7 kepala menengah-atas dan hanya sebagian kecil yang berkualitas biasa.
Hal ini terkait dengan target pelanggan yang belanja di supermarket yaitu masyarakat menengah-atas.
B. KONSEP MUTU
Mutu telah menjadi bagian penting untuk bersaing dalam pasar produk pangan. Untuk menghasilkan produk akhir yang baik, mutu harus
dikendalikan di seluruh rantai pangan. Hal ini adalah suatu keharusan, karena pemahaman konsumen mengenai mutu pangan dan perhatian
terhadap kesehatan serta keamanan pangan memaksa industri pangan dan agribisnis untuk menggunakan manajemen mutu dalam kegiatannya
memproduksi pangan. Terdapat beberapa definisi yang berkaitan dengan mutu. Menurut
Juran 1989 diacu dalam Muhandri 2006 mutu didefinisikan sebagai ”Fitness for Use” cocok digunakan. Artinya suatu produk harus
dapat memenuhi kebutuhan dan keinginan pelanggan. Mutu dapat juga didefinisikan sebagai ”Conformance to Requirement”. Dengan definisi ini
kegiatan mutu perusahaan dititikberatkan untuk 1 mencoba mengerti harapan-harapan konsumen, 2 memenuhi harapan-harapan tersebut
sehingga 3 perlu pandangan eksternal mengenai mutu agar penyusunan sasaran mutu lebih realistis dan sesuai dengan permintaan atau keinginan
Muhandri, 2006. ISO 9000 sendiri mendefinisikan mutu sebagai derajat dari serangkaian karakteristik produk atau jasa yang memenuhi kebutuhan
atau harapan yang dinyatakan Muhandri, 2006. Konsep mutu telah digambarkan dalam berbagai model ilustrasi dari
yang paling sederhana hingga kompleks yang melibatkan faktor yang mungkin mempengaruhi persepsi dan harapan mutu oleh konsumen.
Menurut Kadarisman 2006, ada 7 konsep mutu yang dikembangkan para ahli mutu untuk menangkap keinginan konsumen, yaitu 1 Model Zip,
mutu dijelaskan sebagai hubungan antara pemasok yang menyampaikan produk yang memenuhi harapan spesifik pelanggan; 2 Titik Pandang
Mutu, mutu dibagi menjadi 5 kriteria yaitu :judgmental, Product-
8 based,user-based,value-based
,dan manufacturing-based ; 3 Quality of Design dan Quality of Conformance
, mutu dilihat dari tingkat kesesuaian terhadap rancangan produk dan jasa ; 4 Model Kano, tipe persyaratan
mutu pelanggan dibagi menjadi revealed, expected, dan exciting ; 5 delapan dimensi mutu Garvin : performance, feature, realibility,
conformance, durability, serviceability, aesthetic, dan perceived quality ;
6 Servqual, mutu dibagi menjadi lima : reliability, assurance, tangible, empathy,
dan responsiveness; dan 7 Menurut Steenkamp produk pangan dan pertanian memiliki 2 kelompok atribut mutu : intrinsik dan ekstrinsik.
Luning et al. 2002 mengajukan konsep mutu yang berfokus pada atribut teknologis dan faktor-faktor yang dapat mempengaruhi kinerja
mutu produk berdasarkan aspek yang khas dari produk pangan dan pertanian. Konsep ini mengasumsikan bahwa produk pangan-pertanian
semacam ini tidak memiliki mutu. Produk memiliki fitur fisik yang berubah menjadi atribut mutu oleh persepsi konsumen.
Dalam hal produk pangan-pertanian, persepsi mutu dipengaruhi oleh beberapa jenis atribut. Atribut yang berhubungan langsung dengan sifat
fisik produk disebut atribut intrinsik, sedangkan atribut ekstrinsik mengacu pada karakteristik yang tidak berhubungan langsung dengan sifat fisik
produk. Atribut intrinsik dan ekstrinsik serta faktor pada rantai produksi yang dapat mempengaruhi atribut ini dapat dilihat pada Gambar 1.
9
Harapan dan persepsi konsumen
Atribut mutu ekstrinsik A karakterisitik sistem produksi
B Aspek lingkungan C Pemasaran
Atribut mutu intrinsik A Aspek keamanan dan kesehatan produk
B sifat sensori dan masa simpan C Kenyamanan dan reliabilitas produk
Sifat fisik bahan mentah dan produk
Mis: komposisi Aw, predisposisi genetik
Kondisi penanganan, operasi dan pengolahan pada rantai
produksi pangan-pertanian mis: temperatur, kondisi
pengemas Tuntutan dan larangan legislasi
Gambar 1. Atribut mutu intrinsik dan ekstrinsik yang mempengaruhi
harapan dan persepsi konsumen Luning et al., 2002 Menurut Engel et al. 1994 atribut mutu produk adalah karakteristik
dari suatu produk yang berfungsi sebagai atribut evaluatif selama pengambilan keputusan. Penilaian terhadap atribut mutu produk dapat
menggambarkan sikap konsumen terhadap suatu produk tersebut sekaligus mencerminkan perilaku konsumen dalam mengkonsumsi suatu produk.
Selanjutnya, Tjiptono 1997, mendefinisikan atribut mutu produk sebagai unsur-unsur produk yang dianggap penting oleh konsumen dan dijadikan
sebagai dasar dalam proses pengambilan keputusan pembelian. Selain itu, Steenkamp 1990 juga menyatakan pengalaman
sesungguhnya didasarkan pada perpaduan persepsi atribut mutu dimana pembedaan antara atribut mutu pengalaman dan kepercayaan dibuat.
Atribut mutu pengalaman adalah atribut yang dapat dilihat oleh konsumen berdasarkan konsumsi, seperti rasa, aroma, tekstur, dan lain-lain. Atribut
kepercayaan tidak dapat dilihat melalui pengalaman pribadi, seperti tanpa pengawet, kesehatan atau keramahan lingkungan. Model mutu yang
kompleks ini dapat dilihat pada Gambar 2.
10
Gambar 2.
Model Pedoman Mutu Luning, 2002
C. Mutu Beras