Analisis Tingkat Kepentingan dan Kepuasan Konsumen Terhadap Atribut Mutu Beras Berlabel Serta Perilaku Konsumen Dalam Pembelian Beras Berlabel

(1)

SKRIPSI

ANALISIS TINGKAT KEPENTINGAN DAN KEPUASAN KONSUMEN TERHADAP ATRIBUT MUTU BERAS BERLABEL SERTA PERILAKU

KONSUMEN DALAM PEMBELIAN BERAS BERLABEL

Oleh

WIDHI WIDAGDO F24103081

2007

FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR


(2)

Widhi Widagdo. F24103081. Analisis Tingkat Kepentingan dan Kepuasan Konsumen Terhadap Atribut Mutu Beras Berlabel Serta Perilaku Konsumen Dalam Pembelian Beras Berlabel. Dibawah bimbingan Ir. Darwin Kadarisman, MS. 2007.

ABSTRAK

Beras berlabel adalah beras non curah yang dalam kemasannya mencantumkan informasi mengenai produk pada konsumen. Jenis beras yang paling mudah ditemui di pasaran adalah Pandan Wangi, Setra Ramos, Rojolele, dan Cianjur. Penelitian ini bertujuan mengetahui tingkat kepentingan dan kepuasan konsumen terhadap atribut mutu beras berlabel yang dianggap penting, serta mengetahui perilaku konsumen dalam pembelian beras berlabel di wilayah Bogor. Atribut mutu yang dianalisis adalah rasa, kepulenan, aroma, warna, kebersihan, kontaminasi serangga, bahan kemasan, dekorasi kemasan, informasi, harga, merek, ketersediaan, dan sertifikat jaminan keaslian varietas. Sementara itu, perilaku yang dianalisis adalah tempat pembelian, ukuran kemasan, jenis beras, harga beras, dan merek.

Penelitian ini dilaksanakan di wilayah kota Bogor. Sampel diambil dari pengunjung pasar swalayan di wilayah kota Bogor sebanyak 100 orang. Penelitian dilaksanakan dari bulan November sampai dengan Desember 2006, dengan metode non probability sampling yaitu quota sampling. Pengumpulan data dilakukan dengan cara pengisian kuisioner oleh lima orang enumerator, termasuk peneliti..

Prioritas perbaikan atribut Beras Berlabel dianalisis dengan diagram cartesius. Atribut yang dinilai penting oleh konsumen adalah rasa, kepulenan, aroma, warna, kebersihan, kontaminasi serangga, harga, ketersediaan, dan sertifikat keaslian varietas. Prioritas utama perbaikanatribut mutu Beras Berlabel adalah harga dan sertifikat keaslian varietas, sedangkan atribut mutu yang harus dipertahankan adalah ketersediaan, kontaminasi serangga, aroma, kepulenan, warna, rasa, dan kebersihan. Atribut mutu yang termasuk prioritas rendah untuk perbaikan yaitu bahan kemasan, informasi, dekorasi, dan merek.

Perilaku konsumen dalam pemilihan tempat pembelian beras berlabel adalah, supermarket (43%), minimarket (17%), hypermarket (13%). Ukuran kemasan yang paling banyak dipilih adalah : kemasan 10kg (35%), 5kg (33%), dan 25kg (15%). Jenis beras yang paling banyak dipilih adalah : Pandan Wangi (40%), Setra Ramos (25%), Rojolele (20%), dan Cianjur (15%). Harga beras per kilogram yang banyak menjadi pilihan adalah : Rp 9000-11000 (43%), Rp 11000-13000 (30%), dan >Rp 11000-13000 (17%). Sedangkan merek yang banyak menjadi pilihan adalah : Ayam Jago (15%), Desa Cianjur (14%), dan Si Pulen (11%).


(3)

ANALISIS TINGKAT KEPENTINGAN DAN KEPUASAN KONSUMEN TERHADAP ATRIBUT MUTU BERAS BERLABEL SERTA PERILAKU

KONSUMEN DALAM PEMBELIAN BERAS BERLABEL

SKRIPSI

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar SARJANA TEKNOLOGI PERTANIAN Pada Departemen Ilmu dan Teknologi Pangan

Fakultas Teknologi Pertanian Institut Pertanian Bogor

Oleh:

WIDHI WIDAGDO F24103081

2007

FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR


(4)

Widhi Widagdo. F24103081. Analisis Tingkat Kepentingan dan Kepuasan Konsumen Terhadap Atribut Mutu Beras Berlabel Serta Perilaku Konsumen Dalam Pembelian Beras Berlabel. Dibawah bimbingan Ir. Darwin Kadarisman, MS. 2007.

ABSTRAK

Beras berlabel adalah beras non curah yang dalam kemasannya mencantumkan informasi mengenai produk pada konsumen. Jenis beras yang paling mudah ditemui di pasaran adalah Pandan Wangi, Setra Ramos, Rojolele, dan Cianjur. Penelitian ini bertujuan mengetahui tingkat kepentingan dan kepuasan konsumen terhadap atribut mutu beras berlabel yang dianggap penting, serta mengetahui perilaku konsumen dalam pembelian beras berlabel di wilayah Bogor. Atribut mutu yang dianalisis adalah rasa, kepulenan, aroma, warna, kebersihan, kontaminasi serangga, bahan kemasan, dekorasi kemasan, informasi, harga, merek, ketersediaan, dan sertifikat jaminan keaslian varietas. Sementara itu, perilaku yang dianalisis adalah tempat pembelian, ukuran kemasan, jenis beras, harga beras, dan merek.

Penelitian ini dilaksanakan di wilayah kota Bogor. Sampel diambil dari pengunjung pasar swalayan di wilayah kota Bogor sebanyak 100 orang. Penelitian dilaksanakan dari bulan November sampai dengan Desember 2006, dengan metode non probability sampling yaitu quota sampling. Pengumpulan data dilakukan dengan cara pengisian kuisioner oleh lima orang enumerator, termasuk peneliti..

Prioritas perbaikan atribut Beras Berlabel dianalisis dengan diagram cartesius. Atribut yang dinilai penting oleh konsumen adalah rasa, kepulenan, aroma, warna, kebersihan, kontaminasi serangga, harga, ketersediaan, dan sertifikat keaslian varietas. Prioritas utama perbaikanatribut mutu Beras Berlabel adalah harga dan sertifikat keaslian varietas, sedangkan atribut mutu yang harus dipertahankan adalah ketersediaan, kontaminasi serangga, aroma, kepulenan, warna, rasa, dan kebersihan. Atribut mutu yang termasuk prioritas rendah untuk perbaikan yaitu bahan kemasan, informasi, dekorasi, dan merek.

Perilaku konsumen dalam pemilihan tempat pembelian beras berlabel adalah, supermarket (43%), minimarket (17%), hypermarket (13%). Ukuran kemasan yang paling banyak dipilih adalah : kemasan 10kg (35%), 5kg (33%), dan 25kg (15%). Jenis beras yang paling banyak dipilih adalah : Pandan Wangi (40%), Setra Ramos (25%), Rojolele (20%), dan Cianjur (15%). Harga beras per kilogram yang banyak menjadi pilihan adalah : Rp 9000-11000 (43%), Rp 11000-13000 (30%), dan >Rp 11000-13000 (17%). Sedangkan merek yang banyak menjadi pilihan adalah : Ayam Jago (15%), Desa Cianjur (14%), dan Si Pulen (11%).


(5)

INSTITUT PERTANIAN BOGOR FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN

ANALISIS TINGKAT KEPENTINGAN DAN KEPUASAN KONSUMEN TERHADAP ATRIBUT MUTU BERAS BERLABEL SERTA PERILAKU

KONSUMEN DALAM PEMBELIAN BERAS BERLABEL

SKRIPSI

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar SARJANA TEKNOLOGI PERTANIAN Pada Departemen Ilmu dan Teknologi Pangan

Fakultas Teknologi Pertanian Institut Pertanian Bogor

Oleh:

WIDHI WIDAGDO F24103081

Dilahirkan di Jakarta pada tanggal 13 Juli 1986 Tanggal lulus : Mei 2007

Menyetujui, Bogor, Mei 2007

Ir. Darwin Kadarisman, MS Dosen Pembimbing

Dr.Ir. Dahrul Syah, MSc


(6)

KATA PENGANTAR

Assalamu`alaikum Warohmatullohi Wabarokatuh.

Segala puji bagi Allah SWT, atas segala petunjuk, pertolongan dan Hidayah-Nya,

sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini. Shalawat serta salam semoga

tetap terlimpah kepada teladan kita Nabi Muhammad SAW, juga kepada keluarga,

sahabat, dan para pengikutnya yang senantiasa istiqomah di jalan-Nya hingga hari kiamat.

Skripsi yang berjudul ”Analisis Tingkat Kepentingan dan Kepuasan

Konsumen Terhadap Atribut Mutu Beras Berlabel Serta Perilaku Konsumen

Dalam Pembelian Beras Berlabel” merupakan tugas akhir yang dibuat untuk

menyelesaikan pendidikan sarjana di Institut Pertanian Bogor.

Tidak lupa juga pada kesempatan ini, penulis mengucapkan terima kasih kepada :

1.

Bapak Ir. Darwin Kadarisman, MS , selaku dosen pembimbing yang yang

telah memberikan arahan, bimbingan, dan segala bantuan kepada penulis

selama perkuliahan, penelitian maupun penyusunan tugas akhir.

2.

Bapak Dr. Ir. Yadi Haryadi, M.Sc dan Dr. Ir. Nugraha Edhi S., DEA selaku

dosen penguji yang telah menyumbangkan kritik dan saran yang membangun

dalan penyelesaian skripsi ini.

3.

Bapak, Ibu, dan Adik-adikku semua yang selalu memberi dukungan moral dan

do’anya selama penulis menyelesaikan tugas akhir ini.

4.

Pihak Swalayan tempat penulis melaksanakan penelitian: Matahari Market

Place, Yogya Departemen Store, Ngesti Swalayan, dan Indomaret.

5.

Ade Auliya yang selalu setia menemani, memberi semangat dan do’a kepada

penulis.

6.

Teman-teman ITP angkatan 40 yang telah membantu baik dalam penelitian

hingga penyusunan tugas akhir ini (Aca, Steph, Rial, Meiko, Tedy, Chusni,

Genta, Irma, Iin, Raja)

7.

Teman satu bimbingan : Tono, Evy, Pauline dan Bina.

8.

Vitas dan Yaka atas kebersamaannya dan dukungannya selama 3 tahun.

9.

Semua pihak yang telah membantu penulis selama melaksanakan tugas akhir


(7)

Akhir kata penulis mengucapkan terima kasih dan mohon maaf apabila terdapat

kesalahan dan kekurangan dalam penulisan skripsi ini. Semoga hasil penelitian

dalam bentuk skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua yang membutuhkan.

Wasalamu’alaikum Warahmatullohi Wabarokatuh.


(8)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Jakarta pada

tanggal 13 Juli 1986, merupakan anak pertama

dari pasangan Bapak Sigit Triyono dan Ibu

Endang Sri Widyastuti. Penulis dibesarkan di

Pondok Gede, Bekasi. Penulis adalah anak

pertama dari 3 bersaudara. Penulis memulai

pendidikan formalnya di SDN Cipinang Melayu

04 pagi, Jakarta Timur pada tahun 1991-1997.

Pada tahun 1997-2000 penulis melanjutkan

pendidikan di SMPN 109 Jakarta Timur,

kemudian pada tahun 2000-2003 melanjutkan

pendidikan di SMU Labschool Rawamangun, Jakarta Timur.

Setelah menyelesaikan pendidikan di SMU, pada tahun 2003 penulis diterima

sebagai mahasiswa dengan NRP F24103081 di Institut Pertanian Bogor melalui jalur

Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI) pada Departemen Ilmu dan Teknologi Pangan,

Fakultas Teknologi Pertanian. Semasa Kuliah di IPB, penulis aktif di beberapa kegiatan

kampus seperti Lomba Cepat Tepat Ilmu Pangan XII, BAUR 2005, FGD Formalin,

National Student Paper Competition, dan Olimpiade FATETA. Pada praktikum terpadu

semester 2006 penulis menjabat sebagai Manager QC untuk PT CFB. Selain itu penulis

telah merintih bisnis dibidang jasa boga sejak tahun 2005 dan dibidang komputer pada

tahun 2006.

