Data yang telah dikumpulkan kemudian disusun, diinterprestasikan dan selanjutnya dianalisis sehingga dapat
memberikan gambaran yang seharusnya dari Kantor Cabang Kejaksaan Negeri Lubuk Pakam di Pancur Batu.
• Analisis Korelasi Analisis ini digunakan untuk membahas tentang derajat hubungan
antara variabel.Korelasi dapat dikatakan sebagai suatu hubungan timbal balik atau sebab akibat antara 2 dua variabel.
1.5. Rencana Penulisan
1 Jadwal Survei Observasi
Penelitian ini dilakukan di Kantor Cabang Kejaksaan Negeri Lubuk Pakam di Pancur Batu Jl. Letjen Jamin Ginting Km. 19,5 Pancur Batu.
Jadwal kegiatan dapat dilihat pada Tabel 1.1 berikut ini : Tabel 1.1. Tabel Rencana Penulisan
No Kegiatan
Minggu Ke- 1
2 3
4 1
Persiapan 2
Pengumpulan Data 3
Penulisan
2. Rencana Isi
Tugas Akhir ini dibagi atas 4 empat bab dan setiap bab-nya terbagi atas beberapa sub bab, antara lain :
I. PENDAHULUAN
Bab ini menguraikan tentang Latar Belakang, Rumusan Masalah, Tujuan dan Manfaat, Metode Penelitian, Rencana Penulisan yang
terdiri dari jadwal survei observasi serta rencana isi dan Kerangka Teori.
II. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN.
Dalam bab ini diuraikan mengenai sejarah ringkas, struktur organisasi, pembagian tugas fungsi tanggung jawab instansi dan
makna lambang kejaksaan. III.
ANALISIS DAN PEMBAHASAN Bab ini memuat hasil penelitian yang diperoleh dari lapangan dan
dokumentasi yang akan dianalisis. Memuat pembahasan atau interpretasi dari data yang disajikan.
IV. PENUTUP
Bab ini memuat kesimpulan dan saran atas hasil penelitian yang telah dilakukan.
1.6. Kerangka Teori
Kegiatan penelitian merupakan rangkaian proses pengkayaan ilmu pengetahuan. Mengingat begitu eratnya penelitian dengan pengetahuan,
maka peneliti harus selalu berdekatan dengan bahan pustaka sebagai gudang ilmu pengetahuan. Ketika peneliti mulai membuat rencana penelitian ia
tidak bisa menghindar dari dan harus mempelajari penemuan-penemuan
tersebut dengan mendalami, mencermati, menelaah, dan mengidentifikasi hal-hal yang telah ada untuk mengetahui apa yang ada dan yang belum ada.
Kerangka teori adalah bagian dari penelitian, tempat peneliti memberikan penjelasan tentang hal-hal yang berhubungan dengan variabel pokok, sub
variabel atau pokok masalah dalam penelitian Arikunto, 1995:93. 1.6.1.
Motivasi a.
Pengertian Motivasi Motivasi motivation berasal dari perkataan bahasa latin,
yakni movere, yang berarti “menggerakkan” To Move. Motivasi mewakili proses-proses psikologikal, yang
menyebabkan timbulnya, diarahkannya dan terjadinya kegiatan-kegiatan sukarela volunter yang diarahkan ke arah
tujuan tertentu Mitchell, 1982:81. Definisi lain tentang motivasi menyatakan bahwa motivasi merupakan hasil dari
sejumlah proses, yang bersifat internal, atau eksternal bagi seseorang individu yang menyebabkan timbulnya sikap
antusiasme dan persistensi dalam melaksanakan kegiatan- kegiatan tertentu Gray et al, 1984:69.
Motivasi diartikan sebagai kekuatan, dorongan, kebutuhan, semangat, tekanan atau mekanisme psikologi yang
mendorong seseorang atau kelompok orang untuk mencapai prestasi tertentu sesuai dengan apa yang dikehendakinya.
Dalam arti kognitif, motivasi diasumsikan sebagai aktifitas
individu untuk menentukan kerangka dasar tujuan dan penentuan perilaku untuk mencapai tujuan tersebut.Dalam arti
afeksi, motivasi bermakna sebagai sikap dan nilai dasar yang dianut oleh seseorang atau sekelompok orang untuk bertindak
atau tidak bertindak.Istilah motivasi paling tidak memuat tiga unsur essensial.Pertama, faktor pendorong atau pembangkit
motif, baik internal maupun eksternal.Kedua, tujuan yang ingin dicapai.Ketiga, strategi yang diperlukan oleh individu atau
kelompok untuk mencapai tujan tersebut. Motivasi merupakan suatu istilah yang lazim digunakan
untuk mengetahui maksud seseorang atas suatu hal untuk mencapai tujuan tertentu, misalnya uang, keselamatan,
prestise, dan sebagainya.Motivasi dapat diartikan sebagai keadaan kejiwaan dan sikap mental manusia yang memberikan
energi, mendorong kegiatan atau menggerakkan dan mengarahkan atau menyalurkan perilaku ke arah mencapai
kebutuhan yang memberi kepuasan atau mengurangi ketidakseimbangan.Stanley Vance 1982 mengatakan bahwa
pada hakekatnya motivasi adalah perasaan atau keinginan seseorang yang berada dan bekerja pada kondisi tertentu untuk
melaksanakan tindakan-tindakan yang menguntungkan dilihat dari perspektif pribadi dan terutama organisasi.
Robert Dubin 1985 mengartikan motivasi sebagai kekuatan kompleks yang membuat seseorang berkeinginan
memulai dan menjaga kondisi kerja dalam organisasi.Motivasi oleh penulis sendiri diartikan sebagai suatu kekuatan yang
berasal dari dalam diri individu maupun dari luar individu untuk melakukan suatu tindakan yang telah ditentukan untuk
mencapai tujuan tanpa adanya paksaan. Motivasi kerja dapat memberi energi yang menggerakkan
segala potensi yang ada, menciptakan keinginan yang tinggi dan luhur, serta meningkatkan kebersamaan. Berdasarkan
pandangan tersebut, motivasi dapat dirumuskan sebagai berikut :
1. Setiap perasaan, kehendak, atau keinginan sangat
mempengaruhi kemauan individu sehingga individu tersebut didirong untuk berperilaku dan bertindak;
2. Pengaruh kekuatan yang menimbulkan perilaku individu;
3. Setiap tindakan atau kejadian yang menyebabkan
berubahnya perilaku seseorang; 4.
Proses dalam yang menentukan gerakan atau perilaku individu kepada tujuan goals.
b. Tipe-tipe Motivasi
Motivasi merupakan fenomena hidup yang banyak corak dan ragamnya. Secara umum motivasi dapat diklasifikasikan ke
dalam empat jenis yang satu sama lain memberi warna terhadap aktivitas manusia. Motivasi yang dimaksudkan di sini
tidak terlepas dari konteks manusia organisasional. Motivasi yang mempengaruhi manusia organisasional dalam bekerja
atau mungkin menjauhi pekerjaan adalah seperti tersebut di bawah ini :
• Motivasi Positif Motivasi positif didasari atas keinginan manusia untuk
mencari keuntungan-keuntungan tertentu. Manusia bekerja di dalam oraganisasi jika dia merasakan bahwa setiap upaya
yang dilakukannya akan memberikan keuntungan tertentu, apakah besar atau kecil. Dengan demikian motivasi positif
merupakan proses pemberian motivasi atau usaha membangkit motif, di mana hal itu diarahkan pada usaha
untuk mempengaruhi orang lain agar dia bekerja secara baik dan antusias dengan cara memberikan keuntungan tertentu
kepadanya. Jenis-jenis motivasi positif antara lain imbalan yang menarik, informasi tentang pekerjaan, kedudukan atau
jabatan, perhatian atasan terhadap bawahan, kondisi kerja, rasa partisipasi, dianggap penting, pemberian tugas berikut
tanggung jawabnya, dan pemberian kesempatan untuk tumbuh dan berkembang.
• Motivasi Negatif Motivasi negatif sering dikatakan sebagai motivasi yang
bersumber dari rasa takut, misalnya, jika dia tidak bekerja akan muncul rasa takut dikeluarkan, takut tidak diberi gaji,
dan takut dijauhi oleh rekan sekerja. Motivasi negatif yang berlebihan akan membuat organisasi tidak mampu
mencapai tujuan. Personalia organisasi menjadi tidak kreatif, serba takut, dan serba terbatas geraknya.
