Perlindungan Hukum Bagi Pemegang Saham terhadap Anggota Direksi

4. PT melakukan perbuatan yang sangat merugikan kepentingan pemegang saham 5. PT melakukan tindakan yang bertentangan dengan perundang-undangan atau kesusilaan yang merugikan kepentingan Negara atau kepentingan umum.

B. Perlindungan Hukum Bagi Pemegang Saham terhadap Anggota Direksi

yang Melakukan Kesalahan atau Kelalaian dalam Pengurusan Perseroan Sebagai mana kita ketahui, dalam setiap pengambilan keputusan dalam perseroan terbatas berlaku asas pemungutan suara vooting. Dalam hubungan ini maka akan menjadi sangat lebih kedudukan seorang pemegang saham yang persentase dari saham yang dimilikinya lebih kecil dari pemegang saham lainnya. Dalam hubungan inilah diperlukan adanya mekanisme yang melindungi kepentingan pemegang saham minoritas yang bisa tertindas itu. Terlebih-lebih mana kala jika kita melihat praktek Go-public PT-PT yang ada di Indonesia, rata- rata atas saham yang listing dan dijual memasuki bursa tersebut keseluruhannya tidak lebih dari 30 dari seluruh saham yang ditempatkan. Tujuh puluh persen saham yang ada masih tetap dikuasai dan dipegang oleh para pendiri atau yang dinamakan pula “pemegang saham utama” pada hal para pemegang saham minoritas sebesar 20 tersebut tersebar luas diantara publik. 129 129 Rudhi Prasetya, Op. cit. hlm. 229. Universitas Sumatera Utara Perlindungan hukum yang memadai kepada pemegang saham minoritas dalam perseroan terbatas dapat ditemukan dalam pasal-pasal UUPT. Perlindungan hukum tersebut diberikan oleh UUPT dalam rangka untuk melindungi kepentingan pribadi pemegang saham dan sekaligus melindungi pemegang saham dari perbuatan yang merugikan perseroan terbatas yang dilakukan oleh organ perseroan terbatas. 130 Pemegang saham selaku subjek hukum mempunyai hak perseorangan atau personal right yang dapat dipertahankan serta dapat menuntut pelaksanaan haknya. Demikian juga undang-undang PT menyatakan bahwa setiap pemegang saham berhak mengajukan gugatan terhadap perseroan melalui Pengadilan Negeri yang daerah hukumnya meliputi tempat kedudukan perseroan. 131 Hak perseorangan itu adalah hak yang dimiliki oleh pemegang saham minoritas untuk menuntut perseroan apabila pemegang saham tersebut dirugikan akibat tindakan atau perbuatan perseroan. Dalam hal ini pemegang saham minoritas dapat bertindak atas namanya sendiri untuk membela kepentingannya apabila tindakan perseroan merugikan pemegang saham tersebut, Hak ini lahir dari perikatan. 132 Ditinjau dari beberapa Pasal dalam Undang-Undang No 40. Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas yang memberikan perlindungan kepada pemegang saham minoritas: 133 130 Rachmadi Usman, OP.cit. hlm. 120. 131 I.G. Rai Widjaya. Op.cit. hlm. 203. 132 Rachmadi Usman, OP.cit. hlm. 122. 133 Pasal 61 ayat 1, 62 ayat 1, Undang –Undang No. 40 Tahun 2007 Tentang Perseroan Terbatas. Universitas Sumatera Utara 1. Pasal 61 ayat 2 menyatakan bahwa setiap pemegang saham berhak mengajukan gugatan terhadap Perseroan ke pengadilan negeri apabila dirugikan karena tindakan Perseroan yang dianggap tidak adil dan tanpa alasan wajar sebagai keputusan RUPS, Direksi, danatau Dewan komisaris. 2. Pasal 62 ayat 1 menyatakan setiap pemegang saham berhak meminta kepada Perseroan agar sahamnya dibeli dengan harga yang wajar apabila yang bersangkutan tidak menyetujui tindakan Perseroan yang merugikan pemegang saham atau Perseroan, berupa; a. Perubahan anggaran dasar; b. Pengalihan atau penjaminan kekayaan Perseroan yang mempunyai nilai lebih dari 50 lima puluh persen kekayaan bersih Peseroan; atau c. Penggabungan, Peleburan, Pengambilalihan, atau Pemisahan; Tampak dari pasal-pasal di atas pemegang saham minoritas memperoleh perlindungan, baik kepentingan pribadi pemegang saham maupun kepentingan pemegang saham sebagai bagian dari Perseroan, terhadap perbuatan atau tindakan yang dilakukan oleh organ perseroan. Perlindungan ini berdasarkan hak perseorangan personal rights dan kepentingannya sebagai bagian dari perseroan hak derivatif. 134 Gugatan terhadap Perseroan diajukan apabila yang bersangkutan dirugikan karena tindakan perseroan yang dianggap tidak adil atau unfair dan tanpa alasan yang wajar sebagai akibat keputusan RUPS, Direksi atau Komisaris. Gugatan yang diajukan, pada dasarnya dimaksudkan untuk memohon agar perseroan 134 Chatamarrasjid, Menyingkap Tabir Perseroan Piercing The Corporate Veil, Bandung; PT Citra Aditya Bakti, 2000, hlm. 14. Universitas Sumatera Utara menghentikan tindakan yang merugikan dan mengambil langkah-langkah, baik untuk mengatasi akibat yang sudah timbul maupun untuk mencegah tindakan serupa di kemudian hari. 135 Disini jelas tampak bahwa undang-undang PT di maksudkan agar dapat memberikan perlindungan yang baik terhadap pemegang saham. Namun demikian yang lebih memperoleh peluang dalam memanfaatkan ketentuan tersebut adalah pemegang saham minoritas, karena pemegang saham minoritas bisa menolak suatu tindakan yang hendak dilakukan oleh perseroan meskipun hal tersebut telah diputuskan oleh RUPS. 136 Perlindungan hak pemegang saham minoritas dapat juga dipahami melalui ketentuan bahwa pemegang saham yang mewakili 110 satu persepuluh bagian dari seluruh jumlah seluruh saham dengan suara hak yang sah, dapat mewakili perseroan dalam melakukan tindakan tertentu. Tindakan tertentu meliputi: 137 1. Hak untuk meminta penyelenggaraan RUPS; 2. Hak untuk menuntut Direksi atau Komisaris yang karena kesalahan atau kelalaiannya merugikan Peseroan; 3. Hak untuk meminta pembubaran Perseroan kepada Pengadilan Negeri yang berwenang. Kepentingan pemegang saham minoritas mendapatkan perhatian dalam undang-undang Perseroan Terbatas. Pasal 62 menyebutkan bahwa setiap pemegang saham berhak meminta perseroan untuk membeli sahamnya dengan harga wajar jika tidak menyetujui tindakan direksi perseroan yang dinilainya 135 Ibid, hlm. 203-204. 136 Ibid, hlm. 204 137 Abdul Kadir Muhammad, Op.cit. hlm.56. Universitas Sumatera Utara merugikan pemegang saham atau perseroan. Jika tindakan direksi tersebut berdasarkan arahan atau kebijakan yang diputuskan dalam RUPS yang didukung oleh pemegang saham mayoritas, Pasal 97 ayat 6 undang-undang No. 40 Tahun 2007 mencantumkan adanya hak pemegang saham atas 10 atau lebih dari total keseluruhan saham untuk menggugat atas nama perseroan dengan biaya perseroan derivative action kepada dan dari perseroan untuk menggugat anggota direksi. 138 Sebagai salah satu bentuk perlindungan hukum yang diberikan oleh undang-undang kepada para pemegang saham perseroan tersebut, baik pemegang saham publik dari suatu perseroan yang telah mendaftarkan sahamnya di bursa efek maupun pemegang saham dari perseroan yang tidak terdapat sahamnya di bursa efek, yang mewakili paling sedikit 110 bagian dari jumlah seluruh saham dengan hak suara yang sah dapat mengajukan gugatan ke pengadilan negeri terhadap anggota direksi yang karena kesalahan atau kelalaiannya menimbulkan kerugian kepada perseroan. Ketentuan yang serupa berlaku juga terhadap komisaris sebagaimana ditentukan dalam dari undang-undang tersebut. Pihak lain yang dapat mengajukan gugatan adalah kreditor, karyawan, atau pihak-pihak lain yang dirugikan sebagai akibat kesalahan anggota direksi atau komisaris. 