Penulis melaksanakan penelitian sebagai tugas akhir dengan di bawah bimbingan

Bapak Ir. Darwin Kadarisman, MS dengan judul skripsi “Analisis Tingkat Kepentingan

dan Kepuasan Konsumen Terhadap Atribut Mutu Beras Berlabel Serta Perilaku

Konsumen Dalam Pembelian Beras Berlabel”.


(9)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ... i

DAFTAR ISI ... iv

DAFTAR TABEL ... v

DAFTAR GAMBAR ... vi

DAFTAR LAMPIRAN ... vii

I. PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Tujuan Penelitian ... 2

C. Manfaat Penelitian ... 3

II. TINJAUAN PUSTAKA ... 4

A. Produksi dan Perdagangan Beras di Indoneisa ... 4

B. Konsep Mutu ... 7

C. Mutu Beras ... 10

D. Perilaku Konsumen ... 14

III. METODOLOGI PENELITIAN ... 18

A. Tahapan Penelitian ... 18

B. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 19

C. Penyusunan kuisioner ... 19

D. Pelaksanaan Survei ... 21

E. Analisis Data ... 22

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ... 27

A. Profil Responden ... 27

B. Importance-Performance Analysis ... 30

C. Perilaku Pembelian Beras Berlabel ... 39

V. KESIMPULAN DAN SARAN ... 45

DAFTAR PUSTAKA ... 47


(10)

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Neraca Perdagangan Beras ... 5

Tabel 2. Standar Mutu Beras Nasional ... 11

Tabel 3. Daftar Atribut Mutu yang Diteliti ... 19

Tabel 4. Skala Likert Pengukuran Tingkat Kepentingan dan Kepuasan ... 22

Tabel 5. Atribut -Atribut Mutu yang Penting... 30

Tabel 6. Distribusi Tingkat Kesesuaian dan Kesenjangan pada Atribut Mutu Beras Berlabel yang Penting ... 34


(11)

SKRIPSI

ANALISIS TINGKAT KEPENTINGAN DAN KEPUASAN KONSUMEN TERHADAP ATRIBUT MUTU BERAS BERLABEL SERTA PERILAKU

KONSUMEN DALAM PEMBELIAN BERAS BERLABEL

Oleh

WIDHI WIDAGDO F24103081

2007

FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR


(12)

Widhi Widagdo. F24103081. Analisis Tingkat Kepentingan dan Kepuasan Konsumen Terhadap Atribut Mutu Beras Berlabel Serta Perilaku Konsumen Dalam Pembelian Beras Berlabel. Dibawah bimbingan Ir. Darwin Kadarisman, MS. 2007.

ABSTRAK

Beras berlabel adalah beras non curah yang dalam kemasannya mencantumkan informasi mengenai produk pada konsumen. Jenis beras yang paling mudah ditemui di pasaran adalah Pandan Wangi, Setra Ramos, Rojolele, dan Cianjur. Penelitian ini bertujuan mengetahui tingkat kepentingan dan kepuasan konsumen terhadap atribut mutu beras berlabel yang dianggap penting, serta mengetahui perilaku konsumen dalam pembelian beras berlabel di wilayah Bogor. Atribut mutu yang dianalisis adalah rasa, kepulenan, aroma, warna, kebersihan, kontaminasi serangga, bahan kemasan, dekorasi kemasan, informasi, harga, merek, ketersediaan, dan sertifikat jaminan keaslian varietas. Sementara itu, perilaku yang dianalisis adalah tempat pembelian, ukuran kemasan, jenis beras, harga beras, dan merek.

Penelitian ini dilaksanakan di wilayah kota Bogor. Sampel diambil dari pengunjung pasar swalayan di wilayah kota Bogor sebanyak 100 orang. Penelitian dilaksanakan dari bulan November sampai dengan Desember 2006, dengan metode non probability sampling yaitu quota sampling. Pengumpulan data dilakukan dengan cara pengisian kuisioner oleh lima orang enumerator, termasuk peneliti..

Prioritas perbaikan atribut Beras Berlabel dianalisis dengan diagram cartesius. Atribut yang dinilai penting oleh konsumen adalah rasa, kepulenan, aroma, warna, kebersihan, kontaminasi serangga, harga, ketersediaan, dan sertifikat keaslian varietas. Prioritas utama perbaikanatribut mutu Beras Berlabel adalah harga dan sertifikat keaslian varietas, sedangkan atribut mutu yang harus dipertahankan adalah ketersediaan, kontaminasi serangga, aroma, kepulenan, warna, rasa, dan kebersihan. Atribut mutu yang termasuk prioritas rendah untuk perbaikan yaitu bahan kemasan, informasi, dekorasi, dan merek.

Perilaku konsumen dalam pemilihan tempat pembelian beras berlabel adalah, supermarket (43%), minimarket (17%), hypermarket (13%). Ukuran kemasan yang paling banyak dipilih adalah : kemasan 10kg (35%), 5kg (33%), dan 25kg (15%). Jenis beras yang paling banyak dipilih adalah : Pandan Wangi (40%), Setra Ramos (25%), Rojolele (20%), dan Cianjur (15%). Harga beras per kilogram yang banyak menjadi pilihan adalah : Rp 9000-11000 (43%), Rp 11000-13000 (30%), dan >Rp 11000-13000 (17%). Sedangkan merek yang banyak menjadi pilihan adalah : Ayam Jago (15%), Desa Cianjur (14%), dan Si Pulen (11%).


(13)

ANALISIS TINGKAT KEPENTINGAN DAN KEPUASAN KONSUMEN TERHADAP ATRIBUT MUTU BERAS BERLABEL SERTA PERILAKU

KONSUMEN DALAM PEMBELIAN BERAS BERLABEL

SKRIPSI

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar SARJANA TEKNOLOGI PERTANIAN Pada Departemen Ilmu dan Teknologi Pangan

Fakultas Teknologi Pertanian Institut Pertanian Bogor

Oleh:

WIDHI WIDAGDO F24103081

2007

FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR


(14)

Widhi Widagdo. F24103081. Analisis Tingkat Kepentingan dan Kepuasan Konsumen Terhadap Atribut Mutu Beras Berlabel Serta Perilaku Konsumen Dalam Pembelian Beras Berlabel. Dibawah bimbingan Ir. Darwin Kadarisman, MS. 2007.

ABSTRAK

Beras berlabel adalah beras non curah yang dalam kemasannya mencantumkan informasi mengenai produk pada konsumen. Jenis beras yang paling mudah ditemui di pasaran adalah Pandan Wangi, Setra Ramos, Rojolele, dan Cianjur. Penelitian ini bertujuan mengetahui tingkat kepentingan dan kepuasan konsumen terhadap atribut mutu beras berlabel yang dianggap penting, serta mengetahui perilaku konsumen dalam pembelian beras berlabel di wilayah Bogor. Atribut mutu yang dianalisis adalah rasa, kepulenan, aroma, warna, kebersihan, kontaminasi serangga, bahan kemasan, dekorasi kemasan, informasi, harga, merek, ketersediaan, dan sertifikat jaminan keaslian varietas. Sementara itu, perilaku yang dianalisis adalah tempat pembelian, ukuran kemasan, jenis beras, harga beras, dan merek.

Penelitian ini dilaksanakan di wilayah kota Bogor. Sampel diambil dari pengunjung pasar swalayan di wilayah kota Bogor sebanyak 100 orang. Penelitian dilaksanakan dari bulan November sampai dengan Desember 2006, dengan metode non probability sampling yaitu quota sampling. Pengumpulan data dilakukan dengan cara pengisian kuisioner oleh lima orang enumerator, termasuk peneliti..

Prioritas perbaikan atribut Beras Berlabel dianalisis dengan diagram cartesius. Atribut yang dinilai penting oleh konsumen adalah rasa, kepulenan, aroma, warna, kebersihan, kontaminasi serangga, harga, ketersediaan, dan sertifikat keaslian varietas. Prioritas utama perbaikanatribut mutu Beras Berlabel adalah harga dan sertifikat keaslian varietas, sedangkan atribut mutu yang harus dipertahankan adalah ketersediaan, kontaminasi serangga, aroma, kepulenan, warna, rasa, dan kebersihan. Atribut mutu yang termasuk prioritas rendah untuk perbaikan yaitu bahan kemasan, informasi, dekorasi, dan merek.

Perilaku konsumen dalam pemilihan tempat pembelian beras berlabel adalah, supermarket (43%), minimarket (17%), hypermarket (13%). Ukuran kemasan yang paling banyak dipilih adalah : kemasan 10kg (35%), 5kg (33%), dan 25kg (15%). Jenis beras yang paling banyak dipilih adalah : Pandan Wangi (40%), Setra Ramos (25%), Rojolele (20%), dan Cianjur (15%). Harga beras per kilogram yang banyak menjadi pilihan adalah : Rp 9000-11000 (43%), Rp 11000-13000 (30%), dan >Rp 11000-13000 (17%). Sedangkan merek yang banyak menjadi pilihan adalah : Ayam Jago (15%), Desa Cianjur (14%), dan Si Pulen (11%).


(15)

INSTITUT PERTANIAN BOGOR FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN

ANALISIS TINGKAT KEPENTINGAN DAN KEPUASAN KONSUMEN TERHADAP ATRIBUT MUTU BERAS BERLABEL SERTA PERILAKU

KONSUMEN DALAM PEMBELIAN BERAS BERLABEL

SKRIPSI

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar SARJANA TEKNOLOGI PERTANIAN Pada Departemen Ilmu dan Teknologi Pangan

Fakultas Teknologi Pertanian Institut Pertanian Bogor

Oleh:

WIDHI WIDAGDO F24103081

Dilahirkan di Jakarta pada tanggal 13 Juli 1986 Tanggal lulus : Mei 2007

Menyetujui, Bogor, Mei 2007

Ir. Darwin Kadarisman, MS Dosen Pembimbing

Dr.Ir. Dahrul Syah, MSc


(16)

KATA PENGANTAR

Assalamu`alaikum Warohmatullohi Wabarokatuh.

Segala puji bagi Allah SWT, atas segala petunjuk, pertolongan dan Hidayah-Nya,

sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini. Shalawat serta salam semoga

tetap terlimpah kepada teladan kita Nabi Muhammad SAW, juga kepada keluarga,

sahabat, dan para pengikutnya yang senantiasa istiqomah di jalan-Nya hingga hari kiamat.

Skripsi yang berjudul ”Analisis Tingkat Kepentingan dan Kepuasan

Konsumen Terhadap Atribut Mutu Beras Berlabel Serta Perilaku Konsumen

Dalam Pembelian Beras Berlabel” merupakan tugas akhir yang dibuat untuk

menyelesaikan pendidikan sarjana di Institut Pertanian Bogor.

Tidak lupa juga pada kesempatan ini, penulis mengucapkan terima kasih kepada :

1.

Bapak Ir. Darwin Kadarisman, MS , selaku dosen pembimbing yang yang

telah memberikan arahan, bimbingan, dan segala bantuan kepada penulis

selama perkuliahan, penelitian maupun penyusunan tugas akhir.

2.

Bapak Dr. Ir. Yadi Haryadi, M.Sc dan Dr. Ir. Nugraha Edhi S., DEA selaku

dosen penguji yang telah menyumbangkan kritik dan saran yang membangun

dalan penyelesaian skripsi ini.

3.

Bapak, Ibu, dan Adik-adikku semua yang selalu memberi dukungan moral dan

do’anya selama penulis menyelesaikan tugas akhir ini.

4.

Pihak Swalayan tempat penulis melaksanakan penelitian: Matahari Market

Place, Yogya Departemen Store, Ngesti Swalayan, dan Indomaret.

5.

Ade Auliya yang selalu setia menemani, memberi semangat dan do’a kepada

penulis.

6.

Teman-teman ITP angkatan 40 yang telah membantu baik dalam penelitian

hingga penyusunan tugas akhir ini (Aca, Steph, Rial, Meiko, Tedy, Chusni,

Genta, Irma, Iin, Raja)

7.

Teman satu bimbingan : Tono, Evy, Pauline dan Bina.

8.

Vitas dan Yaka atas kebersamaannya dan dukungannya selama 3 tahun.

9.

Semua pihak yang telah membantu penulis selama melaksanakan tugas akhir


(17)

Akhir kata penulis mengucapkan terima kasih dan mohon maaf apabila terdapat

kesalahan dan kekurangan dalam penulisan skripsi ini. Semoga hasil penelitian

dalam bentuk skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua yang membutuhkan.

Wasalamu’alaikum Warahmatullohi Wabarokatuh.