• Motivasi dari Dalam Motivasi dari dalam timbul pada diri pekerja waktu dia
menjalankan tugas-tugas atau pekerjaan dan bersumber dari dalam diri pekerja itu sendiri.Dengan demikian berarti juga
bahwa kesenangan pekerja muncul pada waktu dia bekerja dan dia sendiri menyenangi pekerjaannya itu.Motivasi
muncul dari dalam diri individu, karena memang individu itu mempunyai kesadaran untuk berbuat.
• Motivasi dari Luar Motivasi dari luar adalah motivasi yang muncul sebagai
akibat adanya pengaruh yang ada di luar pekerjaan dan dari luar diri pekerja itu sendiri.Motivasi dari luar biasanya
dikaitkan dengan imbalan.Kesehatan, kesempatan cuti,
program rekreasi perusahaan, danl lain-lain.Pada konteks ini manusia organisasional ditempatkan sebagai subjek yang
dapat didorong oleh faktor luar.Manusia bekerja, karena semata-mata didorong oleh adanya sesuatu yang ingin
dicapai dan dapat pula bersumber dari faktor-faktor di luar subjek.
c. Unsur Penggerak Motivasi
Motivasi tenaga kerja akan ditentukan oleh perangsangnya. Perangsangnya yang dimaksud merupakan
mesin penggerak motivasi tenaga kerja, sehingga menimbulkan pengaruh perilaku individu tenaga kerja yang
bersangkutan. Sagir 1985 mengemukakan unsur-unsur penggerak motivasi, antara lain kinerja, penghargaan,
tantangan, tanggung jawab, pengembangan, keterlibatan dan kesempatan.
1. Kinerja Achievement
Seseorang yang memiliki keinginan berkinerja sebagai suatu “kebutuhan” atau needs dapat mendorongnya
mencapai sasaran. McCleland menjelaskan bahwa tingkat needs of Achievement n – Ach yang telah menjadi naluri
kedua second nature, merupakan kunci keberhasilan seseorang. n – Ach biasanya juga dikaitkan dengan sikap
positif, keberanian mengambil risiko yang diperhitungkan bukan gambling, calculated risk untuk mencapai suatu
sasaran yang telah ditentukan. Melalui suatu Achievement Motivation Training AMT maka Entrepreneurship, sikap
hidup untuk berani mengambil risiko untuk mencapai sasaran yang lebih tinggi dapat dikembangkan.
2. Penghargaan Recognition
Penghargaan, pengakuan, atau recognition atas suatu kinerja yang telah dicapai seseorang akan merupakan
perangsang yang kuat. Pengakuan atas suatu kinerja, akan memberikan kepuasan batin yang lebih tinggi daripada
penghargaan dalam bentuk materi atau hadiah. Penghargaan atau pengakuan dalam bentuk piagam
penghargaan atau medali, dapat menjadikan perangsang yang lebih kuat dibanding dengan hadiah berupa barang
atau bonus uang. 3.
Tantangan Challange Adanya tantangan yang dihadapi, merupakan perangsang
kuat bagi manusia untuk mengatasinya.Suatu sasaran yang tidak menantang atau dengan mudah dapat dicapai
biasanya tidak mampu menjadi perangsang, bahkan cenderung menjadi kegiatan rutin. Tantangan demi
tantangan biasanya akan menumbuhkan kegairahan untuk mengatasinya.
4. Tanggung Jawab Responsibility
Adanya rasa ikut memiliki sense of belonging atau rumongso handarbeni akan menimbulkan motivasi untuk
turut merasa bertanggung jawab. Dalam hal ini Total Quality Control TQC, atau dalam istilah Indonesianya
Peningkatan Mutu Terpadu PMT yang bermula dari negara Jepang Japenese Management Style, berhasil
memberikan tekanan pada tenaga kerja, bahkan setiap tenaga kerja dalam tahapan proses produksi telah turut
menyumbang, suatu proses produksi sebagai mata rantai dalam suatu “sistem” akan sangat ditentukan oleh
“tanggung jawab” subsistem mata rantai dalam proses produksi. Apabila setiap tahap atau “mata rantai” dapat
dikendalikan mutu produksinya, sebagai hasil rasa tanggung jawab kelompok subsistem maka produk akhir
merupakan hasil dari Total Quality ControlPeningkatan Mutu Terpadu.
Tanggung jawab kelompok dalam mata rantai proses produksi tersebut merupakan QCC Quality Control
Cercke + PMT Kelompok Mutu Terpadu tanggung jawab bersama.
5. Pengembangan Development
Pengembangan kemampuan seseorang, baik dari pengalaman kerja atau kesempatan untuk maju, dapat
merupakan perangsang kuat bagi tenaga kerja untuk bekerja lebih giat atau lebih bergairah.Apalagi jika
pengembangan perusahaan selalu dikaitkan dengan kinerja atau produktivitas tenaga kerja.
6. Keterlibatan Involvement
Rasa ikut terlibat atau involved suatu proses pengambilan keputusan atau bentuknya, dapat pula “kotak saran” dari
tenaga kerja, yang dijadikan masukan untuk manajemen perusahaan, merupakan perangsang yang cukup kuat
untuk tenaga kerja. Melalui kotak saran, tenaga kerja merasa diikutsertakan
dalam proses pengambilan keputusan atau langkah- langkah kebijakan yang diambil manajemen. Rasa terlibat
akan menumbuhkan rasa ikut bertanggung jawab, rasa dihargai yang merupakan “tantangan” yang harus dijawab,
melalui peran serta berkinerja untuk pengembangan usaha dan pengembangan pribadi. Ada rasa keterlibatan
involvoment bukan saja menciptakan rasa memiliki sense of belonging dan rasa tanggung jawab sense of
responsibility, tetapi juga menimbulkan mawas diri untuk
bekerja lebih baik, menghasilkan produk yang lebih bermutu.
7. Kesempatan Oppurtunity
Kesempatan untuk maju dalam bentuk jenjang karier yang terbuka, dari tingkat bawah sampai tingkat manajemen
puncak merupakan perangsang yang cukup kuat bagi tenaga kerja. Bekerja tanpa harapan atau kesempatan
untuk meraih kemajuan atau perbaikan nasib, tidak akan merupakan perangsang untuk berkinerja atau bekerja
produktif.
d. Manfaat Motivasi
Secara singkat, manfaat motivasi yang utama adalah menciptakan gairah kerja, sehingga produktivitas kerja
meningkat.Sementara itu, manfaat yang diperoleh karena bekerja dengan orang-orang yang termotivasi adalah,
pekerjaan dapat diselesaikan tepat waktu. Artinya, pekerjaan diselesaikan sesuai standar yang benar dalam skala waktu yang
sudah ditentukan, serta orang akan senang melakukan pekerjaannya. Sesuatu yang dikerjakan karena ada motivasi
yang mendorongnya akan membuat orang senang mengerjakannya. Orang pun akan merasa dihargai diakui. Hal
ini terjadi karena pekerjaannya itu betul-betul berharga bagi
orang yang termotivasi.Hal ini dimaklumi karena dorongan yang begitu tinggi untuk menghasilkan sesuai target yang
mereka terapkan. Kinerjanya akan dipantau oleh individu yang bersangkutan dan tidak akan membutuhkan terlalu banyak
pengawasan. Semangat juangnya akan tinggi. Hal ini akan memberikan suasana bekerja yang bagus di semua bagian.
Bekerja sesuai standar Senang bekerja.
Orang yang termotivasi
Merasa berharga. Bekerja keras.
Sedikit pengawasan. Semangat juang tinggi.
Gambar 1.1 Ciri-ciri orang yang termotivasi
e. Model Motivasi
Banyak pakar telah menjelaskan model motivasi, diantaranya adalah Abraham Maslow, Frederick Herzberg dan Mc Leland.
Maslow`s Model
Model Maslow ini sering disebut dengan model hierarki kebutuhan. Karena menyangkut kebutuhan
manusia, maka teori ini digunakan untuk menunjukkan
kebutuhan seseorang yang harus dipenuhi agar dia termotivasi untuk bekerja. Menurut A.H. Maslow, pada
umumnya terdapat lima hierarki kebutuhan manusia, yang dapat dilihat pada Gambar 1.2 berikut ini:
Aktualisasi diri Kebuhan harga diri
Kebutuhan sosial Kebutuhan keamanan
Kebutuhan fisik
Gambar 1.2 Maslow`s need hierarchy
Kebutuhan fisiologi Phisycological Needs, misalnya makanan, minuman, tempat tinggal, istirahat
tidur.Kebutuhan inilah yang merupakan kebutuhan pertama dan utama yang wajib dipenuhi pertama dan
utama yang wajib dipenuhi pertama-tama oleh tiap individu.
Kebutuhan keamanan perlindungan Safety Needs.Tiap individu mendambakan keamanan bagi
dirinya, termasuk keluarganya.Setelah kebutuhan
pertama dan utama dipenuhi, timbul perasaan perlunya pemenuhan kebutuhan keamanan perlindungan.
Kebutuhan akan kebersamaan Social Needs. Tiap manusia merasa perlu pergaulan dengan sesama
manusia lain. Selama hidup manusia di dunia ini tak mungkin lepas dari bantuan pihak lain. Walaupun
sudah terpenuhi kebutuhan pertama dan kedua, jika tidak bergaul dengan pihak lain, maka pasti ia
merasakan hidupnya sangat gelisah. Kebutuhan penghormatan dan penghargaan kebutuhan
harga diri.Sejelek-jeleknya kelakuan manusia, tetap mendambakan penghormatan dan penghargaan. Itulah
sebabnya orang berusaha melakukan pekerjaan kegiatan yang memungkinkan ia mendapat
penghormatan dan penghargaan masyarakat. Kebutuhan aktualisasi diri, yakni senantiasa percaya
pada diri sendiri.Inilah kebutuhan yang paling puncak, sehingga seseorang ingin mempertahankan prestasinya
secara optimal.
Mc Cleland`s Model
Model Mc Cleland sangat menekankan perhatian terhadap prestasi achievement. Ada 3 kebutuhan yang
penting, yaitu : • Achievement, artinya adalah adanya keinginan untuk
mencapai tujuan lebih baik daripada sebelumnya pencapaian prestasi. Hal ini dapat dicapai dengan
cara merumuskan tujuan, mendapatkan umpan balik feedback, memberikan tanggung jawab pribadi,
bekerja keras. • Affiliation, artinya adalah kebutuhan untuk
berinteraksi dengan orang lain. Hal ini dapat dicapai dengan cara bekerja sama dengan orang lain,
membuat kawan di tempat bekerja, sosialisasi. • Power, artinya ada kebutuhn kekuasaan, yang
mendorong seseorang bekerja sehingga termotivasi dalam pekerjaannya.
Teori “X” dan Teori “Y”
Teori X dan Y merupakan hasil karya McGregor, dari Masachussetts Institute of Technology, yang
dituangkan dalam sebuah bukunya dengan judul The Human Side of Enterprise. McGregor melalui teorinya
itu berusaha menonjolkan sisi peranan sentral yang
dimainkan manusia dalam organisasi, dengan menempatkan beberapa aspek penting yang berhasil
disadap dari hakekat manusia itu sendiri. Inti teori McGregor terlihat pada klasifikasi yang dibuatnya
tentang manusia, yakni : a.
Teori X yang pada dasarnya mengatakan bahwa manusia cenderung berperilaku negatif;
b. Teori Y yang pada dasarnya mengatakan bahwa
manusia cenderung berperilaku positif. Dalam mengemukakan dan mempertahankan kebenaran
teorinya, McGregor menekankan bahwa cara yang digunakan oleh para manajer dalam memperlakukan
para bawahannya sangat tergantung pada asumsi yang digunakan tentang ciri-ciri berdasarkan kedua
kelompok klasifikasi tersebut. Teori X mengatakan bahwa para manajer menggunakan
asumsi bahwa manusia mempunyai ciri-ciri, seperti: a.
Para pekerja pada dasarnya tidak senang bekerja dan apabila mungkin maka mereka akan berusaha
mengelakkannya; b.
Karena para pekerja tidak senang bekerja, mereka harus dipaksa, diawasi, atau diancam dengan
berbagai tindakan punitif agar tujuan organisasi tercapai;
c. Para pekerja akan berusaha mengelakkan
tanggungjawab dan hanya akan bekerja apabila menerima perintah untuk melakukan sesuatu;
d. Kebanyakan pekerja akan menempatkan pemuas
kebutuhan fisiologis dan keamanan di atas faktor- faktor lain yang berkaitan dengan pekerjaannya
dan tidak akan menunjukkan keinginan atau ambisinya untuk maju.
Sebaliknya, menurut teori Y, para manajer menggunakan asumsi bahwa para pekerja memiliki ciri-
ciri, seperti: a.
Para pekerja memandang kegiatan bekerja sebagai hal alamiah seperti halnya beristirahat dan
bermain; b.
Para pekerja akan berusaha melakukan tugas tanpa terlalu diarahkan dan akan berusaha
mengendalikan diri sendiri; c.
Pada umumnya para pekerja akan menerima tanggungjawab lebih besar;
d. Para pekerja akan berusaha menunjukkan
kreativitasnya dan oleh karenanya akan berpendapat bahwa pengambilan keputusan
merupakan tanggungjawab mereka juga dan bukan semata-mata tanggungjawab orang-orang yang
menduduki jabatan manajerial.
1.6.2. Kinerja
Kinerja performance adalah gambaran mengenai tingkat pencapaian pelaksanaan suatu kegiatan program kebijakan dalam
mewujudkan sasaran, tujuan, misi dan visi organisasi yang tertuang dalam strategic planning suatu organisasi.Kinerja dapat diketahui
hanya jika individu atau kelompok individu tersebut mempunyai kriteria keberhasilan yang telah ditetapkan.Kriteria keberhasilan ini
berupa tujuan-tujuan atau target-target tertentu yang hendak dicapai.Tanpa ada tujuan atau target, kinerja seseorang atau
organisasi tidak mungkin dapat diketahui karena tidak ada tolok ukurnya.
Kinerja merupakan hasil kerja yang dihasilkan oleh pegawai atau perilaku nyata yang ditampilkan sesuai dengan perannya
dalam organisasi.Kinerja pegawai merupakan suatu hal yang sangat penting dalam usaha organisasi untuk mencapai tujuannya,
sehingga berbagai kegiatan harus dilakukan organisasi untuk meningkatkannya Hariandja, 2002:195.
a Pengukuran Kinerja
Pengukuran kinerja performance measurementadalah suatu proses penilaian kemajuan pekerjaan terhadap tujuan dan
sasaran yang telah ditentukan sebelumnya, termasuk informasi atas efisiensi penggunaan sumber daya dalam menghasilkan
barang dan jasa, kualitas barang dan jasa seberapa baik barang dan jasa kepada pelanggan dan sampai seberapa jauh
pelanggan terpuaskan, hasil kegiatan dibandingkan dengan maksud yang diinginkan dan efektivitas tindakan dalam
mencapai tujuan Robertson, 2002. Sementara menurut Lohman 2003 pengukuran kinerja
merupakan suatu aktivitas penilaian pencapaian target tertentu yang diderivasi dari tujuan strategis organisasi
Pengukuran kinerja adalah suatu kegiatan yang dilakukan manajemenpenyelia penilai untuk menilai kinerja
tenaga kerja dengan cara membandingkan kinerja atas kinerja dengan uraian deskipsi pekerjaan dalam suatu periode tertentu
biasanya setiap akhir tahun. Kegiatan ini dimaksudkan untuk mengukur kinerja masing-masing tenaga kerja dalam
mengembangkan kualitas kerja, pembinaan masing-masing tenaga kerja dalam mengembangkan kualitas kerja, pembinaan
selanjutnya, tindakan perbaikan atas pekerjaan yang kurang sesuai dengan deskripsi pekerjaan, serta untuk keperluan yang
berhubungan dengan masalah ketenagakerjaan lainnya.
b Tujuan Penilaian Kinerja
Landasan utama dalam penyelenggaraan penilaian kinerja yang efektif adalah kesadaran bahwa keberhasilannya
paling tidak dipengaruhi oleh masalah prosedur dan proses maupun jenis bentuk atau sistem pencatatan standar yang
digunakan. Tujuan penilaian kinerja : a
Sumber data untuk perencanaan ketenagakerjaan dan kegiatan pengembangan jangka panjang bagi perusahaan
yang bersangkutan; b
Nasihat yang perlu disampaikan kepada para tenaga kerja dalam perusahan;
c Alat untuk memberikan umpan balik feed back yang
mendorong ke arah kemajuan dan kemungkinan memperbaiki meningkatkan kualitas kerja bagi para
tenaga kerja; d
Salah satu cara untuk menetapkan kinerja yang diharapkan dari seorang pemegang tugas dan pekerjaan;
e Landasan bahan informasi dalam pengambilan keputusan
pada bidang ketenagakerjaan, baik promosi, mutasi maupun kegiatan ketenagakerjaan lainnya.
BAB II GAMBARAN UMUM INSTANSI