Algoritma Forward Analisis Residu Penyelesaian Contoh

Langkah 5 Jika H diterima maka model 1 merupakan model terbaik. Jika H diterima, bandingkan model 1 dengan model 2, yaitu model yang diperoleh dari model 1 apabila salah satu dari interaksi dua faktor dikeluarkan dari model. Langkah 6 Untuk menentukan interaksi mana yang dikeluarkan terlebih dahulu, dipilih nilai 2 G terkecil, seandainya salah satu interaksi dua faktor dikeluarkan dari model. Hal ini dilakukan karena untuk interaksi dua faktor dengan nilai 2 G terkecil akan menyebabkan p-value yang semakin besar sehingga tidak adanya hubungan yang signifikan terhadap interaksi itu untuk model yang terbentuk. Langkah 7 Ulangi langkah 3 sampai dengan langkah 5 hingga tidak ada lagi faktor yang harus dikeluarkan dari model.

3.5 Algoritma Forward

Algoritma Forward ini dimulai dengan dibentuknya model independen sampai model akhir secara berurutan untuk melihat jenis konfigurasi model yang terbentuk dengan melihat hasil 2 G yang kecil dan p-value maksimum yang dihasilkan dari model- model yang terbentuk selama proses penambahan berlangsung Agresti, 1990. Namun Friel, 2005 menjelaskan algoritmanya dimulai dengan sebuah model berorder nol kemudian menambahkan efek order pertama, kedua, dan ketiga untuk mengetahui penambahan efek order mana yang signifikan untuk  melalui pengujian yang dilakukan dengan mengkombinasikan hasil uji untuk Interaksi K-faktor adalah nol dan uji Asosiasi Parsial Chi-Square untuk menghasilkan sebuah model yang seluruh komponen didalamnya signifikan dengan melihat nilai uji rasio likelihood 2 G . Universitas Sumatera Utara

3.6 Analisis Residu

Analisis residu berguna untuk membantu menyoroti sel-sel yang memiliki kecocokan dengan baik. Residu adalah perbedaan dari frekuensi yang diharapkan dan frekuensi sel yang diamati. Nilai residu itu dapat dicari dengan: f f E O residu   3.4 Frekuensi residu dapat menjelaskan sel yang menunjukkan kekurangcocokan dengan data. Residu yang semakin kecil yang terdapat pada sel menunjukkan semakin baik model bekerja untuk sel itu. Kemudian jika suatu model telah diterima dari uji yang telah dilakukan, maka residu standar untuk  yang diambil sebesar 0,05 harus terletak diantara -1,96 sampai dengan 1,96 untuk menunjukkan kecocokan yang baik dengan model Dessens et al, 2005 . Dengan pendekatan normal, diperoleh rumusan residu standar sebagai berikut: 96 , 1 96 , 1      f f f E E O Z 3.5 dengan : f O adalah nilai untuk frekuensi yang diamati f E adalah nilai untuk frekuensi yang diharapkan Nilai   Z 1,96 menunjukkan bahwa model mempunyai kecocokan yang buruk terhadap frekuensi yang diamati. Universitas Sumatera Utara

3.7 Penyelesaian Contoh

Dibentuk tabel kontingensi tiga faktor sebagai berikut dan ingin diketahui sebuah model yang dapat menyatakan hubungan dalam kumpulan data dengan tepat: Tabel 3.3 Tabel Hipotesis Data Untuk Analisis Frekuensi Multifaktor Profesi Jenis Kelamin Jenis Bacaan Total Fiksi Ilmiah Novel Laki-laki 38 25 63 Politikus Perempuan 20 15 35 Laki-laki 12 27 39 Penari Perempuan 18 30 48 Total 88 97 185 Penyelesaian: Langkah awal yang dilakukan sebelum melakukan pemodelan adalah dengan membagi ketiga variabel kategorik yang ada menurut jenis skalanya masing-masing, yakni: a. Variabel pertama I : Profesi. Profesi diukur melalui skala pengukuran nominal dengan kategorik : 0 bila profesinya politikus 1 bila profesinya penari b. Variabel kedua J : Jenis bacaan. Jenis bacaan diukur melalui skala pengukuran nominal dengan kategorik : 0 bila jenis bacaan yang dibaca adalah fiksi ilmiah 1 bila jenis bacaan yang dibaca adalah novel c. Variabel ketiga K : Jenis kelamin. Jenis kelamin diukur melalui skala pengukuran nominal dengan kategorik : 0 bila jenis kelaminnya laki-laki 1 bila jenis kelaminnya perempuan Universitas Sumatera Utara Selanjutnya berdasarkan tabel kontingensi di atas, dilakukan pengujian keindependenan untuk mengetahui apakah terdapat hubungan yang signifikan antara profesi, jenis bacaan yang dibaca dan jenis kelamin dengan hipotesis sebagai berikut: H : Tidak ada hubungan antara profesi, jenis bacaan yang dibaca dan jenis kelamin. k j i ijk P P P P .. . . ..  H 1 : Ada hubungan antara profesi, jenis bacaan yang dibaca, dan jenis kelamin. k j i ijk P P P P .. . . ..  Seperti yang diketahui pada pembahasan bab 2 sebelumnya, taksiran nilai harapan masing-masing sel untuk model loglinier tiga faktor yang independen, yaitu: 2 .. . . .. N Y Y Y E k j i ijk  , untuk i = 1-2, j = 1-2, dan k = 1-2 sehingga diperoleh: 98 35 63 .. 1    Y dan 87 48 39 .. 2    Y 88 18 12 20 38 . 1 .      Y dan 97 30 27 15 25 . 2 .      Y 102 27 12 25 38 1 ..      Y dan 83 30 18 15 20 2 ..      Y Dengan demikian dapat dicari frekuensi harapan tiap-tiap sel, yakni: 1. 38 111  Y  111 E         702 , 25 185 102 88 98 2 2 1 .. . 1 . .. 1   N Y Y Y 2. 20 112  Y  112 E         914 , 20 185 83 88 98 2 2 2 .. . 1 . .. 1   N Y Y Y 3. 25 121  Y  121 E         331 , 28 185 102 97 98 2 2 1 .. . 2 . .. 1   N Y Y Y 4. 15 122  Y  122 E         053 , 23 185 83 97 98 2 2 2 .. . 2 . .. 1   N Y Y Y Universitas Sumatera Utara 5. 12 211  Y  211 E         817 , 22 185 102 88 87 2 2 1 .. . 1 . .. 2   N Y Y Y 6. 18 212  Y  212 E         567 , 18 185 83 88 87 2 2 2 .. . 1 . .. 2   N Y Y Y 7. 27 221  Y  221 E         151 , 25 185 102 97 87 2 2 1 .. . 2 . .. 2   N Y Y Y 8. 30 222  Y  222 E         466 , 20 185 83 97 87 2 2 2 .. . 2 . .. 2   N Y Y Y       852 , 18 466 , 20 466 , 20 30 ... 914 , 20 914 , 20 20 702 , 25 702 , 25 38 2 2 2 2          , 024 , 19 466 , 20 30 ln 30 ... 914 , 20 20 ln 20 702 , 25 38 ln 38 2 2          G dengan   . 841 , 3 05 , ; 1 2   Dari hasil perhitungan yang telah diperoleh, nilai 2  atau 2 G hitung sebesar 18,852 atau 19,024 dibandingkan dengan   . 841 , 3 05 , ; 1 2   Oleh karena nilai 2  atau 2 G hitung lebih besar dari   841 , 3 05 , ; 1 2   , maka H ditolak sehingga dapat dikatakan terdapat hubungan antara profesi, jenis bacaan yang dibaca, dan jenis kelamin. Setelah diketahui terdapat hubungan diantara ketiga variabel yang diselidiki, maka akan dilakukan prosedur pemodelan loglinier untuk melihat lebih jauh komponen model lainnya yang akan signifikan dengan model yang akan terbentuk karena hasil uji yang telah diperoleh di atas belum cukup memberikan informasi tentang hal itu. Informasi yang belum diketahui itu adalah mengenai apakah terdapat interaksi antara profesi, jenis bacaan, dan jenis kelamin. Oleh karenanya, pemodelan loglinier pertama yang digunakan dalam penelitian ini untuk membentuk modelnya ialah menggunakan metode Hirarkis Backward. Dalam pemodelan ini, harus dibentuk Universitas Sumatera Utara terlebih dahulu model loglinier lengkap untuk tiga faktor yang mana pada model ini frekuensi sel yang diharapkan akan selalu bernilai sama dengan frekuensi yang diamati, tanpa derajat kebebasan yang tersisa Knoke dan Burke, 1980 dikutip dari Jeansonne. Kemudian mengeliminasi satu demi satu komponen yang tidak memberikan kecocokan yang baik. Oleh karena nilai frekuensi yang diamati akan bernilai sama dengan frekuensi yang diharapkan, maka hasil uji statistik 2 G untuk model lengkap secara lengkap dapat dilihat pada lampiran A akan bernilai 0. Prosesnya dapat ditulis sebagai berikut: Tabel 3.4 Tabel Proses Eliminasi Hirarkis Backward Tahap Model 2 G df 1. XYZ ijk YZ jk XZ ik XY ij Z k Y j X i ijk m                 ˆ log 0,000 0 2. YZ jk XZ ik XY ij Z k Y j X i ijk m               ˆ log 0,475 1 3. XZ ik XY ij Z k Y j X i ijk m             ˆ log 0,527 2 Untuk mengetahui nilai 2 G dan df dari tabel 3.4 di atas secara lengkap dapat dilihat pada lampiran B. Dari hasil yang telah diperoleh di atas dilakukan beberapa langkah untuk membentuk model hirarkis, yakni: Langkah 1 : Misal model 0 = XYZ ijk YZ jk XZ ik XY ij Z k Y j X i ijk m                 ˆ log merupakan model terbaik. Langkah 2 : Dengan mengeluarkan interaksi tiga fakor dari model, diperoleh model 1 yakni model 1 = YZ jk XZ ik XY ij Z k Y j X i ijk m               ˆ log . Langkah 3 : Melakukan Conditional Test Statistic dengan hipotesis sebagai berikut: H : model 1 = model terbaik H 1 : model 0 = model terbaik Conditional Test Statistic tersebut adalah : 2 G 1-0 = 2 G 1 - 2 G dimana : 2 G 1 = statistik likelihood 2 G untuk model 1 Universitas Sumatera Utara 2 G = statistik likelihood 2 G untuk model 0 Dari tabel di atas diperoleh nilai 2 G 1 = 0,475 dan 2 G = 0,000, maka: 2 G 1-0 = 2 G 1 - 2 G = 0,475 - 0,000 = 0,475. Derajat kebebasan degree of freedom = derajat kebebasan model 1 - derajat kebebasan model 0 = 1 - 0 = 1. Nilai   841 , 3 05 , ; 1 2   . Langkah 4 : Dari hasil perhitungan yang telah diperoleh, nilai   1 2  G dibandingkan dengan   . 841 , 3 05 , ; 1 2   Karena 841 , 3 475 ,  , maka H diterima yang menyatakan model 1 sebagai model terbaik. Langkah 5 : Bentuk model 2 yaitu model yang diperoleh dari model 1 apabila salah satu dari interaksi dua faktor dikeluarkan dari model. Berdasarkan hasil asosiasi interaksi yang ada pada modelnya secara lengkap dapat dilihat pada lampiran B maka interaksi dengan nilai 2 G terkecil yakni interaksi YZ jk  yang menghasilkan nilai sebesar 0,052 harus dikeluarkan terlebih dahulu sehingga akan terbentuk model 2, yaitu: model 2 = XZ ik XY ij Z k Y j X i ijk m             ˆ log . Dengan cara yang sama seperti di atas, akan dilakukan Conditional Test Statistic dengan hipotesis sebagai berikut: H : model 2 = model terbaik H 1 : model 1 = model terbaik Conditional Test Statistic tersebut adalah : 2 G 2-1 = 2 G 2 - 2 G 1 dimana : 2 G 2 = statistik likelihood 2 G untuk model 2 2 G 1 = statistik likelihood 2 G untuk model 1 Dari tabel di atas diperoleh nilai 2 G 2 = 0,527 dan 2 G 1 = 0,475 , maka diperoleh: 2 G 2-1 = 2 G 2 - 2 G 1 = 0,527-0,475 = 0,052. Universitas Sumatera Utara Derajat kebebasan degree of freedom = derajat kebebasan model 2 - derajat kebebasan model 1 = 2 - 1 = 1. Nilai   841 , 3 05 , ; 1 2   . Ternyata diperoleh 2 G 2-1   05 , ; 1 2  = 0,052 3,841, sehingga H diterima yang menyatakan model 2 sebagai model terbaik. model 2 = XZ ik XY ij Z k Y j X i ijk m             ˆ log . Model yang terbentuk ini menyatakan adanya depedensi antara variabel pertama dengan variabel kedua dan variabel kedua dengan variabel ketiga sehingga dengan memasukkan unsur variabelnya dapat dikatakan model ini menyatakan adanya depedensi antara Profesi dengan Jenis bacaan dan Profesi dengan Jenis kelamin. Pada algoritma Hirarkis Backward, proses untuk menghapus interaksi yang tidak cocok dengan data akan berhenti jika p-value dari tiap-tiap interaksi untuk model yang terbentuk lebih kecil dari  yang telah ditentukan yakni 0,05. Oleh karena itu, dari lampiran B diketahui jika interaksi XY ij  memiliki p-value sebesar 0,001 dan interaksi XZ ik  memiliki p-value sebesar 0,008, maka proses penghapusan akan berhenti dilakukan karena telah ditemukan komponen dua faktor yang signifikan. Kesimpulan: Syarat signifikannya suatu model ditentukan dengan p-value untuk tiap interaksi didalam model itu harus lebih kecil dari 0,05. Dengan kata lain dapat dijelaskan bahwa interaksi dua faktor dengan nilai p-value yang semakin besar atau nilai 2 G yang kecil menyebabkan tidak adanya hubungan yang signifikan dari interaksi itu untuk model yang terbentuk. Setelah pemodelan dengan algoritma Hirarkis Backward selesai, kemudian pemodelan dilanjutkan dengan algoritma Forward untuk dilakukan perbandingan. Langkah pembentukan model ini dilakukan dengan dibentuknya sebuah model order nol kemudian menambahkan efek order pertama, order kedua dan order ketiga untuk mengetahui penambahan efek order mana yang signifikan untuk  setelah dilakukan Universitas Sumatera Utara pengujian Friel, 2005. Dengan demikian proses penambahan Forward dengan mengkombinasikan hasil uji untuk Interaksi K-faktor adalah nol dan uji Asosiasi Parsial yang telah diperoleh dapat ditulis sebagai berikut: Tabel 3.5 Tabel Untuk K-faktor dan Efek Order yang Lebih Tinggi Uji Untuk Interaksi K-faktor Adalah Nol Uji ini berdasarkan pada hipotesis yang menyatakan interaksi K-faktor sama dengan nol. Uji ini dimulai dari order terendah sampai pada order tertinggi. Untuk model loglinier tiga faktor, hipotesisnya adalah: Untuk K = 1 H : Efek order pertama sama dengan nol H 1 : Efek order pertama terkandung dalam model Kriteria uji yang digunakan untuk mengetahui signifikansinya adalah: Tolak H jika 1 2 G           ; 1 1 1 2       K J I atau p-value  , dengan 1 2 G adalah nilai rasio likelihood chi-square untuk K = 1. Langkah 1 : Model order pertama dibandingkan dengan model order nol, yakni   ijk m ˆ log dengan 071 , 22 2  G . Z k Y j X i ijk m         ˆ log K-Way and Higher-Order Effects 7 22,071 ,002 22,178 ,002 4 19,024 ,001 18,852 ,001 2 1 ,475 ,491 ,474 ,491 2 3 3,047 ,384 3,326 ,344 3 18,549 ,000 18,378 ,000 1 ,475 ,491 ,474 ,491 K 1 2 3 1 2 3 K-way and Higher Order Effects a K-way Effects b df Chi-Square Sig. Likelihood Ratio Chi-Square Sig. Pearson Number of Iterations Tests that k-way and higher order effects are zero. a. Tests that k-way effects are zero. b. Universitas Sumatera Utara rasio likelihood 047 , 3 1 2  G , p-value = 384 , perubahan 047 , 3 024 , 19 071 , 22 1 2    G Oleh karena nilai 1 2 G = 3,047           815 , 7 05 , ; 3 2 05 , ; 1 2 1 2 1 2 2          atau 384 , 05 , , maka memberi keputusan H diterima yang berarti penambahan efek order pertama untuk  tidak signifikan karena bernilai nol. Untuk K = 2 H : Efek order kedua sama dengan nol H 1 : Efek order kedua terkandung dalam model Kriteria uji yang digunakan untuk mengetahui signifikansinya adalah: Tolak H jika 2 2 G              ; 1 1 1 1 1 1 2          K J K I J I atau p-value  , dengan 2 2 G adalah nilai rasio likelihood chi-square untuk K = 2. Langkah 2 : Model order kedua dibandingkan dengan model order pertama. YZ jk XZ ik XY ij Z k Y j X i ijk m               ˆ log rasio likelihood 549 , 18 2 2  G , p-value = 000 , perubahan 549 , 18 475 , 024 , 19 2 2    G Oleh karena nilai 2 2 G = 549 , 18           815 , 7 05 , ; 3 2 05 , ; 1 2 1 2 1 2 1 2 1 2 1 2 2             atau 000 , 05 , , maka memberi keputusan H ditolak yang berarti penambahan efek order pertama dan kedua untuk  signifikan karena terkandung dalam model. Untuk K = 3 H : Efek ketiga ketiga sama dengan nol H 1 : Efek order ketiga terkandung dalam model Kriteria uji yang digunakan untuk mengetahui signifikansinya adalah: Tolak H jika 3 2 G         ; 1 1 1 2     K J I atau p-value  , dengan 3 2 G adalah nilai rasio likelihood chi-square untuk K = 3. Universitas Sumatera Utara Langkah 3 : Model order ketiga dibandingkan dengan model order kedua. XYZ ijk YZ jk XZ ik XY ij Z k Y j X i ijk m                 ˆ log rasio likelihood 475 , 3 2  G , p-value = 491 , perubahan 475 , 549 , 18 024 , 19 3 2    G Oleh karena nilai 3 2 G = 475 ,     841 , 3 05 , ; 1 2 1 2 1 2 2      atau 491 , 05 , , maka memberi keputusan H diterima yang berarti penambahan efek order pertama, kedua, dan ketiga untuk  tidak signifikan karena bernilai nol. Berdasarkan hasil uji di atas, diketahui bahwa penambahan efek order pertama dan kedua untuk  signifikan. Akan tetapi efek order kedua itu memiliki tiga kemungkinan asosiasi, yaitu: asosiasi antara XY, XZ, dan YZ. Oleh karena itu, cara yang dapat dilakukan untuk mengetahui efek interaksi mana dari ketiga itu yang signifikan dalam model adalah dengan melakukan uji Asosiasi Parsial seperti berikut: Uji Asosiasi Parsial Uji Asosiasi Parsial untuk tiga faktor terdiri atas tiga klasifikasi yang bertujuan untuk menguji hubungan ketergantungan interaksi antara dua variabel dalam setiap level variabel lainnya. Kriteria uji yang digunakan adalah H akan ditolak apabila nilai p-value 0,05 dan untuk nilai dari asosiasi parsial nya dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel 3.6 Tabel Asosiasi Parsial Partial Associations 1 11,266 ,001 2 1 6,951 ,008 2 1 ,052 ,819 2 1 ,654 ,419 2 1 ,438 ,508 2 1 1,955 ,162 2 Effect ProfesiJenis_bacaan ProfesiJenis_kelamin Jenis_bacaanJenis_ kelamin Profesi Jenis_bacaan Jenis_kelamin df Partial Chi-Square Sig. Number of Iterations Universitas Sumatera Utara Hipotesis: 1. H : Y 1 dan Y 2 independen untuk setiap level Y 3 H 1 : Y 1 dan Y 2 dependen untuk setiap level Y 3 Asosiasi secara parsial antara variabel pertama dan kedua dengan model ternyata menghasilkan p-value sebesar 0,001. Oleh karena 0,001 0,05 sehingga H ditolak yang memberi kesimpulan Y 1 dan Y 2 dependen untuk setiap level Y 3 sehingga interaksi ini signifikan dalam model. 2. H : Y 1 dan Y 3 independen untuk setiap level Y 2 H 1 : Y 1 dan Y 3 dependen untuk setiap level Y 2 Asosiasi secara parsial antara variabel pertama dan ketiga dengan model ternyata menghasilkan p-value sebesar 0,008. Oleh karena 0,008 0,05 sehingga H ditolak yang memberi kesimpulan Y 1 dan Y 3 dependen untuk setiap level Y 2 sehingga interaksi ini signifikan dalam model. 3. H : Y 2 dan Y 3 independen untuk setiap level Y 1 H 1 : Y 2 dan Y 3 dependen untuk setiap level Y 1 Asosiasi secara parsial antara variabel kedua dan ketiga dengan model ternyata menghasilkan p-value sebesar 0,819. Oleh karena 0,819 0,05 sehingga H diterima yang memberi kesimpulan Y 2 dan Y 3 independen untuk setiap level Y 1 sehingga interaksi ini tentu tidak signifikan dalam model. Jadi, berdasarkan hasil uji Asosiasi Parsial yang telah dilakukan bahwa efek interaksi YZ jk  merupakan efek yang tidak signifikan sehingga harus dikeluarkan dari model dan efek yang signifikan dengan model adalah efek interaksi yang mempunyai asosiasi secara parsial antara variabel pertama dan kedua dan variabel pertama dan ketiga, yakni efek XY ij  dan XZ ik  . Maka, model yang terbentuk dengan metode Forward untuk mewakili contoh soal di atas adalah XZ ik XY ij Z k Y j X i ijk m             ˆ log . Universitas Sumatera Utara Namun, terdapat sedikit perbedaan cara yang disebutkan oleh Friel dengan Agresti. Friel 2005 membentuk model order nol kemudian melakukan pengujian untuk menambahkan efek order pertama, order kedua sampai order ketiga untuk  . Namun, Agresti 1990 menjelaskan bahwa pada setiap tahap model yang terbentuk, dipilih secara berurutan interaksi yang memberikan peningkatan kecocokan terbesar dalam kesesuaian datanya. Nilai p-maksimum untuk model yang dihasilkan adalah kriteria yang mungkin karena akan menghasilkan nilai 2 G yang kecil, yang berarti baik untuk model. Oleh karena itu, akan dilihat model manakah dari setiap tahap yang terbentuk memberikan nilai p-value maksimum dari tabel berikut: Tabel 3.7 Tabel Proses Penambahan Forward Secara Berurutan Tahap Model 2 G df p-value 1. Z k Y j X i ijk m         ˆ log 19,024 