direksi diberhentikan untuk sementara atau berhalangan untuk melakukan tugasnya.
74
C. Kewajiban dan Tanggung Jawab Direksi Menurut UU No 40 Tahun 2007
Secara umum, tugas direksi dalam melaksanakan prinsip fiduciary duty adalah untuk mengurus dan menjalankan perseroan sesuai dengan maksud dan
tujuan serta usaha perseroan. Oleh karena itu, implementasi prinsip tersebut dalam UUPT yang dikemukakan diatas masih bersifat umum. Tugas direksi “mengurus
perseroan” adalah direksi berwenang dan bertanggung jawab penuh untuk mengelola, menyelenggarakan, memimpin, mengarahkan, serta mewakili
perseroan, baik di dalam maupun di luar pengadilan. dengan kewenangan yang demikian itu, direksi harus bertanggung jawab kepada stakeholder, baik kepada
pemegang saham, relasi, rekanan, nasabah, pegawai, pemerintah, dan pihak-pihak lain yang berhubungan dengan perseroan. Dengan tanggung jawab demikian,
direksi tidak harus sepenuhnya menaati suatu putusan RUPS ataupun keputusan komisaris, jika sekiranya keputusan tersebut bertentangan dengan tanggung
jawabnya kepada stakeholder.
75
Kewajiban direksi adalah mengurus dan mengelola perseroan, dan mewakili perseroan baik di dalam maupun di luar pengadilan. Anisitus membagi
kewajiban direksi dalam dua kategori, yaitu:
76
1. Kewajiban yang berkaitan dengan perseroan.
2. Kewajiban yang berkaitan dengan RUPS.
74
Ibid, hlm, 28-29.
75
Try Widiyono,Op.cit. hlm. 50.
76
Handri Raharjo, Op. cit. hlm. 107.
Universitas Sumatera Utara
Sedangkan UUPT menyebutkan kewajiban direksi antara lain:
77
1. Dalam Pasal 100 UUPT, direksi wajib:
a. Membuat daftar pemegang saham, daftar khusus, risalah RUPS, dan
risalah rapat direksi; b.
Membuat laporan tahunan Pasal 66 UUPT dan dokumen keuangan perseroan sebagai mana dimaksud dalam Undang-undang tentang
Dokumen Perusahaan; dan c.
Memelihara seluruh daftar, risalah, dan dokumen keuangan perseroan. 2.
Pasal 101 UUPT Anggota direksi wajib melaporkan kepada perseroan mengenai saham yang dimiliki anggota direksi yang bersangkutan danatau
keluarganya dalam perseroan dan perseroan lain untuk selanjutnya dicatat dalam daftar khusus.
3. Pasal 102 UUPT, direksi wajib meminta persetujuan RUPS untuk:
a. Mengalihkan kekayaan perseroan; atau
b. Menjadikan jaminan utang kekayaan perseroan yang merupakan lebih dari
50 jumlah kekayaan bersih perseroan dalam satu transaksi atau lebih, baik yang berkaitan satu sama lain maupun tidak.
Mengenai kewajiban direksi, biasanya telah diatur dalam anggaran dasar perseroan, antara lain meliputi:
78
1. Menyusun anggaran belanja perseroan untuk tahun yang akan datang. Paling
lambat 3 tiga bulan sebelum tahun buku yang akan datang, anggaran belanja
77
Undang-Undang Perseroan Terbatas No 40 Tahun 2007. .
78
Agus Budiarto.Op.cit. hlm. 64-65.
Universitas Sumatera Utara
perseroan sudah harus dibicarakan dan selanjutnya dimintakan pengesahan pada RUPS.
2. Menyusun laporan berkala tentang pelaksanaan tugas direksi dalam hal
mengurus dan menguasai perusahaan atau tentang neraca triwulan atau tahunan yang disampaikan kepada dewan komisaris.
3. Membuat neraca dan perhitungan laba rugi.
4. Membuat daftar inventarisasi atas semua harta kekayaan perseroan serta
pelaksanaan pengawasannya. 5.
Menyelenggarakan RUPS minimal satu kali dalam setahun atau pada saat-saat yang diperlukan dan diadakan paling lambat waktu 6 enam bulan setelah
tahun buku . 6.
