi menjalankan 2 fungsi yaitu sebagai Dinas Kesehatan dan sebagai perpanjangan pusat di PPK
RegionalSub Regional sehingga fungsi PPK RegionalSub Regional tidak optimal. f.
Realisasi anggaran belum optimal karena revisi baru selesai pada bulan Agustus 2015.
Pusat Krisis Kesehatan Kementerian Kesehatan
6. Usulan Pemecahan Masalah