files14084LAKIP PPKK 2015

(1)

Pusat Krisis Kesehatan Kementerian Kesehatan

LAPORAN

AKUNTABILITAS

KINERJA

Pusat Penanggulangan Krisis Kesehatan

Kementerian Kesehatan


(2)

Pusat Krisis Kesehatan Kementerian Kesehatan KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kita panjatkan pada Allah SWT karena berkat rahmat dan karunia-Nya, kita dapat menyelesaikan Laporan Akuntabilitas Kinerja (LAK) Pusat Penanggulangan Krisis Kesehatan (PPKK) Tahun 2015. Laporan ini berisi uraian pertanggungjawaban atas keberhasilan, hambatan dan permasalahan yang dialami PPKK dalam mencapai tujuan dan sasaran strategisnya selama tahun 2015.

Kegiatan penanggulangan krisis kesehatan telah dilaksanakan sesuai dengan rencana kegiatan yang tertuang dalam RKAKL PPKK tahun anggaran 2015. Pencapaian kinerja PPKK yang termasuk dalam program dukungan manajemen dan pelaksanaan tugas teknislainnya dilakukan melalui Upaya Kesiapsiagaan; Upaya Penanggulangan Krisis Kesehatan; Kegiatan

Pengadaan Fasilitas dan Perlengkapan Penanggulangan Krisis Kesehatan; dan

Penyelenggaraan Tupoksi lainnya.

Pusat Penanggulangan Krisis Kesehatan telah memenuhi target indikator yang ditetapkan yaitu : 1. Jumlah Kabupaten/Kota yang mendapatkan dukungan untuk mampu

melaksanakan upaya pengurangan risiko krisis kesehatan di wilayahnya (34

kabupaten/kota); 2. Jumlah Provinsi yang mendapatkan advokasi dan sosialisasi untuk mendukung pelaksanaan upaya pengurangan risiko krisis kesehatan di wilayahnya (6 provinsi). Semoga Laporan Akuntabilitas Kinerja Pusat Penanggulangan KrisisKesehatan ini dapat memberikan manfaat maupun informasi mengenai evaluasi kinerja selama tahun 2015 bagi semua pihak yang berkepentingan.

Jakarta, 26 Januari 2016 Kepala Pusat Krisis Kesehatan

dr. Achmad Yurianto NIP 196203112014101001


(3)

Pusat Krisis Kesehatan Kementerian Kesehatan IKHTISAR EKSEKUTIF

Tugas pokok PPKK adalah melaksanakan penyusunan kebijakan teknis dan pelaksanaan penanggulangan krisis kesehatan berdasarkan kebijakan yang ditetapkan oleh Menteri Kesehatan dan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Dalam Rencana Strategis (Renstra) Kementerian Kesehatan Tahun 2015-2019,PPKKberada dalam program dukungan manajemen dan pelaksanaan tugas teknis lainnya Kementerian Kesehatan, dengan outcome meningkatnya upaya pengurangan risiko krisis kesehatan. Indikator yang ditetapkan berupa: 1. Jumlah Kabupaten/Kota yang mendapatkan dukungan untuk mampu melaksanakan upaya pengurangan risiko krisis kesehatan di wilayahnya; 2. Jumlah Provinsi yang mendapatkan advokasi dan sosialisasi untuk mendukung pelaksanaan upaya pengurangan risiko krisis kesehatan di wilayahnya. Pencapaian target di tahun 2015 adalah sebanyak 34kabupaten/kota dan 6 provinsi rawan bencana.

Kegiatan penanggulangan krisis kesehatan telah dilaksanakan sesuai dengan rencana kerja anggaran yang tertuang dalam RKA-K/L PPKK tahun anggaran 2015, dengan alokasi sebesarRp.60.998.712.000,- (Enam puluh milyar sembilan ratus sembilan puluh delapan juta tujuh ratus dua belas ribu rupiah). Sebesar 55,25% dari alokasi anggaran tersebut, berhasil direalisasikan. Sedangkan target fisik yang berhasil tercapai adalah sebesar 87%. Pada prinsipnya, alokasi anggaran di PPKK dikelompokkan untuk empat kelompok kegiatan, yaitu upaya kesiapsiagaan, upaya penanggulangan bencana, pengadaan fasilitas dan perlengkapan penanggulangan bencana, dan anggaran untuk tupoksi lain. Empat kelompok kegiatan beserta rincian realisasi anggaran dan pencapaian target fisiknya adalah sebagai berikut :

1. Upaya Kesiapsiagaan dalam rangka Penanggulangan Krisis Kesehatan akibat Bencana dengan capaian realisasi anggaran sebesar 71,8% dan pencapaian target fisik sebesar 77,4%.

2. Upaya Penanggulangan Krisis Kesehatan akibat Bencana dengan capaian realisasi anggaran sebesar 56,97% dan pencapaian target fisik sebesar 100%.

3. Pengadaan Fasilitas dan Perlengkapan Penanggulangan Krisis Kesehatan akibat Bencana dengan capaian realisasi anggaran sebesar 27,14% dan pencapaian target fisik sebesar 66,75%.

4. Penyelenggaraan Tupoksi Lain dengan capaian realisasi anggaran sebesar 65,16% dan pencapaian target fisik sebesar 72%.


(4)

Pusat Krisis Kesehatan Kementerian Kesehatan

Selain menyajikan informasi pencapaian indikator, laporan ini jugauntuk menyajikan kinerja PPKK tahun 2015 dalam rangka mewujudkan tujuan dan sasaran yang telah ditetapkan dalam dokumen Indikator Kinerja Kegiatan (IKK) dan Perjanjian Kinerja PPKK.Demikian gambaran umum dan Laporan Akuntabilitas Kinerja PPKK tahun 2015, semoga dapat bermanfaat dalam penentuan kebijakan selanjutnya.

Kepala Pusat Krisis Kesehatan

dr. Achmad Yurianto NIP 196203112014101001


(5)

Pusat Krisis Kesehatan Kementerian Kesehatan DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ……… i

IKHTISAR EKSEKUTIF ………. ii

DAFTAR ISI ………. iv

BAB I PENDAHULUAN ……….. 1

A. LATAR BELAKANG ... 1

B. MAKSUD DAN TUJUAN ………... 7

C. TUGAS POKOK DAN FUNGSI ... 8

D. SISTEMATIKA ... 10

BAB II PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KINERJA ... 11

A. PERENCANAAN KINERJA ... 11

B. PERJANJIAN KINERJA ... 12

C. TUJUAN DAN SASARAN STRATEGIS ... 13

D. KEBIJAKAN DAN PROGRAM ... 14

BAB III AKUNTABILITAS KINERJA ... 17

A. PENGUKURAN KINERJA ... 17

B. ANALISIS PENCAPAIAN KINERJA TAHUN 2015 ... 17

1. Pencapaian Target Rencana Kinerja Tahunan ... 18

2. Peningkatan Peran dan Fungsi PPK Regional dan Sub-Regional ... 22

3. Upaya Penanggulangan Krisis Kesehatan ... 25

4. Keberhasilan ... 33

5. Permasalahan ... 34

6. Usulan Pemecahan Masalah ... 35

C. SUMBER DAYA ... 35

1. Sumber Daya Manusia ... 35

2. Sarana dan Prasarana ... 39

3. Sumber Daya Keuangan ... 41

BAB IV PENUTUP ... 46


(6)

Pusat Krisis Kesehatan Kementerian Kesehatan BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Laporan Akuntabilitas Kinerja (LAK) Pusat Penanggulangan Krisis Kesehatan adalah laporan pertanggungjawaban secara tertulis Kepala Pusat Penanggulangan Krisis Kesehatan selama setahun. Melalui LAK, dapat diketahui hasil pencapaian termasuk keberhasilan, hambatan, dan masukan untuk perencanaan dan pelaksanaan di tahun berikutnya.

LAK merupakan bagian dari Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (SAKIP) yang dikembangkan untuk mewujudkan good governance dan result oriented government. SAKIP merupakan sebuah sistem dengan pendekatan manajemen berbasis kinerja (performance-base management) untuk penyediaan informasi kinerja guna pengelolaan kinerja. Dengan demikian, untuk meningkatkan pelaksanaan pemerintahan yang lebih berdayaguna, berhasil guna, bersih, dan bertanggungjawab, serta sebagai wujud pertanggungjawaban instansi pemerintahan yang baik, perlu disusun laporan akuntabilitas di setiap akhir tahun.

Amanat Undang-undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional (SPPN), bahwa Kementerian/Lembaga menyusun Rencana Strategis (Renstra) periode lima tahun. Kementerian Kesehatan menyusun Renstra dengan mengacu pada Visi, Misi, dan Nawacita Presiden yang ditetapkan pada Peraturan Presiden Nomor 2 Tahun 2015 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) Tahun 2015-2019.

RPJMN memuat memuat strategi pembangunan nasional, kebijakan umum, program kementerian/lembaga dan kementerian/lembaga, kewilayahan dan lintas-kewilayahan, serta kerangka ekonomi makro yang mencakup gambaran perekonomian secara menyeluruh termasuk arah kebijakan fiskal dalam rencana kerja yang berupa kerangka regulasi dan kerangka pendanaan yang bersifat indikatif.

Renstra Kementerian Kesehatan merupakan dokumen perencanaan yang bersifat indikatif memuat program-program pembangunan kesehatan yang akan dilaksanakan oleh Kementerian Kesehatan dan menjadi acuan dalam penyusunan perencanaan tahunan. Penyusunan Renstra Kementerian Kesehatan dilaksanakan melalui pendekatan: teknokratik, politik, partisipatif, atas-bawah (top-down), dan bawah-atas (bottom-up).


(7)

Pusat Krisis Kesehatan Kementerian Kesehatan

Dalam Rencana Strategis Kementerian Kesehatan 2015-2019 tidak ada visi dan misi,

a u e gikuti isi da isi Preside Repu lik I do esia yaitu Ter ujud ya

Indonesia yang Berdaulat, Mandiri dan Berkepri adia Berla daska Goto g Royo g . Upaya untuk mewujudkan visi ini adalah melalui 7 misi pembangunan yaitu:

1. Terwujudnya keamanan nasional yang mampu menjaga kedaulatan wilayah, menopang kemandirian ekonomi dengan mengamankan sumber daya maritim dan mencerminkan kepribadian Indonesia sebagai negara kepulauan.

2. Mewujudkan masyarakat maju, berkesinambungan dan demokratis berlandaskan negara hukum.

3. Mewujudkan politik luar negeri bebas dan aktif serta memperkuat jati diri sebagai negara maritim.

4. Mewujudkan kualitas hidup manusia lndonesia yang tinggi, maju dan sejahtera. 5. Mewujudkan bangsa yang berdaya saing.

6. Mewujudkan Indonesia menjadi negara maritim yang mandiri, maju, kuat dan berbasiskan kepentingan nasional, serta

7. Mewujudkan masyarakat yang berkepribadian dalam kebudayaan.

Selanjutnya terdapat 9 agenda prioritas yang dikenal dengan NAWA CITA yang ingin diwujudkan pada Kabinet Kerja, yakni:

1. Menghadirkan kembali negara untuk melindungi segenap bangsa dan memberikan rasa aman pada seluruh warga Negara.

2. Membuat pemerintah tidak absen dengan membangun tata kelola pemerintahan yang bersih, efektif, demokratis dan terpercaya.

3. Membangun Indonesia dari pinggiran dengan memperkuat daerah-daerah dan desa dalam kerangka negara kesatuan.

4. Menolak negara lemah dengan melakukan reformasi sistem dan penegakan hukum yang bebas korupsi, bermartabat dan terpercaya.

5. Meningkatkan kualitas hidup manusia Indonesia.

6. Meningkatkan produktifitas rakyat dan daya saing di pasar Internasional.

7. Mewujudkan kemandirian ekonomi dengan menggerakkan sektor-sektor strategis ekonomi domestik.

8. Melakukan revolusi karakter bangsa.

9. Memperteguh ke-Bhineka-an dan memperkuat restorasi sosial Indonesia.

Kementerian Kesehatan mempunyai peran dan berkonstribusi dalam tercapainya seluruh Nawa Cita terutama dalam meningkatkan kualitas hidup manusia Indonesia.


(8)

Pusat Krisis Kesehatan Kementerian Kesehatan

Terdapat dua tujuan Kementerian Kesehatan pada tahun 2015-2019, yaitu: 1) meningkatnya status kesehatan masyarakat dan; 2) meningkatnya daya tanggap (responsiveness) dan perlindungan masyarakat terhadap risiko sosial dan finansial di bidang kesehatan. Peningkatan status kesehatan masyarakat dilakukan pada semua kontinum siklus kehidupan (life cycle), yaitu bayi, balita, anak usia sekolah, remaja, kelompok usia kerja, maternal, dan kelompok lansia.

Tujuan indikator Kementerian Kesehatan bersifat dampak (impact atau outcome). Dalam peningkatan status kesehatan masyarakat, indikator yang akan dicapai adalah:

1. Menurunnya angka kematian ibu dari 359 per 100.00 kelahiran hidup (SP 2010), 346 menjadi 306 per 100.000 kelahiran hidup (SDKI 2012).

2. Menurunnya angka kematian bayi dari 32 menjadi 24 per 1.000 kelahiran hidup. 3. Menurunnya persentase BBLR dari 10,2% menjadi 8%.

4. Meningkatnya upaya peningkatan promosi kesehatan dan pemberdayaan masyarakat, serta pembiayaan kegiatan promotif dan preventif.

5. Meningkatnya upaya peningkatan perilaku hidup bersih dan sehat.

Sedangkan dalam rangka meningkatkan daya tanggap (responsiveness) dan perlindungan masyarakat terhadap risiko sosial dan finansial di bidang kesehatan, maka ukuran yang akan dicapai adalah:

1. Menurunnya beban rumah tangga untuk membiayai pelayanan kesehatan setelah memiliki jaminan kesehatan, dari 37% menjadi 10%.

2. Meningkatnya indeks responsiveness terhadap pelayanan kesehatan dari 6,80 menjadi 8,00.

Sasaran Strategis Kementerian Kesehatan adalah:

1. Meningkatnya Kesehatan Masyarakat, dengan sasaran yang akan dicapai adalah: a. Meningkatnya persentase persalinan di fasilitas kesehatan sebesar 85%. b. Menurunnya persentase ibu hamil kurang energi kronik sebesar 18,2%.

c. Meningkatnya persentase kabupaten dan kota yang memiliki kebijakan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) sebesar 80%.

2. Meningkatnya Pengendalian Penyakit, dengan sasaran yang akan dicapai adalah: a. Persentase kab/kota yang memenuhi kualitas kesehatan lingkungan sebesar 40%. b. Penurunan kasus Penyakit yang Dapat Dicegah Dengan Imunisasi (PD3I) tertentu

sebesar 40%.

c. Kab/Kota yang mampu melaksanakan kesiapsiagaan dalam penanggulangan kedaruratan kesehatan masyarakat yang berpotensi wabah sebesar 100%.


(9)

Pusat Krisis Kesehatan Kementerian Kesehatan

3. Meningkatnya Akses dan Mutu Fasilitas Pelayanan Kesehatan, dengan sasaran yang akan dicapai adalah:

a. Jumlah kecamatan yang memiliki minimal 1 Puskesmas yang terakreditasi sebanyak 5.600.

b. Jumlah kab/kota yang memiliki minimal 1 RSUD yang terakreditasi sebanyak 481 kab/kota.

4. Meningkatnya akses, kemandirian, dan mutu sediaan farmasi dan alat kesehatan, dengan sasaran yang akan dicapai adalah:

a. Persentase ketersediaan obat dan vaksin di Puskesmas sebesar 90%.

b. Jumlah bahan baku obat, obat tradisional serta alat kesehatan yang diproduksi di dalam negeri sebanyak 35 jenis.

c. Persentase produk alat kesehatan dan PKRT di peredaran yang memenuhi syarat sebesar 83%.

5. Meningkatnya Jumlah, Jenis, Kualitas dan Pemerataan Tenaga Kesehatan, dengan sasaran yang akan dicapai adalah:

a. Jumlah Puskesmas yang minimal memiliki 5 jenis tenaga kesehatan sebanyak 5.600 Puskesmas.

b. Persentase RS kab/kota kelas C yang memiliki 4 dokter spesialis dasar dan 3 dokter spesialis penunjang sebesar 60%.

c. Jumlah SDM Kesehatan yang ditingkatkan kompetensinya sebanyak 56,910 orang. 6. Meningkatnya sinergitas antar Kementerian/Lembaga, dengan sasaran yang akan

dicapai adalah:

a. Meningkatnya jumlah kementerian lain yang mendukung pembangunan kesehatan.

b. Meningkatnya persentase kab/kota yang mendapat predikat baik dalam pelaksanaan SPM sebesar 80%.

7. Meningkatnya daya guna kemitraan dalam dan luar negeri, dengan sasaran yang akan dicapai adalah:

a. Jumlah dunia usaha yang memanfaatkan CSR untuk program kesehatan sebesar 20%.

b. Jumlah organisasi kemasyarakatan yang memanfaatkan sumber dayanya untuk mendukung kesehatan sebanyak 15.

c. Jumlah kesepakatan kerja sama luar negeri di bidang kesehatan yang diimplementasikan sebanyak 40.


(10)

Pusat Krisis Kesehatan Kementerian Kesehatan

8. Meningkatnya integrasi perencanaan, bimbingan teknis dan pemantauan-evaluasi, dengan sasaran yang akan dicapai adalah:

a. Jumlah provinsi yang memiliki rencana lima tahun dan anggaran kesehatan terintegrasi dari berbagai sumber sebanyak 34 provinsi.

b. Jumlah rekomendasi monitoring evaluasi terpadu sebanyak 100 rekomendasi. 9. Meningkatnya efektivitas penelitian dan pengembangan kesehatan, dengan sasaran

yang akan dicapai adalah:

a. Jumlah hasil penelitian yang didaftarkan HKI sebanyak 35 buah.

b. Jumlah rekomendasi kebijakan berbasis penelitian dan pengembangan kesehatan yang diadvokasikan ke pengelola program kesehatan dan atau pemangku kepentingan sebanyak 120 rekomendasi.

c. Jumlah laporan Riset Kesehatan Nasional (Riskesnas) bidang kesehatan dan gizi masyarakat sebanyak 5 laporan.

10. Meningkatnya tata kelola kepemerintahan yang baik dan bersih, dengan sasaran yang akan dicapai adalah:

a. Persentase satuan kerja yang dilakukan audit memiliki temuan kerugian negara

≤ % se esar %.

11. Meningkatnya kompetensi dan kinerja aparatur Kementerian Kesehatan, dengan sasaran yang akan dicapai adalah:

a. Meningkatnya persentase pejabat struktural di lingkungan Kementerian Kesehatan yang kompetensinya sesuai persyaratan jabatan sebesar 90%.

b. Meningkatnya persentase pegawai Kementerian Kesehatan dengan nilai kinerja minimal baik sebesar 94%.

12. Meningkatkan sistem informasi kesehatan integrasi, dengan sasaran yang akan dicapai adalah:

a. Meningkatnya persentase Kab/Kota yang melaporkan data kesehatan prioritas secara lengkap dan tepat waktu sebesar 80%.

b. Persentase tersedianya jaringan komunikasi data yang diperuntukkan untuk akses pelayanan e-health sebesar 50%

Arah kebijakan dan strategi Kementerian Kesehatan didasarkan pada arah kebijakan dan strategi nasional sebagaimana tercantum di dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2015-2019. Untuk menjamin dan mendukung pelaksanaan berbagai upaya kesehatan yang efektif dan efisien maka yang dianggap prioritas dan mempunyai daya ungkit besar di dalam pencapaian hasil pembangunan kesehatan,


(11)

Pusat Krisis Kesehatan Kementerian Kesehatan

dilakukan upaya secara terintegrasi dalam fokus dan lokus kegiatan, kesehatan, pembangunan kesehatan.

Arah kebijakan Kementerian Kesehatan mengacu pada tiga hal penting yakni: 1. Penguatan Pelayanan Kesehatan Primer (Primary Health Care)

Puskesmas mempunyai fungsi sebagai pembina kesehatan wilayah melalui 4 jenis upaya yaitu:

a. Meningkatkan dan memberdayakan masyarakat. b. Melaksanakan Upaya Kesehatan Masyarakat. c. Melaksanakan Upaya Kesehatan Perorangan.

d. Memantau dan mendorong pembangunan berwawasan kesehatan.

Untuk penguatan ketiga fungsi tersebut, perlu dilakukan Revitalisasi Puskesmas, dengan fokus pada 5 hal, yaitu: 1) peningkatan SDM; 2) peningkatan kemampuan teknis dan manajemen Puskesmas; 3) peningkatan pembiayaan; 4) peningkatan Sistem Informasi Puskesmas (SIP); dan 5) pelaksanaan akreditasi Puskesmas.

Peningkatan sumber daya manusia di Puskesmas diutamakan untuk ketersediaan 5 jenis tenaga kesehatan yaitu: tenaga kesehatan masyarakat, kesehatan lingkungan, tenaga gizi, tenaga kefarmasian dan analis kesehatan. Upaya untuk mendorong tercapainya target pembangunan kesehatan nasional, terutama melalui penguatan layanan kesehatan primer, Kementerian Kesehatan mengembangkan program Nusantara Sehat. Program ini menempatkan tenaga kesehatan di tingkat layanan kesehatan primer dengan metode team-based.

Kemampuan manajemen Puskesmas diarahkan untuk meningkatkan mutu sistem informasi kesehatan, mutu perencanaan di tingkat Puskesmas dankemampuan teknis untuk pelaksanaan deteksi dini masalah kesehatan, pemberdayaan masyarakat, dan pemantauan kualitas kesehatan lingkungan.

Pembiayaan Puskesmas diarahkan untuk memperkuat pelaksanaan promotif dan preventif secara efektif dan efisien dengan memaksimalkan sumber pembiayaan Puskesmas.

Pengembangan sistem informasi kesehatan di Puskesmas diarahkan untuk mendapatkan data dan informasi masalah kesehatan dan capaian pembangunan kesehatan yang dilakukan secara tepat waktu dan akurat.

Pelaksanaan akreditasi Puskesmas dimaksudkan untuk meningkatkan mutu pelayanan kesehatan dan difokuskan pada daerah yang menjadi prioritas pembangunan kesehatan.


(12)

Pusat Krisis Kesehatan Kementerian Kesehatan

Pendekatan ini dilaksanakan melalui peningkatan cakupan, mutu, dan

keberlangsungan upaya pencegahan penyakit dan pelayanan kesehatan ibu, bayi, balita, remaja, usia kerja dan usia lanjut.

3. Intervensi Berbasis Risiko Kesehatan.

Program-program khusus untuk menangani permasalahan kesehatan pada bayi, balita dan lansia, ibu hamil, pengungsi, dan keluarga miskin, kelompok-kelompok berisiko, serta masyarakat di daerah terpencil, perbatasan, kepulauan, dan daerah bermasalah kesehatan.

Sasaran strategis dokumen perencanaan RPJMN Tahun 2015-2019 dan perencanaan strategis di Kementerian Kesehatan selanjutnya dijadikan acuan dalam penyusunan perencanaan tahunan melalui Rencana Kerja Pemerintah (RKP) Tahun 2015 dan Rencana Kerja (Renja) Kementerian Kesehatan Tahun 2015.

Tugas pokok Pusat Penanggulangan Krisis Kesehatan (PPKK) adalah melaksanakan penyusunan kebijakan teknis dan pelaksanaan penanggulangan krisis kesehatan berdasarkan kebijakan yang ditetapkan oleh Menteri Kesehatan dan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Perencanaan kinerja PPKK tahun 2015 merupakan proses penetapan kegiatan tahunan dan indikator berdasarkan program, kebijakan dan sasaran program/kegiatan yang telah ditetapkan dan dilakukan dengan berpedoman kepada dokumen perencanaan strategis pemerintah melalui Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) Tahun 2015-2019 dan perencanaan strategis di Kementerian Kesehatan melalui Renstra Kemenkes Tahun 2015-2019.

Laporan Akuntabilitas Kinerja (LAK) PPKK disusun berdasarkan laporan hasil kegiatan yang dilaksanakan oleh PPKK dan PPK Regional serta Sub-Regional, sesuai DIPA PPKK tahun 2015. Laporan tahun anggaran 2015 ini diharapkan dapat menjadi cerminan bagi semua komponen pelaksana kegiatan penanggulangan krisis kesehatan.

Perlu disadari bahwa laporan akuntabilitas ini belum dapat memberikan gambaran upaya penanggulangan krisis kesehatan secara utuh, karena berbagai kendala penilaian terhadap program dan kegiatan yang perlu disempurnakan di masa mendatang.

B. MAKSUD DAN TUJUAN

Laporan Akuntabilitas Kinerja (LAK) Pusat Penanggulangan Krisis Kesehatan tahun anggaran 2015 merupakan bentuk pertanggungjawaban secara tertulis yang harus dipertanggungjawabkan oleh Kepala Pusat Penanggulangan Krisis Kesehatan kepada Sekretaris Jenderal Kementerian Kesehatan yang memuat keberhasilan maupun


(13)

Pusat Krisis Kesehatan Kementerian Kesehatan

kegagalan pelaksanaan program/kegiatan/kebijakan tahun anggaran 2015, serta masukan untuk perencanaan dan pelaksanaan di tahun 2016.

C. TUGAS POKOK DAN FUNGSI

Tugas pokok Pusat Penanggulangan Krisis Kesehatan berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 1144 tahun 2010 adalah melaksanakan penyusunan kebijakan teknis dan pelaksanaan penanggulangan krisis kesehatan berdasarkan kebijakan yang ditetapkan oleh Menteri Kesehatan dan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Untuk mendukung pelaksanaan tugas tersebut, Pusat Penanggulangan Krisis Kesehatan menyelenggarakan fungsi berikut:

1. penyusunan kebijakan teknis, rencana dan program di bidang penanggulangan krisis kesehatan;

2. pelaksanaan tugas di bidang penanggulangan krisis kesehatan;

3. pemantauan, evaluasi, pelaporan dan penyajian informasi pelaksanaan tugas di bidang penanggulangan krisis kesehatan;

4. koordinasi dan pelaksanaan pencegahan, mitigasi dan kesiapsiagaan dalam penanggulangan krisis kesehatan;

Adapun susunan organisasi PPKK terdiri dari: 1. Bagian Tata Usaha

2. Bidang Pencegahan, Mitigasi dan Kesiapsiagaan 3. Bidang Tanggap Darurat dan Pemulihan


(14)

Pusat Krisis Kesehatan Kementerian Kesehatan Gambar 1.1. Struktur Organisasi Pusat Penanggulangan Krisis Kesehatan.

KEPALA BAGIAN TATA USAHA

drg. M. Kamaruzzaman, MSc

KEPALA SUBBAGIAN PROGRAM DAN EVALUASI

dr. Rien Pramindari, MKM

KEPALA SUBBAGIAN KEUANGAN

Yana Irawati, SKM, MKM

KEPALA SUBBAGIAN KEPEGAWAIAN DAN UMUM

Ir. Mohammad Yunus, MT

KEPALA BIDANG PENCEGAHAN, MITIGASI DAN KESIAPSIAGAAN

drs. M. Royan, M.Kes

KEPALA BIDANG PEMANTAUAN DAN INFORMASI

Lita Sianipar, SKM, M.Epid

KEPALA BIDANG TANGGAP DARURAT DAN PEMULIHAN

dr. Indro Murwoko

KEPALA SUBBIDANG PEMANTAUAN

drs. Dodi Iriyanto

KEPALA SUBBIDANG INFORMASI

drg. A. Hadijah Pandita, M.Kes

KEPALA SUBBIDANG PENCEGAHAN DAN MITIGASI

Yuniyati, S.Sos, M.Si

KEPALA SUBBIDANG KESIAPSIAGAAN

dr. Ira Cyndira Tresna

KEPALA SUBBIDANG TANGGAP DARURAT

dr. M. Imran Saleh Hamdani, MKM

KEPALA SUBBIDANG PEMULIHAN

dr. Ina Agustina Isturini, MKM

KELOMPOK JABATAN FUNGSIONAL


(15)

Pusat penanggulangan krisis kesehatan Kementerian Kesehatan D. SISTEMATIKA

Laporan Akuntabilitas Kinerja PPKK disusun dengan sistematika berikut :

1. Bab I (Pendahuluan)—Bab ini menjelaskan tentang latar belakang penulisan laporan, maksud dan tujuan penulisan laporan, tugas pokok dan fungsi Pusat Penanggulangan Krisis Kesehatan, serta sistimatika penulisan laporan.

2. Bab II (Perencanaan dan Perjanjian Kinerja)—Bab ini menjelaskan tentang tujuan dan sasaran Pusat Penanggulangan Krisis Kesehatan serta cara pencapaian tujuan. Pada awal bab ini disajikan gambaran singkat sasaran yang ingin dicapai Pusat Penanggulangan Krisis Kesehatan pada tahun 2015.

3. Bab III (Akuntabilitas Kinerja)—Bab ini menyajikan hasil pengukuran kinerja, evaluasi dan analisis akuntabilitas Kinerja, termasuk didalamnya menguraikan sistematika keberhasilan dan kegagalan, hambatan/kendala dan permasalahan yang dihadapi serta langkah-langkah antisipatif yang akan diambil.

4. Bab IV (Penutup). 5. Lampiran.


(16)

Pusat penanggulangan krisis kesehatan Kementerian Kesehatan BAB II

PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KINERJA

A. PERENCANAAN KINERJA

Dalam penyelenggaraan tugas pokok dan fungsi penanggulangan krisis kesehatan, Pusat Penanggulangan Krisis Kesehatan (PPPKK) ditetapkan sebagai salah satu unit kerja yang berada di bawah Menteri Kesehatan. Adapun untuk penyelenggaraan penanggulangan bencana tingkat nasional, Kementerian Kesehatan berada di bawah koordinasi Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB).

Gambar 2.1. Alur penyelenggaraan penanggulangan bencana

Tugas dan kewenangan PPPKK adalah merumuskan kebijakan, memberikan standar dan arahan serta mengkoordinasikan penanganan krisis dan masalah kesehatan lain, baik dalam tahap sebelum, saat maupun setelah terjadinya. Dalam pelaksanaannya dapat melibatkan instansi terkait, baik pemerintah maupun non-pemerintah, LSM, lembaga internasional, organisasi profesi maupun organisasi kemasyarakatan sesuai dengan peraturan perundangan yang berlaku.

Perencanaan kinerja PPPKK merupakan proses penetapan kegiatan tahunan dan indikator kinerja berdasarkan program, kebijakan dan sasaran yang telah ditetapkan

Presiden

Menko Kesra

BNPB

Kementerian Kesehatan

Kementerian/ Lembaga lain

BPBD

PPK Regional /Dinkes Provinsi/ Kab/Kota


(17)

Pusat penanggulangan krisis kesehatan Kementerian Kesehatan

dalam sasaran strategis. Dalam Rencana Aksi Kegiatan PPPKK, telah disusun Indikator Kinerja Kegiatan dan target masing-masing indikator untuk mencapai sasaran organisasi.

Tabel 2.1.Rencana Aksi Pusat Penanggulangan Krisis Kesehatan

No Kegiatan Sasaran Indikator Kinerja

Kegiatan

Target

2015 2016 2017 2018 2019 1. Penanggulangan

Krisis Kesehatan Terselenggara nya upaya penanggulang an krisis kesehatan secara cepat, tepat dan menyeluruh serta terkoordinasi.

1. Jumlah Kab./Kota yang mendapatkan dukungan untuk mampu melaksanakan upaya pengurangan risiko krisis kesehatan di wilayahnya

34 34 34 34 34

2. Jumlah Provinsi yang mendapatkan advokasi dan sosialisasi untuk mendukung pelaksanaan upaya pengurangan risiko krisis kesehatan di wilayahnya

7 7 7 7 6

B. PERJANJIAN KINERJA

Sasaran strategis dokumen perencanaan RPJMN Tahun 2015-2019 dan perencanaan strategis di Kementerian Kesehatan, selanjutnya dijadikan acuan dalam penyusunan perencanaan tahunan melalui Rencana Kerja Pemerintah (RKP) Tahun 2015 dan Rencana Kerja (Renja) Kementerian Kesehatan Tahun 2015.

Tabel 2.2. Perjanjian Kinerja Pusat Penanggulangan Krisis Kesehatan TA 2015

Sasaran Indikator Kinerja Target

Meningkatnya upaya pengurangan risiko krisis kesehatan

Jumlah Kab./Kota yang mendapatkan

dukungan untuk mampu melaksanakan upaya pengurangan risiko krisis kesehatan di

wilayahnya

34 Kabupaten/ Kota

Jumlah Provinsi yang mendapatkan advokasi dan sosialisasi untuk mendukung pelaksanaan upaya pengurangan risiko krisis kesehatan di wilayahnya

7 Provinsi

Pernyataan penetapan kinerja tersebut mengartikan pernyataan kesanggupan dari pimpinan PPPKK untuk mewujudkan suatu target kinerja, yaitu bahwa 34 kab./kota mendapatkan dukungan untuk mampu melaksanakan upaya pengurangan risiko krisis kesehatan di wilayahnya dan bahwa 7 provinsi mendapatkan advokasi dan sosialisasi


(18)

Pusat penanggulangan krisis kesehatan Kementerian Kesehatan

untuk mendukung pelaksanaan upaya pengurangan risiko krisis kesehatan di wilayahnya. 34 kab./kota dan 7 provinsi tersebut dipilih berdasarkan tingginya indeks risiko bencana yang dimiliki sesuai data IRBI (Indeks Rawan Bencana Indonesia) yang dibuat oleh BNPB, berdasarkan karakteristik sosioekonomi dan geografisnya (diprioritaskan kab./kota yang merupakan daerah tertinggal, perbatasan dan kepulauan) dan berdasarkan profil kesehatan daerahnya (diprioritaskan kab./kota yang merupakan daerah bermasalah kesehatan). Untuk mendukung pencapaian kinerja tersebut, PPPKK menetapkan tujuan, sasaran dan kebijakan dalam penanggulangan krisis kesehatan.

C. TUJUAN DAN SASARAN STRATEGIS

Tujuan Pusat Penanggulangan Krisis Kesehatan adalah terselenggaranya

penanggulangan krisis kesehatan yang mengutamakan pengurangan resiko krisis kesehatan melalui keterpaduan antar program, pemanfaatan teknologi informasi, pelaksanaan kegiatan disertai monitoring evaluasi yang berkesinambungan serta peningkatan kualitas dan pemerataan sumber daya manusia.

Untuk mencapai tujuan tersebut, PPPKK telah menetapkan strategi sebagai berikut yaitu:

1. Memperkuat kerangka hukum penanggulangan krisis kesehatan baik untuk pra, tanggap darurat dan paska krisis;

2. Memperkuat manajemen risiko di daerah risiko bencana termasuk dengan penguatan fasilitas kesehatan serta optimalisasi pemanfaatan epidemiologi kebencanaan;

3. Meningkatkan standar peningkatan kapasitas SDM melalui akreditasi nasional dan internasional;

4. Meningkatkan peran lintas program, lintas sektor dan masyarakat dalam penanggulangan krisis kesehatan;

5. Meningkatkan kemitraan multi pihak dalam penanggulangan krisis kesehatan, termasuk dengan LP, LS, NGO/LSM, masyarakat dan Internasional;

6. Menetapkan status kelembagaan PPK regional/sub regional menjadi UPT Pusat; 7. Menjadikan regional sebagai center of excellent untuk implementasi kerjasama

Academy, Bussiness, Government for Community Empowerment (ABG for CE) dalam rangka pelatihan dan penelitian pengurangan risiko bencana;

8. Menyediakan dan memanfaatkan teknologi informasi diawali dengan penyusunan grand design sistem informasi;


(19)

Pusat penanggulangan krisis kesehatan Kementerian Kesehatan D. KEBIJAKAN DAN PROGRAM

Dalam penanggulangan krisis kesehatan diarahkan mengikuti kebijakan berikut.

1. Lebih menitikberatkan pada upaya pengurangan resiko krisis kesehatan dengan tetap meningkatkan kualitas untuk kegiatan tanggap darurat dan paska krisis kesehatan;

2. Peningkatan kualitas dan pemerataan kemampuan sumber daya penanggulangan krisis kesehatan;

3. Pengarusutamaan penanggulangan krisis kesehatan dalam kebijakan maupun kegiatan lintas program, lintas sektor dan masyarakat;

4. Peningkatan peran regional dalam penanggulangan krisis kesehatan;

5. Penyediaan, pengembangan dan pemanfaatan teknologi informasi untuk

peningkatan upaya penanggulangan krisis kesehatan;

6. Optimalisasi pelaksanaan monitoring evaluasi untuk peningkatan kualitas program yang berkesinambungan.

Program dan kegiatan di Pusat Penanggulangan Krisis Kesehatan merupakan program dukungan manajemen dan pelaksanaan tugas lainnya yang terbagi menjadi empat kelompok besar kegiatan, antara lain:

1. Upaya Kesiapsiagaan dalam rangka Penanggulangan Krisis Kesehatan akibat Bencana yang mencakup output:

a. Petugas Terlatih Penanggulangan Krisis Kesehatan b. Kebijakan/Pedoman Penanggulangan Krisis Kesehatan c. Produk Informasi Penanggulangan Krisis Kesehatan

d. Dokumen Advokasi Kebijakan Penanggulangan Krisis Kesehatan e. Dokumen Koordinasi Penanggulangan Krisis Kesehatan

2. Upaya Penanggulangan Krisis Kesehatan akibat Bencanayang mencakup output Laporan Penanggulangan Bencana.

3. Pengadaan Fasilitas dan Perlengkapan Penanggulangan Krisis Kesehatan akibat Bencana yang mencakup output:

a. Peralatan Pengolah Data dan Komunikasi

b. Gedung Penanggulangan Krisis Kesehatan Regional c. Perlengkapan Penanggulangan Bencana

d. Peralatan dan Fasilitas Perkantoran

4. Penyelenggaraan Tupoksi Lain yang mencakup ouput: a. Dokumen Perencanaan, Anggaran, dan Keuangan


(20)

Pusat penanggulangan krisis kesehatan Kementerian Kesehatan

b. Laporan Pembinaan, Kinerja, Kepegawaian, dan Kegiatan c. Layanan Perkantoran

Alokasi anggaran tahun 2015 untuk menunjang capaian indikator dalam kelompok pada Tabel 2.3., antara lain:

5. Upaya Kesiapsiagaan dalam rangka Penanggulangan Krisis Kesehatan akibat Bencana dengan alokasi sebesar Rp 22.595.936.000,-.

6. Upaya Penanggulangan Krisis Kesehatan akibat Bencana dengan alokasi sebesar Penanggulangan Bencana Rp 3.690.048.000,-.

7. Pengadaan Fasilitas dan Perlengkapan Penanggulangan Krisis Kesehatan akibat Bencana dengan alokasi sebesar Rp 19.056.635.000,-.

8. Penyelenggaraan Tupoksi Lain dengan alokasi sebesar Rp 15.656.093.000,-.

Terkait dengan pengukuran keberhasilan pencapaian sasaran, PPPKK telah menetapkan indikator kinerja kegiatan, yaitu :

1. Jumlah Kab./Kota yang mendapatkan dukungan untuk mampu melaksanakan upaya pengurangan risiko krisis kesehatan di wilayahnya.

2. Jumlah Provinsi yang mendapatkan advokasi dan sosialisasi untuk mendukung pelaksanaan upaya pengurangan risiko krisis kesehatan di wilayahnya.

Kabupaten/Kota dipandang telah mendapatkan dukungan untuk mampu melaksanakan upaya pengurangan risiko krisis kesehatan di wilayahnyaapabila:

a. Mendapatkan asistensi dalam manajemen penanggulangan krisis kesehatan b. Telah mengikuti kegiatan peningkatan kapasitas penyusunan peta respon c. Telah mengikuti kegiatan peningkatan kapasitas penyusunan renkon

d. Telah mengikuti kegiatan peningkatan kapasitas kesiapsiagaan RS menghadapi bencana

e. Telah mengikuti kegiatan peningkatan kapasitas dalam Manajemen Sistem Informasi Penanggulangan Krisis Kesehatan

f. Telah mengikuti kegiatan peningkatan kapasitas dalam penilaian kerusakan, kerugian dan kebutuhan pasca bencana

g. Telah mengikuti kegiatan Table Top Exercise Penanggulangan Krisis Kesehatan h. Telah mengikuti kegiatan Simulasi Penanggulangan Krisis Kesehatan

Provinsi dipandang telahmendapatkan dukungan untuk mampu melaksanakan upaya pengurangan risiko krisis kesehatan di wilayahnyaapabila :

a. Telah mengikuti kegiatan TOT Manajemen Penanggulangan Krisis Kesehatan; b. Telah mengikuti kegiatan TOT Penyusunan Rencana Kontinjensi Bidang


(21)

Pusat penanggulangan krisis kesehatan Kementerian Kesehatan Tabel 2.3. Program dan Alokasi Anggaran PPPKK per Ouput Tahun 2015 yang Mendukung Tercapainya Indikator Kinerja

No Kegiatan Utama Alokasi 2015

A. Upaya Kesiapsiagaan dalam rangka Penanggulangan Krisis

Kesehatan akibat Bencana

Rp 22.595.936.000 1. Petugas Terlatih Penanggulangan Krisis Kesehatan Rp 12.878.739.000 2. Kebijakan/Pedoman Penanggulangan Krisis Kesehatan Rp 2.180.019.000 3. Produk Informasi Penanggulangan Krisis Kesehatan Rp 1.252.956.000 4. Dokumen Advokasi Kebijakan Penanggulangan Krisis Kesehatan Rp 2.987.800.000 5. Dokumen Koordinasi Penanggulangan Krisis Kesehatan Rp 3.296.422.000

B. Upaya Penanggulangan Krisis Kesehatan akibat Bencana Rp 3.690.048.000

1. Laporan Penanggulangan Bencana Rp 3.690.048.000

C. Pengadaan Fasilitas dan Perlengkapan Penanggulangan Krisis

Kesehatan akibat Bencana

Rp 19.056.635.000 1. Peralatan Pengolah Data & Komunikasi Rp 220.365.000 2. Gedung Penanggulangan Krisis Kesehatan Regional Rp -

3. Perlengkapan Penanggulangan Bencana Rp 18.547.786.000

4. Peralatan dan Fasilitas Perkantoran Rp 288.484.000

D. Penyelenggaraan Tupoksi Lain Rp 15.656.093.000

1. Dokumen Perencanaan, Anggaran, dan Keuangan Rp 519.592.000 2. Laporan Pembinaan, Kinerja, Kepegawaian dan Kegiatan Rp 7.994.451.000

3. Layanan Perkantoran Rp 7.043.092.000

4. Output Cadangan Rp 98.958.000

TOTAL Rp 60.998.712.000

Dilihat dari besarnya alokasi anggaran di tiap kelompok kegiatan, tampak bahwa kegiatan kesiapsiagaan mendapatkan alokasi anggaran lebih besar dibanding kegiatan tanggap darurat, dikarenakan PPPKK lebih menitikberatkan pada upaya pengurangan resiko krisis kesehatan.


(22)

Pusat penanggulangan krisis kesehatan Kementerian Kesehatan BAB III

AKUNTABILITAS KINERJA

A. PENGUKURAN KINERJA

Laporan akuntabilitas kinerja ini merupakan bentuk pertanggungjawaban kinerja Kepala Pusat penanggulangan krisis kesehatan (PPKK) atas program dan kegiatan yang telah diselenggarakan pada tahun 2015 dari bulan Januari sampai bulan Desember. Pengukuran kinerja dimaksudkan untuk membandingkan kinerja yang telah dicapai dengan target yang telah ditetapkan di tahun yang sama.

Dalam membandingkan capaian kinerja dengan target, dilakukan analisis per-indikator dengan menyajikan kegiatan-kegiatan yang terkait langsung dengan tugas pokok dan fungsi PPKK dan indikatornya, serta kegiatan yang bersifat pendukung. Pencapaian kinerja PPKK pada tahun 2015 diukur dan dianalisis dari enam sudut pandang, yaitu 1. pencapaian target perjanjian kinerja tahunan; 2. peningkatan peran dan fungsi ppk regional dan sub-regional; 3. upaya penanggulangan krisis kesehatan; 4. prestasi; 5. permasalahan; dan 6. usulan pemecahan masalah.

Berdasarkan Renstra Kementerian Kesehatan 2015-2019, PPKK menyelenggarakan kegiatan penanggulangan krisis kesehatan yang termasuk dalam program dukungan manajemen dan pelaksanaan tugas teknis lainnya. Sasaran dari kegiatan Penanggulangan Krisis Kesehatan yaitu meningkatnya upaya pengurangan risiko krisis kesehatan, yang akan dicapai dalam 5 tahun (sampai dengan 2019) dengan indikator kinerja keluaran dan target adalah 170 Kabupaten/Kota yang mendapatkan dukungan untuk mampu melaksanakan upaya pengurangan risiko krisis kesehatan di wilayahnya dan 34 Provinsi yang mendapatkan advokasi dan sosialisasi untuk mendukung pelaksanaan upaya pengurangan risiko krisis kesehatan di wilayahnya.

B. ANALISIS PENCAPAIAN KINERJA TAHUN 2015

Analisis pencapaian kinerja dilakukan terhadap 6 hal, yaitu: 1. Pencapaian Target Perjanjian Kinerja Tahunan

2. Peningkatan Peran dan Fungsi PPK Regional dan Sub-Regional 3. Upaya Penanggulangan Krisis Kesehatan

4. Prestasi

5. Permasalahan


(23)

Pusat penanggulangan krisis kesehatan Kementerian Kesehatan 1. Pencapaian Target Perjanjian Kinerja Tahunan

Sampai dengan akhir tahun 2015, pencapaian indikator kinerja belum memenuhi target yang disepakati sesuai dengan Perjanjian Kinerja (PK). Pada dokumen PK Pusat penanggulangan krisis kesehatan, telah disepakati dua indikator kinerja yang dipakai untuk mengevaluasi keberhasilan kerja tahunan sebagai bagian dari pencapaian target jangka menengah.

Tabel 3.2. Capaian Kinerja Pusat penanggulangan krisis kesehatan Tahun 2015

No Indikator Kinerja Target Capaian %

1. Jumlah Kab./Kota yang mendapatkan dukungan untuk mampu melaksanakan upaya pengurangan risiko krisis kesehatan di wilayahnya

34 34 100

2. Jumlah Provinsi yang mendapatkan advokasi dan sosialisasi untuk mendukung pelaksanaan upaya pengurangan risiko krisis kesehatan di wilayahnya

7 6 85,71

Penetapan target kabupaten/kota dan provinsi dilakukan berdasarkan tingginya indeks risiko bencana yang dimiliki sesuai data IRBI (Indeks Rawan Bencana Indonesia) yang dibuat oleh BNPB, berdasarkan karakteristik sosioekonomi dan geografisnya (diprioritaskan kab./kota yang merupakan daerah tertinggal, perbatasan dan kepulauan) dan berdasarkan profil kesehatan daerahnya (diprioritaskan kab./kota yang merupakan daerah bermasalah kesehatan). Target Kabupaten/Kota yang menjadi sasaran indikator PPKK dapat dilihat dalam Lampiran 4.

a. Pencapaian Target Indikator Kinerja Pertama

Terdapat beberapa kegiatan yang berkaitan langsung dengan pencapaian target indikator kinerja pertama. Kegiatan tersebut adalah :

1) Pendampingan Teknis Penanggulangan Krisis Kesehatan

Pusat penanggulangan krisis kesehatan sebagai unit koordinasi di lingkungan Kementerian Kesehatan, memiliki tanggung jawab pembinaan Dinas Kesehatan Provinsi serta Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota guna terlaksananya pengelolaan program penanggulangan krisis kesehatan dengan baik.

Peran kabupaten/kota dalam pelaksanaan penanggulangan krisis kesehatan sangat vital, mengingat kejadian krisis kesehatan berada di wilayah administrasi kabupaten/kota, sehingga tanggung jawab utama penanganan krisis kesehatan berada di bawah kendali dinas kesehatan setempat. Kerjasama dinas kesehatan dengan instansi terkait di wilayah tempat kejadian krisis


(24)

Pusat penanggulangan krisis kesehatan Kementerian Kesehatan

kesehatan, harus terbina secara baik, terutama dengan BPBD selaku koordinator penanggulangan bencana di daerah.

Untuk memperkuat peran tersebut, sepanjang tahun 2015, PPKK telah melaksanakan kegiatan pendampingan teknis penanggulangan krisis kesehatan di dinas kesehatan kabupaten/kota terkait manajemen penanggulangan krisis kesehatan yang dilaksanakan oleh masing-masing kabupaten/kota dengan realisasi anggaran sebesar 89,69%.

Kegiatan ini telah dilaksanakan di 34 kabupaten/kota rawan bencana target indikator kinerja di tahun 2015 dengan metode visitasi ke kabupaten/kota dan diskusi dengan penanggungjawab program penanggulangan krisis kesehatan di satuan kerja terkait seperti Dinas Kesehatan, BPBD, Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) dan Puskesmas rawan bencana.

Setelah kegiatan ini dilaksanakan, PPKK berhasil mengidentifikasi kesiapsiagaan kabupaten/kota dalam upaya penanggulangan krisis kesehatan dan berhasil menentukan upaya dukungan yang dibutuhkan kabupaten/kota dalam melaksanakan penanggulangan krisis kesehatan. Selain itu, dalam kegiatan ini juga disosialisasikan kebijakan terbaru dalam penanganan krisis kesehatan dan bencana.

2) Pelatihan Teknis Penanggulangan Krisis Kesehatan

Salah satu kendala yang sering dijumpai dalam upaya penanggulangan krisis kesehatan adalah kurangnya Sumber Daya Manusia (SDM) Kesehatan yang dapat difungsikan, baik dari segi jumlah maupun kompetensinya. Kekurangan tersebut dapat disebabkan oleh minimnya kegiatan peningkatan kapasitas tenaga kesehatan dalam penanggulangan krisis kesehatan yang dibiayai oleh anggaran daerah.

Oleh karena itu, PPKK menyelenggarakan kegiatan pelatihan teknis penanggulangan krisis kesehatan yang pesertanya adalah penanggungjawab dan pelaksana program penanggulangan krisis kesehatan di dinas kesehatan, tenaga kesehatan di RSUD, tenaga kesehatan di puskesmas, tenaga kesehatan dari PMI (Palang Merah Indonesia) dan personil dari BPBD di 34 kabupaten/kota rawan bencana target indikator kinerja di tahun 2015 dengan realisasi anggaran sebesar 59%.

Dalam pelatihan teknis ini, peserta diberikan pengetahuan mengenai konsepsi dasar manajemen bencana; penilaian dan perencanaan penanggulangan bencana; sistem informasi penanggulangan krisis kesehatan; mitigasi bencana


(25)

Pusat penanggulangan krisis kesehatan Kementerian Kesehatan

dan koordinasi dalam penanggulangan bencana; serta peta respon. Setelah mengikuti pelatihan ini, peserta mampu mengidentifikasi bahaya (hazard) yang ada di wilayahnya, mengidentifikasi kerentanan dan kapasitas menghadapi bahaya, untuk kemudian dibuat analisa risiko bencana yang dituangkan dalam bentuk peta respon.

b. Pencapaian Target Indikator Kinerja Kedua

Terdapat beberapa kegiatan yang berkaitan langsung dengan pencapaian target indikator kinerja kedua. Kegiatan tersebut adalah :

1) TOT Peningkatan Kapasitas Petugas dalam Manajemen Penanggulangan Krisis Kesehatan

Manajemen penanggulangan krisis kesehatan adalah pengelolaan penggunaan sumber daya yang ada untuk menghadapi ancaman krisis kesehatan dengan melakukan perencanaan, penyiapan, pelaksanaan, pemantauan dan evaluasi di setiap tahap penanggulangan krisis yaitu pra, saat, dan pasca-krisis. Peserta

kegiatan TOT Peningkatan Kapasitas Petugas dalam manajemen

Penanggulangan Krisis Kesehatan adalah tenaga kesehatan yang menjadi penanggung jawab program penanggulangan krisis kesehatan di tujuh Dinas Kesehatan Provinsi rawan bencana target indikator kinerja di tahun 2015 (Aceh, Sumatera Barat, Lampung, Kalimantan Selatan, Kalimantan Utara, Maluku Utara dan Papua). Realisasi anggaran kegiatan ini adalah sebesar 97,06%.

Tenaga kesehatan yang telah dilatih, diharapkan dapat memfasilitasi Peningkatan Kapasitas Petugas dalam Manajemen Penanggulangan Krisis Kesehatan yang pesertanya adalah tenaga kesehatan di dinas kesehatan kabupaten/kota di wilayahnya.

2) TOT Peningkatan Kapasitas Petugas dalam Pendampingan Penyusunan Rencana Kontinjensi Bidang Kesehatan

Dalam manajemen penanggulangan krisis kesehatan dikenal tiga tahapan penanggulangan krisis, yaitu tahapan pra, saat dan pasca-krisis. Pada tahapan pra krisis, kegiatan-kegiatan di bidang pencegahan, mitigasi dan kesiapsiagaan menempati porsi terbesar yang salah satu kegiatannya adalah penyusunan perencanaan kontinjensi yang merupakan bentuk respon aktif dari peringatan dini yang dikeluarkan instansi berwewenang terkait potensi bencana yang ada di suatu wilayah tertentu.


(26)

Pusat penanggulangan krisis kesehatan Kementerian Kesehatan

Apabila bencana terjadi, rencana kontinjensi dapat difungsikan menjadi rencana operasi darurat setelah sebelumnya didahului proses pengkajian cepat (rapid assessment). Sebagaimana perencanaan pada umumnya, perencanaan kontinjensi harus terus dievaluasi dan diperbaharui secara berkesinambungan dengan mengacu pada situasi dan kondisi serta potensi kerawanan yang berkembang di suatu wilayah bencana.

Peserta kegiatan TOT Peningkatan Kapasitas Petugas dalam dalam Pendampingan Penyusunan Rencana Kontinjensi Bidang Kesehatan adalah tenaga kesehatan yang menjadi penanggung jawab program penanggulangan krisis kesehatan di tujuh Dinas Kesehatan Provinsi rawan bencana target indikator kinerja di tahun 2015 (Aceh, Sumatera Barat, Lampung, Kalimantan Selatan, Kalimantan Utara, Maluku Utara dan Papua). Realisasi anggaran kegiatan ini adalah sebesar 83,8%.

Tenaga kesehatan yang telah dilatih, diharapkan dapat

memfasilitasi/mendampingi tenaga kesehatan di dinas kesehatan

kabupaten/kota di wilayahnya dalam menyusun rencana kontinjensi bidang kesehatan.

3) Peningkatan Kapasitas Petugas Kabupaten/Kota dalam Manajemen

Penanggulangan Krisis Kesehatan dan Pendampingan Penyusunan Rencana Kontijensi Kesehatan Kabupaten/Kota

Setelah mengikuti TOT Peningkatan Kapasitas Petugas dalam Manajemen Penanggulangan Krisis Kesehatan dan TOT Peningkatan Kapasitas Petugas dalam Pendampingan Penyusunan Rencana Kontinjensi Bidang Kesehatan, tenaga kesehatan di dinas kesehatan provinsi target indikator kinerja di tahun 2015 yang menjadi peserta dua TOT tersebut selanjutnya memfasilitasi penyelenggaraan Peningkatan Kapasitas Petugas Kabupaten/Kota dalam Manajemen Penanggulangan Krisis Kesehatan dan Pendampingan Penyusunan Rencana Kontijensi Kesehatan Kabupaten/Kota yang pesertanya adalah tenaga kesehatan dari dinas kesehatan kabupaten/kota di wilayahnya masing-masing. Penyelenggaraan dua kegiatan ini menggunakan dana dekonsentrasi.

Dari tujuh dinas kesehatan provinsi target indikator kinerja di tahun 2015, hanya satu yang tidak menjalankan kegiatan yang dibiayai dana dekonsentrasi ini yaitu Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Utara. Pelaksanaan kegiatan yang dibiayai dana dekonsentrasi di Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Utara terkendala karena tenaga kesehatan di daerah juga terbebani merealisasikan


(27)

Pusat penanggulangan krisis kesehatan Kementerian Kesehatan

kegiatan yang dibiayai APBD. Realisasi anggaran dana dekonsentrasi untuk penyelenggaraan dua kegiatan ini di enam provinsi adalah sebesar 75,13%.

2. Peningkatan Peran dan Fungsi PPK Regional dan Sub-Regional

Pada tahun 2006 Pusat penanggulangan krisis kesehatan (PPKK) membentuk Regional Pusat Bantuan Penanganan Krisis Kesehatan akibat Bencana melalui Kepmenkes No. 783 Tahun 2006 dengan perubahannya pada Kepmenkes No. 1228 tahun 2007, yang bertujuan untuk mendekatkan dan mempercepat dukungan bantuan kesehatan secara terkoordinasi ke wilayah yang terkena krisis kesehatan akibat bencana dengan Kepala Dinas Kesehatan Provinsi sebagai Ketua Regional. Pembagian wilayah regional disusun dengan mempertimbangkan ketersediaan sumber daya kesehatan dan kemudahan akses untuk menjangkau wilayah pelayanan.

Hampir setiap Pusat Penanggulangan Krisis Regional/Sub-Regional telah dilengkapi dengan Gedung Kantor, Gedung Transit, dan Peralatan Kantor serta Peralatan Penanggulangan Bencana. Namun, saat ini perannya masih belum optimal karena beberapa faktor, antara lain, faktor kelembagaan, ketenagaan, dan faktor dukungan kesiapan perbekalan penanggulangan krisis kesehatan yang belum maksimal.


(28)

Pusat penanggulangan krisis kesehatan Kementerian Kesehatan

Pusat Penanggulangan Krisis Regional/Sub-Regional (PPK Regional/Sub-Regional) yang ada saat ini membantu PPKK dalam mempercepat respons dan mendekatkan bantuan kesehatan bagi korban di wilayah bencana yang pengelolaannya dipegang oleh dinas kesehatan provinsi yang menjadi pusat regional. Kegiatan yang berkaitan dengan PPK Regional/Sub-Regional selama tahun 2015, antara lain:

a. Pertemuan Koordinasi 9 PPK Regional dan 2 Sub-Regional dengan Anggota PPK Regional/Sub-Regional

Setiap PPK Regional/Sub-Regional memiliki beberapa provinsi yang menjadi anggotanya. Sebagai sebuah kesatuan wilayah, maka perlu dijalin hubungan kerja dan harmonisasi tugas dan fungsi masing-masing anggota regional/sub-regional. Oleh karena itu diperlukan koordinasi yang baik antara anggota regional.

Kegiatan ini diadakan untuk menyelaraskan upaya penanggulangan krisis kesehatan yang terkoordinasi antar provinsi dalam lingkup PPK Regional/Sub-Regional. Manfaat lainnya adalah tiap anggota regional/sub-regional dapat menyamakan persepsi dan berbagi pengalaman serta pengetahuan tentang penanganan menghadapi situasi krisis kesehatan.

Kegiatan ini dilaksanakan di provinsi ketua regional/sub-regional dengan pesertanya adalah dinas kesehatan provinsi anggota regional/sub-regional. Realisasi anggaran untuk kegiatan ini adalah sebesar 88,72%.

b. Rapat Internalisasi Organisasi di 9 PPK Regional dan 2 PPK Sub-Regional

Salah satu kebijakan penanggulangan krisis kesehatan adalah pengarusutamaan penanggulangan krisis kesehatan dalam kebijakan maupun kegiatan baik di lintas-program maupun lintas-sektor dan masyarakat. Strategi yang dijalankan guna mendukung kebijakan tersebut adalah meningkatkan peran lintas program, lintas sektor dan masyarakat dalam penanggulangan krisis kesehatan. Oleh karena itu dijalankanlah kegiatan Rapat Internalisasi Organisasi di 9 PPK Regional dan 2 PPK Sub-Regional. Kegiatan ini dilaksanakan di provinsi ketua regional/sub-regional dengan perwakilan dari lintas program maupun lintas sektor terkait di provinsi ketua regional/sub-regional sebagai pesertanya.

Kegiatan ini diadakan untuk menyelaraskan upaya penanggulangan krisis kesehatan yang terkoordinasi antar satuan kerja di provinsi ketua regional/sub-regional. Realisasi anggaran untuk kegiatan ini adalah sebesar 80,05%.


(29)

Pusat penanggulangan krisis kesehatan Kementerian Kesehatan

Simulasi penanggulangan krisis kesehatan merupakan suatu bentuk latihan untuk memberikan pengetahuan dan keterampilan menanggulangi krisis kesehatan yang muncul akibat bencana. Simulasi ini dilaksanakan dalam rangka menguji sistem yang telah disusun sebelumnya oleh berbagai satuan kerja yang terlibat dalam penanggulangan krisis kesehatan.

Kegiatan simulasi ini terdiri dari beberapa rangkaian kegiatan, yaitu :

1) Rapat persiapan, guna menyusun rancangan skenario simulasi, Rencana Informasi Geladi (RIG), Rencana Operasional Geladi (ROG) dan struktur organisasi penyelenggara simulasi.

2) Geladi Posko (Table Top Exercise), guna menguji fungsi komando, koordinasi dan komunikasi antar satuan kerja.

3) Drill Teknis, guna melatih keterampilan penanggulangan krisis kesehatan dan operasionalisasi alat serta perlengkapan penanggulangan krisis kesehatan. 4) Simulasi dan Evaluasi Pelaksanaan Simulasi.

Melalui simulasi, dapat dicapai peningkatan kemampuan dan ketrampilan teknis serta koordinasi dan komando yang lebih baik bagi satuan kerja penanggulangan krisis kesehatan sesuai tugas dan fungsinya masing-masing. Rangkaian kegiatan ini dilaksanakan di PPK Regional DKI Jakarta dengan realisasi anggaran sebesar 94,11%.

d. Penataan Gudang di 9 PPK Regional dan 1 PPK Sub-Regional

Untuk mempercepat upaya penanggulangan krisis kesehatan, PPKK telah membentuk 9 regional dan 2 sub-regional yang berperan sebagai titik koordinasi dalam upaya penanggulangan krisis kesehatan di wilayahnya masing-masing. Untuk menunjang peran tersebut dibutuhkan gudang penyimpanan peralatan penanggulangan krisis kesehatan yang hingga saat ini telah ada di 9 PPK Regional dan 1 PPK Sub-Regional.

Dalam penanggulangan krisis kesehatan diperlukan sarana berupa perlengkapan penanggulangan krisis. Agar perlengkapan tersebut dapat dipelihara dan dioperasionalkan dengan baik dan benar, diperlukan tempat penyimpanan yang memadai, dalam hal ini gudang. Kegiatan ini bertujuan agar perlengkapan penanggulangan krisis kesehatan dapat difungsikan dengan baik ketika diperlukan.

Terdapat beberapa aktivitas dalam kegiatan ini, diantaranya yaitu pembuatan peta posisi barang di gudang; melakukan penataan, pengelompokan, pengkodean dan pembersihan perlengkapan di gudang; pembuatan Aplikasi Penyimpanan


(30)

Pusat penanggulangan krisis kesehatan Kementerian Kesehatan

Barang di gudang PPK; serta pelatihan singkat penggunaan Aplikasi Penyimpanan Barang. Realisasi anggaran untuk kegiatan ini adalah sebesar 97,77%.

e. Pengadaan CCTV di 9 PPK Regional/Sub-Regional

Guna mendukung tugasnya dalam penanggulangan krisis kesehatan di wilayahnya, PPK Regional dan Sub-Regional dilengkapi dengan berbagai sarana dan prasarana penanggulangan krisis kesehatan. PPK Regional dan Sub-Regional tersebut juga dilengkapi dengan sarana penunjang lain yang nilai perolehannya tidak kecil.

Agar sarana dan prasarana tersebut aman, dapat terpelihara dengan baik dan tidak mengalami kerusakan atau hilang, maka diperlukan pemantauan terus-menerus dengan menggunakan sarana pemantauan CCTV (Closed Circuit-Television). Di tahun 2015, 9 PPK Regional dan 1 PPK Sub-Regional telah dilengkapi dengan CCTV. Realisasi anggaran untuk kegiatan ini adalah sebesar 305,57%.

3. Upaya Penanggulangan Krisis Kesehatan

Pada dasarnya, alokasi anggaran di PPKK dibagi menjadi dua kelompok besar, yaitu alokasi anggaran untuk kegiatan yang telah direncanakan yang besarnya adalah Rp.57.308.664.000,- (93,95% dari total anggaran) dan alokasi anggaran untuk kegiatan yang bersifat insidentil terkait dengan upaya penanggulangan krisis kesehatan yang besarnya adalah Rp.3.690.048.000,- (6,05% dari total anggaran). Kegiatan-kegiatan yang telah direncanakan meliputi upaya kesiapsiagaan dalam rangka penanggulangan krisis kesehatan akibat bencana, pengadaan fasilitas dan

perlengkapan penanggulangan krisis kesehatan akibat bencana, serta

penyelenggaraan tupoksi lain. Sedangkan kegiatan yang bersifat insidentil meliputi upaya tanggap darurat krisis kesehatan. Penyerapan anggaran untuk kegiatan yang telah direncanakan adalah sebesar 55,14%. Sedangkan penyerapan anggaran untuk kegiatan yang bersifat insidentil adalah sebesar 56,97%.

Apabila dianalisa berdasarkan siklus bencana, selama tahun 2015 PPKK telah menyelenggarakan semua kegiatan dalam siklus bencana dan telah sesuai dengan tugas pokok dan fungsi PPKK seperti yang tertuang dalam Permenkes No. 1144 tahun 2010. Sesuai siklus bencana, kegiatan tersebut dibagi ke dalam 3 fase, yaitu:

a. Fase prabencana. Kegiatan selama fase prabencana terbagi menjadi:

1) Penyusunan kebijakan teknis, rencana dan program di bidang penanggulangan krisis kesehatan, berupa:


(31)

Pusat penanggulangan krisis kesehatan Kementerian Kesehatan

- Penyusunan Pedoman Rehabilitasi dan Rekonstruksi Bidang Kesehatan Tahun 2015

- Penyusunan Pedoman Implementasi Klaster Kesehatan dalam

Penanggulangan Krisis Kesehatan

- Revisi Pedoman Pemberdayaan Masyarakat dalam Penanggulangan Krisis Kesehatan

- Penyusunan Kurikulum dan Modul ITC-DRR

- Penyusunan Kurikulum dan Modul Pelatihan Penanggulangan Krisis Kesehatan

2) Peningkatan Kapasitas Petugas Kesehatan dalam Upaya Penanggulangan Krisis Kesehatan, melalui kegiatan :

- Pelatihan Teknis Penanggulangan Krisis Kesehatan - Upaya Peningkatan Kinerja dan Kompetensi Pegawai

- TOT Peningkatan Kapasitas Petugas dalam Manajemen Penanggulangan Krisis Kesehatan

- Penyelenggaraan Geladi Penanggulangan Krisis Kesehatan dalam Rangka Sail Tomini 2015

- TOT Peningkatan Kapasitas Petugas dalam Pendampingan Penyusunan Rencana Kontinjensi Bidang Kesehatan

- Simulasi Penanggulangan Krisis Kesehatan

- Pelatihan Pengurangan Resiko Bencana (Internasional)

3) Pemantauan, pelaporan dan penyajian informasi pelaksanaan tugas di bidang penanggulangan krisis kesehatan, seperti :

- Penyusunan Buku Tinjauan Penanggulangan Krisis Kesehatan Tahun 2014 - Pameran Penanggulangan Krisis Kesehatan

- Penyusunan Buku Penanggulangan Krisis Kesehatan Erupsi Gunung Api (Pembelajaran dari Permasalahan Erupsi Gn. Sinabung, Gn. Kelud dan Gn. Merapi)

- Penyusunan Buku dan Film Dokumentasi Penanggulangan Krisis Kesehatan - Pengembangan Sistem Informasi Penanggulangan Krisis Kesehatan (SI-PPKK)

Berbasis Android

- Penyusunan Buku Penanggulangan Krisis Kesehatan 2009 – 2014

- Penyusunan Buku Kinerja Penanggulangan Krisis Kesehatan Tahun 2014 - Pemantauan Upaya Penanggulangan Krisis Kesehatan


(32)

Pusat penanggulangan krisis kesehatan Kementerian Kesehatan

- Penyusunan Dokumen Penganggaran

- Penyusunan Dokumen Keuangan

- Penyusunan Dokumen Evaluasi

- Penyusunan Laporan Barang Milik Negara (BMN)

4) Koordinasi dan pelaksanaan pencegahan, mitigasi dan kesiapsiagaan dalam penanggulangan krisis kesehatan, seperti :

- Kajian Manajemen Kebencanaan

- Executive Meeting Forum Fasilitas Kesehatan Aman Bencana

- Experts support to monitor and evaluate safe health facilities policy research - Rapat Koordinasi Klaster Kesehatan

- Rapat Koordinasi Sub Klaster Kesehatan

- Rapat Koordinasi Kajian Kebutuhan Pemberdayaan Masyarakat

- Pertemuan Koordinasi 9 PPK Regional dan 2 Sub-Regional dengan Anggota PPK Regional/Sub-Regional

- Rapat Internalisasi Organisasi di 9 PPK Regional dan 2 PPK Sub-Regional - Pengadaan Alat Pengolah Data PPPKK Sub-Regional Sumatera Barat - Pengadaan Perlengkapan Alat Dokumentasi

- Pengadaan Alat Pengolah Data PPPKK - Rapat-Rapat Teknis/Workshop

- Pendampingan Teknis Penanggulangan Krisis Kesehatan

- Pengembangan MOU Bidang Penanggulangan Krisis Kesehatan - Penataan Gudang di 9 PPK Regional dan 2 Sub-Regional

- Upaya Peningkatan Kinerja dan Kompetensi Pegawai - Pengadaan Perlengkapan Penanggulangan Bencana - Penyelenggaraan Operasional Perkantoran

- Pengadaan CCTV di 9 PPPKK Regional/Sub-Regional - Pengadaan Rak Penyimpanan Barang di Gudang PPPKK 5) Pelaksanaan administrasi pusat.

b.Fase Tanggap Darurat. Kegiatan selama fase tanggap darurat terbagi menjadi:

1) Koordinasi dan Pelaksanaan Tanggap Darurat dan Pemulihan dalam Penanggulangan Krisis Kesehatan.

Pemantauan bencana dilakukan selama 1 tahun penuh (365 hari) selama 24 jam yang terbagi dalam 2 shift sehari. Di hari kerja, shift pertama berada di jam kerja (07.30-16.00 WIB) dan dan shift kedua di luar jam kerja (16.00-07.30 WIB). Di hari libur (Sabtu, Minggu dan libur nasional), juga berlaku 2 shift, sama


(33)

Pusat penanggulangan krisis kesehatan Kementerian Kesehatan

halnya dengan hari kerja. Kejadian bencana dilaporkan dan diperbaharui setiap hari sampai masa tanggap darurat dinyatakan berakhir. Menurut data Pusat penanggulangan krisis kesehatan, selama Januari sampai dengan Desember 2015 terjadi kasus krisis kesehatan sebanyak 938 kali dan mengakibatkan korban meninggal sebanyak 893 orang, luka berat (rawat inap) sebanyak 2.876 orang, luka ringan (rawat jalan) sebanyak 508.565 orang, hilang sebanyak 169 orang dan pengungsi sebanyak 256.739 orang. Data jumlah dan jenis kejadian bencana berdasarkan hasil pemantauan dapat dilihat pada tabel berikut ini :

Tabel 3.3. Tabel Frekuensi Bencana berdasarkan Jenis Bencana Bulan Januari s.d. Desember Tahun 2015

No Jenis Krisis

Kesehatan Ja

n Fe b M a r A p r M e i Ju n Ju l A g u s Se p O kt N o v D e s Total Bencana Alam

1 Banjir 30 51 28 34 6 9 2 2 9 3 12 19 205 2 Letusan Gunung Api 1 0 0 0 2 2 2 1 1 1 1 0 11 3 Gempa Bumi 1 1 0 1 0 0 1 4 2 0 7 3 20 4 Gempa Bumi dan

Tsunami

0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

5 Tanah Longsor 10 13 17 23 7 3 3 5 1 5 14 13 114 6 Banjir Bandang 6 7 7 8 1 2 0 3 4 0 4 9 51 7 Kekeringan 0 0 0 0 0 1 3 0 0 0 0 0 4 8 Angin Puting Beliung 7 22 14 15 2 0 1 7 5 3 15 9 100 9 Gelombang

Pasang/Badai

0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

10 Banjir dan Tanah Longsor

0 0 0 1 1 0 0 0 0 0 2 2 6

TOTAL 55 94 66 82 19 17 12 22 22 12 55 55 511 Bencana Non Alam

1 Kebakaran 3 10 11 15 7 5 0 7 5 3 2 4 72 2 Kebakaran Hutan

dan Lahan

0 0 5 0 0 1 9 42 18 7 2 0 84

3 Kecelakaan Transportasi

4 10 5 3 9 11 12 12 7 3 3 5 84

4 Kecelakaan Industri 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1 5 Kejadian Luar Biasa

(KLB) - Penyakit

1 0 8 0 23 4 4 0 1 0 3 1 45

6 Kejadian Luar Biasa (KLB) - Keracunan

4 4 3 3 16 5 6 12 3 5 1 4 66

7 Gagal Teknologi 1 1 6 2 0 1 3 2 2 0 0 0 18 8 Wabah Penyakit

(Epidemi - Pandemi)

0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

TOTAL 13 25 38 24 55 27 34 75 36 18 11 14 370 Bencana Sosial

1 Konflik Sosial atau Kerusuhan Sosial

2 6 3 8 11 3 6 7 0 2 3 5 56

2 Aksi Teror dan Sabotase

0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 1

TOTAL 2 6 3 8 11 3 6 8 0 2 3 5 57


(34)

Pusat penanggulangan krisis kesehatan Kementerian Kesehatan

Kejadian bencana alam merupakan kejadian paling dominan (54,5%) dengan didominasi oleh kejadian banjir diikuti oleh kejadian bencana non alam (39,4%) dan bencana sosial (6,1%). Kejadian bencana terbanyak sepanjang tahun 2015 terjadi pada bulan Februari yang didominasi oleh kejadian banjir. Hal yang sama terjadi juga di bulan Maret dan April, dimana frekuensi bencana tinggi dan didominasi juga oleh kejadian banjir. Frekuensi bencana juga tinggi di bulan Agustus, namun didominasi oleh kejadian kebakaran hutan dan lahan. Hal ini sejalan dengan pola cuaca di Indonesia.


(35)

Pusat penanggulangan krisis kesehatan Kementerian Kesehatan 63

56

29 27 25 52

5 13 3 1

35 87

68

13 180

12 12 23

12 29

22

3 12 14

56

3 12 6

13 6

19 5

16 5 0

20 40 60 80 100 120 140 160 180 200

FREKUENSI KEJADIAN BENCANA DI TIAP PROVINSI SEPANJANG TAHUN 2015

Gambar 3.3. Frekuensi Kejadian Bencana di tiap provinsi selama Tahun 2015

Kejadian bencana selama tahun 2015 paling banyak terjadi di Provinsi Jawa Timur (180 kejadian) diikuti oleh Provinsi Jawa Barat (87 kejadian) dan Provinsi Jawa Tengah (68 kejadian).


(36)

Pusat penanggulangan krisis kesehatan Kementerian Kesehatan 0

100 200 300 400 500 600 700 800

70

125

107 114 85

47 52

105

58

32

69 74

58 86 61 38 67

160

74 86

20 50 57

136 105

168

95 99

751

394

238 201

155

251

143

276

0 14 9 2 3 41 11 22 13 20 1 33

JUMLAH KORBAN MENINGGAL, LUKA BERAT DAN HILANG AKIBAT

BENCANA SEPANJANG TAHUN 2015

FREKUENSI BENCANA MENINGGAL

LUKA BERAT HILANG

Gambar 3.4. Jumlah korban meninggal, luka berat dan hilang akibat bencana per-bulan selama tahun 2015

Dari gambar di atas, terlihat bahwa kuantitas korban meninggal, luka berat maupun hilang tidak selalu berbanding lurus dengan frekuensi kejadian bencana. Kuantitas korban jiwa jumlahnya tinggi di bulan Mei dan Juni. Di bulan-bulan tersebut, korban luka berat tinggi jumlahnya diakibatkan karena KLB Keracunan Makanan.


(37)

Pusat penanggulangan krisis kesehatan Kementerian Kesehatan 0

50000 100000 150000 200000 250000

17.905

63.891

13.258 15.880 12.965 19.629 24.281

53 4.931

163

21.276

62.507

5.514

16.564

12.337 278 2.488 15.304

73.953

227.027

117.518

35.290

1.521 771

JUMLAH KORBAN LUKA RINGAN DAN PENGUNGSI

AKIBAT BENCANA SEPANJANG TAHUN 2015

PENGUNGSI LUKA RINGAN

Gambar 3.5. Jumlah korban luka ringan dan pengungsi akibat bencana per-bulan selama Tahun 2015

Dari gambar di atas, terlihat bahwa kuantitas korban luka ringan maupun pengungsi tidak selalu berbanding lurus dengan frekuensi kejadian bencana. Kuantitas korban jiwa jumlahnya tinggi di bulan Juli, Agustus dan September. Di bulan-bulan tersebut, korban luka ringan tinggi jumlahnya diakibatkan karena bencana Kabut Asap Kebakaran Hutan dan Lahan.


(38)

Pusat Krisis Kesehatan Kementerian Kesehatan

2) Pelaksanaan Administrasi Pusat

Dukungan tenaga, logistik maupun dana operasional diberikan untuk membantu mengatasi krisis kesehatan. Dukungan tenaga dilakukan pada saat tanggap darurat bencana maupun pasca bencana. Dukungan tenaga pada saat tanggap darurat bencana untuk melakukan kegiatan Rapid Health Assessment (RHA) yaitu sebesar Rp 752.439.700,- atau 70,3% dari pagu. Sedangkan pasca bencana untuk mendukung kegiatan penilaian kerusakan, kerugian dan kebutuhan pasca bencana yaitu sebesar Rp 135.018.800,- atau 64,5% dari pagu.

Bantuan operasional dapat berupa handling cost, bahan habis pakai, serta klaim perawatan pasien korban bencana. Pada tahun 2015 bantuan operasional, pembayaran klaim serta pengadaaan obat dan bahan habis pakai yang diberikan kepada daerah yang mengalami kejadian krisis kesehatan adalah sebesar Rp 202.681.746,- atau 19,8% dari pagu .

4. Keberhasilan

Sampai dengan akhir tahun 2015, PPKK telah mencapai target kinerja sebagaimana tercantum dalam Perjanjian Kinerja tahun anggaran 2015, dengan capaian 34 Kabupaten/Kota mampu melaksanakan upaya pengurangan risiko krisis kesehatan di wilayahnya dan 6 provinsi mendapatkan advokasi dan sosialisasi untuk mendukung pelaksanaan upaya pengurangan risiko krisis kesehatan di wilayahnya.

PPKK berhasil mencapai keberhasilan lainnya sebagai berikut :

a. Menyusun 3 Pedoman yang diajukan untuk menjadi Permenkes yaitu :

- Pedoman Rehabilitasi dan Rekonstruksi Dampak Bencana Bidang Kesehatan - Pedoman Implementasi Klaster Kesehatan dalam Penanggulangan Bencana

- Pedoman Pemberdayaan Masyarakat dalam Penanggulangan Krisis

Kesehatan

b. Menyusun draft revisi Permenkes No. 64 tahun 2013 tentang Penanggulangan Krisis Kesehatan dan saat ini sedang diajukan untuk disahkan menjadi Permenkes.

c. Mengoptimalkan kerjasama lintas-program dan lintas-sektor dalam upaya kesiapsiagaan melalui rapat koordinasi klaster kesehatan dan sub klaster kesehatan serta geladi penanggulangan krisis kesehatan akibat kecelakaan transportasi laut dalam rangka persiapan Sail Tomini 2015.


(39)

Pusat Krisis Kesehatan Kementerian Kesehatan

d. mengoptimalkan kerjasama dengan EHA-WHO (Emergency and Humanitarian Action) melalui kegiatan pe elitia A alisis Kese ja ga a tara Peratura Perundangan dan Program Nasional terkait Fasilitas Epalayanan Kesehatan yang

A a terhadap Be a a de ga Kera gka Kerja I ter asio al .

e. terlibat dalam proses Rapid Health Assessment (RHA) serta penilaian kerusakan, kerugian dan kebutuhan sumber daya kesehatan pasca bencana bersama-sama lintas program Kemenkes, di bawah koordinasi BNPB.

5. Permasalahan

a. Belum optimalnya upaya monitoring dan evaluasi kegiatan. Hal ini disebabkan karena belum adanya instrumen monitoring yang dikembangkan dan digunakan untuk mengontrol pelaksanaan kegiatan. Selain itu, hasil evaluasi belum digunakan seoptimal mungkin untuk perbaikan perencanaan kegiatan berikutnya.

b. Belum berjalannya mekanisme koordinasi yang optimal antara Kementerian Kesehatan (melalui PPKK) dengan BNPB dalam hal pemanfaatan dana tanggap darurat (Dana Siap Pakai) yang dialokasikan pada DIPA BNPB untuk pelaksanaan kegiatan penanggulangan krisis kesehatan pada kondisi tanggap darurat bencana.

c. Masih belum optimalnya peran dan tanggung jawab pemerintah daerah yang tercermin dalam perencanaan dan pengalokasian penganggaran yang sangat minim. Hal ini menyebabkan pusat harus mengakomodir hal-hal yang seharusnya ditangani oleh daerha.

d. Belum selesainya proses hibah barang milik negara (BMN) yang berada dalam pencatatan Sistem Informasi Manajemen dan Akuntansi BMN PPKK kepada Dinas Kesehatan Provinsi dan Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota.

e. Masih terkendalanya proses pelembagaan PPK Regional/Sub-Regional. Saat ini, semua aktivitas PPK Regional/Sub-Regional masih dijalankan oleh Dinas Kesehatan Provinsi setempat. Sehingga Dinkes Provinsi menjalankan 2 fungsi yaitu sebagai Dinas Kesehatan dan sebagai perpanjangan pusat di PPK Regional/Sub Regional sehingga fungsi PPK Regional/Sub Regional tidak optimal. f. Realisasi anggaran belum optimal karena revisi baru selesai pada bulan Agustus


(40)

Pusat Krisis Kesehatan Kementerian Kesehatan 6. Usulan Pemecahan Masalah

Terkait permasalahan yang teridentifikasi, usulan pemecahan masalah yang diajukan adalah perlu dilakukannya koordinasi untuk, antara lain:

a. Mengoptimalkan upaya monitoring dan evaluasi dengan cara menyusun alat bantu monev yang disesuaikan dengan kegiatan yang dilaksanakan.

b. Sesuai dengan Peraturan Menteri Keuangan nomor 105 Tahun 2013 tentang Mekanisme Pelaksanaan Anggaran Penanggulangan Bencana, dana yang dipergunakan untuk membiayai pelaksanaan kegiatan tanggap darurat (Dana Siap Pakai), dialokasikan pada DIPA BNPB. Guna mengoptimalkan mekanisme koordinasi antara Kementerian Kesehatan (melalui PPKK) dengan BNPB dalam hal pemanfaatan dana tanggap darurat tersebut, perlu ditetapkan Pejabat Pembuat Komitmen dan Bendahara Pengeluaran Pembantu di satker PPKK yang bertanggungjawab khusus untuk kegiatan tanggap darurat bidang kesehatan. c. Perlu dilakukan sosialisasi dan advokasi tentang peran pemerintah daerah dalam

penanggulangan krisis kesehatan.

d. Membentuk satuan tugas atau kelompok kerja khusus guna mengidentifikasi dan menyelesaikan permasalahan dalam proses hibah BMN yang berada dalam pencatatan PPKK kepada Dinas Kesehatan Provinsi dan Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota.

e. Membentuk satuan tugas atau kelompok kerja khusus guna melanjutkan proses pelembagaan PPK Regional/Sub-Regional menjadi perwakilan PPKK di daerah dan yang menjalankan aktivitas sehari-hari adalah pegawai PPKK bukan pegawai Dinas Kesehatan Provinsi.

C. SUMBER DAYA

Tantangan pembangunan kesehatan menuntut adanya dukungan sumber daya yang cukup serta arah kebijakan strategis pembangunan kesehatan yang tepat. Dukungan sumber daya terutama sumber daya manusia, sarana dan prasarana serta pembiayaan sangat dibutuhkan.

1. Sumber Daya Manusia

Pada tahun 2015, jumlah pegawai yang aktif bekerja di PPKK sebanyak 68 orang. Dari jumlah tersebut, sebanyak 58 orang merupakan PNS aktif dan 10 orang adalah tenaga honorer. PPKK dipimpin oleh 1 orang Kepala, 4 orang Pejabat Eselon III, 9 orang Pejabat Eselon IV, dan 54 orang staf (44 orang PNS dan 10 orang tenaga honorer) yang terdistribusi di 1 (satu) Bagian dan 3 (tiga) Bidang. Rincian penyebaran


(41)

Pusat Krisis Kesehatan Kementerian Kesehatan

pegawai (Pejabat Eselon III-IV dan staf) di PPKK, antara lain, sebanyak 31 pegawai di Bagian Tata Usaha; sebanyak 11 pegawai di Bidang Pencegahan, Mitigasi dan Kesiapsiagaan; 13 pegawai di Bidang Tanggap Darurat dan Pemulihan; dan sebanyak 12 pegawai di Bidang Pemantauan dan Informasi.

Gambar 3.6. Distribusi pegawai PPKK berdasarkan Bidang/Bagian

Kepangkatan pegawai di PPKK antara lain, sebanyak 5 orang masuk dalam Golongan II, 45 orang Golongan III, dan sebanyak 8 orang Golongan IV.

Bagian Tata Usaha (31 orang)

46%

Bidang Pencegahan,

Mitigasi dan Kesiapsiagaan (11

orang) 17% Bidang Tanggap

Darurat dan Pemulihan (13

orang) 19% Bidang Pemantauan dan

Informasi (12 orang)

18%

Distribusi Pegawai PPKK

per Bidang/Bagian Tahun 2015


(1)

Kementerian Kesehatan Pusat Krisis Kesehatan

Lampiran 7.

Alokasi Anggaran Revisi TA 2015

PROGRAM / KEGIATAN / OUTPUT

PAGU (Rp)

AWAL

REVISI I

REVISI II

Progam Dukungan Manajemen dan Pelaksanaan Tugas Teknis Lainnya

Kegiatan Penanggulangan Krisis Kesehatan

1

Petugas Terlatih Penanggulangan Krisis Kesehatan

7.091.186.000 12.878.739.000

12.878.739.000

2

Kebijakan/Pedoman Penanggulangan Krisis Kesehatan

1.746.588.000

2.180.019.000

2.180.019.000

3

Produk Informasi Penanggulangan Krisis Kesehatan

1.648.129.000

1.252.956.000

1.252.956.000

4

Laporan Penanggulangan Bencana

23.457.867.000

3.690.048.000

3.690.048.000

5

Dokumen Advokasi Kebijakan Penanggulangan Krisis Kesehatan

4.109.364.000

2.975.200.000

2.987.800.000

6

Dokumen Koordinasi Penanggulangan Krisis Kesehatan

2.802.898.000

3.296.422.000

3.296.422.000

7

Peralatan Pengolah Data dan Komunikasi

217.391.000

220.365.000

220.365.000

8

Dokumen Perencanaan, Anggaran dan keuangan

1.310.393.000

519.592.000

519.592.000

9

Laporan pembinaan, kinerja, kepegawaian dan kegiatan

7.733.979.000

7.994.451.000

7.994.451.000

10

Gedung Penanggulangan Krisis Kesehatan Regional

11.657.885.000

0

0

11

Perlengkapan Penanggulangan Bencana

131.144.000

18.547.786.000

18.547.786.000

12

Layanan Perkantoran

7.043.092.000

7.043.092.000

7.043.092.000

13

Peralatan dan Fasilitas Perkantoran

88.984.000

288.484.000

288.484.000

14

Output Cadangan

98.958.000

98.958.000


(2)

Pusat Krisis Kesehatan

Lampiran 8.

Perbandingan Anggaran pada TA 2014 dan TA 2015

NO URAIAN OUTPUT ALOKASI ANGGARAN REVISI (Rp) REALISASI (Rp) % Realisasi % FISIK

2014 2015 2014 2015 2014 2015 2014 2015

1 Petugas terlatih penanggulangan krisis kesehatan

7.425.812.000 12.878.739.000 6.384.123.085 9.267.603.985 85,97 71,96 83,22 100 2 Kebijakan/Pedoman penanggulangan

krisis kesehatan

2.854.042.000 2.180.019.000 1.932.058.642 1.832.659.975 67,7 84,07 100 100 3 Produk Informasi Penanggulangan Krisis

Kesehatan

2.048.395.000 1.252.956.000 1.575.592.175 1.115.420.050 76,92 89,02 60 81 4 Penanggulangan Bencana 6.339.633.000 3.690.048.000 6.773.099.457 2.102.159.446 88,48 56,97 100 100 5 Advokasi Kebijakan Penanggulangan

Krisis Kesehatan

2.031.964.000 2.987.800.000 934.539.238 1.450.985.466 51,09 48,56 57,69 50 6 Dokumen Koordinasi Penanggulangan

Krisis Kesehatan

3.152.604.000 3.296.422.000 2.764.493.200 2.557.640.905 84,1 77,59 100 56 7 Peralatan Pengolah Data & Komunikasi 2.981.554.000 220.365.000 2.515.829.000 216.960.000 84,38 98,45 91,59 100 8 Layanan Perkantoran 6.144.072.000 519.592.000 5.302.877.207 402.068.600 86,31 77,38 100 100 9 Dokumen Perencanaan, Anggaran dan

Keuangan

897.371.000 7.994.451.000 742.590.200 3.585.967.723 82,75 44,86 100 88 10 Laporan Pembinaan, Kinerja,

Kepegawaian dan Kegiatan

12.834.980.000 0 10.098.988.036 0 78,68 0 88,24 0 11 Gedung Penanggulangan Krisis

Kesehatan Regional

16.708.458.000 18.547.786.000 0 4.683.660.000 0 25,25 0 67 12 Perlengkapan Penanggulangan Bencana 202.600.000 7.043.092.000 179.850.000 6.213.632.012 88,77 88,22 100 100 13 Peralatan dan Fasilitas Perkantoran 863.215.000 288.484.000 799.802.700 271.905.500 92,65 94,25 100 100

14 Output Cadangan - 98.958.000 - 0 0 0 0 0


(3)

Pusat Krisis Kesehatan Kementerian Kesehatan

Lampiran 9.

Realisasi Pengadaan TA 2015

NO NAMA PAKET KEGIATAN REALISASI

(Rp)

KONTRAK NO/TGL

NOMOR KONTRAK TANGGAL

1 Pengadaan Jasa Konsultan GAP Dan Pelatihan ISO 48.500.000 BN.01.01/1/911.1/2015 17 September – 1 Oktober 2015 2 Pengadaan Jasa Konsultan Pembuatan Dokumen ISO 48.000.000 BN.01.01/1/1012.1/2015 9 -29 Oktober 2015 3 Pengadaan Jasa Konsultan Pendampingan Implementasi ISO 47.250.000 BN.01.01/1/1158.1/2015 6 – 19 November 2015 4 Pengadaan Jasa Konsultan Pendampingan Audit Eksternal ISO 48.250.000 BN.01.01/1/1288.1/2015 27 November 14 Desember 2015 5 Pengadaan Jasa Konsultasi Penyusunan Kurikulum dan Modul

ITC-DRR 41.000.000 BN.01.01 / 2 / 831 / 2015 31 Agustus – 31 Oktober 2015 6 Pengadaan Jasa Konsultansi Penyusunan Pedoman

Pemberdayaan Masyarakat dalam Penanggulangan Krisis Kesehatan

41.243.000 31 Agustus – 29 September 2015 7 Pengadaan Jasa Konsultasi Penyusunan Kurikulum dan Modul

Pelatihan Penanggulangan Krisis Kesehatan 41.000.000 BN.01.01 / 2 / 830 / 2015 31 Agustus – 31 Oktober 2015 8 Pengadaan Jasa Konsultansi Penyusunan Pedoman

Implementasi Klaster Kesehatan dalam Penanggulangan Krisis Kesehatan

41.243.000 BN.01.01/3/831.1/2015 31 Agustus – 29 Oktober 2015 9 Penyelenggaraan Pelatihan Pengurangan Resiko Bencana

(Internasional) 549.339.600 BN.01.01/2/926.1/2015 21 September – 19 November 2015 10 Penyelenggaraan Rapat Koordinasi Klaster Kesehatan 673.876.700 BN.01.01/3/1146/2015 3 November – 8 Desember 2015 11 Penyelenggaraan Peningkatan Motivasi dan Kinerja Pegawai I 119.000.000 BN.01.01/1/372/2015 28 – 30 April 2015

12 Penyelenggaraan Peningkatan Motivasi dan Kinerja Pegawai II 198.000.000 BN.01.01/1/1246/2015 24 November – 22 Desember 2015 13 Pengadaan Jasa Dalam Rangka Penataan Gudang di PPPKK

Regional/Sub Regional 469.923.000 BN.01.01/1/939/2015 25 September – 8 Desember 2015 14 Penyelenggaraan TOT Peningkatan Kapasitas Petugas Dalam

Pendampingan Penyusunan Rencana Kontinjensi Bidang Kesehatan

763.648.000 BN.01.01/2/925.1/2015 21 September – 19 November 2015 15 Penyelenggaraan Simulasi Penanggulangan Krisis Kesehatan


(4)

NO NAMA PAKET KEGIATAN REALISASI

(Rp) KONTRAK NO/TGL

16 Penyelenggaraan TOT Peningkatan Kapasitas Petugas Dalam

Manajemen Penanggulangan Krisis Kesehatan 798.689.000 BN.01.01/2/990.1/2015 5 Oktober – 3 Desember 2015 17 Pengadaan Jasa Pengembangan Sistem Informasi

Penanggulangan Krisis Kesehatan (SI-PPKK) Berbasis Android 174.700.000 BN.01.01/4/475/2015 25 Mei – 25 Juni 2015 18 Pengadaan Jasa Setting Jaringan Radio Komunikasi di 34

Dinkes Provinsi dan 11 Dinkes Kab/Kota 77.000.000 BN.01.01/4/953/2015 28 September – 26 November 2015 19 Pengadaan Jasa Penulisan Buku Penanggulangan Krisis

Kesehatan Akibat Erupsi Gunung Api 133.000.000 BN.01.01/1/721/2015 4 Agustus – 30 Oktober 2015 20 Pengadaan Jasa Pakaian Dinas Pegawai/Perawat 68.325.000 BN.01.01/1/722.1/2015 3 Agustus – 2 Oktober 2015 21 Pengadaan Masker 490.622.000 BN.01.01./1/1046/2015 15 – 28 Oktober 2015 22 Pengadaan Perahu Karet 3.231.800.000 BN.01.01/1/1296.1/2015 1 – 30 Desember 2015 23 Pengadaan Alat Pelindung Diri (APD) 832.328.000 BN.01.01/1/1172.1/2015 10 November – 9 Desember 2015 24 Pengadaan Perahu Karet untuk Penanggulangan Krisis

Kesehatan 129.000.000 BN.01.01/1/720/2015 4 Agustus – 1 November 2015 25 Pengadaan Laptop untuk Satker PPPKK 167.960.000 BN.01.01/1/1010.1/2015 8 Oktober – 6 November 2015 26 Pengadaan Rak Penyimpanan Barang 142.000.000 BN.01.01/1/888.1/2015 15 September – 15 Oktober 2015 27 Penyelenggaraan Training GIS 59.500.000 BN.01.01/4/697/2015 31 Juli 2015


(5)

Pusat Krisis Kesehatan Kementerian Kesehatan

Lampiran 10.

Pelatihan dan Seminar Internasional Tahun 2015

NO KEGIATAN WAKTU LOKASI PENYELENGGARA PESERTA

1. 10 th Training Course in Public Health Emergency and Disaster Management (PHEDMa) for Health-care Professionals of South East Asia Region

7 – 11 Desember 2015

Colombo, Srilanka

The Health Emergency and Disaster Management Training Centre (HEDMaTC) of The Faculty of Medicine, University of

Peradeniya and WHO Srilanka

- Shinta Rahmawati, S.Gz (Staf Bidang TDP)

- Yuniati, S.Sos, M.Si (Kasubbid Kesiapsiagaan) 2. Health Emergencies in Large Population

(HELP) Course

29 Oktober – 8 November 2015

New Delhi, India

International Committee of The Red Cross (ICRC) bekerja sama dengan WHO SEARO

Astika Fardani, SKM (Staf Bidang Pemantauan dan Informasi)

3. 11 th International Basic Course on Assistance and Protection Against Chemical Weapons

15 – 19 Juni 2015

Krosevac, Sernia

Organization of Prohibition Chemical Weapon (OPCW)

Dr. Arifin (Staf Bidang PMK) Dr. Rakhmad Ramadhanjaya (Staf Bagian Tata Usaha)

4. 3rdSenior Official’s Meeting (SOM-3) 26 – 30 Agustus

2015

Cebu, Philippines

APEC Dr. Ira Cyndira Tresna

(Kasubbid Pencegahan dan Mitigasi)

Siti Khadijah, S.Si, Apt, MM (Staf Bagian Tata Usaha) 5. 15th Annual Workshop to Coordinate

Assistance and Protection Under Article X of Chemical Weapon Convention

22 – 27 Juni 2015

Antalya, Turkey

Organization of Prohibition Chemical Weapon (OPCW)

Dr. Achmad Yurianto (Kepala PPPKK)

Dr. Indro Murwoko (Kabid TDP)

6. The 3 rd Meeting for The Survey on The Current Situation of Disaster/Emergency Medicine System in The ASEAN Region

6 – 10 Juli 2015 Bangkok, Thailand

JICA Setiorini, SKM, MKM (Staf

Bidang TDP)

Zulkarnain Gaffar, SS, MKM (Staf Bidang Pemantauan dan Informasi)

7. Conference of WHO ERM Collaboration Centre

17 -19

November 2015

Moscow, Russia

WHO Drs. M. Royan, M.Kes (Kabid PMK)

Wijayanti, SS, MM (Staf Bidang TDP)


(6)

NO KEGIATAN WAKTU LOKASI PENYELENGGARA PESERTA 8. Southeast Asia ICRC Healthand Humanitarian

Action in Emergency Workshop

12 – 16 Oktober 2015

Singapore ICRC Wijayanti, SS, MM (Staf Bidang TDP)

9. Regional Workshop on Strengthening and Networking of Public Health Emergency Operation Centre

28 September – 2 Oktober 2015

New Delhi, India

WHO SEARO Drg. M. Kammaruzaman, M.Sc (Kabag Tata Usaha)

Lita Renata Sianipar, SKM, M.Epid (Kabid PI)

10. Invitation to The 13 the ASEAN and Japan High Level Official Meeting on Caring Societies

20 – 22 Oktober 2015

Kobe, Japan JICA Dr. Achmad Yurianto (Kepala PPPKK)

Dr. Indro Murwoko (Kabid TDP)

11. APEC Training Course on Buliding Capacity in Health Hotline Responding to Public Health Emergency

7 – 10 April 2015 Beijing, China

APEC Dr. Adi Sopiandi, M.Kes (Staf Bidang PMK)

12 Course on Healthcare and Pandemic Preparedness

Singapore Drg. Hadijah Pandita, M.Kes

(Kasubbid Informasi) 13 15 th Annual Meeting Inter Agency Working

Group on Reproductive Health in Crisis

24 – 28 Februari 2015

Dead Sea, Jordan

Inter Agency Working Group on Reproductive Health in Crisis

Dr. Ina Agustina Isturini , MKM (Kasubbid Pemulihan) 14 3rd World Conference on Disaster Risk

Reduction

Maret 2015 Sendai, Japan

JICA Dr. M. Imran S. Hamdani,

MKM (Kasubbid Tanggap Darurat)