Memberi keterangan-keterangan yang diperlukan oleh dewan komisaris pada saat pemeriksaan. Dalam praktek sering terjadi dewan komisaris
menggunakan jasa akuntan publik untuk memeriksa pembukuan dan direksi wajib memberikan keterangan yang diminta oleh akuntan publik tersebut .
7. Menyelenggarakan RUPS luar biasa pada setiap waktu yang dipandang perlu
oleh direksi atas usul atau permintaan 1satu orang pemegang saham atau lebih yang bersama-sama mewakili 110 sepersepuluh bagian dari jumlah
seluruh saham dengan hak suara yang sah, atau suatu jumlah yang lebih kecil sebagaimana ditentukan dalam anggaran dasar perseroan yang bersangkutan.
8. Menyediakan buku daftar pemegang saham dan daftar khusus di kantor
perseroan untuk para pemilik saham. Penyelenggaraan buku daftar pemegang saham dan daftar khusus ini harus dilaksanakan sebaik-baiknya. Buku daftar
Universitas Sumatera Utara
pemegang saham dan daftar khusus ini erat kaitannya dengan kedudukan hukum pemilik atau pemegang saham. Buku daftar pemegang saham dan
daftar khusus ini dapat menjadi indikator kepemilikan atas saham suatu perseroan dan ada tidaknya hubungan affiliasi antara direksi dan keluarganya
dengan perseroan yang dikelolanya. Nama-nama yang tercatat dalam buku daftar pemegang saham atau daftar khusus adalah orang-orang yang secara
yuridis diakui sebagai pemilik saham. Hal ini bertujuan agar ada transparansi perseroan dalam upaya menjamin perlindungan hukum pihak ketiga.
9. Dalam hal pembubaran perseroan, direksi wajib melakukan likuidasi melalui
seorang likuidator dan biasanya di bawah pengawasan dewan komisaris. Kewajiban dan tanggung jawab yang mesti dilakukan anggota Direksi
dalam melaksanakan pengurusan Perseroan, penulis akan menguraiakannya sebagai berikut:
79
1. Wajib dan Bertanggung Jawab Mengurus Perseroan
Pasal 97 ayat 1 menegaskan Direksi wajib bertanggung jawab atas pengurusan perseroan sebagai mana dimaksud dalam Pasal 92 ayat 1.
Tentang masalah pengurusan Perseroan yang digariskan Pasal 92 ayat 1 dan ayat 2, sudah dijelaskan, yang dapat diringkas sebagai berikut:
a. Wajib Menjalankan Pengurusan untuk Kepentingan Perseroan
Maksud menjalankan pengurusan untuk kepentingan Perseroan: 1. pengurusan Perseroan yang dilaksanakan anggota Direksi harus sesuai dengan
79
M.Yahya Harahap, Op. cit.hlm. 372.
Universitas Sumatera Utara
maksud dan tujuan Perseroan yang di tetapkan dalam AD, dan 2. pelaksanaan pengurusan, meliputi pengurusan sehari-hari.
b. Wajib Menjalankan Pengurusan Sesuai Kebijakan yang Dianggap Tepat
Dalam menjalankan pengurusan untuk kepentingan Perseroan sesuai dengan maksud dan tujuan yang ditetapkan dalam anggaran dasar AD, anggota
Direksi harus menjalankan pengurusan sehari-hari sesuai dengan “kebijakan yang dianggap tepat”. Segala kebijakan yang dilakukan dalam melaksanakan
pengurusan Perseroan, harus kebijakan yang dianggap tetap, dan suatu kebijakan atau direksi yang dianggap tepat menurut hukum adalah kebijakan pengurusan
yang mesti berada dalam batas-batas yang ditentukan UUPT 2007 dan anggaran dasar AD Perseroan.
80
Menurut Penjelasan Pasal 92 ayat 2, yang dimaksud dengan “kebijakan yang dipandang tepat” antara lain:
81
1. Harus berdasarkan keahlian skill yang bersumber dari pengetahuan luas dan
kemahiran yang terampil yang sesuai dengan ilmu pengetahuan dan pengalaman.
2. Harus berdasar peluang yang tersedia available apportunity, kebijakan
pengurusan yang di ambil dan dilaksanakan harus benar-benar mendatangkan keuntungan favorable adventage dan kebijakan itu diambil sesuai dengan
kondisi yang benar-benar cocok suitable condition, dan kebijakan yang diambil, harus berdasarkan kelaziman dunia usaha common business
practice.
80
Ibid.
81
Penjelasan Pasal 92 Undang-Undang Perseroan Terbatas No 40 Tahun 2007.
Universitas Sumatera Utara
Demikian gambaran patokan tanggung jawab Pengurusan Perseroan yang diatur dalam Pasal 97 ayat 1 jo Pasal 92 ayat 1 dan ayat 2 UUPT 2007.
2. Wajib Menjalankan Pengurusan Dengan Iktikad Baik dan Penuh Tanggung
Jawab Tanggung jawab anggota Direksi dalam melaksanakan pengurusan
Perseroan, tidak hanya cukup dilakukan untuk kepentingan Perseroan sesuai dengan maksud dan tujuan yang ditetapkan dalam anggaran dasar AD seperti
yang dijelaskan diatas. Akan tetapi pengurusan, itu wajib dilaksanakan setiap anggota Direksi dengan “iktikad baik” goeder trouw, good faith dan penuh
tanggung jawab. Pengertian lebih lanjut mengenai iktikad baik dan penuh tanggung jawab
dalam konteks tanggung jawab anggota Direksi mengurus Perseroan, dapat dijelaskan sebagai berikut;
82
a. Kewajiban Melaksanakan Pengurusan, Menjadi Tanggung Jawab Setiap
Anggota Direksi Yang pertama-tama perlu diketahui siapa saja yang wajib dan bertanggung
jawab atas pelaksanaan pengurusan Perseroan. Sesuai dengan ketentuan Pasal 97 ayat 2, yang diwajibkan melaksanakan pengurusan Perseroan adalah:
1. Setiap anggota Direksi Perseroan,
2. Oleh karena itu, setiap anggota Direksi bertanggug jawab penuh terhadap
pelaksanaan pengurusan Perseroan.
82
Ibid, hlm. 373.
Universitas Sumatera Utara
Ketentuan ini sejalan dengan apa yang digariskan pada Pasal 98 ayat 2, setiap anggota Direksi berwenang mewakili perseroan, kecuali ditentukan lain
dalam anggaran dasar AD. b.
Pengurusan Wajib Dilaksanakan dengan Iktikad Baik Setiap anggota Direksi “wajib dipercaya” dalam melaksanakan tanggung
jawab pengurusan Perseroan. Berarti setiap anggota Direksi selamanya “dapat dipercaya” must always bonafide serta selamanya harus “jujur” must always be
honested. Mengenai makna iktikad baik dan wajib dapat dipercaya, serta selamanya
wajib jujur dalam memikul tanggung jawab atas pelaksanaan pengurusan Perseroan, MC Oliver and EA Marshall mengemukakan ungkapan yang berbunyi
a director is permitted to be very stupid so long as he is honest. Meskipun ungkapan itu berisi pernyataan hukum, dibenarkan seorang Direktur yang goblok
asal dia jujur, bukan berarti dapat disetujui mengangkat anggota Direksi yang tolol. Yang diinginkan pernyataan itu adalah mengangkat anggota Direksi yang
cakap dan sekaligus jujur, dari pada pintar tetapi tidak jujur dan tidak dapat dipercaya.
83
c. Pengurusan Perseroan Wajib Dilaksanakan dengan Penuh Tanggung Jawab
Menurut penjelasan Pasal 97 ayat 2, yang dimaksud dengan “penuh tanggung jawab” adalah memperhatikan Perseroan dengan “seksama” dan
“tekun”.
83
Ibid, hlm. 374.
Universitas Sumatera Utara
Bertitik tolak dari penjelasan pasal ini, kewajiban melaksanakan pengurusan dengan penuh tanggung jawab adalah sebagai berikut:
1. Wajib saksama dan berhati-hati melaksanakan pengurusan the duty of the due
care Anggota Direksi dalam melaksanakan pengurusan Perseroan wajib
berhati-hati the duty of the due care atau duty care atau disebut juga prudential duty.
Dalam mengurus Perseroan, anggota Direksi tidak boleh “sembrono” carelessly dan “lalai” negligence. Apabila ia sembrono dan lalai melaksanakan
pengurusan, menurut hukum dia telah melanggar kewajiban berhati-hati duty care atau bertentangan “prudential duty”. Patokan kehati-hatian duty of the due
care yang diterapkan secara umum dalam praktik, adalah standar kehati-hatian yang lazim yang dilakukan orang biasa the kind of care that an ordinary prudent
person dalam posisi dan kondisi yang sama. Apabila patokan kehati-hatian ini diabaikan oleh anggota Direksi dalam menjalankan pengurusan Perseroan, dia
dianggap bersalah melanggar kewajiban mesti melaksanakan pengurusan dengan penuh taggung jawab. Tidak ada maaf bagi seorang yang menduduki jabatan
anggota Direksi dengan gaji dan tunjangan yang cukup besar, tetapi tidak hati-hati melaksanakan pengurusan Peserseroan.
84
Oleh karena itu, yang layak di angkat anggota Direksi reasonable director adalah orang yang tidak diragukan kehati-hatiannya. Memang sangat
sulit untuk mengukur patokan atau standar reasonable director. Akan tetapi yang
84
Ibid, hlm. 379.
Universitas Sumatera Utara
umum di pegang, anggota Direktur tersebut, mampu memperlihatkan kehati- hatian yang wajar atau yang layak bagi orang sesuai dengan pengalaman dan
kualifikasinya sebagai seorang Direktur. Setiap tindakan pengurusan Perseroan yang hendak dilaksanakan, harus dipertimbangkan dengan wajar reasonable
director. Dalam mengambil pertimbangan, tidak boleh mengabaikan dan masa
bodoh ignore terhadap ketentuan hukum dan anggaran dasar AD Perseroan. Setiap pelanggaran hukum yang dilakukan anggota Direksi dalam pengurusan
perseroan, tidak dapat dimaafkan dan ditoleransi meskipun hal itu diambil berdasar pertimbangan yang hati-hati, apabila dia sendiri mengetahui dasar
pertimbangan itu bertentangan dengan ketentuan hukum atau anggaran dasar AD Perseroan.
85
2. Wajib melaksanakan pengurusan secara tekun dan cakap duty to be diligent
and skill Seperti yang dijelaskan di atas, penjelasan Pasal 97 ayat 2, mengatakan
yang dimaksud dengan penuh tanggung jawab adalah memperhatikan Perseroan dengan “saksama” dan “tekun”.
Pada umumnya aspek wajib tekun dan ulet, selalu dikaitkan dengan “keahlian” skill. Dengan demikian, anggota Direksi dalam melaksakan
pengurusan Perseroan, wajib mempertunjukkan kecakapan duty to display skill. Patokannya, kecakapan atau keahlian yang wajib sesuai dengan jabatan Direksi
yang dipangkunya reasonable skill for yhe post. Kecakapan dan keahlian yang
85
Ibid.
Universitas Sumatera Utara
wajib ditunjukkannya, harus berdasarkan ilmu pengetahuan dan pengalaman yang dimilikinya according to his knowledge and experience.
86
Patokan atau standar ketekunan dan keuletan anggota Direksi yang dituntut dari segi hukum dan bisnis adalah ketekunan dan keuletan yang wajar
dalam segala keadaan reasonable diligent in all circumstances.
87
Setiap anggota direksi bertanggung jawab penuh secara pribadi atas kerugian perseroan apabila yang bersangkutan bersalah atau lalai menjalankan
tugasnya. Dalam hal direksi terdiri atas dua anggota direksi atau lebih maka tanggung jawabnya berlaku secara tanggung renteng bagi setiap anggota direksi.
Anggota direksi tidak dapat dipertanggungjawabkan atas kerugian apabila dapat membuktian: .
88
1. Kerugian tersebut bukan karena kesalahan atau kelalaiannya;
2. Telah melakukan pengurusan dengan iktikad baik dan kehati-hatian untuk
kepentingan dan sesuai dengan maksud dan tujuan perseroan; 3.
Tidak mempunyai benturan kepentingan baik langsung maupun tidak langsung atas tindakan pengurusan yang mengakibatkan kerugian;dan
4. Telah mengambil tindakan untuk mencegah timbul atau berlanjutnya kerugian
tersebut.
86
Ibid. hlm.381.
87
Ibid.
88
Handri Raharjo, Op. cit. hlm.106.
Universitas Sumatera Utara
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang