Produksi dan Pengolahan Tandan Buah Segar untuk Benih Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) di PT. Bina Sawit Makmur, Sumatera Selatan. (

(1)

PRODUKSI DAN PENGOLAHAN TANDAN BUAH SEGAR

UNTUK BENIH KELAPA SAWIT (

Elaeis guineensis

Jacq.)

DI PT. BINA SAWIT MAKMUR, SUMATERA SELATAN

MARDI REMENSON SIMANJUNTAK

A24080145

DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA

FAKULTAS PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

2013


(2)

RINGKASAN

MARDI REMENSON SIMANJUNTAK. Produksi dan Pengolahan Tandan Buah Segar untuk Benih Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) di PT. Bina Sawit Makmur, Sumatera Selatan. (Dibimbing oleh SUWARTO)

Kegiatan magang ini dilaksanakan pada bulan Februari sampai dengan bulan Mei 2012 di PT. Bina Sawit Makmur, Sumatera Selatan. Tujuan magang secara umum adalah meningkatkan pengetahuan, keterampilan dan profesional mahasiswa mengenai produksi benih kelapa sawit pada keadaan lapangan yang sesungguhnya serta mampu mengidentifikasi permasalahan dan solusi berkaitan dengan proses produksi benih. Tujuan khusus pelaksanaan magang, yaitu: 1) mempelajari produksi dan pengelolaan serbuk sari kelapa sawit, 2) melakukan evaluasi pengaruh viabilitas serbuk sari terhadap jumlah benih per tandan dan pengaruh curah hujan terhadap persentasetandan dipanen, 3) melakukan evaluasi proses produksi benih kelapa sawit.

Metodeyang digunakan dalam pelaksanaan kegiatan magang ini, yaitu: 1) kegiatan pelaksanaan magang meliputi kegiatan teknis di lapangan dan kegiatan manajerial, 2) bekerja secara aktif di divisi kebun produksi benih selama satu bulan, kemudian di divisi persiapan benih selama satu bulan, dan di divisi pengolahan benih selama satu bulan, 3) wawancara dan diskusi dengan berbagai pihak untuk menambah pengetahuan dan informasi berkaitan dengan produksi benih.

Pada saat magang terjadi penurunan produksi serbuk sari yang disebabkan oleh produksi tandan bunga jantan dari induk pisifera yang menurun. Jumlah benih normal rata-rata cenderung meningkat seiring dengan peningkatan viabilitas serbuk sari. Rata-rata curah hujan per bulan selama perkembangan buah tidak berpengaruh nyata terhadap persentase produksi tandan buah segar calon benih. Proses produksi benih sudah berjalan dengan baik, terlihat dari persentase benih rusak sebesar 0.34%. Diperlukan pengadaan mesin pencacah dan pemipil untuk meningkatkan efektivitas dan efisiensi proses produksi.


(3)

PRODUKSI DAN PENGOLAHAN TANDAN BUAH SEGAR

UNTUK BENIH KELAPA SAWIT (

Elaeis guineensis

Jacq.)

DIPT. BINA SAWIT MAKMUR, SUMATERA SELATAN

Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian pada Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor

MARDI REMENSON SIMANJUNTAK

A24080145

DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA

FAKULTAS PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

2013


(4)

Judul :

PRODUKSI DAN PENGOLAHAN TANDAN BUAH

SEGAR UNTUK BENIH KELAPA SAWIT (

Elaeis

guineensis

Jacq.) DI PT. BINA SAWIT MAKMUR,

SUMATERA SELATAN

Nama :

MARDI REMENSON SIMANJUNTAK

NRP : A24080145

Menyetujui, Pembimbing

Dr. Ir. Suwarto, MSi NIP 19630212 198903 1 004

Mengetahui,

Ketua Program Studi Agronomi dan Hortikultura Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor

Dr. Ir. Agus Purwito, MSc. Agr NIP 19611101 198703 1 003


(5)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Kisaran, Sumatera Utara pada tanggal 28 September 1990 sebagai anak pertama Bapak Miar Simanjuntak dan Ibu Roslinda Panjaitan.

Tahun 2002 penulis menyelesaikan pendidikan sekolah dasar di SDN 010087 Kisaran. Pada tahun 2005 penulis menyelesaikan pendidikan di SLTPN 1 Kisaran. Penulis menyelesaikan pendidikan di SMAN 1 Kisaran pada tahun 2008. Pada tahun 2008 penulis melanjutkan pendidikan tinggi melalui Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN) di Departemen Agronomi dan Hortikultura, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor.

Penulis juga aktif di berbagai kegiatan organisasi, yaitu tahun 2009 masuk sebagai anggota Komisi Pelayanan Khusus, Persekutuan Mahasiswa Kristen (PMK) IPB, tahun 2010 sebagai anggota Youth of Nation Ministry (YoNM), tahun 2011 sebagai ketua panitia Unlocking Potential Colege Conference (UPCC) dan Asisten M. K. Agama Kristen Protestan.


(6)

KATA PENGANTAR

Puji dan Syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yesus Kristus yang telah menyertai penulis hingga saat ini sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini.Skripsi ini disusun dari hasil kegiatan magang di PT. Bina Sawit Makmur, Sumatera Selatan dan digunakan sebagai syarat untuk memperoleh gelar sarjana pertanian di Departemen Agronomi dan Hortikultura, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Selamamenempuh pendidikan, penulis mendapatkan banyak bantuan dari berbagai pihak. Penulis menyampaikan terima kasih kepada: 1. Ayahanda Miar Hasahatan Simanjuntak, Ibunda Roslinda Panjaitan dan adik

Siska Romauli Simanjuntak yang telah memberikan dukungan dan doa selama menempuh pendidikan.

2. Dr. Ir. Endah Retno Palupi, MSc selaku dosen pembimbing akademik dan Dr. Ir. Suwarto, MSi selaku dosen pembimbing skripsi dan yang telah banyak memberikan masukan selama penyusunan skripsi.

3. Dr. Tatiek Kartika Suharsi, MS dan Dr. Ir. Winarso Drajad Widodo, MS sebagai dosen penguji yang telah memberikan kritik dan saran dalam penulisan skripsi.

4. Direksi PT. Sampoerna Agro yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk melakukan kegiatan magang, khususnya PT. Bina Sawit Makmur, Kabupaten Ogan Komering Ilir, Sumatera Salatan, sebagai anak perusahaan PT. Sampoerna Agro.

5. Pak Budi selaku pembimbing lapang yang telah banyak membimbing penulis selama pelaksanaan magang.

6. Keluarga PT. Bina Sawit Makmur Pak Kusnu, Pak Subardjo, Ibu Erwita, Ibu Yulia, Pak Edwin, Pak Mario, Pak Semuel, Pak Willy,Pak Rochimin, Mas Andri, Ibu Sutini, Ibu Sri, danMas Herman. Seluruh staff dan karyawan yang telah banyak membantu penulis selama pelaksanaan magang.

7. Teman-teman yang telah membantu dalam penulisan skripsi ini: Christian Simanjuntak, Rotua Melisa Sidabutar, Agry Pradipta.


(7)

8. Teman-teman seperjuangan Agronomi dan Hortikultura angkatan 45 yang selalu berbagi suka dan duka selama mengikuti perkuliahan.

9. Teman-teman terbaikku: Idho Dwianri Tarigan, Maju Pangaribuan, Welem Labatar, Nurcahya Destiawan, Yeni Rahel Naibaho, Fevrina Leny Tampubolon, Daniel Rolas Surung Nainggolan, Melfi Dora Tarigan yang telah memberi dukungan dalam penulisan skripsi ini.

10. Keluarga besar Youth of Nation Ministry (YoNM) – GKKD Bogor.

Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak yang membutuhkannya.

Bogor, Februari 2013 Penulis


(8)

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL ... viii

DAFTAR GAMBAR ... ix

DAFTAR LAMPIRAN ... x

PENDAHULUAN ... 1

Latar Belakang ... 1

Tujuan ... 2

TINJAUAN PUSTAKA ... 3

Botani Kelapa Sawit ... 3

Syarat Tumbuh Kelapa Sawit ... 4

Penyerbukan Kelapa Sawit ... 5

Tipe Buah dan Tandan Kelapa Sawit ... 7

Pemuliaan Kelapa Sawit ... 7

Benih Tanaman Kelapa Sawit ... 8

Dormansi dan Pengecambahan Benih Kelapa Sawit ... 9

Pengolahan Benih ... 10

METODE MAGANG ... 11

Tempat dan Waktu ... 11

Metode Pelaksanaan ... 11

Pengamatan dan Pengumpulan Data ... 11

Analisis Data dan Informasi ... 11

KEADAAN UMUM ... 12

Sejarah PT. Bina Sawit Makmur ... 12

Visi dan Misi PT. Bina Sawit Makmur, Sampoerna Agro ... 12

Lokasi Unit Usaha PT. Bina Sawit Makmur ... 13

Keadaan Iklim dan Tanah ... 13

Struktur Organisasi ... 13

Luas Areal dan Tata Guna Lahan ... 13

Produksi Benih dan Kecambah ... 14

PELAKSANAAN KEGIATAN MAGANG ... 16

Pengadaan Bahan Tanaman Kelapa Sawit ... 16

Kegiatan Divisi Pemuliaan ... 16

Pemilihan Pohon Induk dan Pohon Jantan ... 18

Kegiatan Divisi Kebun Produksi Benih ... 19

Pengelolaan Pohon Induk Jantan ... 23

Persiapan Serbuk Sari ... 24

Kegiatan Divisi Persiapan Benih ... 27

Kegiatan DivisiPengolahan Benih ... 31

PEMBAHASAN ... 34


(9)

Pengaruh Viabilitas Serbuk Sari terhadapJumlah Benih per

Tandan ... 35

Pengaruh Curah Hujan terhadap Persentase Produksi Tandan Buah Segar Calon Benih ... 36

Proses Produksi Benih ... 38

KESIMPULAN DAN SARAN ... 40

Kesimpulan ... 40

Saran ... 40

DAFTAR PUSTAKA ... 41


(10)

DAFTAR TABEL

Nomor Halaman

1. Pohon Induk Kelapa Sawit di PT. Bina Sawit Makmur ... 14

2. Produksi Benih di Divisi Persiapan Benih Tahun 2006-2010 ... 14

3. Produksi dan Penjualan Kecambah Tahun 2006-2011... 15

4. Uji Viabilitas pada Berbagai Serbuk Sari ... 26

5. Jumlah dan Persentase Produksi Serbuk Sari ... 33

6. Rekapitulasi Uji Beda Nyata Terkecil Pengaruh ViabilitasSerbuk Sari terhadap Rata-rata Jumlah Benih Normal 36 7. Pengaruh Curah Hujan Bulanan terhadap Persentase Tandan Dipanendan Produksi Tandan ... 37


(11)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Halaman

1. Skema Metode Pemuliaan ... 17

2. Proses Isolasi Tandan Bunga Betina ... 20

3. Penyerbukan Bunga Betina ... 21

4. Tandan Hasil Penyerbukan Blanko ... 22

5. Serbuk Sari Dilihat dari Mikroskop ... 25

6. Media Penyimpanan Serbuk Sari ... 26

7. Penyiapan Serbuk Sari ... 27

8. Proses Penerimaan Tandan ... 28

9. Proses Perontokkan danPengupasan Buah ... 29

10. Proses Pembersihan Benih, Perlakuan Fungisida,dan Pengeringan Benih ... 29

11. Proses Seleksi Benih danPenyimpanan Benih ... 30

12. Perendaman Benih ... 31

13. Pengeringan Benih ... 32


(12)

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Halaman

1. Jurnal Kegiatan Magang ... 44

2. Data Curah Hujan PT. Bina Sawit Makmur 2009 – 2011 ... 57

3. Struktur Organisasi PT. Bina Sawit Makmur ... 58

4. Deskripsi Varietas Kelapa Sawit DxP Sriwijaya 1 ... 59

5. Deskripsi Varietas Kelapa Sawit DxP Sriwijaya 2 ... 60

6. Deskripsi Varietas Kelapa Sawit DxP Sriwijaya 3 ... 61

7. Deskripsi Varietas Kelapa Sawit DxP Sriwijaya 4 ... 62

8. Deskripsi Varietas Kelapa Sawit DxP Sriwijaya 5 ... 63


(13)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq.) merupakan salah satu jenis tanaman perkebunan yang paling diminati saat ini. Kelapa sawit menjadi salah satu sumber devisa bagi Indonesia serta membuka lapangan kerja bagi masyarakat. Dari kelapa sawit telah dihasilkan banyak produk baik pangan maupun non-pangan. Produk yang paling diminati saat ini yaitu biodiesel dari hasil pengolahan minyak kelapa sawit.Menurut data Badan Pusat Statistik (2010), luas lahan perkebunan kelapa sawit pada tahun 2008 sebesar 7,363,847 ha dan terus mengalami peningkatan hingga pada tahun 2009 sebesar 7,508,023 ha.Produksi kelapa sawit terus meningkat seiring penambahan luas lahan perkebunan kelapa sawit. Produksi kelapa sawit pada tahun 2008 sebesar 17,539,788 ton dan terjadi peningkatan hingga pada tahun 2009 sebesar 18,640,881 ton.

Produktivitas CPO masih tergolong rendah yaitu 3 ton/ha bila dibandingkan dengan produktivitas potensial dapat mencapai 7-10 ton/ha. Produktivitas yang tinggi dapat dicapai bila tanaman kelapa sawit berkualitas baik. Kualitas tanaman ditentukan oleh bahan tanam yaitu benih yang digunakan. Benih yang berkualitas akan menghasilkan tanaman kelapa sawit yang baik. Kualitas benih ditentukan oleh kualitas proses produksinya.

Kelapa sawit masih menjadi komoditi perkebunan yang diminati dan akan terus bertambah. Luas areal perkebunan yang terus meningkat setiap tahunnya menyebabkan kebutuhan bahan tanam terus meningkat. Selain untuk penanaman baru, diperlukan juga untuk mengganti tanaman tua yang produktivitasnya sudah mulai menurun.

Saat ini ada 10 produsen benih yang terdaftar dalam Forum Komunikasi Produsen Benih Sawit Indonesia (FKPBSI), yaitu Pusat Penelitian Kelapa Sawit (PPKS), Socfindo, London Sumatera (Lonsum), Bina Sawit Makmur, Dami Mas, Tunggal Yunus Estate, Tania Selatan, Bakti Tani Nusantara, Sarana Inti Pratama, Sasaran Eksan Mekarsari.

PT. Bina Sawit Makmur (BSM) merupakan salah satu produsen benih resmi yang ditunjuk pemerintah untuk memproduksi benih kelapa sawit dalam


(14)

memenuhi kebutuhan benih dalam negeri. Saat ini BSM telah telah merelease enam jenis varietas unggul yang diberi nama secara berturut DxP Sriwijaya 1 hingga DxP Sriwijaya 6. Kepuasan pelanggan merupakan prioritas utama BSM. Oleh karena itu, BSM membentuk Divisi Quality Control/Quality Ansurance (QC/QA) untuk menjamin benih yang dihasilkan merupakan benih berkualitas baik. BSM telah menerapkan sistem komputerisasi dalam proses produksinya. Hal ini bertujuan untuk meminimalisasi kesalahan manusia (human error). Selain itu, BSM juga melayani purna jual bagi konsumennya. BSM siap melayani setiap pengaduan dari konsumen dan memberikan penjelasan kepada konsumen sehingga konsumen merasa puas.

Ketersedian serbuk saridenganviabilitas tinggi merupakan salah satu faktor penting untuk memperoleh jumlah pembentukkan buah (fruitset) yang tinggi. Hal ini menjadikan bahan analisis penulis untuk mengetahui pengaruh viabilitas serbuk sari terhadap jumlah fuitset tandan yang dihasilkan.

Tujuan

Kegiatan magang secara umum bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan, keterampilan dan profesional mahasiswa mengenai produksi benih kelapa sawit pada keadaan lapangan yang sesungguhnya serta mampu mengidentifikasi permasalahan dan solusi berkaitan dengan proses produksi benih.

Tujuan khusus pelaksanaan magang adalah mempelajari produksi dan pengelolaan serbuk sari kelapa sawit, melakukan evaluasi pengaruh viabilitas serbuk sari terhadap jumlah benih pertandan dan pengaruh curah hujan terhadap persentase tandan dipanen, melakukan evaluasi proses produksi benih kelapa sawit.


(15)

TINJAUAN PUSTAKA

Botani Kelapa Sawit

Kelapa sawit yang ada sekarang ini diperkirakan berasal dari Afrika Barat dan Amerika selatan. Tanaman kelapa sawit lebih berkembang di Asia Tenggara. Bibit kelapa sawit pertama kali masuk ke Indonesia pada tahun 1848 yang berasal dari Mauritus dan Amsterdam sebanyak empat tanaman, kemudian ditanam di Kebun Raya Bogor dan selanjutnya disebarkan ke Deli, Sumatera Utara (Lubis, 2008). Taksonomi kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq) yaitu:

Divisi : Embryophyta Siphonagama Kelas : Angiospermae

Ordo : Monocotyledonae

Famili : Arecaceae

Subfamili : Cocoideae

Genus : Elaeis

Spesies : Elaeis guineensis Jacq.

Tanaman kelapa sawit merupakan jenis tanaman monokotil dengan sistem perakaran serabut. Akar kelapa sawit terdiri dari akar primer yang tumbuh ke bawah dan ke samping, akar sekunder yang merupakan cabang dari akar primer tumbuh ke atas dan ke bawah dan akar tertier merupakan cabang dari akar sekunder berupa bulu-bulu akar yang berfungsi menyerap hara dan alat pernafasan.

Menurut Mangoensoekarjo dan Semangun (2005) diameter akar primer berkisar antara 8 dan 10 mm, panjangnya dapat mencapai 18 m. Akar sekunder tumbuh dari akar primer, dengan diameter 2-4 mm. Akar tersier berdiameter 0.7-1.5 mm dan panjangnya dapat mencapai 15 cm. Akar kuartener tumbuh dari akar tersier berdiameter 0.1-0.5 mm dan panjangnya samapai 1-4 mm.

Batang kelapa sawit tidak memiliki cabang dan kambium. Batang ini berfungsi sebagai penyangga tajuk dan menyimpan serta mengangkut bahan makanan. Kelapa sawit memiliki sifat heliotrope (menuju cahaya matahari), oleh karena itu pada kondisi terlindungi, pertumbuhannya lebih tinggi, tetapi diameter batang akan lebih kecil. Menurut Lubis (2008) perbedaan kecepatan tumbuh


(16)

kelapa sawit tergantung pada kondisi seperti pupuk yang diberikan, umur, iklim, kerapatan tanam dan lain-lain.Jumlah produksi pelepah tergantung pada umur tanaman. Rata-rata produksi pelapah setiap tahunnya dapat mencapai 20-30 pelepah/pohon dan akan terus berkurang sesuai pertambahan umur. Panjang pelepah daun dapat mencapai 9 m tergantung pada jenis varietas dan kesuburan tanah. Berat satu pelepah dapat mencapai 4.5 kg berat kering.

Lubis (2008) menyatakan bahwa tanaman kelapa sawit mulai berbunga pada umur 12-14 bulan, tetapi baru ekonomis untuk dipanen pada umur 2.5 tahun. Kelapa sawit termasuk jenis tanaman monocious artinya bunga jantan dan bunga betina terdapat pada satu pohon tetapi tidak pada satu tandan yang sama. Satu tandan bunga jantan memiliki 100-250 spikelet yang panjangnya 10-20 cm dan diameter 1-1.5 m. Tiap spikelet berisi 500 – 1,500 bunga kecil yang akan menghasilkan tepung sari sebanyak 40-60 g. Satu tandan bunga betina memiliki 100-200 spikelet dan tiap spikelet memiliki 15-20 bunga betina. Pada tandan tanaman dewasa dapat diperoleh 600-2,000 buah tergantung pada besarnya tandan. Setiap pohon kelapa sawit dapat menghasilkan 15-25 tandan/pohon/tahun.

Setyamidjaja (2006) menyatakan bahawa bunga betina yang berhasil diserbuki akan membentuk buah. Buah kelapa sawit terdiri dari:

1. Kulit buah bagian luar (exocarp) yang selama 3 bulan setelah penyerbukan warnanya masih putih kehijau-hijauan, tetapi 3-6 bulan berikutnya warnanya berubah menjadi kuning.

2. Sabut (mesocarp), pada 3 bulan pertama tersusun dari air, serat, klorofil, dan tiga bulan berikutnya terjadi pembentukan minyak dan karoten.

3. Cangkang (endocarp), pada tahap awal tipis dan lembut, tetapi setelah berumur 3 bulan bertambah tebal dank eras serta warnanya berubah dari putih menjadi coklat muda kemudian coklat

4. Inti (endosperm) yang mula-mula cair, kemudian lunak dan akhirnya padat serta agak keras.

Syarat Tumbuh Kelapa Sawit

Tanaman kelapa sawit dapat tumbuh pada suhu 270C dengan suhu maksimum 330C dan suhu minimum 220C. Curah hujan rata-rata tahunan yang memungkinkan untuk pertumbuhan kelapa sawit adalah 1 250 – 3 000 mm yang


(17)

merata sepanjang tahun, curah hujan optimal sekitar 1 750 – 2 500 mm. Lama penyinaran yang optimal untuk kelapa sawit yaitu 6 jam per hari dan kelembaban nisbi pada kisaran 50-90% (optimal 90%) (Buana et al., 2006).

Ketinggian tempat (elavasi) untuk pertumbuhan optimal kelapa sawit adalah kurang dari 400 m di atas permukaan laut. Kecepatan angin 5- 6 km/jam sangat baik untuk proses penyerbukan. Angin yang terlalu kencang dapat menyebabkan tanaman rubuh atau miring. Lubis (2008) menyatakan bahwa tanaman kelapa sawit dapat tumbuh pada berbagai jenis tanah seperti podsolik, latosol, hidromorfik kelabu, regosol, andosol, organosol dan alluvial. Sifat tanah yang baik untuk pertumbuhan kelapa sawit, yaitu:

1. Solum tanah tebal yaitu minimal 80 cm. Solum yang tebal memungkinkan akar dapat berkembang dengan baik sehingga penyerapan hara tanaman menjadi lebih efisien.

2. Tekstur ringan dengan komposisi pasir 20-60%, debu 10-40% dan liat 20-25%. 3. Perkembangan struktur tanah baik, konsistensi gembur sampai agak teguh dan

permeabilitas sedang.

4. Kelapa sawit dapat tumbuh pada pH 4.0-6.0 dan kondisi terbaik pada pH 5.0-5.5.

5. Kandungan unsur hara tinggi.

6. C/N mendekati 10 dengan C 1% dan N 0.1% 7. Daya tukar Mg = 0.4-1.0 me/100 g.

8. Daya tukar K = 0.15-0.20 me/100 g.

Penyerbukan Kelapa Sawit

Penyerbukan atau polinasi merupakan proses perpindahan serbuk sari dari kepalasari ke stigma dalam satu bunga atau bunga yang berbeda. Secara alami kelapa sawit melakukan penyerbukan silang. Masa anthesis bunga jantan dan reseptif bunga betina tidak sama sehingga jarang terjadi penyerbukan sendiri (selfing) pada satu individu kelapa sawit (Corley et al., 2003). Angin dan serangga penyerbuk berperan dalam proses penyerbukan kelapa sawit.

Keberhasilan penyerbukan pada kelapa sawit dipengaruhi oleh kualitas bunga betina dan serbuk sari. Keberhasilan penyerbukan terlihat dari jumlah buah


(18)

per tandan dan kualitas benih yang dihasilkan (Buana et al., 1994). Viabilitas serbuk sari sangat berpengaruh terhadap keberhasilan penyerbukan. Menurut Widiastuti (2008) penurunan buah normal dan peningkatan buah abnormal terjadi karena semakin rendah viabilitas serbuk sari yang digunakan. Menurut Maskromo dan Heldering (1993) serbuk sari berkualitas tinggi dapat diperoleh dari bunga jantan yang sudah cukup matang. Kualitas dan kuantitas serbuk sari dipengaruhi oleh faktor spesies tanaman, genotipe, musim, suhu, kelembaban, waktu pemungutan dan cahaya.

Ketersediaan serbuk sari berkualitas sangat menentukan keberhasilan penyerbukan. Serbuk sari di lingkungan alami hanya dapat bertahan selama delapan harisehingga diperlukan metode penyimpanan serbuk sari untuk mempertahankan viabilitas serbuk sari.Viabilitas serbuk sari akan terus menurun dengan seiring bertambahnya waktu penyimpanan. Viabilitas serbuk sari dapat dipertahankan dengan mengendalikan faktor-faktor yang mempengaruhi viabilitas serbuk sari seperti cahaya, suhu, udara dan kelembaban (Galetta, 1983). Menurut Widiastuti (2008) penyimpanan serbuk sari kelapa sawit dalam freezer dengan suhu (-20)-(-18)oC selama 2 bulan hanya menurunkan viabilitas serbuk sarisebesar 1.95%.

Keberhasilan penyerbukan juga dipengaruhi oleh faktor lingkungan antara lain suhu, curah hujan, serta ada tidaknya hama dan penyakit yang menginfeksi bunga. Azwar dan Woelan (1996) menyatakan bahwa keberhasilan pembentukan buah dipengaruhi oleh faktor genetik dan cuaca. MenurutTurner dan Gilbanks (1982) suhu optimum untuk penyerbukan kelapa sawit adalah 22-33oC. Tandan buah untuk benih dipanen pada umur ± 150 hari setelah penyerbukan. Pemanenan tandan buah dapat dilakukan berdasarkan pengamatan visual dan secara masak fisiologis. Secara visual dapat dilihat dari perubahan warna kulit buah menjadi merah jingga dan masak fisiologis berdasarkan kandungan minyak maksimal dan kandungan asam lemak bebas yang minimal. Tandan buah yang telah matang dicirikan dengan membrondolnya buah.


(19)

Tipe Buah dan Tandan Kelapa Sawit

Buah dan tandan kelapa sawit diklasifikasikan berdasarkan warna dan tebal cangkangnya, yaitu:

1. Berdasarkan warna buah

Lubis (2008) menyatakan bahwa warna buah kelapa sawit tergantung jenis varietas yaitu:

a. Nigrescens yaitu buahnya berwarna violet sampai hitam waktu muda dan menjadi merah kuning (orange) sesudah matang.

b. Virescens yaitu buahnya berwarna hijau waktu muda dan sesudah matang berwarna merah-kuning (orange).

c. Albescens yaitu buah muda berwarna kuning pucat mengandung sedikit karoten.

2. Berdasarkan tebal cangkang

Setyamidjaja (2006) menyatakan bahwa kelapa sawit dapat dibedakan menjadi tiga jenis berdasarkan tebal tipisnya cangkang, yaitu:

a. Dura, yaitu memiliki ciri-ciri daging buah tipis, cangkang tebal (2 – 8 mm), inti besar, dan tidak terdapat cincin serabut. Persentase daging buah 35-60% dengan rendemen minyak 17-18%.

b. Tenera, yaitu memiliki ciri tebal cangkang 0.5-4 mm, berserabut lebih banyak dibandingkan dengan dura dan persentase daging buah 65-96%, rendemen 22-24%.

c. Pisifera, yaitu memiliki ciri-ciri daging buah tebal dan tidak memiliki cangkang atau sangat tipis kurang dari 0.5 mm.

Pemuliaan Kelapa Sawit

Pemuliaan kelapa sawit bertujuan untuk memperoleh varietas terbaik dalam hal produktivitas dan kualitas minyak. Selain itu, tujuan jangka panjang pemuliaan yaitu mendapatkan varietas dengan pertumbuhan tingginya lambat, lebih toleran terhadap hama dan penyakit, respon terhadap pemupukan, tandan lebih berat, komposisi buah lebih banyak. Metode yang digunakan untuk pemuliaan kelapa sawit adalah metode Reciprocal Reccurent Selection (RRS)


(20)

yang dikembangkan oleh Institute de Recherches pour les Hulles et Oleagineux (IRHO). Metode RRS yaitu sebagai berikut:

1. Pemilihan tetua untuk memproduksi hibrida komersial didasarkan atas pengujian keturunan (progeny test), sehingga hanya hibrida-hibrida yang telah diuji yang disalurkan kepada konsumen.

2. Skema seleksi memungkinkan untuk mengeksploitasi sesegera mungkin persilangan-persilangan yang terbaik dan perbaikan dilakukan dengan selfing. 3. Hibrida komersial dapat direproduksi menggunakan berbagai tipe persilangan

dura dari seleksi dura dan berbagai persilangan tenera/pisifera dari seleksi tenera (Purba et al., 1997). Metode ini bertujuan memperbaiki daya gabung (combinating ability) dari dua grup individu yaitu grup A dan B yang dicirikan dengan: (a) Grup A (dura) meliputi jenis kelapa sawit yang menghasilkan tandan sedikit tetapi tandan yang besar. (b) Grup B (pisifera, tenera) adalah kelapa sawit yang menghasilkan banyak tandan tetapi berukuran relative lebih kecil.

Dua grup tersebut menjadi grup dasar (base population) untuk pemuliaan kelapa sawit. Dari hasil seleksi pada kedua grup tersebut akan dijadikan tetua dalam persilangan. Seleksi berdasarkan pada daya gabung umum dan daya gabung khusus (Purba et al., 1997).

Benih Tanaman Kelapa Sawit

Benih yang baik adalah benih yang akan tumbuh menghasilkan tanaman yang bermutu, berproduksi tinggi, memiliki sifat sekunder yang baik atau unggul, serta telah dilepas Pemerintah secara resmi. Pada UU No. 12 tahun 1992 tentang Sistem Budidaya Tanaman dikatakan bahwa benih bermutu jika varietasnya benar dan murni serta mempunyai mutu genetis, mutu fisiologis dan mutu fisik yang tinggi sesuai standar mutu pada kelasnya.

Lubis (1993) menyatakan bahwa benih kelapa sawit unggul memiliki ciri-ciri, yaitu:

1. Berasal dari hasil pemuliaan serta telah diuji pada berbagai kondisi 2. Tersedia sebagai bahan tanaman dalam jumlah yang dibutuhkan 3. Umur genjah


(21)

4. Memiliki produksi dan kualitas minyak yang tinggi 5. Respon terhadap perlakuan yang diberikan

6. Memiliki umur ekonomis cukup panjang

7. Tahan terhadap hama dan penyakit serta toleran terhadap lingkungan

8. Benih diperoleh dari Pusat Sumber Benih yang resmi dan telah diakui pemerintah

Latif (2006) menyatakan bahwa karakter tanaman induk yang digunakan untuk menghasilkan benih bermutu adalah:

1. Produksi tandan buah segar (TBS) ≥ 150 kg/pohon/tahun dan 6 ton palm product (CPO + PKO)/ha/tahun yang dihitung dengan basis 136 pohon/ha, selama tiga tahun produksi.

2. Rendemen pabrik ≥ 23% yang dihitung berdasarkan hasil rendemen

laboratorium x 0.855

3. Pertumbuhan tinggi tanaman ≤ 80 cm/tahun yang diukur setelah tanaman

berumur 6 tahun setelah tanam.

Dormansi dan Pengecambahan Benih Kelapa Sawit

Benih kelapa sawit memiliki masa dormansi yang cukup panjang sebelum berkecambah. Mangoensoekarjo dan Semangun (2005) menyatakan bahwa ketika baru dipanen, benih kelapa sawit mengalami dormansi dan sangat jarang terjadi perkecambahan secara alami dalam kurun waktu beberapa tahun.

Mangoensoekarjo dan Semangun (2005) juga menyatakan bahwa pemecahan dormansi dapat dilakukan dengan pemanasan benih pada suhu 400C selama 80 hari. Selain dormansi, faktor lain yang mempengaruhi perkecambahan adalah kadar air. Lubis (2008) menyatakan bahwa kadar air optimal untuk pengecambahan benih kelapa sawit yaitu ± 23%. Perlakuan suhu tinggi pada saat kadar air benih masih rendah dapat membantu perkecambahan dan akan dipercepat dengan peningkatan kadar air. Selain itu suplai oksigen harus terjamin.

Menurut Chairani (1991) ciri-ciri kecambah kelapa sawit yaitu 1) radikula berwarna kekuning-kuningan dan plumula berwarna keputih-putihan, 2) radikula lebih panjang dari plumula, 3) radikula dan plumula tumbuh lurus serta berlawanan arah, 4) panjang maksimum radikula adalah 5 cm dan plumula 3 cm.


(22)

Pengolahan Benih

Pengolahan benih merupakan proses transformasi fisik benih dari saat setelah panen menjadi benih yang bersih dan seragam sesuai dengan standar yang telah ditentukan. Pengolahan benih bertujuan untuk menghasilkan benih yang bermutu baik sesuai dengan standar mutu benih yang telah ditetapkan.Pada kelapa sawit proses pengolahan benih dimulai dari proses ektraksi benih dari tandan buah segar hingga diperoleh kecambah kelapa sawit bermutu baik.

Mutu benih dibedakan menjadi tiga kriteria, yaitu mutu fisiologis, mutu genetik, dan mutu fisik. Menurut Sadjad (1997) mutu fisiologis adalah mutu benih yang ditentukan oleh viabilitas dan kadar air sehingga mampu menghasilkan tanaman yang normal. Mutu genetik yaitu benih yang mempunyai identitas genetik yang murni dan mantap, dan apabila ditanam mewujudkan kinerja pertanaman yang homogeni sesuai dengan deskripsi oleh pemulianya. Mutu fisik ditentukan oleh keseragaman benih.


(23)

METODE MAGANG

Tempat dan Waktu

Kegiatan magang ini dilaksanakan pada bulan Februari hingga Mei 2012 di PT. Bina Sawit Makmur, Surya Adi, Sumatera Selatan.

Metode Pelaksanaan

Metode pelaksanaan kegiatan magang yang digunakan, yaitu:

1. Kegiatan pelaksanaan magang meliputi kegiatan teknis di lapangan dan kegiatan manajerial.

2. Bekerja secara aktif di divisi kebun produksi benih selama satu bulan, kemudian di divisi persiapan benih selama satu bulan, dan di divisi pengolahan benih selama satu bulan.

3. Wawancara dan diskusi dengan berbagai pihak untuk menambah pengetahuan dan informasi berkaitan dengan produksi benih.

4. Jurnal kegiatan magang disampaikan pada Lampiran 1.

Pengamatan dan Pengumpulan Data

Pengumpulan data dilakukan dengan mengumpulkan data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh dari hasil pengamatan langsung di lapangan dan laboratorium. Pengamatan yang dilakukan meliputi uji viabilitas serbuk sari, persentase kerusakan benih. Sedangkan data sekunder yang diperoleh meliputi tata guna lahan untuk pohon induk, produksi benih, produksi dan penjualan kecambah, curah hujan, deskripsi varietas, struktur organisasi, produksi serbuk sari, jumlah penyerbukan dan panen.

Analisis Data dan Informasi

Seluruh data dan informasi yang diperoleh dianalisis secara deskriptif dan statistik kuantitatif sederhana seperti rata-rata, persentase, analisis korelasi. Evaluasi pengaruh viabilitas serbuk sari terhadap jumlah benih per tandan menggunakan uji t-student dan analisis korelasi.


(24)

KEADAAN UMUM

Sejarah PT. Bina Sawit Makmur

PT. Bina Sawit Makmur (BSM) merupakan salah satu perusahaan penghasil bahan tanam unggul kelapa sawit yang ada di Indonesia. BSM berdiri pada tahun 1992 dan merupakan salah satu anak perusahaan PT. Sampoerna Agro tbk. yang bergerak dibidang pengembangan kelapa sawit.

BSM memiliki 225 famili dura sebagai bahan dasar tetua betina, yaitu material dura Dami-Papua Nugini, Chemara-Malaysia, Mardi-Malaysia, Horrison & Crossfield, dan Socfin-Malaysia. BSM juga memiliki 50 famili pisifera sebagai tetua jantan, yaitu origin Nigeria, Ekona, Ghana, Dami komposit, Yangambi, La Me, dan Avros. Tetua-tetua ini diintroduksi dari Costarica pada tahun 1996 dan ditanam di kebun produksi BSM di Desa Surya Adi, Kecamatan Mesuji, Kabupaten Ogan Komering Ilir, Sumatera Selatan.

Visi dan Misi PT. Bina Sawit Makmur, Sampoerna Agro Visi

Menjadi salah satu perusahaan terdepan yang bertanggung jawab di sektor agribisnis di Indonesia.

Misi

1. Mengembangkan tim manajemen profesional yang berintegritas tinggi dan didukung oleh sumber daya manusia yang terampil dan termotivasi.

2. Mencari dan mengembangkan peluang pertumbuhan yang menguntungkan di bisnis inti dengan tetap menjaga pengeluaran biaya secara ketat.

3. Terus berusaha mencapai kesempurnaan melalui inovasi, penelitian, dan pengembangan.

4. Ikut berpartisipasi dalam peningkatan kualitas hidup masyarakat sekitar perkebunan.

5. Menjaga dan mempromosikan standar lingkungan yang baku dalam segala aspek pengembangan, produksi, dan pengolahan.


(25)

Lokasi Unit Usaha PT. Bina Sawit Makmur

BSM memiliki dua lokasi untuk memproduksi bahan tanam unggul kelapa sawit. Unit Kebun Produksi Benih (seed garden unit) bertugas memproduksi tandan buah untuk benihdan Unit Persiapan Benih (seed preparation unit)berfungsi untuk menyiapkan benih berkualitas terletak di Desa Surya Adi, Kecamatan Mesuji, Kabupaten Ogan Komering Ilir, Sumatera Selatan. Sedangkan Unit Pengolahan Benih (seed processing unit) yang memiliki fungsi untuk mengolah benih menjadi kecambah berkualitas dan siap dipasarkan ke konsumenterletak di Kota Palembang, Sumatera Selatan.

Keadaan Iklim dan Tanah

Lahan produksi yang dimiliki BSM termasuk kedalam lahan kelas S-3. Jenis tanah yang dimiliki adalah jenis tanah aluvial dengan topografi datar sampai bergelombang. Curah hujan rata-rata berdasarkan data tahun 2008 yaitu 2,588 mm/tahun dengan rata-rata hari hujan 132 hari/tahun. Kebun produksi BSM memiliki tipe iklim B dengan 9 bulan basah dan 2 bulan kering. Data curah hujan dapat dilihat pada Lampiran 2.

Struktur Organisasi

BSM dipimpin oleh seorang direktur Research and Development (R&D) dibantu oleh empat orang kepala penelitian dan satu orang sebagai Research Plan, Data Management and Analysis. Setiap kepala penelitian membawahi beberapa orang manajer yang bertanggung jawab langsung kepada kepala penelitian. Setiap manajer dibantu oleh beberapa asisten. Struktur organisasi Divisi R&D Sampoerna Agro tertera pada Lampiran 3.

Luas Areal dan Tata Guna Lahan

Luas areal dan tata guna lahan untuk proses produksi benih tertera pada Tabel 1. BSM memiliki 3,523 pohon Dura terseleksi dan 86 pohon Pisifera terseleksi.


(26)

Tabel 1. Pohon Induk Kelapa Sawit di PT. Bina Sawit Makmur

Material Tahun Tanam Luas (Ha) Jumlah Tanaman

Dura x Dura 1 1996 79.70 10,387

Dura x Dura 2 1997 70.70 9,251

Dura x Dura 3 dan 4 1998 29.80 3,934

Dura x Dura 5 dan 6 1999 14.10 1,705

Dura x Dura Guard 1998 2.70 295

Dura x Dura Guard 2000 2.50 180

Tenera X Pisifera I 1996 13.5 1,754

Tenera X Pisifera II 1999 2.00 288

Tenera X Pisifera III 1999 6.6 871

Tenera X Pisifera IV 2000 6.30 943

Dura X Pisifera 1997 276.40 36,090

Dura X Pisifera Komposit 1998 20.60 2,039

Dura X Pisifera Guard 1999 2.20 224

Dura X Pisifera Guard 2000 2.70 463

Total 529.8 35,943

Sumber: Kantor Besar PT. Bina Sawit Makmur (2012)

Produksi Benih dan Kecambah

PT. Bina Sawit Makmur memproduksi enam varietas benih, yaitu varietas Sriwijaya 1 hingga Sriwijaya 6. Deskripsi varietas sriwijaya 1 sampai sriwijaya 6 tertera pada Lampiran 4, 5, 6, 7, 8, 9. Produksi benih dari tahun 2006-2010 terus mengalami fluktuasi. Fluktuasi produksi benih disebabkan kondisi iklim dan besarnya permintaan dari konsumen. Produksi benih pada tahun 2006-2010 tertera pada Tabel 2.

Tabel 2. Produksi Benih di Divisi Persiapan Benih Tahun 2006-2010 Tahun Produksi Jumlah Tandan yang Diproses (buah) Jumlah Benih yang dihasilkan (butir) Jumlah Benih/Tandan (butir)

2006 25,992 18,516,208 712

2007 26,031 23,372,715 898

2008 32,219 37,805,073 1,173

2009 29,883 37,461,718 1,254

2010 9,495 12,352,103 1,300

Rata-rata 24,724 25,901,563 1,067

Sumber: Kantor Divisi Persiapan Benih (2012)

Tabel 3 menunjukkan bahwa rata-rata produksi kecambah pada tahun 2006-2011 sebesar 14,205,633 butir dengan rata-rata persentase kecambah 65.32%. Produksi dan penjualan kecambah juga mengalami fluktuasi setiap


(27)

tahunnya. Persentase penjualan kecambah terkecil pada tahun 2009 sebesar 72.38% disebabkan permintaan dari konsumen mengalami penurunan.

Tabel 3. Produksi dan Penjualan Kecambah Tahun 2006-2011

Tahun Jumlah Benih Diproses (butir)

Jumlah Kecambah Dihasilkan

(butir)

Persentase Kecambah

(%)

Jumlah Penjualan Kecambah

(butir)

Persentase Penjualan Kecambah

(%) 2006 20,010,833 10,123,176 50.59 9,677,730 95.59 2007 23,796,015 15,212,513 63.93 15,158,692 99.64 2008 38,428,873 24,576,117 63.95 22,735,111 92.50 2009 10,239,918 8,142,346 79.52 5,893,705 72.38 2010 21,798,489 12,022,838 55.15 9,733,424 80.95 2011 19,227,404 15,156,806 78.83 12,635,531 83.36 Rata-rata 22,250,255.33 14,205,633 65.32 12,639,032 88.97


(28)

PELAKSANAAN KEGIATAN MAGANG

Pengadaan Bahan Tanaman Kelapa Sawit

PT. Bina Sawit Makmur (BSM) merupakan salah satu produsen benih yang ada di Indonesia. Benih yang dihasilkan oleh PT. BSM dikenal dengan nama Sriwijaya (SJ). Pengadaan benih di PT. BSM melibatkan lima divisi, yaitu Divisi Pemuliaan (breeding), Divisi Seed Garden, Divisi Seed Preparation, Divisi Seed Processing Unit, Divisi Pemasaran, Divisi Quality Control.

Kegiatan Divisi Pemuliaan

Pemuliaan kelapa sawit di Indonesia mulai dilakukan pada tahun 1915 di Marihat Baris dan merupakan kebun seleksi pertama dimana setiap pohon ditimbang tandannya. Tujuan utama pemuliaan di PT. BSM yaitu meningkatkan produksi tandan dan kadar ekstraksi minyak. Tujuan lainnya yaitu mendapatkan pertumbuhan varietas yang pertumbuhan tingginya lambat, lebih toleran terhadap penyakit, respon terhadap pemupukan baik, tandan lebih berat, komposisi buah dan minyak lebih baik, adaptasi lingkungan baik.

Pemuliaan kelapa sawit yang ada di PT. BSM dilakukan dengan mengikuti prosedur seleksi famili dan seleksi individu. Prinsip pemuliaan ini yaitu menyilangkan tetua-tetua terbaik hasil rekomendasi para pemulia dari blok pisifera (P) dan blok dura (D). Penentuan tetua terbaik diperoleh dari hasil analisis persilangan DxP dengan kriteria produksi tandan tinggi, tandan yang berbobot, kadar minyak yang tinggi, kecepatan penambahan tinggi tanaman rendah, mampu tumbuh di lahan marginal, tahan serangan hama dan penyakit. Blok pisifera dijadikan sebagai pejantan dan blok dura dijadikan sebagai betina.

PT. BSM memiliki 225 famili dura sebagai bahan dasar tetua betina, yaitu material dura Dami-Papua Nigini, Chemara-Malaysia, Mardi-Malaysia, Horrison & Crossfield (sekarang Golden Hope – Malaysia), dan Socfin – Malaysia. Material genetik untuk tetua jantan, BSM memiliki 50 famili pisifera, yaitu origin Nigeria, Ekona, Ghana, Dami Komposit, Yangambi, LaMe dan Avros yang diintroduksi berdasarkan hasil uji progeni. Saat ini program pemuliaan BSM telah


(29)

memasuki siklus II dengan tiap siklus membutuhkan waktu 10 – 15 tahun. Skema metode pemuliaan disajikan pada Gambar 1.

Dari hasil pemuliaan, pada tahun 2004 BSM melepas lima varietas unggul kelapa sawit dengan nama berturut DxP Sriwijaya 1 hingga DxP Sriwijaya 5. Pada tahun 2007, BSM melepas satu varietas lagi dengan nama DxP Sriwijaya 6.

Gambar 1. Skema Metode Pemuliaan

Blok Dura Blok Pisifera/Tenera

Pengujian Progeni DxP DxT (DuraxPisifera) (DuraxTenera)

D1 D2 D3 … P1 P2 P3 T1 T2 T3 ….

Dura Terpilih Selfing/Crossing

Pisifera/Tenera Terpilih Selfing/Crossing

Perbanyakan klonal (ortet)

Produksi Kecambah DxP


(30)

Kegiatan yang dilakukan oleh divisi pemuliaan meliputi program persilangan (crossing program), pengamatan vegetatif(vegetative measurement), pengamatan generatif (generative measurement),analisis rendemen minyak(bunch oil analysis), serangan penyakit (crown disease). Pengamatan vegetatif meliputi pertambahan pelepah, pengukuran daun, penandaan daun, diameter batang, tinggi tanaman. Pengamatan generatif meliputi sex ratio, timbang buah(bunch yield recording), sensus serangan penyakit (crown disease sensus), analisis rendemen minyak (bunch oilanalysis). Kegiatan crossing plan yaitu melaksanakan rencana persilangan sesuai α-design yang telah disusun oleh asisten pemuliaan.

Divisi pemuliaan juga bertugas untuk melakukan analisis pada persilangan DxP dan DxD/DxT. Analisis persilangan DxP berfungsi untuk pengujian keturunan sehingga didapatkan informasi persilangan yang akan dilepas menjadi varietas baru. Analisis persilangan DxD/DxT berfungsi untuk memperoleh informasi calon tanaman induk dan jantan yang selanjutnya akan digunakan dalam produksi benih.

Pemilihan Pohon Induk dan Pohon Jantan

Saat ini bahan tanaman yang digunakan di Indonesia adalah tenera yang merupakan hasil persilangan antara dura terpilih dengan pisifera hasil pengujian. Pada kegiatan persilangan, pohon dura terpilih dijadikan sebagai pohon induk/betina dan pohon pisifera sebagai pohon bapak/jantan. PT. Bina Sawit Makmur memberi tanda biru untuk pohon dura terseleksi dan warna merah untuk pohon pisifera terseleksi.

Pohon dura terseleksi diperoleh dari hasil persilangan DxD. Setelah hasil pengujian DxD diketahui dan telah ditelusuri tetua dura yang digunakan maka dilakukan pemilihan pohon induk pada kebun induk DxD. Karakter yang diamati untuk penentuan pohon dura seleksi yaitu tingkat produksinya secara individu, dilakukan analisis tandan, sifat pertumbuhan, kepekaan terhadap penyakit dan kemurniannya. Pemilihan dilakukan berdasarkan kriteria yang ditentukan, yaitu: produksi tandan, persentase buah/tandan, daging buah/tandan, minyak/daging buah, minyak/tandan.


(31)

Pisifera dipilih berdasarkan hasil pengujian DxP atau DxT atau TxD. Pohon pisifera memiliki karakter biji yang tidak memiliki cangkang dan lapisan mesokarp tebal. Bunga betina pisifera memiliki tingkat aborsi yang tinggi sehingga sangat sulit diperoleh bahan tanaman pisifera baru. BSM telah mengembangkan teknologi kultur jaringan untuk memproduksi pohon pisifera baru. Namun, teknologi ini masih perlu penelitian lebih lanjut karena tanaman yang dihasilkan memperlihatkan abnormalitas pada pertumbuhan vegetatif dan generatif.

Kegiatan Divisi Kebun Produksi Benih

Pengelolaan pohon induk betina dan pohon induk jantan merupakan tugas dari divisi kebun produksi benih (seed garden). Kegiatan pengelolaan pohon induk diantaranya pembungkusan tandan bunga betina, penyerbukan, dan panen tandan buah untuk benih. Pengelolaan pohon induk jantan diantaranya pembungkusan bunga jantan, panen bunga jantan, dan penentuan identitas serbuk sari.

a. Pembungkusan Bunga Betina

Pembungkusan bunga betina dilakukan oleh isolator yaitu karyawan yang khusus bertugas mengisolasi bunga. Tandan bunga betina yang berada pada ketiak daun muncul satu bulan sebelum reseptif. Pembungkusan dilakukan minimal 8 hari sebelum bunga reseptif dan tandan bunga masih tertutup oleh seludang bunga dengan kondisi seludang pecah 25%. Tandan bunga jantan umumnya lebih ramping dan memanjang sedangkan bunga betina lebih pendek dan besar.

Bunga betina yang akan dibungkus harus dibersihkan terlebih dahulu dengan membuang seluruh seludang penutup bunga. Proses pembersihan harus dilakukan secara hati-hati jangan sampai tandan patah atau melukai stalk karena bunga betina akan membusuk. Gulungan kapas yang berisikan dua gram insektisida dililitkan pada pangkal tangkai bunga untuk menghindari serangga yang akan masuk. Tandan bunga disemprot dengan insektisida dan formalin lalu ditutup dengan polyester bag. Insektisida berfungsi untuk membunuh serangga penyerbuk yang ada pada bunga betina sedangkan formalin berfungsi untuk


(32)

mematikan serbuk sari yang kemungkianan berasal dari pohon yang tidak diharapkan.Pembungkus tandan bunga dipastikan telah terpasang dengan baik kemudian pada pangkal tangkai tandan, pembungkus diikat dengan menggunakan tali karet ban bekas.Selanjutnya pada pangkal tangkai tandan dililitkan gulungan kapas yang berisi insektisida yang bertujuan menghindari masuknya serangga. Serangga yang masuk dikhawatirkan akan mengkontaminasi bunga karena membawa serbuk sari dari pohon lain. Pada pembungkus polyester bag ditulis no. referensi, tanggal isolasi, inisial isolator dan keterangan sudah disemprot formalin dan insektisida. Setiap isolator dilengkapi peralatan seperti pisau, dodos, tatah kayu, arit, insektisida, alat pelindung diri seperti kacamata, masker dan harness. Pohon-pohon induk di BSM umumnya sudah berumur cukup tua dan tinggi sehingga setiap isolator dilengkapi harness untuk menghindari kecelakaan kerja yang tidak diinginkan.

Gambar 2.Proses Isolasi Tandan Bunga Betina: (a) pembersihan bunga betina, (b) bunga disemprotdengan pestisida dan formalin (c) pembungkusan tandan bunga betina, (d) tandan bunga betina telah diisolasi

b. Penyerbukan

Penyerbukan dapat dilakukan apabila bunga betina minimal 65% telah reseptif. Bunga yang reseptif memiliki ciri-ciri adanya bunga mekar dengan kepala putik berwarna putih kekuningan. Bunga dengan kepala putik yang telah mengering dan berwarna merah atau merah kehitaman menunjukkan bahwa waktu

a b


(33)

penyerbukan telah lewat. Kegiatan penyerbukan dilaksanakan oleh seorang pollinator. Seorang pollinator setiap harinya bertugas melakukan sensus bunga yang akan diserbuki besok harinya.

Setiap pollinator diperlengkapi dengan tabung reaksi yang berisi serbuk sari dan talcum powder, cutter, formalin dan alkohol. Sebelum dilakukan polinasi, kondisi pembungkus harus diperiksa terlebih dahulu untuk memastikan tidak ada serangga yang masuk. Bila didapati pembungkus yang rusak atau ada serangga yang masuk maka penyerbukan tidak akan dilanjutkan. Selanjutnya pada jendela pembungkus dibuat lobang menggunakan cutterdanmembersihkan jendela pembungkus terlebih dahulu dengan alkohol. Setelah itu dilanjutkan dengan meniup pipa tabung berisi serbuk sari sambil pembungkus digoyang-goyangkan agar serbuk sari yang menempel pada pembungkus jatuh ke permukaan putik. Setelah selesai diserbuki lobang ditutup dengan selotip. Pada pembungkus ditulis nomor referensi dan inisial nama pollinator. Bunga yang belum mekar 100% penyerbukan dapat diulangi kembali dengan metode yang sama.

Pada hari ke-21 setelah penyerbukan, pembungkus dapat dilepaskan dan dilakukan pemasangan label diantara spikelet. Label berisi identitas seperti kode referensi, tanggal isolasi dan polinasi, nama isolator, nama pollinator, nomor male, kode varietas.

Gambar 3. Penyerbukan Bunga Betina

c. Penyerbukan Blanko

Penyerbukan blanko (blank pollination) merupakan penyerbukan yang hanya menggunakan 2 gramtepung talcum (talcum powder) tanpa disertai serbuk sari. Penyerbukan blanko dilakukan sebagai indikator kinerja karyawan isolator


(34)

dan pollinator. Pada tandan bunga yang diberi perlakuanpenyerbukan blanko diharapkan tidak terbentuk buah. Bila ada terbentuk buah, hal itu menandakan adanya kesalahan pada saat isolasi maupun pada saat polinasi. Terbentuknya buah dapat disebabkan oleh pembungkusan yang kurang benar sehingga ada celah yang memungkinkan serangga penyerbuk untuk masuk.

Penyerbukan blanko disiapkan oleh karyawandari divisi persiapan serbuk sari (pollen preparation). Para pollinator tidak mengetahui apakah tabung yang dibawa berupa blank pollination. Penyerbukan blanko dilakukan sebanyak 1% dari jumlah total penyerbukan pada bulan tersebut. Metode penyerbukan blanko sama seperti penyerbukan biasa. Setelah 30-60 hari tandan buah hasil perlakuan penyerbukan blanko dipanen berdasarkan data daridivisi persiapan serbuk sari . Dipastikan bahwa label masih ada dan data label sesuai dengan data dari divisi persiapan serbuk sari. Tandan yang dipanen dilapangan dimasukkan ke dalam pembungkuspolyester bag bekas. Lalu dibawa ke laboratorium untuk dilakukan analisis keberhasilan penyerbukan blanko.

Setelah dilakukan analisis dan diperoleh bahwa perlakuan penyerbukan blanko berhasil atau tidak ada terbentuk buah maka karyawan isolasi dan polinasi yang tertera pada label masing-masing akan mendapatkan premi.

Gambar 4. Tandan Hasil Penyerbukan Blanko

d. Panen Tandan Buah untuk Benih

Panen tandan benih dilakukan pada saat tandan benih menunjukkan masak fisiologis atau 150 hari setelah polinasi. Tandan yang siap panen dicirikan dengan membrondolnya buah dari tandan. Para pemanen berkeliling dalam 1 atau 2 blok


(35)

untuk mencari tandan yang akan dipanen. Tandan yang diperkirakan siap panen, buah dilukai menggunakan egrek/dodos untuk melihat warna mesokarp buah. Mesokarp yang berwarna merah kekuningan menunjukkan bahwa tandan telah siap untuk dipanen. Panen tandan menggunakan egrek atau dodos.

Tandan yang dipanen harus memiliki label yang jelas. Tandan yang tidak memiliki label akan langsung diafkir. Tandan yang telah dipanen dimasukan ke dalam karung plastik lalu diikat dengan tali. Selanjutnya tandan-tandan tersebut diangkut menggunakan mobil khusus panen.

Pengelolaan Pohon Induk Jantan

Pohon jantan atau pisifera diperoleh dari hasil pengujian persilangan TxP, TxT. Pohon pisifera yang digunakan sebagai pejantan adalah pohon yang menunjukkan hasil baik menurut rekomendasi dari Divisi Pemuliaan (breeding). Pengelolaan pohon induk jantan meliputi:

a. Pembungkusan Tandan Bunga Jantan

Pembungkusan tandan bunga jantan dilakukan bila seludang bunga telah membuka sekitar 5-15% dan bunga diperkirakan anthesis sekitar 8-15 hari kemudian. Pembungkusan dilakukan setelah diadakan inspeksi pohon jantan oleh karyawan khusus yang manangani blok pisifera. Metode pembungkusan bunga jantan sama dengan metode pembungkusan bunga betina. Sebelum tandan bunga jantan dibungkus, seludang yang menutupi bunga harus dibuang terlebih dahulu dan membersihkan segala kotoran yang ada pada bunga. Setelah bersih, kapas yang berisi insektisida tepung dililitkan pada pangkal tangkai untuk mencegah serangga yang akan masuk. Selanjutnya disemprot insektisida dan formalin secara merata pada permukaan bunga jantan. Tunggu ± 1 menit atau sampai bau insektisida dan formalin hilang, setelah itu bunga dibungkus menggunakan polyester bag. Pada pangkal tangkai tandan, pembungkus polyester bag diikat menggunakan karet ban bekas. Berikutnya gulungan kapas berisi insektisida dililitkan kembali pada pangkal tandan bunga. Selanjutnya pada pembungkus polyester bag ditulis nomor referensi, tanggal isolasi, inisial isolator, dan keterangan sudah disemprot dangan insektisida dan formalin. Setelah semuanya


(36)

selesai, semprotkan kembali insektisida dan formalin di pangkal tangkai tandan serta di sekitar pembungkus.

b. Pemanenan Tandan Bunga Jantan

Bunga jantan dipanen dengan kriteria bunga sudah anthesis minimal 75%, kondisi pembungkus utuh, tidak rusak atau sobek dan lebih dari 7 hari isolasi. Pemanenan dilakukan dengan menggunakan pisau. Bunga yang tidak sesuai dengan kriteria harus dimusnahkan. Bunga jantan yang telah dipanen lalu dibawa ke unit persiapan benih untuk dilakukan proses selanjutnya.

Persiapan Serbuk Sari

Ketersediaan serbuk sari dengan viabilitas tinggi merupakan tanggung jawab dari divisi persiapan serbuk sari (pollen preparation). Kegiatan yang dilakukan oleh divisi persiapan serbuk sari yaitu pengumpulan serbuk sari, uji viabilitas serbuk sari, penyimpanan serbuk sari, pencampuran serbuk sari.

a. Pengumpulan Serbuk Sari

Pengumpulan serbuk sari merupakan proses pengolahan tandan bunga jantan anthesis untuk memperoleh serbuk sari. Sebelum tandan bunga jantan diproses, kondisi bunga diperiksa terlebih dahulu. Bunga akan dimusnahkan jika tandan bunga jantan busuk, kering, abnormal, masa anthesis kurang dari 7 hari atau karung pembungkus rusak. Setelah diperiksa kondisi bunga dalam keadaan baik, tandan bunga jantan dengan kondisi masih terbungkus digantung di dalam pollen drying cabinet dengan suhu 38-40oC selama 6-24 jam. Tandan dikeluarkan dari pollen drying cabinet lalu ditepuk-tepuk dengan tangan sampai semua serbuk sari pada tandan bunga jatuh ke pembungkus.

Salah satu sudut pembungkus digunting, lalu serbuk sari dikumpulkan pada amplop kertas. Amplop yang berisi serbuk sari dimasukkan kembali ke dalampollen drying cabinet dengan suhu 38-40oC selama 6 – 24 jam. Serbuk sari yang telah kering dikeluarkan kemudian diletakan diatas ayakan. Serbuk sari diayak kemudian dimasukkan ke dalam wadah plastik. Tiap wadah diberi label yang berisi nomor referensi, nomor pohon, tanggal panen. Kemudian disimpan dalam disiccator yang berisi silica gel selama 24 jam.


(37)

b. Pengujian Viabilitas Serbuk Sari

Serbuk sari yang akan disimpan harus diuji viabilitasnya terlebih dahulu. Bahan yang digunakan untuk menguji viabilitas yaitu 0.1 g agar, 2.2 g sukrosa, 20 ml aquadest untuk tiap uji viabilitas. Semua bahan dicampur kemudian dipanaskan menggunakan pemanas listrik lalu dituang ke dalam petridish tunggu hingga mendingin dan mengeras. Serbuk sari diambil dengan menggunakan kuas kemudian ditiup hingga merata di permukaan agar. Serbuk sari dikecambahkan selama ± 20 jam lalu diamati serbuk sari yang hidup dan mati dengan menggunakan mikroskop cahaya.

Persentase viabilitas = H / (H+M) x 100% H = serbuk sari hidup

M = serbuk sari mati

Gambar 5. Serbuk Sari Dilihat dari Mikroskop

Pengamatan dilakukan pada tiga titik yang berbeda dengan dua kali ulangan kemudian hasil yang diperoleh dirata-ratakan. Serbuk sari yang memiliki viabilitas > 50% disimpan dan dimusnahkan jika viabilitas serbuk sari ≤ 50%. Hasil uji viabilitas serbuk sari dapat dilihat pada Tabel 4.

Serbuk sari mati Serbuk sari hidup


(38)

Tabel 4. Uji Viabilitas pada Berbagai Serbuk Sari No Nomor Referensi Nomor Pohon

Induk Jantan

Tanggal Pengumpulan

Viabilitas (%)

1 PO4.057.08 320/3 07/05/2008 83.6

2 P04.033.08 315/32 06/05/2008 74.6

3 P04.056.08 305/8 05/05/2008 84.3

4 P04.046.08 304/49 06/05/2008 71.3

Sumber: Hasil Pengamatan

c. Penyimpanan Serbuk sari

Serbuk sari yang memiliki viabilitas > 50% disimpan di dalam freezer. Suhu penyimpanan pada freezer yaitu -25oC sampai dengan -15oC. Serbuk sari dapat disimpan menggunakan dua media, yaitu media ampul film dan ampul kaca. Setelah semua serbuk sari dimasukan kemudian ditutup dan diikat dengan menggunakan electrical tape sesuai dengan kode warna origin. Ampul film yang telah berisi serbuk saridimasukkan ke dalam wadah plastik berisi silica gel lalu disimpan dalam freezer.

Gambar 6. Media Penyimpanan Serbuk Sari: (a) ampul film, (b) ampul kaca

d. Penyiapan Serbuk Sari

Karyawan persiapan serbuk sari bertugas menyiapkan serbuk sari yang akan diserbukkan pada hari itu setiap paginya. Pencampuran serbuk sari yaitu kegiatan mencapurkan 2 g talcum powder dan 0.05 – 0.1 g serbuk sari untuk tiap satu kali penyerbukan kemudian dimasukkan ke dalam tabung reaksi. Sedangkan untuk penyerbukan blankodimasukkan 2 g talcum powder tanpa serbuk sari ke dalam tabung reaksi.

b a


(39)

Kedua ujung pipa polinasi ditutup dengan menggunakan kapas agar serbuk sari tidak terkontaminasi. Kegitan pencampuran serbuk sariini dilakukan di dalam manipulation boxuntuk menjaga kemurnian serbuk sari.

Gambar 7. Penyiapan Serbuk Sari

Kegiatan Divisi Persiapan Benih

Tandan buah yang sesuai dengan kriteria yang telah ditetapkan perusahaan dipanen lalu dibawa ke Divisi Persiapan Benih. Divisi Persiapan Benih bertanggung jawab dalam mempersiapkan benih berkualitas baik untuk ke proses selanjutnya. Kegiatan yang ada pada Divisi Persiapan Benih, yaitu a) penerimaan dan pencacahan tandan, b) perontokkan dan pengupasan, c) pembersihan benih, perlakuan fungisida dan pengeringan benih, d) seleksi benih, penyimpanan benih, pengiriman benih.

a. Penerimaan dan Pencacahan Tandan

Tandan yang dipanen dari kebun produksi dibawa ke Divisi Persiapan Benih (seed preparation). Setiap tandan yang diterima diperiksa kebenarannya dan kelengkapan label. Label yang ada diperiksa tertancap kokoh diantara spikelet dan identitas label sesuai dengan data pada administrasi panen. Tandan yang tidak memiliki label atau persentase fruitset rendah (<20%) harus dimusnahkan. Tandan ditimbang dengan melepas karung pembungkus terlebih dahulu kemudian dilanjutkan dengan pencacahan tandan (chopping).


(40)

Gambar 8. Proses Penerimaan Tandan: (a) penerimaan tandan, (b) label tandan benih, (c) pencacahan tandan

Tandan buah yang akan dicacah pada hari ini adalah tandan yang dipanen kemarin. Tandan buah biasanya diterima pada pukul 11.00 WIB jadi tidak memungkinkan untuk mencacah pada hari itu juga. Pencacahan ini bertujuan untuk memisahkan spikelet dari stalk. Pencacahan ini harus dilakukan secara hati-hati, jangan sampai melukai biji. Kegiatan pencacahan ini dilakukan di dalam box chopping agar spikelet tidak bercampur dengan yang lainnya. Setelah selesai dicacah, stalk ditimbang dan spikelet dimasukkan ke dalam keranjang plastik untuk dilanjutkan ke proses perontokkan (fruit removal).

b. Perontokkan danPengupasan Buah

Perontokkan (fruit removal) merupakan proses pemisahan brondolan dari spikelet. Perontokkandilaksanakan pada hari yang sama setelah proses pencacahan. Selama penulis mengikuti magang, perusahaan tidak menerapkan proses fermentasi pada proses perontokkan karena benih akan banyak terserang jamur pada saat proses fermentasi. Proses perontokkan dilakukan dengan menggunakan alat pisau dan palu. Petugas fruit removal mendapatkan tugas 10 tandan/hari.

Setelah brondolan terpisah dari spikelet, brondolan dibawa untuk dilanjutkan ke proses pengupasan buah (depericarping). Pengupasan buah berfungsi untuk memisahkan mesokarp dari biji menggunakan mesin depericarper. Proses pengupasan buah dilaksanakan pada kecepatan 1,400 rpm selama 5 – 15 menit untuk tiap tandan buah.


(41)

Gambar 9. Proses (a) perontokkan, (b) pengupasan buah

c. Pembersihan Benih, Perlakuan Fungisida dan Pengeringan Benih

Sebelum memasuki tahapan proses pembersihan benih (seed cleaning), biji harus dipastikan sudah terlepas dari mesokarp. Biji dicuci menggunakan detergen dengan konsentrasi 0.05% selama ± 2 menit untuk melarutkan minyak yang masih terdapat di cangkang biji. Setelah dicuci menggunakan detergen dilanjutkan dengan mencuci pada larutan Sodium Hypoclorite selama 2 menit dengan konsentrasi 1.5% untuk mengendapkan kotoran dan minyak yang masih tersisa pada biji. Selanjutnya biji direndam pada larutan fungisida dengan konsentrasi 0.25% selama ± 3 menit untuk mencegah pertumbuhan dan perkembangan jamur. Jika pada biji masih ada sisa-sisa serat dan mesokarp, karyawanpembersihan benih bertugas untuk membersihkan benih dengan menggunakan cutter. Biji yang telah bersih dibawa ke ruangan pengering.

Biji dikeringanginkan selama 24 – 30 jam dengan menggunakan kipas angin. Pengeringanginan dihentikan bila biji tidak terasa lembab pada saat digenggam.

Gambar 10. Proses (a) pembersihan benih, (b) perlakuan fungisida, dan (c)pengeringan benih

a b c


(42)

d. Seleksi Benih, Penyimpanan Benih, Pengiriman Benih

Seleksi benihmerupakan kegiatan sortasi pada benih dengan memisahkan benih normal (> 2 g), benih kecil (< 2 g), benih putih, benih pecah/rusak. Benih dihitung menggunakan ram dengan jumlah lubang sebanyak 100 buah. Benih kecil dan rusak dipisahkan dengan persetujuan dari divisi quality control. Benih yang telah disortasi disimpan di dalam ruangan penyimpanan sementara dengan suhu 18-22oC. Benih yang sudah disimpan selama 1 tahun harus dilakukan uji embrio. Selanjutnya benih dikirim ke unit pengolahan benih (seed processing unit) dengan menggunakan mobil box yang dilengkapi AC pada suhu 18-22oC.

Gambar 11. Proses (a) seleksi benih (b) penyimpanan benih


(43)

Kegiatan Divisi Pengolahan Benih

Benih yang akan dikecambahkan dikirim ke Unit Pengolahan Benih (seed processing unit) di Palembang dengan menggunakan mobil box. Benih yang diterima di Unit Pengolahan Benih harus sesuai dengan dokumen-dokumen dari Unit Persiapan Benih. Benih yang telah diterima disimpan dalam ruang penyimpanan sementara dengan suhu 18-22 ºC. Sebelum ke proses selanjutnya, terlebih dahulu dilakukan uji kadar air (KA) dan uji embrio. Benih diberi tanda pada cangkang dengan menggunakan mesin marking untuk membedakan varietas benih. Kegiatan di bagian unit pengolahan benih meliputi:

a. Perendaman I

Perendaman I delakukan dengan tujuan untuk menaikkan KA benih. Benih dimasukkan ke dalam kantong jaring lalu direndam di dalam bak berisi air selama tujuh hari. Pada saat proses perendaman dipasang alat aerator untuk member oksigen kepada benih. Air di dalam bak diganti setiap hari untuk menghindari serangan jamur.

Gambar 12. Perendaman Benih

b. Pengeringan I

Hari ke-8 benih dikeluarkan dari bak perendaman kemudian benih dibilas dengan menggunakan larutan 0,15% hypocloride, 0,2% fungisida, 0,02% benstar. Selanjutnya benih dikeringkan di rak pengeringan selama 18-20 jam dengan menggunakan kipas angin sampai benih tidak terlihat terlalu basah.


(44)

Gambar 13. Pengeringan Benih

c. Pemanasan

Setelah benih cukup kering, benih disimpan di dalam tray kemudian benih dibawa ke ruang pemanas. Suhu pada ruang pemanas berkisar 38-40ºC. Benih berada di ruang pemanas selama 40-60 hari. Sekali seminggu benih dikeluarkan dari ruang pemanas untuk dianginkan. Pada saat proses penganginan, benih yang terserang jamur harus dipisahkan.

d. Perendaman II

Setelah melalui tahap pemanasan, proses selanjutnya yaitu perendaman II. Perendaman II dilakukan sama seperti perendaman I. Benih dimasukkan ke dalam kantong jaring lalu direndam dalam bak berisi air selama empat hari. Air dalam bak perendaman diganti setiap hari. Tujuan dari perendaman II yaitu menaikkan KA benih sebesar 22%.

e. Pengeringan II

Setelah tiga hari perendaman, benih dikeluarkan dari bak perendaman dan dikeringkan pada rak pengeringan dengan menggunakan kipas angin sampai 1/3 basah. Kemudian benih dimasukkan ke dalam tray lalu dibawa ke ruangan inkubasi. Suhu pada ruangan inkubasi berkisar 27-35ºC. Benih disemprot dengan 0,1% fungisida pada kisaran hari ke-3 sampai hari ke-7 setelah benih diinkubasi.


(45)

f. Seleksi Kecambah

Seleksi kecambah yang pertama dilakukan pada hari ke-9 inkubasi. Seleksi dilakukan berdasarkan kriteria yakni berbentuk T dilihat dari arah tempurung, kecambah berwarna putih atau kuning gading dengan panjang radikula maksimal 20 mm, tidak patah, dan kondisi kecambah sehat tidak terserang jamur. Kecambah diseleksi berdasarkan different dan undifferent. Kecambah differentadalahkecambah yang dapat dibedakan antara plumula dengan radikula. Setelah selesai diseleksi, kecambahundifferent dimasukkan kembali ke dalam tray untuk dilakukan seleksi berikutnya. Kecambahundifferent disemprotmenggunakan larutan 0,1% fungisida. Diseleksi 100 kecambah yang baik, lalu dimasukkan ke dalam kantong plastik. Seleksi berikutnya dilakukan 5 hari setelah seleksi pertama. Seleksi dilakukan sampai 9 review. Benih yang tidak berkecambah pada review ke-9 harus diafkir.

Gambar 14. Berbagai Tipe Kecambah Kelapa Sawit: (a) kecambah normal, (b) kecambah abnormal, (c) kecambah undifferent, dan (d) kecambah busuk

g. Pengepakan Kecambah

Sebelum dikirim ke pembeli, kecambah dikemasterlebih dahulu. Kecambah disemprot dengan menggunakan larutan 0,1% fungisida. Setelah itu, kecambah dimasukkan ke dalam kantong plastik yang berisi busa dengan tujuan untuk menghindari kerusakan kecambah pada saat pengiriman. Kantong plastik berisi kecambah dimasukkan ke dalam kardus. Setiap kardus berisi 2500 kecambah ditambah 100 kecambah ekstra. Kecambah ekstra ini ditujukan untuk cadangan bila ada benih yang rusak pada saat proses pengiriman atau untuk mengganti kecambah yang tidak tumbuh.


(46)

PEMBAHASAN

Produksi Serbuk Sari

Ketersediaan serbuk sari yang berkualitas merupakan salah satu faktor penting dalam proses produksi benih. Ketersediaan serbuk sari menentukan keberlangsungan produksi benih. Serbuk sari yang disimpan dan digunakan untuk produksi benih hanya serbuk sari dengan viabilitas diatas 50%.

Berdasarkan data pada Tabel 5 terlihat bahwa terdapat perbedaan produksi serbuk sari berdasarkan progeni. Rata-rata produksi serbuk sari tertinggi yaitu progeni Nigeria sebesar 1,494.33 g (26.64%), sedangkan yang terkecil progeni Dami dengan produksi sebesar 502.33 g (8.95%). Jumlah produksi serbuk sari secara umum cenderung menurun dari tahun 2009-2011. Penurunan ini disebabkan jumlah produksi tandan bunga jantan induk pisifera mengalami penurunan. Jumlah dan persentase produksi serbuk sari dapat dilihat pada Tabel 5.

Tabel 5. Jumlah dan Persentase Produksi Serbuk Sari

Tahun Progeni Total

Nigeria Ghana Ekona Avros Dami Yangambi

………..gram……….

2009 2,127 818 2,079 25 700 810 6,559

2010 1,382 795 1,101 953 91 503 4,825

2011 974 591 1,268 1,512 716 390 5,451

Rata-rata 1,494.33 734.66 1,482.67 830 502.33 567.67 5,611.67

Persentase 26.63% 13.09% 26.42% 14.79% 8.95% 10.11% 100%

Sumber Data: Divisi Persiapan Serbuk Sari

Produksi tandan bunga jantan berkaitan dengan sex ratio tanaman kelapa sawit. Sex ratio merupakan perbandingan antara jumlah bunga betina dengan seluruh bunga yang diproduksi pada suatu waktu tertentu. Semakin tinggi sex ratio maka semakin banyak tandan bunga betina yang diproduksi. Sex ratio dipengaruhi oleh faktor genetik dan faktor lingkungan. Menurut Harahap (2008) pada kondisi tidak terdapat cekaman lingkungan, nilai rata-rata sex ratio bunga kelapa sawit adalah 0.63 dengan jumlah tandan bunga yang aborsi sebesar 10%.

Dari hasil penelitian sebelumnya menyebutkan antara lain defoliasi pada tanaman kelapa sawit dapat menurunkan sex rationya (Corley et al., 1995), cadangan fotosintat juga ikut mempengaruhi sex ratio (Williams dan Thomas,


(47)

1970). Djufry (2000) menyatakan bahwa aplikasi pupuk 1.38 kg nitrogen/pohon/tahun kecenderungan memberikan jumlah tandan bunga betina dan sex ratio lebih besar dibandingkan dengan tanpa aplikasi pupuk nitrogen. Berbagai perlakuan telah dilakukan oleh BSM untuk menginduksi pembungaan tandan bunga jantan seperti pengurangan jumlah pelepah, cekeman kekeringan, pengurangan penggunaan pupuk, tetapi hasil yang diperoleh menunjukkan tidak adanya peningkatkan produksi tandan bunga jantan.

Pemberian zat pengatur tumbuh seperti giberelin dapat menginduksi pembungaan bunga jantan. Menurut Corley (1976) penggunaan giberelin menunjukkan peningkatan produksi bunga jantan dan mengurangi produksi bunga betina. Penggunaan giberelin dapat menghambat pertumbuhan vegetatif tanaman sehingga organ reproduktif seperti bunga untuk berkembang lebih baik.

Pengaruh Viabilitas Serbuk Sari terhadap Jumlah Benih per Tandan

Viabilitas serbuk sari menunjukkan jumlah serbuk sari yang hidup sehingga semakin tinggi viabilitas serbuk sari yang digunakan maka peluang keberhasilan penyerbukan akan semakin tinggi. Berdasarkan hasil uji-t pada jumlah rata-rata benih yang dihasilkan, penggunaan serbuk sari viabilitas 60-70% tidak berbeda nyata terhadap penggunaan serbuk sari viabilitas 70-80% dan begitu juga pada penggunaan serbuk sari viabilitas 70-80% tidak berbeda nyata dengan serbuk sari viabilitas 80-90%. Jumlah rata-rata benih normal terlihat berbeda nyata pada penggunaan serbuk sari viabilitas 80-90%.

Pada Tabel 6 menunjukkan bahwa terjadi peningkatan jumlah rata-rata benih normal seiring dengan peningkatan viabilitas serbuk sari. Hal ini sejalan dengan pernyataan Widiastuti (2008) bahwa penurunan buah normal dan peningkatan buah abnormal terjadi dengan semakin rendah viabilitas serbuk sari. Dari hasil analisis regresi menunjukkan bahwa pengaruh viabilitas serbuk sari terhadap jumlah rata-rata benih normal membentuk garis linier dengan persamaan: Y=181x + 884, dengan R2=0.982. Jumlah rata-rata benih normal pada berbagai viabilitas serbuk sari dapat dilihat pada Tabel 6.


(48)

Tabel 6. Rekapitulasi Uji Beda Nyata Terkecil Pengaruh Viabilitas Serbuk Sari terhadap Rata-rata Jumlah Benih Normal

Viabilitas Serbuk Sari Jumlah Tandan Diserbuki Rata-rata Jumlah Benih Normal (butir/tandan)

t-value Pr >|t| 60-70

70-80 10

1,079.40 1,218.60

-0.95tn 0.3563 60-70

80-90 10

1,079.40 1,441.70

-2.40* 0.0276 70-80

80-90 10

1,218.60 1,441.70

-1.32tn 0.2023

Keterangan: tn= tidak berbeda nyata pada taraf 5% *= berbeda nyata pada taraf 5%

Hasil analisis korelasi diperoleh nilai korelasi sebesar 0.991 dan p-value 0.085. Hal ini menujukkan bahwa peningkatan jumlah rata-rata benih normal tidak nyata terhadap peningkatan viabilitas serbuk sari. Produksi benih normal tidak hanya ditentukan oleh faktor viabilitas serbuk sari tetapi juga dipengaruhi oleh faktor genetik tanaman dan faktor lingkungan. Milkos (1989) menyatakan bahwa kemampuan menghasilkan benih normal dipengaruhi oleh faktor genetik tanaman selain faktor lingkungan. Faktor lingkungan yang mempengaruhi keberhasilan penyerbukan antara lain suhu, curah hujan dan ada tidaknya hama dan penyakit. Turner dan Gilbanks (1982) menyatakan bahwa pembentukan buah normal tergantung pada jumlah bunga mekar yang diserbuki di dalam satu tandan. Jumlah bunga normal yang terbentuk sangat ditentukan oleh jumlah spikelet dalam satu tandan dan jumlah bunga setiap spikelet.

Pengaruh Curah Hujan terhadap Persentase Produksi Tandan Buah Segar Calon Benih

Penyerbukan yang dilakukan oleh pollinator tidak semuanya akan berhasil menyerbuki bunga betina dan menjadi tandan buah. Tandan buah hasil penyerbukan dipanen pada umur ± 150 hari setelah penyerbukan. Bunga betina yang diserbuki pada Agustus 2010 dipanen pada Januari 2011. Persentase tandan dipanen menggunakan perhitungan sebagai berikut:


(49)

Berdasarkan Tabel 7, terlihat bahwa persentase tandan dipanen dari Agustus 2010 – Juli 2011 cukup tinggi diatas 69%. Data rata-rata curah hujan diperoleh dari hasil perhitungan rata-rata curah hujan per bulan dari waktu polinasi hingga tandan buah dipanen. Persentase tandan dipanen tertinggi terjadi pada bulan polinasi Oktober 2010, yaitu 97.92% dengan rata-rata curah hujan 211.33 mm/bln, sedangkan yang terendah terjadi pada bulan polinasi Agustus 2010, yaitu 69.95% dengan rata-rata curah hujan 195.33 mm/bln. Secara umum terlihat bahwa rata-rata curah hujan yang tinggi menyebabkan persentase tandan dipanen juga tinggi, tetapi pada bulan polinasi Mei 2011 dengan curah hujan yang cukup rendah, yaitu 87.58 mm/bln diperoleh persentase tandan dipanen cukup tinggi, yaitu 87.16%. Hasil analisis korelasi diperoleh nilai korelasi 0.402 dan p-value 0.195. Analisis korelasi menunjukkan bahwa rata-rata curah hujan per bulan tidak berpengaruh nyata terhadap tandan dipanen. Kramer (1983) menyatakan bahwa cekaman kekeringan dapat menyebabkan pembungaan tidak normal, aborsi embrio, dan perkembangan biji dan buah tidak normal. Persentase tandan dipanen dapat dilihat pada Tabel 7.

Tabel 7. Pengaruh Curah Hujan Bulanan terhadap Persentase Tandan Dipanen dan Produksi Tandan

Waktu Polinasi Penyerbukan (tandan) Waktu Panen Panen (tandan) Rata-rata Curah Hujan (mm/bln) Tandan dipanen (%)

Agus-2010 742 Jan-2011 519 195.33 69.95

Sep-2010 650 Feb-2011 617 154.83 94.92

Okt-2010 768 Mar-2011 752 211.33 97.92

Nop-2010 821 Apr-2011 795 241.16 96.83

Des-2010 848 Mei-2011 814 238.33 95.99

Jan-2011 1,564 Jun-2011 1,485 214.33 94.95

Feb-2011 1,582 Jul-2011 1,452 204.83 91.78

Mar-2011 1,682 Agus-2011 1,539 188.83 91.50

Apr-2011 1,697 Sep-2011 1,546 113.16 91.10

Mei-2011 1,854 Okt-2011 1,616 87.58 87.16

Jun-2011 1,551 Nop-2011 1,319 91.75 85.04

Jul-2011 1,801 Des-2011 1,375 127 76.35


(50)

Proses Produksi Benih

Divisi persiapan benih (seed preparation unit) berperan dalam mempersiapkan benih berkualitas baik untuk dilanjutkan ke proses pengecambahan. Proses di divisi persiapan benih dimulai dari tandan buah kemudian diproses sehingga diperoleh benih yang baik. Setiap tahapan proses di divisi persiapan benih menentukan mutu benih yang dihasilkan. Mutu benih merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi daya tumbuh benih di lapangan. Mutu benih mencakup mutu fisiologis, genetik, fisik. Tahapan-tahapan kegiatan divisi persiapan benih sangat berkaitan dengan perlakuan fisik. Perlakuan fisik dapat menyebabkan kerusakan pada benih. Persentase benih rusak tertera pada Tabel 8.

Tabel 8. Persentase Kerusakan Benih pada Proses Persiapan Benih

Ref. No Normal Kecil Putih Rusak Total

C03.590.12 2,934 76 123 14 3,147

C03.601.12 1,262 12 5 7 1,286

C03.612.12 1,085 49 11 3 1,148

C03.625.12 857 17 4 2 880

C03.640.12 1,498 56 1 2 1,557

Rata-rata 1,527.2 42 28.8 5.6 1,603.6

Persentase 95.23% 2.61% 1.79% 0.34% 100%

Sumber: Hasil Pengamatan (2012)

Tabel 8 terlihat bahwa persentase benih rusak selama proses di divisi persiapan benih sebesar 0.34%. Benih banyak yang rusak pada saat proses pencacahan dan depericarping. Kegiatan proses pencacahan dan perontokkan (fruit removal) masih dikerjakan secara manual yang membutuhkan tenaga yang cukup besar, waktu dan keahlian dari pekerja tersebut. Oleh sebab itu, kondisi pekerja dapat mempengaruhi hasil pekerjaan, terutama pada proses pencacahan sangat menentukan jumlah benih rusak. Sebagian besar tahapan proses produksi di divisi persiapan benih masih dikerjakan secara manual sehingga pekerja memegang peranan penting dalam melakukan setiap proses produksi.

