tersebut akan menjadi kebiasaan atau bersifat langgeng long lasting Notoatmodjo, 2003.
2.2.3. Konsistensi Sikap – Perilaku
Sikap dan perilaku manusia terbentuk oleh pandangannya dan penilaiannya terhadap lingkungan hidupnya. Sedangkan pandangan dan penilaian ini dilandasi
oleh pengetahuan serta sikap dan harapan-harapannya terhadap kemanfaatan lingkungan demi kesejahteraan dan peningkatan kualitas hidupnya
Kastama, 1997. Sikap dikatakan sebagai suatu respon evaluatif. Respon hanya akan timbul apabila
individu dihadapkan pada suatu stimulus yang menghendaki adanya reaksi individual. Respons evaluatif berarti bahwa bentuk reaksi yang dinyatakan
sebagai sikap itu timbulnya didasari oleh proses evaluasi dalam diri individu yang memberi kesimpulan terhadap stimulus dalam bentuk nilai baik-buruk, positif-
negatif, menyenangkan-tidak menyenangkan, yang kemudian mengkristal sebagai potensi reaksi terhadap suatu objek Azwar, 2007.
Sikap seseorang seharusnya konsisten dengan perilaku. Seandainya sikap tidak konsisten dengan perilaku, mungkin ada faktor dari luar diri
manusia yang membuat sikap dan perilaku tidak konsisten. Faktor tersebut adalah sistem nilai yang berada di masyarakat, diantaranya
norma, politik, budaya, dan sebagainya. Dari penjelasan tersebut jelas bahwa pendidikan bukan semata-mata tanggung jawab lembaga pendidikan.
Seluruh masyarakat dan instansi terkait harus menunjang pelaksanaan pendidikan Handajani, 2008.
2.2.4. Karakteristik Sosial Ekonomi
1 Umur
Umur seseorang menentukan prestasi kerja atau kinerja orang tersebut. Semakin berat pekerjaan secara fisik, maka semakin tua tenaga kerja akan semakin
menurun pula prestasinya. Namun, dalam hal tanggung jawab, semakin tua umur tenaga kerja tidak akan berpengaruh, karena justru semakin berpengalaman
Suratiyah, 2009. 2
Tingkat Pendidikan Tingkat pendidikan manusia umumnya menunjukkan daya kreativitas manusia
dalam berpikir dan bertindak. Pendidikan rendah mengakibatkan berkurangnya pengetahuan dalam memanfaatkan sumber daya alam yang tersedia. Usaha-usaha
penduduk berakibat hanya mampu menghasilkan pendapatan rendah Kartasapoetra, 1994.
3 Pengalaman Melaut
Menurut Soekartawi 1999, pengalaman seseorang dalam berusaha berpengaruh dalam menerima innovasi dari luar. Bagi yang mempunyai pengalaman yang
sudah cukup lama akan lebih mudah menerapkan innovasi dari pada pemula. 4
Jumlah Tanggungan Keluarga Jumlah tanggungan keluarga adalah salah satu faktor yang perlu diperhatikan
dalam menentukan pendapatan dalam memenuhi kebutuhannya. Banyaknya jumlah tanggungan keluarga merupakan faktor pendorong untuk melakukan
banyak aktivitas, terutama dalam mencari dan menambah pendapatan keluarga Hasyim, 2006.
Menurut Soekartawi 1999, semakin banyak anggota keluarga akan semakin besar pula beban hidup yang akan ditanggung atau harus dipenuhi. Jumlah
anggota keluarga akan mempengaruhi keputusan dalam berusaha. 5
Tingkat Pendapatan Pendapatan bersih adalah selisih antara pendapatan kotor dengan pengeluaran
total usaha tani. Pendapatan bersih merupakan ukuran keuntungan usaha tani yang dapat digunakan untuk membandingkan beberapa penampilan usaha tani
Soekartawi, dkk., 1984.
2.3. Kerangka Pemikiran
HNSI Himpunan Nelayan Seluruh Indonesia yang merupakan satu-satunya organisasi yang menaungi nelayan khususnya di Desa Bagan Serdang, Kecamatan
Panati Labu, Kabupaten Deli Serdang, menjadi jembatan penghubung dalam menyampaikan berbagai aspirasi nelayan kepada Dinas Perikanan dan Kelautan
yang memang khusus memiliki wewenang dalam mengatasi berbagai masalah yang dihadapi nelayan.
HNSI menyampaikan berbagai kebijakan mengenai masalah yang dihadapi nelayan di lapangan kepada Dinas Perikanan dan Kelautan Deli Serdang. Sebagai
tindak lanjut dari kebijakan yang disampaikan oleh HNSI, Dinas Perikanan dan Kelautan akan mengeluarkan program kerja yang didasarkan atas rekomendasi
kebijakan tersebut. Jadi HNSI tidak mengeluarkan program, hanya sebatas