3.2  Bahan dan Alat
Jala  untuk  mengambil  sampel  ikan,  perahu  untuk  sarana  transportasi  selama survey  dan  penelitian,  repraktometer    untuk  mengukur  salinitas,  pH  meter  untuk
mengukur  pH  perairan,  DO  meter  untuk  mengukur  oksigen  terlarut  di  perairan, termometer  untuk  mengukur  suhu  perairan,  GPS  untuk  menentukan  titik  koordinat
sebagai titik stasiun penelitian, pelampung dan stop watch untuk mengukur kecepatan arus,  secci  disk  untuk  mengukur  kecerahan  air,  rol  untuk  mengukur  panjang  dan
tinggi  ikan,  timbangan  analitik  untuk  mengukur  berat  ikan,  dan  kamera  untuk mengambil foto-foto dokumentasi.
3.3  Diskripsi Lokasi
Penentuan  stasiun  pengamatan  adalah  berdasarkan  perbedaan  salinitas,  oleh karena  itu  sebelum  dilakukan  pengambilan  titik  koordinat  maka  terlebih  dahulu
dilakukan survei untuk mengetahui perbedaan salinitas di Perairan Sungai Belawan. Berdasarkan  hasil  survei  lapangan  maka  diketahui  perbedaan  salinitas  dapat
ditentukan berdasarkan daerah muara sungai. Penentuan  stasiun  yang    akan  dijadikan  lokasi  pengamatan  adalah  sebagai
berikut: stasiun 1 berada di muara Sungai Baharu pada titik koordinat 3 45
’7,60” LU 98
37 ’51,2” BT, dengan salinitas rata-rata 15,7 ppt, stasiun 2 berada di muara Sungai
Buluh  yakni  pada  titik  koordinat  3 44
’22,1”LU  98 38
’26,6”  BT    dengan  salinitas rata-rata  9,9  ppt,  dan  stasiun  3  berada  di  muara  Sungai  Terjun  yakni  pada  titik
koodinat 3 44
’20,2”LU 98 39
’8,59” BT dengan salinitas rata-rata 5,4 ppt. Stasiun- stasiun  ini  merupakan  habitat  ikan  bulan-bulan  dan  daerah  penangkapan  fishing
ground yang sering dilakukan nelayan yakni di Perairan Sungai Belawan.
Universitas Sumatera Utara
3.4  Prosedur Penelitian 3.4.1  Metode Penelitian
Metode  yang  digunakan  dalam  penelitian  ini  adalah  metode  eksplorasi,  data yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah data primer dan data skunder.
3.4.2  Pengukuran Parameter Kualitas Air
Pengukuran  parameter  fisika  kimia  perairan  yang  meliputi:  suhu  air, kecerahan  air,  kecepatan  arus,    pH  air,  salinitas,  oksigen  terlarut  dilakukan  secara
insitu,  sedangkan  BOD,  nitrit  dan  posfat  dilakukan  secara  eksitu  di  Balai  Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit BTKLPP Kelas 1 Medan.
3.4.3  Pengambilan Sampel Ikan Bulan-bulan
Pengambilan  sampel  dilakukan  dengan  metode  Purposive  Sampling.  Alat Tangkap yang digunakan adalah jala dengan luas 12,56 m
2
. Penebaran jala dilakukan sebanyak 30 kali yang dianggap sebagai plot pada setiap stasiun. Pengambilan sampel
ikan dilakukan 1 kali dalam setiap bulannya dilakukan selama 3 bulan berturut-turut. Ikan  yang  tertangkap  dibagi  dalam  3  kelas  ukuran  kecil,  sedang,  dan  besar  untuk
dihitung  kepadatan  populasi,  morfometrik,  pola  pertumbuhan,  dan  pola  distribusi. Ikan diukur berdasarkan panjang total, tinggi tubuh, dan berat tubuh.
3.5    Analisis Data 3.5.1  Jumlah Ikan Bulan-bulan Berdasarkan Kelas Ukuran
Untuk  menentukan  ikan  berdasarkan  kelas  ukuran  maka  data  diambil  dari hasil pengukuran panjang total ikan yang tertangkap. Pengambilan sampel dilakukan
dengan menggunakan alat tangkap jala.
Universitas Sumatera Utara
Selanjutnya penebaran jala dilakukan sebanyak 30 kali pada tiap-tiap stasiun
yang  dilakukan  dalam  setiap  bulannya.  Kemudian  hasil  tangkapan  ikan  dibagi berdasarkan kelas ukuran ikan yakni ukuran kecil, sedang, dan besar.
3.5.2  Kepadatan Populasi
Kepadatan  populasi  ikan  bulan-bulan  dihitung  menggunakan  rumus  Kreb 1978 sebagai berikut:
KP � � �  ² =
∑ � � �  � � ����
� �  � � � � �����
3.5.3  Morfometrik
Morfometrik  adalah  untuk  mengetahui  hubungan  antara  panjang  dan  tinggi. Analisis morfometrik menggunakan rumus sebagai berikut:
P = a + T
b
Dimana : P = Panjang Ikan; T = Tebal Ikan;  a dan b = konstanta 3.5.4  Pola Pertumbuhan
Pola  petumbuhan  adalah  menganalisis  hubungan  panjang  dan  berat  ikan
Model  Allometric  Linear  MAL  digunakan  untuk  menghitung  konstanta  a  dan  b
melalui  pengukuran  berat  dan  panjang.  Untuk  memprediksi  berat  pada    panjang menggunakan rumus persamaan King 1995:
W= aL
b
Dimana : W = Berat total g; L  = Panjang ikan mm;  a dan b = Konstanta
Universitas Sumatera Utara
3.5.5  Distribusi
Untuk mengetahui sebaran pola distribusi ikan berkelompok, acak, ataupun seragam  ikan  bulan-bulan  ditentukan  dengan  menggunakan  Indeks  Penyebaran
Morisita Khouw, 2009 berdasarkan rumus :
Id = n[ ∑X
2
− ∑X ∑X
2
−  ∑X ]
Keterangan : Id
= Indeks Penyebaran Morisita n
= Jumlah plot  besar sampel ∑X  = Jumlah Individu disetiap plot
∑X
2
= Jumlah individu disetiap plot dikuadratkan
Dengan kriteria pola sebaran sebagai berikut : • Jika nilai Id = 1, maka distribusi populasi kategori acak
• Jika nilai Id 1, maka distribusi populasi kategori bergerombolmengelompok • Jika nilai Id 1, maka distribusi populasi kategori seragam.
3.5.6  Faktor Fisika Kimia Perairan
Data  yang  diperoleh  dari  hasil  pengamatan  parameter  fisika  dan  kimia perairan  akan  di  analisis  secara  diskriptif.  Kemudian  data  akan  disajikan  dalam
bentuk  matrik,  dan  dianalisis  secara  diskriptif  untuk  mendapatkan  hubungan karakteristik fisika dan kimia perairan dengan kepadatan populasi, distribusi dan pola
pertumbuhan  ikan  bulan-bulan  serta  untuk  melihat  hubungan  korelasi  faktor  fisika dan kimia terhadap kepadatan ikan bulan-bulan . Selanjutnya data untuk pengamatan
parameter kualitas air yang akan diukur disajikan pada Tabel 2.
Universitas Sumatera Utara
Tabel 2. Data Pengamatan Parameter Fisika Kimia Perairan
No Parameter
Metode
1 Suhu Air
In situ 2
Kecerahan Air In situ
3 Kecepatan Arus
In situ 4
pH air In situ
5 Salinitas
In situ 6
DO Disolved Oxygen In situ
7 BOD Biologycal Oxygen Demand
Laboratorium 8
Nitrat NO
3
Laboratorium 9
Posfat PO
4
Laboratorium 3.5.7  Korelasi Kelimpahan Dengan Faktor Fisik Kimia Perairan
Untuk  Analisis  Korelasi  Kelimpahan  dengan  faktor  fisika  kimia  perairan menggunakan  metode Pearson menggunakan program komputerisasi SPSS. 17.00.
Universitas Sumatera Utara
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1   Jumlah Hasil Tangkapan Ikan Bulan-bulan Berdasarkan Kelas Ukuran Panjang  Total  TL=  Total  Length  digunakan  untuk  menentukan  ikan  berdasarkan
kelas ukuran. Ikan dibagi dalam 3 kelas ukuran yakni: kecil, sedang, dan besar. Kelas ukuran ikan ditentukan berdasarkan siklus hidup dari ikan bulan-bulan. Ukuran ikan
yang tertangkap dapat dilihat pada Tabel 3. Tabel  3.  Rata-rata  Individu  Hasil  Tangkapan  Ikan  Bulan-bulan  Berdasarkan  Kelas
Ukuran
Kelas Ukuran cm
Stasiun 1 Stasiun 2
Stasiun3
9 – 24,9
11,33 17,33
12,33 25
– 40,9 3
3 6,33
41 0,33
∑ Total 14,33
20,66 18,66
Kelas  ukuran  ikan  bulan-bulan  yang  tertangkap  untuk  ikan  ukuran  kecil  9- 24,9  cm    dengan  nilai  rata-rata  tertinggi  pada  stasiun  2    17,33,  diikuti  stasiun  3
12,33,  dan  terendah  stasiun  1  11,33,  ikan  kelas  ukuran  sedang  25-40,9  cm dengan  nilai rata-rata tertinggi pada stasiun 3 6,33, sedangkan stasiun 2 dan  stasiun
1 nilainya sama 3, dan ikan dengan kelas ukuran besar  41 cm hanya ditemukan pada  stasiun  2  saja.  Berdasarkan  hasil  penelitian  ini  diduga  karena  daerah  stasiun
penangkapan  merupakan  daerah  mencari  makan  feeding  ground  untuk  larva  dan ikan-ikan  muda  sedangkan  ikan-ikan  dewasa  diduga  telah  melakukan  ruaya  ke  arah
laut untuk melakukan pemijahan. Sehingga ikan bulan-bulan yang sudah dewasa dan telah matang gonad sangat sulit dijumpai pada daerah muara sungai.
Universitas Sumatera Utara
Tzeng et al 1998 menyatakan bahwa larva ikan bulan-bulan setelah menetas akan bergerak dari perairan pantai, sehingga ikan bulan-bulan muda sering ditemukan
di  sungai,  teluk,  kawasan  mangrove  dan  bahkan  di  bagian  hulu  sungai.  Ikan  indo pacific  tarpon  Megalops  cypriniodes  Broussonet  dan  tarpon  Florida  Megalops
atlanticus masih merupakan kerabat dekat dan mempunyai siklus hidup yang sama, ikan  muda  hidup  di  air  tawar  dan  air  payau  sedangkan  setelah  dewasa  ikan-ikan  ini
akan bermigrasi ke arah laut untuk melakukan pemijahan. Didukung data dari Florida Fish and Wildlife Conservation Commission 2011 yang menyatakan ikan Megalops
atlanticus  dewasa  berkumpul  di  sekitar  pantai  pada  bulan  April  dan  melakukan perjalanan untuk pemijahan menuju lepas pantai.
4.2   Kepadatan Populasi Ikan Bulan-bulan.
Data  kepadatan  ikan  bulan-bulan  di  Perairan  Sungai  Belawan  dapat  dilihat pada gambar 4.
Gambar 4.  Histogram Kepadatan Ikan Bulan-bulan Setiap Stasiun Pengamatan
Keterangan:  Stasiun 1 Muara Sungai  Baharu,  Stasiun 2 Muara  Sungai Buluh, Stasiun 3 Muara Sungai Terjun
0.05 0.1
0.15 0.2
0.25 0.3
0.35 0.4
0.45 0.5
1 2
3 0.114
0.162 0.148
K e
pa da
ta n
i nd
iv idu
m ²
Stasiun Pengamatan
Universitas Sumatera Utara
Kepadatan populasi rata-rata ikan bulan-bulan tertinggi  terdapat  pada stasiun 2  0,162  individum
2
,  diikuti  stasiun  3  0,148  individum
2
,  dan  terendah  pada stasiun  10,114  individum
2
.  Rendahnya  hasil  tangkapan  ikan  bulan-bulan  diduga karena  telah  terjadi  penangkapan  berlebih  over  fishing  dan  tekanan  lingkungan
sehingga  populasi  ikan  bulan-bulan  terus  mengalami  penurunan.  Sesuai  pendapat Ong  et  al.  2009    salah  satu  faktor  yang  menyebabkan  kepadatan  ikan  menjadi
berkurang  karena  penangkapan  berlebih  overfishing  dan  tekanan  lingkungan.  Data BPS Kota Medan 2010 jumlah nelayan tahun 2010 di Kecamatan Medan Belawan
sebanyak  5.172  orang.  Pada  tahun  2013  jumlah  nelayan  meningkat  menjadi  10.659 orang PPS Belawan, 2013. Bertambahnya jumlah nelayan yang secara signifikan ini
jelas  mempercepat  terjadinya  overfishing  terhadap  Sumber  Daya  Ikan  SDI  di Perairan  Belawan,  karena  luas  perairan  tidak  bertambah  namun  jumlah  nelayan,
jumlah armada, dan alat tangkap  sudah pasti  bertambah. Hal  ini  sangat berpengaruh terhadap keberadaan jenis ikan di habitatnya, termasuk ikan bulan-bulan.
Dugaan lainya adalah telah terjadi kerusakan hutan mangrove yang dijadikan berbagai  peruntukannya  seperti:  tambak,  pemukiman,  pabrik,  perluasan  dermaga,
perkebunan  sawit,  dan  lain-lain.  Sehingga  habitat  hidup  ikan  bulan-bulan  menjadi terbatas. Menurut Ginting 2006 kerusakan ekosistem hutan mangrove di Kecamatan
Medan Belawan seluas 150 Ha 71,8 dari 250 Ha. Menurut Thompson dan Larsen 1994  ikan  akan  mencari  tempat  yang  sesuai  sebagai  habitatnya  dimana  sangat
tergantung pada kondisi air sebagai media tempat hidupnya. Apabila habitatnya sudah tidak  sesuai  maka  ikan  akan  pindah  ke  perairan  lain  dan  jika  kondisi  tersebut  tidak
ditemukan, maka ikan akan beradaptasi dengan lingkungan perairan sekitarnya. Ikan yang  tidak  bisa  beradaptasi  akan  mati.  Selain  itu  menurut  Rumingkeng  1994
sepanjang  kehidupannya  kepadatan  suatu  populasi  akan  megalami  perubahan- perubahan karena mungkin suatu waktu terjangkit wabah penyakit sehingga sebagian
populasi mati,  mengalami kekurangan sumber makanan, tertimpa bencana alam, dan lain-lain.
Universitas Sumatera Utara
4.3  Morfometrik Ikan Bulan-bulan.