139 Mengacu pada sistem hukum di Indonesia, perseroan di Indonsia menganut sistem dual board, yaitu perseroan yang memakai dua dewan yang termasuk dan merupakan organ dalam perseroan untuk menjalankan kegiatan operasioanalnya. Direksi sebagai pengurus sehari-hari, sedangkan dewan komisaris yang melakukan pengawasan dan memberikan nasehat kepada direksi. 138 Frans Satrio Wicksono, Op. cit. hlm. 116. 139 Ibid. Universitas Sumatera Utara Mengenai sistem pengkajian remunerasi bagi direksi dan dewan komisaris, haruslah berdasarkan jenis pekerjaan, tanggung jawab, kompetensi, dan komitmen waktu yang diberikan oleh masing-masing direktur dan komisaris dalam perseroan tersebut. Selain itu, tujuan dari pemisahan kepengurusan perusahaan dalam dual board adalah untuk menciptakan mekanisme check and balance agar dapat dilaksanakan secara efektif. Dengan demikian, perlu dihindari pemilihan sistem yang tidak dapat menciptakan mekanisme check and balance. 140 Sistem remunerasi bagi direktur dan komisaris harus tetap didasarkan pada profesionalisme dan target prestasi yang dicapai oleh mereka. Target prestasi dari direktur dan komisaris akan jelas berbeda. Target prestasi dari direksi dinilai dari pencapaian prestasi dalam menghasilkan keuntungan dan berlanjutnya kelangsungan usaha perseroan, sedangkan target prestasi dari dewan komisaris adalah prestasi mengawasi dan mengantisipasi resiko dalam perseroan, membuat rekomendasi untuk pembenahan, dan koreksi atas pengurusan perseroan atas direksi. Sehubungan dengan komitmen akan waktu yang diberikan bagi perseroan, semua anggota direksi harus memberikan komitmen waktu penuh untuk bisa mengurus perseroan dengan baik sesuai dengan yang diamanatkan oleh anggaran dasar perseroan, serta undang-undang. Sementara itu, dewan komisaris dalam perseroan pada umumnya memberikan komitmen untuk bekerja paruh waktu. Keduanya dalam menjalankan fungsinya merupakan satu kesatuan yang tidak terpisahkan sebagai satu tim yang harus selalu membina komunikasi dengan baik. Jika direksi melakukan perbuatan yang tidak layak, tetapi lolos dari 140 Ibid. hlm. 117. Universitas Sumatera Utara pengawasan dewan komisari, keduanya bertanggung jawab secara tanggung renteng. 141 Sistem remunerasi bagi direksi dan komisaris harus dibangun dan di pertimbangkan untuk tujuan dan fungsi check and balance dalam perseroan. Faktor pertama adalah imbalan jasa untuk menutupi biaya-biaya yang diperlukan dalam menjalankan tugas. Faktor kedua adalah yang terkait dengan komitmen penuh waktu atau paruh waktu. Faktor ketiga adalah yang terkait dengan pencapaian target sesuai dengan tolok ukur pencapaian dari masing-masing direksi dan komisaris. Faktor keempat adalah imbal jasa yang terkait dengan tanggung jawab renteng, yaitu adanya kemungkinan risiko yang ditimbulkan bisa mengurangi atau menghilangkan harta kekayaan pribadi direksi dan komisaris. Faktor kelima adalah imbal jasa yang dipengaruhi faktor kompetensi dan pengalaman yang dibutuhkan oleh perusahaan. Imbal jasa yang dipengaruhi oleh faktor pertama sampai dengan faktor ketiga bersifat variabel, sedangkan imbal jasa yang dipengaruhi faktor ke empat dan kelima bersifat tetap, yang besarnya sesuai dengan kesepakatan. Jika risiko yang disebabkan karena tanggung jawab renteng sudah ditutup dengan asuransi, dalam hal ini bisa dikeluarkan dari perhitungan sistem remunerasi. 142 141 Ibid, hlm 117-118. 142 Ibid, hlm 118. Universitas Sumatera Utara BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan