Serum Laktat Kerangka Teori

2.4 Serum Laktat

Serum laktat adalah parameter yang sensitif untuk menilai adekuat- tidaknya oksigenasi sel. Serum laktat adalah produk akhir dari metabolisme anaerob dan marker spesifik untuk hipoksia jaringaan. Serum laktat akan meningkat sesuai dengan derajat hipoksia jaringan. Hipoksia menghambat fosforilasi oksidatif mitokondria yang kemudian akan menghambat sintesis ATP dan reoksidasi NADH. Hal ini akan menyebabkan penurunan rasio ATPADP dan peningkatan rasio NADHNAD yang akan meningkatkan piruvat dengan menghambat piruvatdehidrogenase PDH. Peningkatan rasio NADHNAD mengaktivasi transformasi piruvat menjadi laktat dan konsekuensinya meningkatkan rasio laktat. Laktat diproduksi oleh semua jaringan, sedangkan mayoritas produksi terjadi di otot, otak, sel darah merah, dan medulla renalis. Nilai normal laktat darah arteri adalah 0,620 mmolL dan darah vena 0,997 mmolL. Produksi laktat 0,8 mmolLkg berat badanjam atau setara dengan 1300 mmolL perhari pada orang dengan berat badan 70 kg. Sekitar 60 laktat menjalani siklus intrahepatal dan diekskresi lactate clearance di ginjal dengan rata-rata 320 mmolL perjam. Waktu yang dibutuhkan untuk mencapai nilai normal kembali merupakan faktor prognostik yang penting keberhasilan penanganan kasus sepsis. Nilai laktat kembali normal dalam 24 jam akan 100 hidup, antara 24-48 jam, mortalitas 25; dan lebih dari 48 jam, mortalitas menjadi 86. Walaupun ambang batas serum laktat digunakan untuk memulai EGDT, perlu dipertimbangkan untuk disesuaikan kebawah, sebaiknya serum laktat Universitas Sumatera Utara diperiksakan terlebih dahulu saat pasien tiba di IGD agar diperoleh “golden hour” dan optimalisasi resusitasi. Selain itu, serum laktat juga dapat digunaka untuk menstratifikasi resiko pasien di IGD dan ICU sehingga dapat ditentukan pasien mana yang berpotensi memperoleh keuntungan bila dilakukan resusitasi yang agresif.

2.5 Kerangka Teori

Sepsis Hipoperfusi Jaringan Hipoksia Jaringan Metabolisme Anaerob Produksi Laktat Meningkat Universitas Sumatera Utara

BAB III METODE PENELITIAN