1
I. PENDAHULUAN A.
LATAR BELAKANG
Indonesia merupakan negara agraris dan beras adalah salah satu hasil pertanian utamanya. Sebagai makanan pokok masyarakat Indonesia, produksi
beras dalam negeri sampai saat ini belum dapat mencukupi kebutuhan nasional. Selain disebabkan oleh peningkatan jumlah populasi, banyaknya
masyarakat yang mengganti makanan pokok mereka dengan beras juga menyebabkan meningkatnya jumlah konsumsi beras.
Kemajuan di berbagai bidang telah mempengaruhi pola permintaan pangan, termasuk permintaan beras sebagai salah satu makanan pokok.
Tantangan dalam permintaan pangan di masa yang akan datang, diantaranya adalah : 1 pertumbuhan jumlah penduduk dan peningkatan pendapatan
masyarakat, 2 perubahan struktur demografi, dan 3 globalisasi preferensi konsumen Suryana dan Purwoto, 1998
Jumlah pasokan beras di pasar induk Cipinang tahun 2002-2005 menunjukkan peningkatan. Tahun 2002 jumlah pasokan beras adalah sebesar
643.140 ton sedangkan tahun 2005 jumlah pasokan adalah sebesar 806.167 ton. Dengan asumsi bahwa pasokan setara permintaan, maka volume
perdagangan beras akan terus meningkat di masa mendatang. Industri dibidang pengolahan beras tumbuh dalam rangka memenuhi permintaan beras
tersebut. Menurut data Ditjen Tanaman Pangan Deptan jumlah kelompok penggilingan padi di Indonesia saat ini sekitar 104.000 perusahaan yang secara
umum dikelompokkan menjadi perusahaan penggilingan padi sederhana, kecil, menengah, dan besar. Dari produsen tersebut dihasilkan beberapa jenis produk
beras yang digolongkan berdasarkan jenis, ukuran kemasan, harga, dan mutu. Dengan teknologi maupun manajemen yang sederhana, beras dari
perusahaan-perusahaan pengolahan padi di Indonesia belum dapat bersaing baik di pasaran lokal maupun dunia. Kesulitan pemasaran beras dalam negeri
dikarenakan beberapa faktor sebagai berikut : 1 mutu produk relatif rendah; 2 tingkat efisiensi produksi rendah; dan 3 kepercayaan konsumen terhadap
2 beras dalam negeri yang menurun akibat baku mutu yang tidak jelas dan
terkadang tidak konsisten. Pasar di Indonesia pada saat ini telah bergeser ke beras bermutu tinggi,
berikut kemasan yang menarik dengan ukuran yang variatif dan cenderung dalam kemasan kecil 5 kg, 10 kg dan 20 kg terutama untuk kota besar. Salah
satu masalah yang timbul adalah pada pelabelan. Banyaknya industri pengolahan beras yang memiliki label sendiri tanpa proses sertifikasi yang
jelas mengakibatkan keaslian beras menjadi dipertanyakan. Sejalan dengan perkembangan sikap konsumen yang menginginkan
perbaikan mutu beras, produsen perlu terlebih dahulu mengetahui hal-hal yang mempengaruhi sikap konsumen dan atribut mutu mana saja yang berpengaruh
dalam pembelian beras berlabel. Untuk itu perlu dilakukan survei konsumen yang berkenaan dengan atribut mutu beras yang paling mempengaruhi sikap
konsumen dalam pembelian beras. Dari hasil survei dapat dipilih penerapan teknologi tepat guna yang dapat dimanfaatkan oleh produsen untuk
meningkatkan mutu beras baik intrinsik maupun ekstrinsik.
B. TUJUAN PENELITIAN
Tujuan dari penelitian ini yaitu : 1. Menganalisis atribut mutu apa saja yang dinilai penting oleh konsumen
untuk beras berlabel 2. Menentukan tingkat kepuasan atribut-atribut mutu beras berlabel yang
dinilai penting 3. Menentukan tingkat kesesuaian dan kesenjangan atribut-atribut mutu beras
berlabel yang dinilai penting 4. Menentukan prioritas perbaikan atribut-atribut mutu beras berlabel
5. Menganalisis perilaku konsumen dalam pembelian beras berlabel
3
C. MANFAAT PENELITIAN
Hasil Penelitian ini diharapkan dapat berguna untuk : 1. Memberikan gambaran menyeluruh mengenai atribut mutu beras berlabel
baik intrinsik maupun ekstrinsik. 2. Memberikan fakta, informasi dan tambahan pengetahuan, terutama
mengenai mutu beras berlabel. 3. Memberikan masukan kepada pemerintah dalam melancarkan
perdagangan beras berlabel dan membina petani sebagai produsen padi dan beras.
4. Memberikan masukan kepada produsen dan pedagang beras berlabel dalam rangka merancang bauran pemasaran beras berlabel.
4
II. TINJAUAN PUSTAKA A.