Jumlah tandan buah yang diterima oleh divisi persiapan benih selalu berfluktuasi mengikuti keadaan iklim dan permintaan dari konsumen. Perubahan jumlah tandan buah yang diterima akan mempengaruhi jumlah pekerja yang dibutuhkan. Peningkatan jumlah tandan yang diterima menyebabkan penambahan


(1)

Asal : Dura Deli X Pisifera Ghana Sifat Morfologi dan Fisiologi

Tinggi tanaman 6 tahun tanam : 173 cm Kecepatan pertumbuhan meninggi/thn : 65 cm Panjang pelepah umur 6 tahun : 507 cm

Warna tangkai pelepah : hijau kecoklatan Warna tangkai anak daun : hijau kekuningan

Bentuk tandan : lonjong

Bentuk buah (berondolan) : lonjong

Warna buah (berondolan) : muda: hitam, matang: merah Daya hasil (pada lahan S-3, Tm 1-4)

Umur mulai berbuah (bln) : 18 Umur mulai dipanan (bln) : 26 Rata-rata jumlah tandan : 14.91 Rata-rata bobot tandan (kg) : 12.88 Rata-rata produksi TBS (kg/pkk/th) : 192 Rata-rata produktivitas TBS (ton/ha) : 25.9 Rata-rata bobot buah (berondolan) : 9.3 Kandungan mesocarp per buah (M/B) : 81.5 Kandungan cangkang per buah (C/B) : 11.0 Kandungan minyak per mesokarp (Mi/M) : 52.5 Kandungan minyak (CPO) per tandan

Dalam skala laboratorium Mi/T : 29.5 Rendemen industri (Mi/T x 0.855) : 25.2 Kandungan inti per tandan (I/T) : 4.7 Produktivitas minyak (ton/ha) : 7.6 Mutu Hasil

 Asam lemak jenuh

Asam stearat (%) : 3.66 – 5.23

Asam palmitat (%) : 41.57 – 44.15 Asam miristat (%) : 1.07 – 1.69  Asam lemak tak jenuh

Asam oleat (%) : 35.17 – 40.27

Asam linoleat (%) : 10.89 – 18.30 Asam linolenat (%) : 0.46 – 1.20 Daya adaptasi

Ketahanan terhadap penyakit Crown disease: sangat tinggi (maks 0.54%) Toleransi terhadap kekeringan : tinggi

Toleransi terhadap tingkat sinar matahari

yang rendah : sedang - tinggi

Toleransi terhadap kerebahan : sangat tinggi

Kerapatan tanaman yang disarankan : 135 - 143 pohon per hektar, sangat cocok ditanam pada tanah alluvial


(2)

Asal : Dura Deli X Pisifera Ekona Sifat Morfologi dan Fisiologi

Tinggi tanaman 6 tahun tanam : 142 cm Kecepatan pertumbuhan meninggi/thn : 58 cm Panjang pelepah umur 6 tahun : 545 cm

Warna tangkai pelepah : hijau kecoklatan Warna tangkai anak daun : hijau kekuningan

Bentuk tandan : bulat

Bentuk buah (berondolan) : lonjong

Warna buah (berondolan) : muda: hitam, matang:merah Daya hasil (pada lahan S-3, Tm 1-4)

Umur mulai berubah (bln) : 18 Umur mulai dipanan (bln) : 26 Rata-rata jumlah tandan : 16.52 Rata-rata bobot tandan (kg) : 11.83 Rata-rata produksi TBS (kg/pkk/th) : 196 Rata-rata produktivitas TBS (ton/ha) : 26.4 Rata-rata bobot buah (berondolan) : 7.9 Kandungan mesocarp per buah (M/B) : 80.5 Kandungan cangkang per buah (C/B) : 11.6 Kandungan minyak per mesokarp (Mi/M) : 53.6 Kandungan minyak (CPO) per tandan

Dalam skala laboratorium Mi/T : 28.7 Rendemen industri (Mi/T x 0.855) : 24.5 Kandungan inti per tandan (I/T) : 5.0 Produktivitas minyak (ton/ha) : 7.6 Mutu Hasil

 Asam lemak jenuh

Asam stearat (%) : 5.07 – 6.21

Asam palmitat (%) : 37.14 – 42.48 Asam miristat (%) : 0.84 – 0.91  Asam lemak tak jenuh

Asam oleat (%) : 38.76 – 46.72

Asam linoleat (%) : 10.65 – 11.36 Asam linolenat (%) : 0.61 – 0.63 Daya adaptasi

Ketahanan terhadap penyakit Crown disease: sangat tinggi (maks 0.53%) Ketahanan terhadap Fusarium wilt : tinggi (ASD Costa Rica, 2001) Toleransi terhadap kekeringan : tinggi (ASD Costa Rica, 2001) Toleransi terhadap tingkat sinar matahari

yang rendah : sedang (ASD Costa Rica, 2001)

Toleransi terhadap kerebahan : sangat tinggi

Kerapatan tanaman yang disarankan : 135 pohon per hektar, sangat cocok Ditanam pada tanah alluvial


(3)

Asal : Dura Deli X Pisifera Avros Sifat Morfologi dan Fisiologi

Tinggi tanaman 6 tahun tanam : 164 cm Kecepatan pertumbuhan meninggi/thn : 68 cm Panjang pelepah umur 6 tahun : 529 cm

Warna tangkai pelepah : hijau kecoklatan Warna tangkai anak daun : hijau kekuningan

Bentuk tandan : bulat

Bentuk buah (berondolan) : bulat lonjong

Warna buah (berondolan) : muda: hitam, matang: merah Daya hasil (pada lahan S-3, Tm 1-4)

Umur mulai berbuah (bln) : 18 Umur mulai dipanan (bln) : 26 Rata-rata jumlah tandan : 14.43 Rata-rata bobot tandan (kg) : 12.33 Rata-rata produksi TBS (kg/pkk/th) : 178 Rata-rata produktivitas TBS (ton/ha) : 24.0 Rata-rata bobot buah (berondolan) : 12.4 Kandungan mesocarp per buah (M/B) : 82.8 Kandungan cangkang per buah (C/B) : 8.3 Kandungan minyak per mesocarp (Mi/M) : 52.1 Kandungan minyak (CPO) per tandan

Dalam skala laboratorium Mi/T : 29.3 Rendemen industri (Mi/T x 0.855) : 25.0 Kandungan inti per tandan (I/T) : 5.6 Produktivitas minyak (ton/ha) : 7.0 Mutu Hasil

 Asam lemak jenuh

Asam stearat (%) : 5.04

Asam palmitat (%) : 42.91

Asam miristat (%) : 1.08

 Asam lemak tak jenuh

Asam oleat (%) : 43.27

Asam linoleat (%) : 9.13

Asam linolenat (%) : 0.37

Daya adaptasi

Ketahanan terhadap penyakit Crown disease: sangat tinggi (maks 0.77%) Toleransi terhadap kekeringan : sangat tinggi

Toleransi terhadap tingkat sinar matahari

yang rendah : tinggi

Toleransi terhadap kerebahan : sedang


(4)

Asal : Dura Deli X Pisifera Dami comp Sifat Morfologi dan Fisiologi

Tinggi tanaman 6 tahun tanam : 125 cm Kecepatan pertumbuhan meninggi/thn : 55 cm Panjang pelepah umur 6 tahun : 488 cm

Warna tangkai pelepah : hijau kecoklatan Warna tangkai anak daun : hijau kekuningan

Bentuk tandan : bulat

Bentuk buah (berondolan) : bulat lonjong

Warna buah (berondolan) : muda: hitam, matang: merah Daya hasil (pada lahan S-3, Tm 1-4)

Umur mulai berubah (bln) : 18 Umur mulai dipanan (bln) : 26 Rata-rata jumlah tandan : 15.26 Rata-rata bobot tandan (kg) : 11.90 Rata-rata produksi TBS (kg/pkk/th) : 181 Rata-rata produktivitas TBS (ton/ha) : 24.5 Rata-rata bobot buah (berondolan) : 9.2 Kandungan mesocarp per buah (M/B) : 80.3 Kandungan cangkang per buah (C/B) : 11.0 Kandungan minyak per mesocarp (Mi/M) : 51.4 Kandungan minyak (CPO) per tandan

Dalam skala laboratorium Mi/T : 27.8 Rendemen industri (Mi/T x 0.855) : 23.8 Kandungan inti per tandan (I/T) : 5.7 Produktivitas minyak (ton/ha) : 6.8 Mutu Hasil

 Asam lemak jenuh

Asam stearat (%) : 52.96

Asam palmitat (%) : 44.08 – 45.47 Asam miristat (%) : 1.16 – 1.30  Asam lemak tak jenuh

Asam oleat (%) : 34.00 – 39.30

Asam linoleat (%) : 11.17 – 15.65 Asam linolenat (%) : 0.42 – 0.61 Daya adaptasi

Ketahanan thd penyakit Crown disease : sangat tinggi (maks 0.69%) Toleransi terhadap kekeringan : sangat tinggi

Toleransi terhadap tingkat sinar matahari

yang rendah : sedang

Toleransi terhadap kerebahan : tinggi


(5)

Asal : Dura Deli Keturunan Dami (25), Cemara (13), H&C (5), Mardi (5) X Pisifera Yangambi (BSM 28 dan 39) Sifat Morfologi dan Fisiologi

Tinggi tanaman 6 tahun tanam : 318 cm Kecepatan pertumbuhan meninggi/thn : 64 cm Panjang pelepah umur 6 tahun : 574 cm

Warna tangkai pelepah : hijau kekuningan Warna tangkai anak daun : kuning

Bentuk tandan : bulat

Bentuk buah (berondolan) : bulat lonjong

Warna buah (berondolan) : muda: hitam, matang: merah Daya hasil (pada lahan S-3, Tm 1-4)

Umur mulai berubah (bln) : 18 Umur mulai dipanan (bln) : 26 Rata-rata jumlah tandan : 14.9 Rata-rata bobot tandan (kg) : 12.2 Rata-rata produksi TBS (kg/pkk/th) : 182.3 Rata-rata produktivitas TBS (ton/ha) : 24.6 Rata-rata bobot buah (berondolan) : 12.3 Kandungan mesocarp per buah (M/B) : 86.0 Kandungan cangkang per buah (C/B) : 7.2 Kandungan minyak per mesocarp (Mi/M) : 59.3 Kandungan minyak (CPO) per tandan

Dalam skala laboratorium Mi/T : 30.6 Rendemen industri (Mi/T x 0.855) : 26.2 Kandungan inti per tandan (I/T) : 6.4 Produktivitas minyak (ton/ha) : 7.5 Mutu Hasil

 Asam lemak jenuh

Asam stearat (%) : 4.12 – 5.25

Asam palmitat (%) : 42.86 – 43.69 Asam miristat (%) : 1.19 – 1.27  Asam lemak tak jenuh

Asam oleat (%) : 33.50 – 35.94

Asam linoleat (%) : 13.45 – 17.68 Asam linolenat (%) : 0.48 – 0.71 Daya adaptasi

Ketahanan thd penyakit Crown disease : sangat tinggi (maks 0.67%) Ketahanan terhadap Fusarium wilt : tinggi

Toleransi terhadap kekeringan : tinggi Toleransi terhadap tingkat sinar matahari

yang rendah : sedang

Toleransi terhadap kerebahan : sedang - tinggi Kerapatan tanaman yang disarankan : 135 pohon per hektar


(6)

MARDI REMENSON SIMANJUNTAK. Produksi dan Pengolahan Tandan

Buah Segar untuk Benih Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) di PT. Bina

Sawit Makmur, Sumatera Selatan. (Dibimbing oleh SUWARTO)

Kegiatan magang ini dilaksanakan pada bulan Februari sampai dengan bulan Mei 2012 di PT. Bina Sawit Makmur, Sumatera Selatan. Tujuan magang secara umum adalah meningkatkan pengetahuan, keterampilan dan profesional mahasiswa mengenai produksi benih kelapa sawit pada keadaan lapangan yang sesungguhnya serta mampu mengidentifikasi permasalahan dan solusi berkaitan dengan proses produksi benih. Tujuan khusus pelaksanaan magang, yaitu: 1) mempelajari produksi dan pengelolaan serbuk sari kelapa sawit, 2) melakukan evaluasi pengaruh viabilitas serbuk sari terhadap jumlah benih per tandan dan pengaruh curah hujan terhadap persentasetandan dipanen, 3) melakukan evaluasi proses produksi benih kelapa sawit.

Metodeyang digunakan dalam pelaksanaan kegiatan magang ini, yaitu: 1) kegiatan pelaksanaan magang meliputi kegiatan teknis di lapangan dan kegiatan manajerial, 2) bekerja secara aktif di divisi kebun produksi benih selama satu bulan, kemudian di divisi persiapan benih selama satu bulan, dan di divisi pengolahan benih selama satu bulan, 3) wawancara dan diskusi dengan berbagai pihak untuk menambah pengetahuan dan informasi berkaitan dengan produksi benih.

Pada saat magang terjadi penurunan produksi serbuk sari yang disebabkan oleh produksi tandan bunga jantan dari induk pisifera yang menurun. Jumlah benih normal rata-rata cenderung meningkat seiring dengan peningkatan viabilitas serbuk sari. Rata-rata curah hujan per bulan selama perkembangan buah tidak berpengaruh nyata terhadap persentase produksi tandan buah segar calon benih. Proses produksi benih sudah berjalan dengan baik, terlihat dari persentase benih rusak sebesar 0.34%. Diperlukan pengadaan mesin pencacah dan pemipil untuk meningkatkan efektivitas dan efisiensi proses produksi.