(18)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Jakarta pada

tanggal 13 Juli 1986, merupakan anak pertama

dari pasangan Bapak Sigit Triyono dan Ibu

Endang Sri Widyastuti. Penulis dibesarkan di

Pondok Gede, Bekasi. Penulis adalah anak

pertama dari 3 bersaudara. Penulis memulai

pendidikan formalnya di SDN Cipinang Melayu

04 pagi, Jakarta Timur pada tahun 1991-1997.

Pada tahun 1997-2000 penulis melanjutkan

pendidikan di SMPN 109 Jakarta Timur,

kemudian pada tahun 2000-2003 melanjutkan

pendidikan di SMU Labschool Rawamangun, Jakarta Timur.

Setelah menyelesaikan pendidikan di SMU, pada tahun 2003 penulis diterima

sebagai mahasiswa dengan NRP F24103081 di Institut Pertanian Bogor melalui jalur

Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI) pada Departemen Ilmu dan Teknologi Pangan,

Fakultas Teknologi Pertanian. Semasa Kuliah di IPB, penulis aktif di beberapa kegiatan

kampus seperti Lomba Cepat Tepat Ilmu Pangan XII, BAUR 2005, FGD Formalin,

National Student Paper Competition, dan Olimpiade FATETA. Pada praktikum terpadu

semester 2006 penulis menjabat sebagai Manager QC untuk PT CFB. Selain itu penulis

telah merintih bisnis dibidang jasa boga sejak tahun 2005 dan dibidang komputer pada

tahun 2006.

Penulis melaksanakan penelitian sebagai tugas akhir dengan di bawah bimbingan

Bapak Ir. Darwin Kadarisman, MS dengan judul skripsi “Analisis Tingkat Kepentingan

dan Kepuasan Konsumen Terhadap Atribut Mutu Beras Berlabel Serta Perilaku

Konsumen Dalam Pembelian Beras Berlabel”.


(19)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ... i

DAFTAR ISI ... iv

DAFTAR TABEL ... v

DAFTAR GAMBAR ... vi

DAFTAR LAMPIRAN ... vii

I. PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Tujuan Penelitian ... 2

C. Manfaat Penelitian ... 3

II. TINJAUAN PUSTAKA ... 4

A. Produksi dan Perdagangan Beras di Indoneisa ... 4

B. Konsep Mutu ... 7

C. Mutu Beras ... 10

D. Perilaku Konsumen ... 14

III. METODOLOGI PENELITIAN ... 18

A. Tahapan Penelitian ... 18

B. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 19

C. Penyusunan kuisioner ... 19

D. Pelaksanaan Survei ... 21

E. Analisis Data ... 22

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ... 27

A. Profil Responden ... 27

B. Importance-Performance Analysis ... 30

C. Perilaku Pembelian Beras Berlabel ... 39

V. KESIMPULAN DAN SARAN ... 45

DAFTAR PUSTAKA ... 47


(20)

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Neraca Perdagangan Beras ... 5

Tabel 2. Standar Mutu Beras Nasional ... 11

Tabel 3. Daftar Atribut Mutu yang Diteliti ... 19

Tabel 4. Skala Likert Pengukuran Tingkat Kepentingan dan Kepuasan ... 22

Tabel 5. Atribut -Atribut Mutu yang Penting... 30

Tabel 6. Distribusi Tingkat Kesesuaian dan Kesenjangan pada Atribut Mutu Beras Berlabel yang Penting ... 34


(21)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Atribut mutu interinsik dan eksterinsik yang mempengaruhi

harapan dan persepsi konsumen ... 9

Gambar 2. Model Pedoman Mutu ... 10

Gambar 3. Model Perilaku Pengambilan Keputusan Konsumen dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya... 16

Gambar 4. Bagan Tahapan Penelitian ... 18

Gambar 5. Diagram Cartesius tingkat kepentingan dan kepuasan pelanggan ... 25

Gambar 6. Grafik sebaran tingkat pendidikan responden ... 27

Gambar 7. Grafik sebaran tingkat pengeluaran responden ... 28

Gambar 8. Grafik Sebaran Jumlah Anggota Keluarga... 29

Gambar 9. Grafik sebaran Lama konsumsi ... 30

Gambar 10. Diagram Cartesius dari Atribut Mutu Beras Berlabel ... 36

Gambar 11. Grafik sebaran Tempat Pembelian ... 40

Gambar 12. Jumlah pembelian perbulan ... 40

Gambar 13. Ukuran Kemasan ... 41

Gambar 14. Jenis Beras ... 42

Gambar 15. Harga Beras Berlabel ... 42


(22)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Kuisioner Penelitian ... 49 Lampiran 2. Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas Kuisioner ... 53 Lampiran 3. Tingkat Kepentingan dan Kepuasan Atribut

Beras Berlabel ... 54 Lampiran 4. Distribusi Skor yang Diberikan Responden pada Analisis

Tingkat Kepentingan ... 55 Lampiran 5. Distribusi Skor yang Diberikan Responden pada Analisis

Tingkat Kepuasan... 59 Lampiran 6. Sebaran Data Jumlah Responden ... 63 Lampiran 7. Harga Beras Berlabel ... 64 Lampiran 8. Output SPSS 13 Menggunakan Metode Kolerasi

Spearman ... 65 Lampiran 9. Importance Performance Berdasarkan Profil Responden .... 68


(23)

I. PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Indonesia merupakan negara agraris dan beras adalah salah satu hasil pertanian utamanya. Sebagai makanan pokok masyarakat Indonesia, produksi beras dalam negeri sampai saat ini belum dapat mencukupi kebutuhan nasional. Selain disebabkan oleh peningkatan jumlah populasi, banyaknya masyarakat yang mengganti makanan pokok mereka dengan beras juga menyebabkan meningkatnya jumlah konsumsi beras.

Kemajuan di berbagai bidang telah mempengaruhi pola permintaan pangan, termasuk permintaan beras sebagai salah satu makanan pokok. Tantangan dalam permintaan pangan di masa yang akan datang, diantaranya adalah : (1) pertumbuhan jumlah penduduk dan peningkatan pendapatan masyarakat, (2) perubahan struktur demografi, dan (3) globalisasi preferensi konsumen (Suryana dan Purwoto, 1998)

Jumlah pasokan beras di pasar induk Cipinang tahun 2002-2005 menunjukkan peningkatan. Tahun 2002 jumlah pasokan beras adalah sebesar 643.140 ton sedangkan tahun 2005 jumlah pasokan adalah sebesar 806.167 ton. Dengan asumsi bahwa pasokan setara permintaan, maka volume perdagangan beras akan terus meningkat di masa mendatang. Industri dibidang pengolahan beras tumbuh dalam rangka memenuhi permintaan beras tersebut. Menurut data Ditjen Tanaman Pangan Deptan jumlah kelompok penggilingan padi di Indonesia saat ini sekitar 104.000 perusahaan yang secara umum dikelompokkan menjadi perusahaan penggilingan padi sederhana, kecil, menengah, dan besar. Dari produsen tersebut dihasilkan beberapa jenis produk beras yang digolongkan berdasarkan jenis, ukuran kemasan, harga, dan mutu. Dengan teknologi maupun manajemen yang sederhana, beras dari

perusahaan-perusahaan pengolahan padi di Indonesia belum dapat bersaing baik di pasaran lokal maupun dunia. Kesulitan pemasaran beras dalam negeri dikarenakan beberapa faktor sebagai berikut : (1) mutu produk relatif rendah; (2) tingkat efisiensi produksi rendah; dan (3) kepercayaan konsumen terhadap


(24)

beras dalam negeri yang menurun akibat baku mutu yang tidak jelas dan terkadang tidak konsisten.

Pasar di Indonesia pada saat ini telah bergeser ke beras bermutu tinggi, berikut kemasan yang menarik dengan ukuran yang variatif dan cenderung dalam kemasan kecil (5 kg, 10 kg dan 20 kg) terutama untuk kota besar. Salah satu masalah yang timbul adalah pada pelabelan. Banyaknya industri pengolahan beras yang memiliki label sendiri tanpa proses sertifikasi yang jelas mengakibatkan keaslian beras menjadi dipertanyakan.

Sejalan dengan perkembangan sikap konsumen yang menginginkan perbaikan mutu beras, produsen perlu terlebih dahulu mengetahui hal-hal yang mempengaruhi sikap konsumen dan atribut mutu mana saja yang berpengaruh dalam pembelian beras berlabel. Untuk itu perlu dilakukan survei konsumen yang berkenaan dengan atribut mutu beras yang paling mempengaruhi sikap konsumen dalam pembelian beras. Dari hasil survei dapat dipilih penerapan teknologi tepat guna yang dapat dimanfaatkan oleh produsen untuk meningkatkan mutu beras baik intrinsik maupun ekstrinsik.

B. TUJUAN PENELITIAN

Tujuan dari penelitian ini yaitu :

1. Menganalisis atribut mutu apa saja yang dinilai penting oleh konsumen untuk beras berlabel

2. Menentukan tingkat kepuasan atribut-atribut mutu beras berlabel yang dinilai penting

3. Menentukan tingkat kesesuaian dan kesenjangan atribut-atribut mutu beras berlabel yang dinilai penting

4. Menentukan prioritas perbaikan atribut-atribut mutu beras berlabel 5. Menganalisis perilaku konsumen dalam pembelian beras berlabel


(25)

C. MANFAAT PENELITIAN

Hasil Penelitian ini diharapkan dapat berguna untuk :

1. Memberikan gambaran menyeluruh mengenai atribut mutu beras berlabel baik intrinsik maupun ekstrinsik.

2. Memberikan fakta, informasi dan tambahan pengetahuan, terutama mengenai mutu beras berlabel.

3. Memberikan masukan kepada pemerintah dalam melancarkan perdagangan beras berlabel dan membina petani sebagai produsen padi dan beras.

4. Memberikan masukan kepada produsen dan pedagang beras berlabel dalam rangka merancang bauran pemasaran beras berlabel.


(26)

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. PRODUKSI DAN PERDAGANGAN BERAS DI INDONESIA

Pada tahun 2006, PDB sektor pertanian tumbuh 3,41%, meningkat dari tahun sebelumnya yang hanya 2,55%. Subsektor tanaman bahan makanan tumbuh dari 2,57% pada tahun 2005 menjadi 2,89% di tahun 2006 (Triwulan III) (BPS,2006). Produksi padi sendiri mengalami peningkatan sebesar 0,46% pada tahun 2006 menjadi 54.402.014 ton GKG dari tahun sebelumnya sebesar 54.151.097 ton GKG. Peningkatan produksi padi tersebut menunjukkan bahwa upaya kebijakan pemerintah meningkatkan produktivitas padi cukup berhasil (Deptan,2006).

Perkembangan pola konsumsi beras penduduk Indonesia pada tahun 2006 sebesar 0,381 kg per kapita per hari atau 139,15 kg perkapita per tahun. Dengan jumlah penduduk untuk wilayah DKI Jakarta, berdasarkan data Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Provinsi DKI Jakarta (2006), yang berjumlah 7.519.480 jiwa, maka pangsa pasar beras DKI Jakarta mencapai 2.865 ton per hari (1.045.700 ton per tahun).

Saat ini kebutuhan tersebut dipenuhi oleh pasokan beras yang masuk Pasar Induk Cipinang sebanyak 1400–1700 ton per hari, sisanya berasal dari pasokan beras jalur Tanjung Priok. Jumlah permintaan dan penawaran beras saat ini relatif seimbang. Kekurangan dan kelebihan yang terjadi tidak bergerak jauh dari keseimbangan terkait dengan jumlah produksi beras yang sangat pas dengan kebutuhan. Perkembangan produksi padi dan neraca perdagangan beras dapat dilihat pada Tabel 1.


(27)

Tabel 1. Neraca perdagangan beras (Juta US$)

Tahun Ekspor Impor Neraca 1998 2,476 861,7 -859,224 1999 1,883 1327,536 -1325,65 2000 0,785 30,521 -319,736 2001 0,995 135,378 -134,383 2002 1,377 343,425 -342,048 2003 0,271 219,091 -218,82

Sumber: Sutrisno (2005)

Permintaan beras nasional pada tahun 2005 hingga tahun 2009 cenderung bertambah dari tahun ke tahun seiring dengan pertumbuhan penduduk sebesar rata-rata 1,21% per tahun. Rata-rata peningkatan konsumsi tersebut sama dengan rata-rata peningkatan produksi beras. Neraca mengalami defisit yang cenderung meningkat selama 2005-2009 yaitu sebesar 311 ribu ton pada tahun 2005 menjadi 455 ribu ton pada tahun 2009. Defisit tersebut sangat tipis, yaitu sekitar 0,73-1,17 % atau rata-rata 0,89 % dari konsumsi (Sutrisno, 2005).

Walaupun produksi beras mengalami peningkatan, tetapi jumlahnya masih tidak dapat memenuhi kebutuhan dalam negeri. Untuk itu pemerintah berusaha untuk meningkatkan produksi dengan berbagai cara, salah satunya melalui Inpres No 3 tahun 2007 tentang kebijakan perberasan, mengintruksikan untuk mendorong dan memfasilitasi penggunaan benih unggul bersertifikat dan pupuk berimbang, mengurangi kehilangan pasca panen, rehabilitasi lahan, kebijakan harga pembelian pemerintah, menjaga kestabilan harga, dan melaksanakan koordinasi dalam perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi kinerja pelaksanaan kebijaksanaan perberasan ini.

Pemasaran beras telah tersegmentasi berdasarkan demografi ekonomi, yaitu kelas atas, menengah dan bawah. Setiap segmen memiliki preferensi dan persyaratan atribut mutu tertentu. Pemasaran setiap segmen konsumen pun menggunakan saluran pemasaran tertentu. Beras dengan


(28)

segmen pasar kelas atas umumnya dipasarkan di supermarket/hypermarket. Beras dengan segmen pasar menengah dapat dipasarkan baik sebagai kualitas bawah supermarket maupun sebagai kualitas atas pasar tradisional. Konsumen kelas bawah umumnya mendatangi pasar tradisional yang menjual beras kualitas bawah dan murah.

Berbeda dengan struktur pasar beras di pasar tradisional, supermarket memiliki karakteristik pasar oligopoli. Tercatat ada enam perusahaan besar produsen beras yang bersaing di supermarket antara lain PT. Buyung Poetra Sembada, PT. Alam Makmur Sembada, PT. Mitra Surya Mukti, Pertani, PT. Prima Andalan Djaja Internusa, Lautan Mas. Selain itu terdapat beberapa perusahaan yang lebih kecil yang turut bersaing antara lain PT. Mitra Meugah Bestari, Mahkota ABC, PD. Lee, Al Hijaz, PT. Bangun Bumi Nusa, 1001 Jakarta. Pada umumnya supermarket memiliki tiga hingga delapan perusahaan supplier tetap produk beras yang menghasilkan beberapa merek produk dengan spesifikasi varietas dan kualitas tertentu. Sedikitnya perusahaan yang bersaing disebabkan segmentasi pasar di supermarket dan barrier berupa persyaratan yang diajukan pengelola supermarket.

Pemasok harus memenuhi persyaratan yang diajukan pihak pengelola supermarket dari segi kualitas, kuantitas dan kontinuitas dalam kondisi apapun. Mekanisme jual beli menggunakan sistem ”beli-putus”. Beras yang sudah dibeli dan diterima dengan baik di gudang supermarket sepenuhnya menjadi tanggung jawab pihak supermarket. Retur berlaku apabila kerusakan yang terjadi pada beras adalah akibat kelalaian supplier. Sistem pambayaran merupakan hasil negosiasi antara kedua pihak, biasanya pihak supermarket meminta jangka waktu pembayaran dan hal ini merupakan indikator daya saing bagi supplier.

Beras yang dipasarkan di supermarket lebih seragam dibandingkan beras di pasaran baik dari segi jenis maupun kualitas. Jenis beras yang paling banyak beredar adalah Pandan Wangi dan Setra Ramos. Beras lain seperti Cianjur Slyp, Rojolele, IR 64 hanya ada dalam jumlah sedikit. Mayoritas supermarket hanya menjual beras dengan kualitas super dan


(29)

kepala (menengah-atas) dan hanya sebagian kecil yang berkualitas biasa. Hal ini terkait dengan target pelanggan yang belanja di supermarket yaitu masyarakat menengah-atas.

B. KONSEP MUTU

Mutu telah menjadi bagian penting untuk bersaing dalam pasar produk pangan. Untuk menghasilkan produk akhir yang baik, mutu harus dikendalikan di seluruh rantai pangan. Hal ini adalah suatu keharusan, karena pemahaman konsumen mengenai mutu pangan dan perhatian terhadap kesehatan serta keamanan pangan memaksa industri pangan dan agribisnis untuk menggunakan manajemen mutu dalam kegiatannya memproduksi pangan.

Terdapat beberapa definisi yang berkaitan dengan mutu. Menurut Juran (1989) diacu dalam Muhandri (2006) mutu didefinisikan sebagai ”Fitness for Use” (cocok digunakan). Artinya suatu produk harus dapat memenuhi kebutuhan dan keinginan pelanggan. Mutu dapat juga didefinisikan sebagai ”Conformance to Requirement”. Dengan definisi ini kegiatan mutu perusahaan dititikberatkan untuk (1) mencoba mengerti harapan-harapan konsumen, (2) memenuhi harapan-harapan tersebut sehingga (3) perlu pandangan eksternal mengenai mutu agar penyusunan sasaran mutu lebih realistis dan sesuai dengan permintaan atau keinginan (Muhandri, 2006). ISO 9000 sendiri mendefinisikan mutu sebagai derajat dari serangkaian karakteristik produk atau jasa yang memenuhi kebutuhan atau harapan yang dinyatakan (Muhandri, 2006).

Konsep mutu telah digambarkan dalam berbagai model ilustrasi dari yang paling sederhana hingga kompleks yang melibatkan faktor yang mungkin mempengaruhi persepsi dan harapan mutu oleh konsumen. Menurut Kadarisman (2006), ada 7 konsep mutu yang dikembangkan para ahli mutu untuk menangkap keinginan konsumen, yaitu (1) Model Zip, mutu dijelaskan sebagai hubungan antara pemasok yang menyampaikan produk yang memenuhi harapan spesifik pelanggan; (2) Titik Pandang Mutu, mutu dibagi menjadi 5 kriteria yaitu :judgmental,


(30)

Product-based,user-based,value-based,dan manufacturing-based ; (3) Quality of Design dan Quality of Conformance, mutu dilihat dari tingkat kesesuaian terhadap rancangan produk dan jasa ; (4) Model Kano, tipe persyaratan mutu pelanggan dibagi menjadi revealed, expected, dan exciting ; (5) delapan dimensi mutu Garvin : performance, feature, realibility, conformance, durability, serviceability, aesthetic, dan perceived quality ; (6) Servqual, mutu dibagi menjadi lima : reliability, assurance, tangible, empathy, dan responsiveness; dan (7) Menurut Steenkamp produk pangan dan pertanian memiliki 2 kelompok atribut mutu : intrinsik dan ekstrinsik.

Luning et al. (2002) mengajukan konsep mutu yang berfokus pada atribut teknologis dan faktor-faktor yang dapat mempengaruhi kinerja mutu produk berdasarkan aspek yang khas dari produk pangan dan pertanian. Konsep ini mengasumsikan bahwa produk pangan-pertanian semacam ini tidak memiliki mutu. Produk memiliki fitur fisik yang berubah menjadi atribut mutu oleh persepsi konsumen.

Dalam hal produk pangan-pertanian, persepsi mutu dipengaruhi oleh beberapa jenis atribut. Atribut yang berhubungan langsung dengan sifat fisik produk disebut atribut intrinsik, sedangkan atribut ekstrinsik mengacu pada karakteristik yang tidak berhubungan langsung dengan sifat fisik produk. Atribut intrinsik dan ekstrinsik serta faktor pada rantai produksi yang dapat mempengaruhi atribut ini dapat dilihat pada Gambar 1.


(31)

Harapan dan persepsi konsumen

Atribut mutu ekstrinsik A karakterisitik sistem produksi B Aspek lingkungan

C Pemasaran Atribut mutu intrinsik

A Aspek keamanan dan kesehatan produk B sifat sensori dan masa simpan

C Kenyamanan dan reliabilitas produk

Sifat fisik bahan mentah dan produk Mis: komposisi Aw, predisposisi genetik

Kondisi penanganan, operasi dan pengolahan pada rantai

produksi pangan-pertanian mis: temperatur, kondisi

pengemas

Tuntutan dan larangan legislasi

Gambar 1. Atribut mutu intrinsik dan ekstrinsik yang mempengaruhi harapan dan persepsi konsumen (Luning et al., 2002)

Menurut Engel et al. (1994) atribut mutu produk adalah karakteristik dari suatu produk yang berfungsi sebagai atribut evaluatif selama pengambilan keputusan. Penilaian terhadap atribut mutu produk dapat menggambarkan sikap konsumen terhadap suatu produk tersebut sekaligus mencerminkan perilaku konsumen dalam mengkonsumsi suatu produk. Selanjutnya, Tjiptono (1997), mendefinisikan atribut mutu produk sebagai unsur-unsur produk yang dianggap penting oleh konsumen dan dijadikan sebagai dasar dalam proses pengambilan keputusan pembelian.

Selain itu, Steenkamp (1990) juga menyatakan pengalaman sesungguhnya didasarkan pada perpaduan persepsi atribut mutu dimana pembedaan antara atribut mutu pengalaman dan kepercayaan dibuat. Atribut mutu pengalaman adalah atribut yang dapat dilihat oleh konsumen berdasarkan konsumsi, seperti rasa, aroma, tekstur, dan lain-lain. Atribut kepercayaan tidak dapat dilihat melalui pengalaman pribadi, seperti tanpa pengawet, kesehatan atau keramahan lingkungan. Model mutu yang kompleks ini dapat dilihat pada Gambar 2.


(32)

Gambar 2. Model Pedoman Mutu (Luning, 2002)

C. Mutu Beras

Beras berasal dari tumbuhan padi. Asal-usulnya masih diperdebatkan. Beberapa daerah yang diduga menjadi daerah asal padi adalah India Utara bagian timur, Bangladesh Utara dan daerah yang membatasi negara Burma, Thailand, Laos, Vietnam, dan Cina bagian Selatan (Setyono, 2001). Menurut Ismunaji (1988) padi (Oryza sativa) diklasifikasikan sebagai famili Gramineae. Berdasarkan klasifikasi ini, tanaman beras dimasukkan dalam sub-famili Festucoideae. Genus Oryzae memiliki 20 spesies, tetapi yang dibudidayakan adalah Oryza sativa L. di Asia, dan Oryza glaberrima Steund di Afrika. Proses evolusi dari Oryza sativa berkembang menjadi tiga ras ecogeographic, yakni Sinica (Japonica), Indica dan Javanica. Namun yang sekarang ini berkembang di Indonesia adalah Oryza sativa indica.

Mutu beras yang ada di pasaran sangat bervariasi dan sebutan namanya beragam tergantung masing-masing daerah. Hal ini disebabkan adanya perbedaan cara-cara penggolongannya. Beberapa cara penggolongan yang banyak diterapkan dan dipraktekkan, adalah : (1) berdasarkan varietas padi, (2) berdasarkan daerah asalnya, (3) berdasarkan


(33)

cara pengolahannya, (4) berdasarkan tingkat penyosohannya, dan (5) berdasarkan gabungan antara varietas padi dan tingkat penyosohannya.

Perbedaan tingkat teknologi pengolahan sangat mempengaruhi mutu beras yang dihasilkan khususnya dalam komponen mutunya seperti derajat sosoh, kadar air, beras patah, menir, dan sebagainya. Hal ini akan berpengaruh banyak terhadap baku dan grading beras. Alat yang sederhana atau yang lebih modern serta umur alat pengolahan itu sendiri juga langsung berpengaruh terhadap mutu. Perbedaan alat pengolahan juga akan membedakan mutu beras yang dihasilkan.

Klasifikasi mutu dilakukan melalui standarisasi yang mengacu pada SNI No. 01-6128-1999 tentang standar mutu beras. Persyaratan mutu tersebut meliputi persyaratan kualitatif dan kuantitatif. Secara lebih teliti SNI beras dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2. Standar mutu beras nasional.

No. Komponen Mutu Mutu

I II III IV V 1 Derajat sosoh (%min) 100 100 100 95 85 2 Kadar air (maks) 14 14 14 14 15 3 Beras kepala (%min) 100 95 84 78 60 4 Butir utuh (%min) 60 50 40 35 35 5 Butir patah (%maks) 0 5 15 25 35 6 Butir menir (%maks) 0 0 1 2 5 7 Butir merah (%maks) 0 0 1 3 3 8 Butir kuning (%maks) 0 0 1 3 5 9 Butir mengapur (%maks) 0 0 1 3 5 10 Benda asing (%maks) 0 0 0.02 0.02 0.2 11 Butir gabah (butir/100gmaks) 0 0 1 1 3 12 Campuran varietas lain

(%maks)


(34)

Selanjutnya BULOG melakukan modifikasi pada SNI tersebut, yaitu pada mutu III, derajat sosoh diturunkan dari 100% menjadi 95%. Pada mutu IV Butir patah dari 25% menjadi 20%. Hal ini dapat disebabkan penyesuaian dengan kondisi dan kemampuan sumber daya yang sebenarnya.

Pemenuhan syarat-syarat dan standar mutu beras di atas mempertimbangkan dua faktor penting, (1) pertama adalah pertimbangan yang erat kaitannya dengan penyimpanan. Beras sedapat mungkin memiliki daya simpan yang tinggi atau lama. Faktor-faktor yang mempengaruhi daya simpan tersebut, yaitu : derajat sosoh, kadar air dan kebersihan beras dari dedak atau bekatul; (2) kedua adalah pertimbangan yang ada hubungannya dengan syarat mutu yang berlaku dalam perdagangan, seperti : persentase beras patah, menir, kepala, dan sebagainya.

Pati beras terdiri dari molekul besar rangkaian unit-unit gula. Bila rantainya lurus disebut amilosa dan bila rantainya bercabang maka disebut amilopektin. Rasio amilosa-amilopektin dapat menentukan tekstur nasi. Semakin kecil kadar amilosa, nasi semakin lengket nasinya. Berdasarkan kandungan amilosanya, beras dapat dibagi menjadi empat golongan, yaitu : (1) beras dengan amilosa tinggi (25-33%); (2) beras dengan amilosa sedang (20-25%); (3) beras dengan amilosa rendah (9-20%); dan (4) beras dengan amilosa sangat rendah (2-9%). Kepulenan secara praktis dikaitkan dengan kelengketan, kelunakan, tidak mengembang waktu dikukus, dan menyerap sedikit air saat dimasak ( Hubeis, 1985).

Lapisan luar beras banyak berpengaruh terhadap rasa dan aroma, maka derajat sosoh perlu diperhatikan. Di pasaran dikenal beras slyp yang berasal dari kata volslyp, artinya beras yang telah disosoh penuh, atau sebagian besar kulit ari beras (90%) tersosoh. Pada kulit ari terdapat lemak dan vitamin, sehingga nilai gizinya tinggi, tetapi daya simpannya rendah. Oleh karena itu derajat sosoh yang ideal ditentukan dengan memperhitungkan nilai gizi dan umur simpannya.


(35)

Hama yang sering menimbulkan kerusakan besar pada beras yang disimpan di gudang adalah Sitophilus sp (kumbang moncong). Serangga ini merupakan hama primer, yaitu langsung menyerang biji-bijian utuh. Di Indonesia, Sitophilus zeamais lebih banyak ditemukan daripada Sitophilus oryzae (Pranata, 1979)

Beberapa atribut mutu yang diuraikan di atas, baik yang tercantum pada standar beras nasional maupun atribut lain seperti rasa, aroma dan warna merupakan atribut mutu intrinsik. Selain atribut tersebut, dalam pemasaran beras ada beberapa atribut mutu ekstrinsik yang telah berkembang seperti merek, kemasan, label (informasi), sertifikasi keaslian varietas beras dan sistem budidaya padi.

Merek merupakan nama, istilah, tanda/simbol, desain, warna, dan kombinasi atribut lain yang diharapkan mampu memberikan identitas dan diferensiasi terhadap produk pesaing. Tujuan penggunaan merek pada suatu produk adalah: (1) sebagai identitas untuk mendiferensiasikan atau membedakan produk suatu perusahaan dengan produk pesaingnya; (2) alat promosi sebagai daya tarik produk; (3) Membangun citra dengan memberikan keyakinan, jaminan, mutu, serta prestise tertentu kepada konsumen (Kotler, 2000). Contoh merek beras dengan kualitas baik dan harga relatif mahal seperti ABC, Si Pulen dan Desa Cianjur. Pusat persaingan beras di supermarket yaitu beras dengan kualitas baik namun dengan harga yang lebih murah seperti merek LCO, Anggrek Plicata, Ayam Jago, Al Hijaz, Topi Koki, Hero, Lautan Mas.

Kemasan pada prinsipnya memberikan kepraktisan atas suatu produk. Dengan adanya kemasan, produk akan terjaga dari kerusakan pada saat didistribusikan. Danger (1992) mengemukan enam fungsi kemasan, yaitu sebagai pelindung isi, memberikan kemudahan dalam penggunaan,memberikan daya tarik, sebagai identitas produk, kenyamanan, dan kemudahan distribusi, serta informasi bagi konsumen. Dalam pemasaran beras, para produsen mengembangkan dekorasi dan kemasan sebagai daya tarik. Kemasan beras pada zaman dulu hanya karung goni


(36)

dengan desain seadanya. Kini beras dikemas dalam plastik PP (Poly Propilen) dengan desain dan warna yang sangat menarik.

Label adalah bagian dari produk yang menyampaikan informasi mengenai produk dan produsen kepada konsumen. Label juga merupakan tanda pengenal yang dicantumkan pada produk. Menurut Danger (1992), pemberian label berhubungan dengan data yang tercakup dalam kemasan. Menurut PP 69 tahun 1999, keterangan yang ada pada label minimal mencantumkan nama produk, daftar bahan yang digunakan, berat bersih, nama dan alamat produsen, dan tanggal, bulan, tahun kadaluwarsa.

D. Perilaku Konsumen

Menurut Undang-Undang tentang perilaku konsumen No. 8 tahun 1999, konsumen didefinisikan sebagai setiap orang pemakai barang dan/atau jasa yang tersedia bagi masyarakat, baik bagi kepentingan sendiri, keluarga, orang lain, maupun makhluk hidup lain dan tidak untuk diperdagangkan. Dalam penelitian ini, ditetapkan beberapa karakteristik konsumen yang akan diamati, meliputi tingkat pendidikan, jumlah pengeluaran, jumlah anggota keluarga, dan rentan waktu mengonsumsi beras.

Tingkat pendidikan berhubungan dengan tingkat intelegensia. Semakin tinggi tingkat intelegensia seseorang, semakin luas ilmu pengetahuan yang dimilikinya sehingga menimbulkan cara berpikir yang lebih baik. Tingkat pendidikan akan mempengaruhi nilai-nilai yang dianut, cara berpikir, cara pandang, bahkan persepsinya terhadap suatu masalah. Konsumen yang memiliki tingkat pendidikan lebih baik akan sangat responsif terhadap informasi (Sumarwan, 2003). Keadaan ini sejalan dengan hasil rangkuman pendapat beberapa ilmuwan oleh Gonzales dalam Jahi (1988) bahwa pendidikan merupakan suatu faktor yang menentukan dalam mendapatkan pengetahuan. Seseorang yang mempunyai tingkat pendidikan lebih tinggi umumnya lebih menyadari kebutuhan akan informasi, sehingga menggunakan lebih banyak jenis informasi dan lebih terbuka terhadap media massa.


(37)

Konsumen umumnya tidak merasa nyaman jika harus mengungkapkan pendapatan yang diterima karena merupakan sesuatu yang pribadi. Keadaan ini mengakibatkan data pendapatan yang diperoleh dari konsumen sering kali tidak akurat. Untuk mengatasinya digunakan pendekatan pengeluaran konsumen. Jumlah pengeluaran rumah tangga inilah yang dianggap sebagai indikator pendapatan rumah tangga.

Jumlah anggota keluarga akan menentukan jumlah dan pola konsumsi suatu barang dan jasa. Semakin besar jumlah anggota keluarga berarti kebutuhan akan barang dan jasa juga semakin besar. Jumlah anggota keluarga menggambarkan potensi permintaan terhadap suatu barang dari sebuah rumahtangga (Sumarwan, 2003).

Menurut Engel et al. (1994), kepuasan konsumen merupakan evaluasi purnabeli dimana alternatif yang dipilih minimal sama atau melampaui harapan pelanggan, sedangkan ketidakpuasan timbul apabila hasil tidak mampu memenuhi harapan.

Harapan pelanggan diyakini mempunyai peranan yang besar dalam menentukan kualitas produk dan kepuasan pelanggan. Dalam konteks kepuasan pelanggan, umumnya harapan merupakan pemikiran atau keyakinaan pelanggan tentang apa yang akan diterimanya. Menurut Kotler (2000), harapan pelanggan dibentuk dan didasarkan oleh beberapa faktor, diantaranya pengalaman berbelanja di masa lalu, opini teman dan kerabat, serta informasi dan janji-janji perusahaan.

Engel et al. (1994), mendefinisikan perilaku konsumen sebagai suatu tindakan yang terlibat dalam mendapatkan, mengkonsumsi dan menghabiskan produk dan jasa, termasuk proses keputusan yang mendahului dan menyusul tindakan tersebut. Sedangkan Schiffman dan Kanuk yang diacu dalam Sumarwan (2003) mengartikan perilaku konsumen sebagai perilaku yang diperlihatkan konsumen dalam mencari, membeli, menggunakan, mengevaluasi, dan menghabiskan produk dan jasa yang mereka harapkan akan memuaskan kebutuhan mereka.

Menurut Umar (2000) perilaku konsumen dibagi menjadi dua bagian. Perilaku pertama adalah perilaku yang tampak, dengan


(38)

variabel-variabel antara lain jumlah pembelian, waktu pembelian, karena siapa, dengan siapa dan bagaimana konsumen melakukan pembelian. Perilaku kedua adalah perilaku tidak tampak, variabel-variabelnya antara lain adalah persepsi, ingatan terhadap informasi dan perasaan kepemilikan oleh konsumen.

Perilaku konsumen dipengaruhi oleh banyak faktor. Menurut Engel et al, (1994), perilaku konsumen dipengaruhi dan dibentuk oleh faktor pengaruh lingkungan, perbedaan individu, serta proses psikologis. Hubungan antara ketiga faktor tersebut dengan proses keputusan dapat dilihat pada Gambar 3.

Gambar 3. Model perilaku pengambilan keputusan konsumen dan faktor-faktor yang mempengaruhinya (Engel et al.,1994)

Sebagai contoh penelitian pendahuluan oleh Hartari (2005), diketahui karakteristik konsumen beras organik adalah berpendidikan SLTA hingga Pascasarjana, memiliki rata-rata pengeluaran Rp 2,5–7,5 juta per bulan, memiliki anggota keluarga 4-7 orang, telah mengkosumsi beras organik lebih dari 6 bulan. Sebagian responden membeli secara langsung


(39)

di supermarket dan pemasok, jumlah konsumsi beras organik 14,5-36,5 kg/bulan. Berat kemasan paling banyak dijumpai adalah 2 kg/kemasan dan 5 kg/kemasan. Bahan kemasan berupa kantong plastik atau kantong kertas. Merek beras organik yang tersedia di Ranch Market adalah Sahani, Omega Organik Hom, Taj Mahal, Healty Choice, Amani, dan Murni Organik. Sebagian konsumen yakin dengan keorganikan beras melalui tulisan atau keterangan organik pada kemasan produk. Atribut beras organik yang menjadi pertimabangan konsumen dalam pengambilan keputusan pembelian adalah kepulenan, harga, rasa, kesesuaian dengan selera anggota keluarga dan aroma. Sikap konsumen berada pada kategori baik.


(40)

III. METODE PENELITIAN

A. TAHAPAN PENELITIAN

Gambaran singkat mengenai tahapan penelitian yang dilakukan dapat dilihat pada Gambar 4.


(41)

B. LOKASI DAN WAKTU PENELITIAN

Penelitian ini dilaksanakan di supermarket yang menjual beras berlabel yaitu Yogya Department Store, Matahari Marketplace, Ngesti, dan Indomaret. Seluruh supermarket tersebut berada di wilayah Bogor. Pemilihan tempat survei dilakukan secara sengaja (purposive) dengan pertimbangan kemudahan mendapatkan responden. Penelitian ini dilaksanakan dari bulan November hingga Desember 2006.

C. PENYUSUNAN KUISIONER

Dengan menggunakan atribut mutu yang telah ditentukan, selanjutnya pertanyaan disusun dalam kuisioner untuk mengetahui persepsi responden terhadap tingkat kepentingan dan kepuasan terhadap produk beras berlabel. Kuisioner menggunakan pertanyaan tertutup. Kuisioner dibagi menjadi 3 bagian, yaitu identitas responden, persepsi responden terhadap atribut mutu produk (tingkat kepentingan dan kepuasan), dan perilaku responden dalam pembelian beras berlabel yang meliputi tempat pembelian, jumlah pembelian per bulan, ukuran kemasan, merek, jenis beras, dan harga.

Atribut mutu beras berlabel yang digunakan dalam penelitian ini mengacu kepada atribut beras pada penelitian yang dilakukan oleh Hartari (2005), dengan pertimbangan bahwa obyek yang dijadikan kajian dalam penelitian ini adalah sama yaitu beras.

Penelitian yang dilakukan oleh Hartari (2005) menggunakan 17 atribut mutu mutu beras untuk melihat karakterisktik dan sikap konsumen beras organik. Atribut mutu yang digunakan yaitu harga, rasa, aroma, warna, kepulenan, gizi, residu pestisida, alamiah, ketersediaan, kemasan, informasi produk, pelayanan, keawetan, keaslian, jaminan, merek, dan kondisi penjualan. Namun setelah dilakukan penyesuaian terhadap objek penelitian dan diskusi dengan beberapa pihak diantaranya, pihak penjual, konsumen, dan akademisi, maka hanya 13 atribut mutu yang digunakan dalam penelitian ini. Atribut mutu produk yang ditanyakan dalam kuisioner dapat dilihat pada Tabel 3.


(42)

Tabel 3. Daftar atribut mutu yang diteliti No. Urut

Atribut Atribut Intrinsik

No. Urut

Atribut Atribut Ekstrinsik 1. 2. 3. 4. 5. 6. Rasa Kepulenan Aroma Warna Kebersihan Serangga 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. Bahan Kemasan Dekorasi Kemasan Informasi Harga Merek Ketersediaan Sertifikat Keaslian

Uji validitas dan reliablitias diperlukan agar kuisioner yang digunakan dalam penelitian ini layak digunakan. Menurut Kerlinger (2002), validitas instrumen menunjukkan sejauh mana suatu alat ukur itu telah mengukur apa yang akan diukur. Titik berat dari uji coba validitas instrumen adalah pada validitas isi, yang dapat dilihat dari : (1) instrumen tersebut telah mampu mengukur apa yang akan diukur dan (2) informasi yang dikumpukan telah sesuai dengan konsep yang telah digunakan.

Daftar pertanyaan agar kuisioner memiliki validitas tinggi disusun dengan cara : (1) mempertimbangkan teori dan kenyataan yang telah diungkapkan pada berbagai pustaka empiris, (2) menyesuaikan isi pertanyaan dengan kondisi responden, dan (3) memperhatikan masukan pakar. Butir-butir pertanyaan didalam kuisioner agar valid dianalisis dengan korelasi product moment (Singarimbun, 1989), dengan rumus :

r =

[

(

)

]

[

( )

]

∑ ∑

2 2 2 2

)

)(

(

Y

Y

N

X

X

N

Y

X

XY

N

,dimana

r = Koefisien korelasi product moment N = jumlah responden

X = butir soal ke-x


(43)

Nilai r yang diperoleh dibandingkan dengan nilai koefisien r-product moment dari tabel korelasi. Dikatakan sahih bila r > rtabel , dan bila lebih kecil, maka perlu ada perbaikan atau butir tersebut dikeluarkan dari daftar pertanyaan.

Pengujian validitas menggunakan 30 orang responden yang juga konsumen beras berlabel. Pengujian dilakukan sebelum kuisioner digunakan dalam penelitian. Hasil uji validitas terhadap kuisioner menunjukkan bahwa semua butir soal memiliki r > rtabel. Kuisioner penelitian ini dapat disimpulkan sahih. Uji validitas selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 2.

Reliabilitas instrumen adalah suatu istilah yang digunakan untuk menunjukkan sejauh mana hasil pengukuran relatif konsisten apabila pengukuran diulangi untuk kedua kalinya atau lebih (Ancok, 1995). Reliabilitas instrumen diukur dengan teknik pengukuran ulang (testretest). Menurut Singarimbun (1989), pengukuran dilakukan dua kali dengan responden yang sama namun dengan rentang waktu pengukuran pertama dan kedua antara 15-30 hari. Jika waktunya terlalu dekat, responden masih ingat dengan jawaban yang diberikan. Namun bila waktunya terlalu lama, kemungkinan terjadi perubahan pada fenomena yang diukur. Kedua hal ini akan mempengaruhi hasil pengujian reliabilitas.

Hasil pengukuran pertama dikorelasikan dengan pengukuran kedua dengan menggunakan teknik korelasi product moment. Cara perhitungannya sama dengan perhitungan validitas. Responden yang digunakan adalah salah seorang responden pada pengujian validitas. Hasil uji reliabilitas menunjukkan angka korelasi melebihi angka kritik dalam tabel nilai r, hal ini berarti hasil pengukuran pertama dan kedua relatif konsisten.Uji reliabilitas selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 2.

D. PELAKSANAAN SURVEI

Penetapan responden dilakukan dengan metode non probability sampling yaitu quota sampling. Quota Sampling adalah pencarian sejumlah unsur dengan memilih unsur yang paling mudah diperoleh peneliti dan unsur yang memiliki karakteristik yang sesuai dengan keinginannya (Black, 1999).


(44)

Jumlah responden digunakan dalam penelitian ini adalah 100 orang. Hal ini dilakukan dengan alasan besarnya populasi, biaya penelitian dan keleluasaan serta kemudahan memperoleh data. Jumlah kuisioner yang disebarkan sebanyak 120 buah untuk mengantisipasi terjadinya kekurangan contoh.

Populasi dari penelitian ini adalah masyarakat yang tinggal di wilayah Bogor yang mengkonsumsi beras berlabel. Pengumpulan data primer dilakukan melalui pengisian kuisioner dengan teknik wawancara. Enumerator terdiri dari 5 orang termasuk peneliti yang sebelumnya telah berdiskusi untuk memahami materi kuisioner.

E. ANALISIS DATA

Metode yang digunakan untuk menganalisis data tingkat kepentingan dan kepuasan konsumen dalam pembelian beras berlabel adalah metode Importance Performance Analysis. Menurut Supranto (2001) yang diacu dalam Kurniawan (2005), Importance Performance Analysis adalah suatu metode untuk menganalisis sejauh mana tingkat kepuasan seseorang terhadap kinerja sebuah perusahaan. Berdasarkan hasil penilaian tingkat kepentingan dan hasil penelitian kinerja/penampilan akan dihasilkan suatu penentuan mengenai tingkat kesesuaian antara tingkat kepentingan dan tingkat pelaksanaannya pada sebuah perusahaan.

Pada metode Importance Performance Analysis, tingkat kinerja perusahaan yang dapat memberikan nilai kepuasan pelanggan dinyatakan dengan huruf X, sedangkan huruf Y menunjukkan tingkat kepentingan pelanggan. Tingkat kepentingan dan kepuasan pelanggan diukur dengan menggunakan skala Likert dengan lima kategori seperti dapat dilihat pada Tabel 4.


(45)

Tabel 4. Skala likert pengukuran tingkat kepentingan dan kepuasan

Kategori Skor Tingkat Kepentingan Tingkat Kepuasan

Sangat Penting Sangat Puas 5

Penting Puas 4

Netral Netral 3

Tidak Penting Tidak puas 2 Sangat Tidak Penting Sangat tidak puas 1

Metode Importance PerformanceAnalysis dilakukan melalui tahapan-tahapan sebagai berikut :

a. Menentukan Atribut mutu yang penting

Pertama dihitung nilai rata-rata tingkat kepentingan masing-masing atribut mutu (Y). Lalu dihitung nilai rata-rata dari seluruh atribut mutu (Y). Atribut mutu yang penting adalah atribut mutu yang memiliki nilai lebih besar atau sama dengan Y.

Yi ≥ Y Y =

n Yi n

i

=1

Y = k

Yi n

k i

=

Keterangan :

Yi = nilai rata-rata tingkat kepentingan untuk masing-masing atribut mutu yang dianalisis

Y = nilai rata-rata tingkat kepentingan untuk semua nilai rata-rata tingkat kepentingan atribut mutu yang dianalisis.

k = Banyaknya atribut mutu pelayanan yang dapat mempengaruhi kepuasan pelanggan.


(46)

b. Menentukan tingkat kesesuaian dan kesenjangan dari atribut mutu yang dianggap penting.

Analisis tingkat kesesuaian merupakan hasil perbandingan antara tingkat kepuasan konsumen terhadap kinerja yang diberikan produsen dengan tingkat kepentingan terhadap atribut mutu produk. Nilai persentase tingkat kesesuaian dinilai cukup bila memiliki nilai lebih dari 75%. Semakin tinggi tingkat kesesuaian berarti semakin terpenuhinya harapan konsumen terhadap atribut mutu produk. Adapun rumus yang digunakan :

Tki = Yi Xi

x 100% Tsi = 100% - Tki

Keterangan :

Tki = Tingkat kesesuaian mutu Tsi = Tingkat kesenjangan mutu

Xi = Skor penilaian kepuasan pelanggan Yi = Skor penilaian kepentingan pelanggan

c. Menentukan prioritas perbaikan mutu (Diagram Cartesius)

Pada diagram Cartesius, sumbu mendatar (X) akan diisi oleh skor tingkat kepuasan (performance), sedangkan sumbu tegak (Y) akan diisi oleh skor tingkat kepentingan (importance). Atribut-atribut mutu yang ada di petakan sesuai dengan tingkat kepuasan dan kepentingannya (X,Y). Rumus untuk setiap faktor tersebut, yaitu :

X = n

Xi n

i

=1 Y =

n Yi n

i

=1

Keterangan :

X = skor rata-rata tingkat kepuasan Y = skor rata-rata tingkat kepentingan n = jumlah responden

Dalam penjabarannya, diagram Cartesius yang digunakan akan dibagi menjadi 4 bagian dan dibatasi oleh dua buah garis yang saling berpotongan


(47)

tegak lurus pada nilai rata-rata tingkat kepentingan dan kepuasan seluruh atribut mutu (X ,Y), titik-titik tersebut diperoleh dari rumus :

X = k

Xi n

i

=1 Y =

k Yi n i

=1 Keterangan :

X = skor rata-rata tingkat kepuasan seluruh atribut mutu beras berlabel Y = skor rata-rata tingkat kepentingan seluruh atribut mutu beras berlabel k = banyaknya atribut mutu beras berlabel yang digunakan

Berikut gambar diagram Cartesius yang digunakan :

Gambar 5. Diagram Cartesius tingkat kepentingan dan kepuasan pelanggan (Supranto,2001)

Keterangan :

A = Menunjukkan atribut-atribut mutu yang dianggap penting dan mempengaruhi kepuasan konsumen, namun belum dipenuhi oleh produsen.

B = Menunjukkan atribut-atribut mutu yang penting bagi konsumen dan telah

Prioritas rendah C Berlebihan D Prioritas utama A Pertahankan Prestasi B X Ti ng kat Ke p enti g an Tingkat Kepuasan X Y Y


(48)

C = Menunjukkan atribut-atribut mutu yang kurang penting pengaruhnya bagi konsumen, ditanggapi secara netral oleh produsen, dianggap kurang penting dan kurang memuaskan.

D = Menunjukkan atribut-atribut mutu yang menurut konsumen kurang penting, akan tetapi sudah dipenuhi oleh produsen, dianggap kurang penting tapi sangat memuaskan.

Metode deskriptif digunakan untuk menganalisis perilaku konsumen. Analisis dilakukan dengan melihat frekuensi terbesar dari tiap-tiap pertanyaan yang diajukan. Menurut Fasial (1995), metode deskriptif digunakan sekedar untuk melukiskan sejumlah variabel yang berkenaan dengan masalah yang diteliti, tanpa mempersoalkan hubungan antar variabel.


(49)

IV.HASIL DAN PEMBAHASAN

A. PROFIL RESPONDEN

Survei konsumen dilakukan dengan menyebarkan kuisioner kepada 120 orang. Kuisioner yang diisi oleh responden berjumlah 108 buah dan yang digunakan pada tahap analisis data selanjutnya adalah 100 kuisioner (20 responden dari Matahari, 30 responden dari Ngesti, 30 responden dari Yogya, dan 20 responden dari Indomaret). Identitas responden meliputi tingkat pendidikan, rata-rata pengeluaran, jumlah anggota keluarga dan lama konsumsi beras berlabel.

1. Tingkat Pendidikan

Dari 100 responden yang diambil sebagai sampel, responden dengan tingkat pendidikan diploma, sarjana, dan pasca sarjana sebanyak 68%. Responden dengan tingkat pendidikan SMU sebanyak 32%, sedangkan responden dengan tingkat pendidikan lebih rendah dari SMU tidak ada. Hal ini menunjukkan bahwa sebagian besar konsumen beras berlabel umumnya berpendidikan di atas lulusan Diploma (Gambar 6).

sma 32%

Diploma 14% Sarjana

47%

<Sma 0% Pasca Sarjana

7%

Gambar 6. Grafik sebaran tingkat pendidikan responden

Kebutuhan akan informasi mengenai produk dipengaruhi oleh jenjang pendidikan konsumen. Begitu juga penilaiannya tentang tingkat kepentingan maupun kepuasan terhadap atribut mutu produk. Semakin


(50)

informasi. Pada umumnya persyaratan mutu dari konsumen yang berpendidikan tinggi, juga relatif tinggi.

2. Rata-rata Pengeluaran

Responden umumnya tidak merasa nyaman jika harus mengungkapkan pendapatan yang diterima karena merupakan sesuatu yang pribadi. Oleh karena itu digunakan pendekatan pengeluaran untuk mengetahui tingkat pendapatan responden. Makin tinggi tingkat pengeluaran seseorang, maka biasanya makin tinggi tingkat pendapatan seseorang. Tingkat pendapatan/ pengeluaran seseorang berpengaruh terhadap pola konsumsinya. Konsumen dengan tingkat pendapatan/ pengeluaran yang tinggi secara umum akan memiliki tingkat kepentingan dan harapan yang berbeda dengan konsumen dengan tingkat pendapatan/ pengeluaran yang sedang atau rendah. Begitu juga dengan tingkat kepuasan atas mutu produk yang diberikan oleh pihak produsen.

Dari 100 responden yang diambil sebagai sampel, 41% memiliki pengeluaran sebesar Rp. 1.000.000 – Rp. 2.500.000, 29% memiliki pengeluaran sebesar Rp. 2.500.000 – Rp. 5.000.000, 14% memiliki pengeluaran kurang dari Rp. 1.000.000, 11% memiliki pengeluaran sebesar Rp. 5.000.000 – Rp. 7.500.000, dan 5% memiliki pengeluaran diatas Rp. 7.500.000 (Gambar 7). Responden yang memiliki tingkat pengeluaran diatas Rp. 2.500.000 sebanyak 45% menunjukkan bahwa konsumen beras berlabel mayoritas memiliki pendapatan yang tinggi.

<1jt 14% >,75jt

5% 5-7,5jt

11%

2,5-5jt

29% 1-2,5jt 41%


(51)

3. Jumlah Anggota Keluarga

Responden dengan jumlah anggota keluarga yang banyak tentunya memiliki kebutuhan akan beras yang lebih banyak daripada responden dengan jumlah anggota keluarga sedikit. Walaupun tingkat permintaan juga dipengaruhi oleh tingkat pendapatan, pendekatan jumlah anggota keluarga dapat menggambarkan tingkat permintaan potensial beras berlabel.

Dari 100 responden yang diambel sebagai sampel, 30 % responden beranggotakan 4 orang, 23 % responden beranggotakan 5 orang dan lebih dari 5 orang, 16 % responden beranggotakan 3 orang, dan 4 % responden beranggotakan 2 orang dan 1 orang saja (Gambar 8). Responden dengan anggota keluarga diatas 3 orang sebanyak 76 % menunjukkan bahwa permintaan potensial beras berlabel cukup tinggi.

4 orang 30%

3 orang 16% 2 orang

4% 1 orang

4% >5 orang

23%

5 orang 23%

Gambar 8. Grafik sebaran jumlah anggota keluarga

4. Lama Konsumsi

Lama konsumsi berpengaruh pada pengalaman dalam mengkonsumsi beras berlabel. Responden yang sudah lama mengkonsumsi beras berlabel biasanya sudah memiliki loyalitas terhadap merek tertentu. Hal ini terbentuk dari pengalamannya setelah membandingkan berbagai merek dan jenis beras berlabel sehingga membentuk citra dari merek tersebut.


(52)

Dari 100 responden yang diambil sebagai sampel, 65 % telah mengkonsumsi lebih dari 3 tahun, 13 % telah mengkonsumsi antara 1 – 3 tahun, 12 % telah mengkonsumsi antara ½ - 1 tahun, 10 % baru mengkonsumsi kurang dari setengah tahun (Gambar 9). 65 % responden menunjukkan telah mengkonsumsi untuk jangka waktu yang lama.

1-3 thn 13% 1/2-1 thn

12% <1/2 thn

10%

>3 thn 65%

Gambar 9. Grafik sebaran lama konsumsi

B. IMPORTANCE – PERFORMANCE ANALYSIS

1.Analisis Tingkat Kepentingan dan Tingkat Kepuasan Atribut Mutu Beras Berlabel

Dalam menganalisa tingkat kepentingan dan kepuasan digunakan metode Importance-Performance Analysis. Analisis tingkat kepentingan bertujuan untuk menentukan atribut-atribut mutu beras berlabel yang dinilai penting oleh konsumen. Sebagai acuan awal dilakukan penentuan nilai rata-rata tingkat kepentingan seluruh atribut mutu beras yang dianalisis. Nilai rata-rata tingkat kepentingan diperoleh angka sebesar 3,90. Atribut mutu yang dinilai penting oleh konsumen adalah atribut mutu yang memiliki nilai lebih besar atau sama dengan 3,90. Daftar atribut mutu yang dinilai penting oleh konsumen dapat dilihat pada Tabel 5.


(53)

Tabel 5. Atribut-atribut mutu yang penting No.

Urut

No. Urut

Atribut Atribut Mutu Dimensi Mutu

Tingkat Kepentingan 1 1 Rasa Intrinsik 4,29 2 2 Kepulenan Intrinsik 4,30 3 3 Aroma Intrinsik 4,07 4 4 Warna Intrinsik 4,21 5 5 Kebersihan Intrinsik 4,52 6 6 Kontaminasi serangga Intrinsik 4,40 7 10 Harga Ekstrinsik 3,99 8 12 Ketersediaan Ekstrinsik 3,93 9 13 Sertifikat Ekstrinsik 4,13

Dari Tabel 5 dapat diketahui bahwa ada 9 atribut mutu dari 13 atribut mutu yang diteliti dinilai penting oleh konsumen yaitu rasa, kepulenan, aroma, warna, kebersihan, kontaminasi serangga, harga, ketersediaan, dan sertifikat keaslian atribut. Dari seluruh atribut mutu yang penting, 6 atribut merupakan atribut mutu intrinsik dan 3 merupakan atribut mutu ekstrinsik. Dari sini dapat dilihat bahwa dimensi mutu intrinsik memiliki peranan yang penting karena seluruh atribut mutu yang diteliti merupakan atribut mutu yang dinilai penting oleh konsumen, sedangkan dimensi mutu ekstrinsik kurang dianggap penting karena hanya 3 dari 7 atribut mutu yang diteliti dianggap penting oleh konsumen.

Secara lengkap, tingkat kepentingan seluruh atribut mutu yang dianalisis dapat dilihat pada Lampiran 3. Hasil analisis menunjukkan bahwa hampir seluruh atribut mutu yang dianalisis berada pada kisaran netral – hingga sangat penting (Berdasarkan kriteria penilaian skala Likert, yang dianggap netral yaitu skor 3,00, sedangkan yang dianggap sangat penting yaitu skor 5,00).

Dimensi mutu intrinsik memiliki tingkat kepentingan rata-rata lebih tinggi (4,30) dari dimensi mutu ekstrinsik (3,56). Dari hasil analisis baik dimensi mutu intrinsik maupun ekstrinsik, ternyata atribut mutu kebersihan


(54)

dekorasi memiliki tingkat kepentingan terendah yaitu sebesar 2,70. Dari sini dapat diketahui bahwa konsumen lebih memperhatikan atribut mutu yang berkaitan langsung dengan produk. Hal ini dapat dikarenakan tingkat pendidikan maupun penghasilan yang membuat konsumen lebih kritis terhadap mutu.

Atribut mutu beras berlabel ternyata memiliki tingkat kepentingan yang sedikit berbeda dengan tingkat kepentingan responden secara keseluruhan, tergantung pada tingkat pendidikan dan pengeluaran responden. Dari Lampiran 9 dapat diketahui bahwa untuk responden dengan tingkat pendidikan SMA dan S0, atribut mutu yang penting sama dengan tingkat kepentingan responden secara keseluruhan. Tetapi untuk responden dengan tingkat pendidikan S1, harga dan ketersediaan tidak penting sedangkan informasi merupakan atribut yang penting. Responden dengan tingkat pendidikan S2 memiliki tingkat kepentingan yang berbeda yaitu atribut sertifikat keaslian yang ternyata tidak penting.

Dilihat dari tingkat pengeluaran, responden dengan tingkat pengeluaran dibawah 1 juta memiliki perbedaan tingkat kepentingan, yaitu pada atribut aroma dan sertifikat yang dianggap tidak penting. Responden dengan tingkat pengeluaran 1-2,5 juta mengganggap bahwa informasi merupakan atribut yang penting. Responden dengan tingkat pengeluaran 2,5-5 juta menganggap atribut harga dan ketersediaan tidak penting. Respoden dengan tingkat pengeluaran 5-7,5 juta menganggap atribut harga dan aroma tidak penting, sedang informasi termasuk atribut yang penting. Hal yang menarik tampak pada responden dengan tingkat pengeluaran lebih dari 7,5 juta. Responden menganggap harga, warna dan sertifikat merupakan atribut yang tidak penting.

Atribut mutu yang dinilai memuaskan adalah atribut mutu yang memiliki nilai lebih tinggi dari rata-rata nilai tingkat kepuasan yaitu 3,60. Dalam hal ini ada 7 atribut mutu yang dianggap telah memuaskan yaitu rasa, kepulenan, aroma, warna, kebersihan, keberadaan serangga, dan ketersediaan. Seperti yang dapat dilihat pada Lampiran 3. Atribut mutu yang memiliki nilai kepuasan tertinggi adalah kebersihan (3,96). Seluruh


(55)

atribut mutu intrinsik telah mencapai nilai memuaskan. Atribut mutu yang memiliki nilai kepuasan terendah adalah dekorasi (3,10), sedangkan atribut mutu harga dan sertifikat ternyata masih belum memuaskan.

Seperti halnya tingkat kepentingan, tingkat kepuasan juga dipengaruhi oleh faktor tingkat pendidikan dan pengeluaran responden. Dari Lampiran 9 diketahui bahwa untuk responden dengan tingkat pendidikan SMA tidak puas dengan atribut ketersediaan dan merasa puas dengan atribut sertifikat. Responden dengan tingkat pendidikan S0 tidak puas dengan atribut ketersediaan. Responden dengan tingkat pendidikan S1dan S2 memiliki tingkat kepuasan yang relatif sama dengan tingkat kepuasan responden secara keseluruhan.

Responden dengan tingkat pengeluaran dibawah 1 juta merasa tidak puas dengan atribut aroma dan keberadaan serangga, namun merasa cukup puas dengan atribut harga. Responden dengan tingkat pengeluaran 1-2,5 juta merasa tidak puas dengan atribut keberadaan serangga. Responden dengan tingkat pengeluaran 2,5-5 juta merasa tidak puas dengan atribut ketersediaan. Responden dengan tingkat pengeluaran 5-7,5 juta merasa puas dengan atribut harga. Responden dengan tingkat pengeluaran diatas 7,5 juta merasa puas dengan atribut merek.

Dari hasil penelitian ini dapat juga disimpulkan bahwa beberapa atribut mutu ekstrinsik seperti bahan kemasan, dekorasi kemasan, informasi, dan merek relatif kurang penting bagi konsumen. Pada kenyataan di pasar, keempat atribut ini ditangani secara berlebihan oleh produsen beras berlabel padahal dibutuhkan biaya yang besar untuk memenuhinya.

Dari hasil penelitian ini diharapkan produsen dapat merancang bauran pemasaran (Produk, Distribusi, Harga dan Promosi) yang lebih baik dengan memfokuskan perhatian kepada 9 atribut mutu yang dinilai penting oleh konsumen tersebut.

2. Analisis Tingkat Kesesuaian dan Tingkat Kesenjangan Atribut Mutu Beras Berlabel

Analisis tingkat kesesuaian merupakan hasil perbandingan antara tingkat kepuasan konsumen terhadap atribut-atribut mutu yang diberikan


(56)

produsen dengan tingkat kepentingan atribut mutu beras berlabel. Atribut-atribut yang dinilai perlu mendapat prioritas perhatian oleh produsen dapat dilihat dari nilai tingkat kesesuaiannya. Persentase tingkat kesesuaian ini diperoleh berdasarkan nilai rata kepuasan dibandingkan terhadap rata-rata kepentingan. Persentase tingkat kesesuaian dinilai cukup sesuai bila mencapai nilai ≥75%. Hasil distribusi tingkat kesesuaian dan kesenjangan untuk setiap atribut mutu disajikan pada Tabel 6

Tabel 6. Distribusi tingkat kesesuaian dan kesenjangan pada atribut mutu beras berlabel yang penting

No.

urut Atribut Mutu

Tingkat Kepentingan

Tingkat Kepuasan

Kesesuaian (%)

Kesenjangan (%) 1 Rasa 4,29 3,92 91,38 8,62 2 Kepulenan 4,30 3,90 90,70 9,30 3 Aroma 4.07 3,82 93,86 6,14 4 Warna 4,21 3,88 92,16 7,84 5 Kebersihan 4,52 3,96 87,61 12,39 6 Serangga 4,40 3,75 85,23 14,77 10 Harga 3,99 3,42 85,71 14,29 12 Ketersediaan 3,93 3,63 92,37 7,63 13 Sertifikat 4,13 3,51 84,99 15,01 Rata-rata 3,90 3,60 89,33 10,67

Pada Tabel 6 dapat dilihat bahwa dari semua atribut mutu yang penting tidak ada yang memiliki nilai kesesuaian mencapai 100% atau lebih. Hal ini berarti produk yang dihasilkan belum memenuhi seluruh harapan konsumen selama ini, sehingga masih memerlukan perbaikan. Namun bila dilihat dari nilai kesesuaiannya yang sudah mendekati 100 seperti atribut mutu aroma (93,86%) dan atribut mutu lain yang sudah berada diatas 75%, serta rata-rata tingkat kesesuaian mencapai 89,33% dapat dikatakan bahwa kinerja produsen pada umumnya sudah cukup baik.

Nilai kesenjangan merupakan hasil pengurangan 100% dengan nilai kesesuaian masing-masing atribut mutu. Nilai ini menunjukkan sejauh


(1)

Lampiran 8. Output SPSS 13 menggunakan metode kolerasi Spearman

Nonparametric Correlations ( Pendidikan vs Harga )

Hipotesis :

Ho : Korelasi tingkat pendidikan dengan harga tidak berpengaruh nyata H1 : Korelasi tingkat pendidikan dengan harga berpengaruh nyata

Correlations

1.000 .283**

. .004

100 100

.283** 1.000

.004 .

100 100

Correlation Coefficient Sig. (2-tailed)

N

Correlation Coefficient Sig. (2-tailed)

N Jenjang Pendidikan

Harga per kilo gram Spearman's rho

Jenjang Pendidikan

Harga per kilo gram

Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed). **.

Kes : Tolak Ho pada taraf nyata sebesar 0,05(tolak Ho jika significant()<alpha) (ada korelasi antara tingkat pendidikan konsumen dengan pemilihan harga pembelian)

Nonparametric Correlations ( Pengeluaran vs Harga )

Hipotesis :

Ho : Korelasi rata-rata pengeluaran dengan harga tidak berpengaruh nyata H1 : Korelasi rata-rata pengeluaran dengan harga berpengaruh nyata

Correlations

1.000 .427**

. .000

100 100

.427** 1.000

.000 .

100 100

Correlation Coefficient Sig. (2-tailed)

N

Correlation Coefficient Sig. (2-tailed)

N Rata-rata Pengeluaran

Harga per kilo gram Spearman's rho

Rata-rata Pengeluaran

Harga per kilo gram

Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed). **.

Kes : Tolak Ho pada taraf nyata sebesar 0,05

(ada korelasi antara rata-rata pengeluaran konsumen dengan pemilihan harga pembelian)

Nonparametric Correlations ( Pendidikan vs Tempat )

Hipotesis :

Ho : Korelasi tingkat pendidikan dengan tempat pembelian tidak berpengaruh nyata

H1 : Korelasi tingkat pendidikan dengan tempat pembelian berpengaruh nyata


(2)

Correlations

1.000 -.035

. .732

100 100

-.035 1.000

.732 .

100 100

Correlation Coefficient Sig. (2-tailed)

N

Correlation Coefficient Sig. (2-tailed)

N Jenjang Pendidikan

Tempat Pembelian Spearman's rho

Jenjang Pendidikan

Tempat Pembelian

Kes : Terima Ho pada taraf nyata sebesar 0,05

(tidak ada korelasi antara tingkat pendidikan konsumen dengan pemilihan tempat pembelian)

Nonparametric Correlations ( Pendidikan vs Merk )

Hipotesis :

Ho : Korelasi tingkat pendidikan dengan merk tidak berpengaruh nyata H1 : Korelasi tingkat pendidikan dengan merk berpengaruh nyata

Correlations

1.000 .097

. .338

100 100

.097 1.000

.338 .

100 100

Correlation Coefficient Sig. (2-tailed)

N

Correlation Coefficient Sig. (2-tailed)

N Jenjang Pendidikan

Merk Beras Berlable Spearman's rho

Jenjang Pendidikan

Merk Beras Berlable

Kes : Terima Ho pada taraf nyata sebesar 0,05

(tidak ada korelasi antara tingkat pendidikan konsumen dengan pemilihan merk pembelian)

Nonparametric Correlations ( Pengeluaran vs Tempat )

Hipotesis :

Ho : Korelasi rata-rata pengeluaran dengan tempat pembelian tidak berpengaruh nyata H1 : Korelasi rata-rata pengeluaran dengan tempat pembelian berpengaruh nyata

Correlations

1.000 -.029

. .772

100 100

-.029 1.000

.772 .

100 100

Correlation Coefficien Sig. (2-tailed) N

Correlation Coefficien Sig. (2-tailed) N

Rata-rata Pengeluaran

Tempat Pembelian Spearman's rho

Rata-rata Pengeluaran

Tempat Pembelian


(3)

Kes : Terima Ho pada taraf nyata sebesar 0,05

(tidak ada korelasi antara rata-rata pengeluaran konsumen dengan pemilihan tempat pembelian)

Nonparametric Correlations ( Pengeluaran vs Merk )

Hipotesis :

Ho : Korelasi rata-rata pengeluaran dengan merk tidak berpengaruh nyata H1 : Korelasi rata-rata pengeluaran dengan merk berpengaruh nyata

Correlations

1.000 .174

. .084

100 100

.174 1.000

.084 .

100 100

Correlation Coefficien Sig. (2-tailed) N

Correlation Coefficien Sig. (2-tailed) N

Rata-rata Pengeluaran

Merk Beras Berlable Spearman's rho

Rata-rata Pengeluaran

Merk Beras Berlable

Kes : Terima Ho pada taraf nyata sebesar 0,05


(4)

Lampiran 9. Importance Performance berdasarkan profil responden

<1 juta

penting puas

1 1.Harga 4.29 3.62

2 2.Rasa 4.36 4.00

3 3.Aroma 3.71 4.08

4 4.Warna 4.29 3.92

5 5.Pulen 4.50 3.92

6 6.Ketersediaan 4.14 3.85

7 7.Merek 3.29 3.23

8 8.Bahan kemasan 3.43 3.08 9 9.Dekorasi 2.79 3.08 10 10.Informasi 3.71 3.23 11 11.Sertifikat 3.86 3.62 12 12.Kebersihan 4.43 4.00 13 13.Serangga 4.07 3.38

3.91 3.62

1-2,5 juta

pentng puas

1 1.Harga 4.10 3.27

2 2.Rasa 4.10 3.76

3 3.Aroma 3.90 3.61

4 4.Warna 4.10 3.80

5 5.Pulen 4.07 3.80

6 6.Ketersediaan 3.83 3.51

7 7.Merek 3.07 3.12

8 8.Bahan kemasan 2.93 3.17 9 9.Dekorasi 2.56 3.05 10 10.Informasi 3.85 3.29 11 11.Sertifikat 4.17 3.44 12 12.Kebersihan 4.51 3.80 13 13.Serangga 4.49 3.59

3.82 3.48

2,5-5 juta

pentng puas

1 1.Harga 3.83 3.38

2 2.Rasa 4.45 4.10

3 3.Aroma 4.34 4.03

4 4.Warna 4.31 4.03

5 5.Pulen 4.41 4.07

6 6.Ketersediaan 3.79 3.55

7 7.Merek 3.07 3.41

8 8.Bahan kemasan 3.10 3.31 9 9.Dekorasi 2.69 3.14 10 10.Informasi 3.79 3.34 11 11.Sertifikat 4.00 3.62 12 12.Kebersihan 4.52 4.10 13 13.Serangga 4.28 3.93


(5)

5-7,5 juta

pentng puas

1 1.Harga 3.73 3.73

2 2.Rasa 4.45 3.91

3 3.Aroma 4.09 3.82

4 4.Warna 4.55 3.73

5 5.Pulen 4.64 3.82

6 6.Ketersediaan 4.36 3.82

7 7.Merek 3.55 3.45

8 8.Bahan kemasan 3.82 3.64 9 9.Dekorasi 2.91 3.27 10 10.Informasi 4.45 3.55 11 11.Sertifikat 4.82 3.36 12 12.Kebersihan 4.82 4.18 13 13.Serangga 4.91 4.27

4.24 3.73

>7,5 juta

pentng puas

1 1.Harga 3.80 3.40

2 2.Rasa 4.40 3.80

3 3.Aroma 4.00 3.80

4 4.Warna 3.60 3.60

5 5.Pulen 4.20 3.60

6 6.Ketersediaan 4.00 3.80

7 7.Merek 3.40 3.60

8 8.Bahan kemasan 3.20 3.20 9 9.Dekorasi 3.20 3.20 10 10.Informasi 3.60 3.00 11 11.Sertifikat 3.80 3.20 12 12.Kebersihan 4.20 3.60 13 13.Serangga 4.20 3.60

3.82 3.49

SMA

pentng puas

1 1.Harga 4.09 3.22

2 2.Rasa 4.13 3.88

3 3.Aroma 3.97 3.75 4 4.Warna 4.13 3.78 5 5.Pulen 4.09 3.69 6 6.Ketersediaan 3.88 3.50

7 7.Merek 3.03 3.16

8 8.Bahan kemasan 3.00 3.22 9 9.Dekorasi 2.75 3.28 10 10.Informasi 3.78 3.47 11 11.Sertifikat 4.19 3.53 12 12.Kebersihan 4.44 3.81 13 13.Serangga 4.16 3.59


(6)

S0

pentng puas

1 1.Harga 4.07 3.43

2 2.Rasa 4.21 3.86

3 3.Aroma 4.07 3.93 4 4.Warna 4.36 4.00 5 5.Pulen 4.07 3.93 6 6.Ketersediaan 3.92 3.50

7 7.Merek 3.07 3.29

8 8.Bahan kemasan 2.93 3.07 9 9.Dekorasi 2.43 3.00 10 10.Informasi 3.79 3.14 11 11.Sertifikat 3.93 3.29 12 12.Kebersihan 4.57 3.79 13 13.Serangga 4.57 3.79

3.85 3.54

S1

pentng puas

1 1.Harga 3.89 3.62

2 2.Rasa 4.40 3.98

3 3.Aroma 4.00 3.83 4 4.Warna 4.19 3.87 5 5.Pulen 4.53 4.00 6 6.Ketersediaan 3.96 3.79

7 7.Merek 3.26 3.45

8 8.Bahan kemasan 3.36 3.40 9 9.Dekorasi 2.79 3.11 10 10.Informasi 4.00 3.43 11 11.Sertifikat 4.19 3.64 12 12.Kebersihan 4.57 4.13 13 13.Serangga 4.49 3.85

3.97 3.70

S2

pentng puas

1 1.Harga 4.00 3.00

2 2.Rasa 4.43 3.86

3 3.Aroma 4.43 3.86 4 4.Warna 4.43 4.14 5 5.Pulen 4.14 4.14 6 6.Ketersediaan 4.00 3.43

7 7.Merek 3.43 3.00

8 8.Bahan kemasan 3.00 3.00 9 9.Dekorasi 2.43 2.43 10 10.Informasi 3.57 2.43 11 11.Sertifikat 3.86 3.00 12 12.Kebersihan 4.43 3.86 13 13.Serangga 4.57 3.71