4 0,001 2. XY ij Z k Y j X i ijk m           ˆ log 7,618 3 0,055 3. XZ ik Z k Y j X i ijk m           ˆ log 11,933 3 0,008 4. YZ jk Z k Y j X i ijk m           ˆ log 18,832 3 0,000 5. XZ ik XY ij Z k Y j X i ijk m             ˆ log 0,527 2 0,768 6. YZ jk XY ij Z k Y j X i ijk m             ˆ log 7,425 2 0,024 7. YZ jk XZ ik Z k Y j X i ijk m             ˆ log 11,741 2 0,003 8. YZ jk XZ ik XY ij Z k Y j X i ijk m               ˆ log 0,475 1 0,491 Untuk mengetahui nilai 2 G , df, dan p-value dari tabel 3.7 di atas secara lengkap dapat dilihat pada lampiran C. Dalam analisis loglinier perubahan nilai dari rasio statistik likelihood 2 G apabila terdapat istilah untuk menghapus atau menambahkan komponen dari sebuah model, merupakan sebuah indikator yang tepat. Nilai rasio likelihood 2 G ini digunakan untuk menguji kecocokan modelnya yang mana apabila nilainya kecil adalah bagus. Nilai 2 G yang kecil diartikan sebagai sebuah model yang baik yang tentunya memberikan Universitas Sumatera Utara arti model cocok dengan data. Begitu juga dengan sebaliknya. Hal ini tentu berlawanan dengan nilai 2 R yang dimiliki oleh Regresi Linier Berganda bahwa semakin besar nilai 2 R semakin baik model yang dihasilkan Chapter 14: hal 149. Kemudian Agresti 1990 juga menambahkan bahwa dengan nilai p-value yang maksimum dari suatu model, memberikan nilai probabilitas yang semakin tinggi untuk kecocokan model yang terbentuk. Oleh karena itu, untuk model di atas sesuai dengan konfigurasinya masing-masing yakni mulai dari model independen, model satu interaksi dua faktor dan model dua interaksi dua faktor, maka model yang memiliki kriteria untuk 2 G yang kecil bernilai 0,527 dengan nilai p-value yang maksimum 0,768 adalah jenis model dua interaksi dua faktor yang berbentuk XZ ik XY ij Z k Y j X i ijk m             ˆ log . Dalam hal ini untuk mendapatkan nilai 2 G sebesar 0,527 dapat dilakukan dengan mencari terlebih dahulu taksiran nilai harapan masing-masing sel untuk model loglinier jenis model dua interaksi dua faktor, yaitu:     .. . . i k i ij ijk Y Y Y E  , untuk i = 1-2, j = 1-2, dan k = 1-2 sehingga diperoleh: 98 35 63 .. 1    Y dan 87 48 39 .. 2    Y 58 20 38 112 111 . 11      Y Y Y dan 40 15 25 122 121 . 12      Y Y Y 30 18 12 212 211 . 21      Y Y Y dan 57 30 27 222 221 . 22      Y Y Y 63 25 38 121 111 1 . 1      Y Y Y dan 35 15 20 122 112 2 . 1      Y Y Y 39 27 12 221 211 1 . 2      Y Y Y dan 48 30 18 222 212 2 . 2      Y Y Y Dengan demikian dapat dicari frekuensi harapan tiap-tiap sel, yakni: 1. 38 111  Y       286 , 37 98 63 58 .. 1 1 . 1 . 11 111    Y Y Y E Universitas Sumatera Utara 2. 20 112  Y       714 , 20 98 35 58 .. 1 2 . 1 . 11 112    Y Y Y E 3. 25 121  Y       714 , 25 98 63 40 .. 1 1 . 1 . 12 121    Y Y Y E 4. 15 122  Y       286 , 14 98 35 40 .. 1 2 . 1 . 12 122    Y Y Y E 5. 12 211  Y       448 , 13 87 39 30 .. 2 1 . 2 . 21 211    Y Y Y E 6. 18 212  Y       552 , 16 87 48 30 .. 2 2 . 2 . 21 212    Y Y Y E 7. 27 221  Y       552 , 25 87 39 57 .. 2 1 . 2 . 22 221    Y Y Y E 8. 30 222  Y       448 , 31 87 48 57 .. 2 2 . 2 . 22 222    Y Y Y E 527 , 448 , 31 30 ln 30 ... 714 , 20 20 ln 20 286 , 37 38 ln 38 2 2          G Berdasarkan hasil pemodelan dengan dua metode yang telah dilakukan untuk contoh di atas ternyata memberikan hasil yang sama untuk membentuk model permasalahannya, yaitu: XZ ik XY ij Z k Y j X i ijk m             ˆ log dengan: Universitas Sumatera Utara ijk m ˆ log = Logaritma dari frekuensi sel ijk  = rata – rata logaritma seluruh sel ijk X i  = Parameter pengaruh Profesi yang ke-i i = 1 politikus dan i = 2 penari terhadap model Y j  = Parameter pengaruh Jenis Bacaan yang ke-j j = 1 fiksi Ilmiah dan j = 2 novel terhadap model Z k  = Parameter pengaruh Jenis Kelamin yang ke-k k = 1 laki-laki dan k = 2 perempuan terhadap model XY ij  = Parameter pengaruh interaksi Profesi yang ke-i dengan Jenis Bacaan yang ke-j terhadap model XZ ik  = Parameter pengaruh interaksi Profesi yang ke-i dengan Jenis Kelamin yang ke-k terhadap model Dengan kata lain model ini menyatakan adanya depedensi yang signifikan antara Profesi dengan Jenis bacaan dan Profesi dengan Jenis kelamin. Hal terpenting dari penyelesaian contoh soal di atas adalah diketahui bahwa metode yang lebih baik dalam membentuk model permasalahannya adalah menggunakan metode Hirarkis Backward berdasarkan hasil simulasi untuk tahap ke-3, dengan melihat perubahan nilai rasio likelihood 2 G dan p-value untuk setiap interaksi yang ada di dalam model yang terbentuk itu harus lebih kecil dari  sebesar 0,05 agar signifikan, dibandingkan dengan metode Forward berdasarkan hasil simulasi untuk tahap ke-5 dengan melihat nilai 2 G yang kecil dan p-value yang maksimum dari model yang terbentuk. Kemudian untuk model yang telah diterima dengan melihat residu standar yang dihasilkan sesuai tabel di bawah ini, untuk 111 Y memiliki f O 38  dan 286 , 37  f E sehingga residu = 714 , 286 , 37 38   , dengan demikian nilai . 117 , 286 , 37 286 , 37 38    Z Universitas Sumatera Utara Untuk melihat hasil yang lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel 3.8 Tabel Residu Untuk Model Akhir Nilai Z yang diperoleh itu menunjukkan residu standar yang masih bernilai kecil dan berada didalam range -1,96 sampai 1,96 sehingga memiliki kecocokan yang baik untuk sel itu. Kemudian hal yang sama dilakukan untuk nilai pengamatan sel lainnya yang ternyata juga menunjukkan hasil residu standar yang cukup kecil dan berada didalam range -1,96 sampai 1,96. Jadi kesimpulannya model ini memang sudah memberikan kecocokan yang baik karena mempunyai residu yang cukup kecil. Cell Counts and Residuals 38,000 20,5 37,286 20,2 ,714 ,117 20,000 10,8 20,714 11,2 -,714 -,157 25,000 13,5 25,714 13,9 -,714 -,141 15,000 8,1 14,286 7,7 ,714 ,189 12,000 6,5 13,448 7,3 -1,448 -,395 18,000 9,7 16,552 8,9 1,448 ,356 27,000 14,6 25,552 13,8 1,448 ,287 30,000 16,2 31,448 17,0 -1,448 -,258 Jenis_kelamin Laki-laki Perempuan Laki-laki Perempuan Laki-laki Perempuan Laki-laki Perempuan Jenis_bacaan Fiksi ilmiah Novel Fiksi ilmiah Novel Profesi Politikus Penari Count Observed Count Expected Residuals Std. Residuals Universitas Sumatera Utara BAB 4 KESIMPULAN DAN SARAN

4.1 Kesimpulan